Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel pada penelitian ini diambil secara acak dengan teknik proporsional ramdom sampling dari masing-masing sekolah. Alasan digunakannya teknik ini karena beberapa SMK yang akan diteliti memiliki jumlah populasi yang tidak sama.
Jumlah sampel ditentukan setelah mengetahui jumlah total populasi yang akan dilakukan penelitian. Salah satu rumus yang bisa digunakan untuk menghitung sampel penelitian adalah Rumus Taro Yamane (Riduwan, 2007:65), yaitu:
n = N
N.d2+1 Keterangan:
n : jumlah sampel N : jumlah populasi
149 d : presisi yang ditetapkan
Berikut ini perhitungan sampel siswa.
𝑛 = 620
620. (0.05)2+ 1= 243
Berdasarkan hasil perhitungan maka sampel pada penelitian ini adalah 164 siswa.
Untuk memperoleh perimbangan jumlah sampel pada masing-masing sekolah dilakukan secara proporsional dengan rumus berikut (Winarsunu, 2006:12):
𝐽𝑆𝐵 = 𝐽𝑆𝑇 𝐽𝑃𝑇 𝑥 𝐽𝑃𝐵
Keterangan:
JSB = Jumlah sampel bagian JST = Jumlah sampel total JPT = Jumlah populasi total JPB = Jumlah populasi bagian
Contoh, mencari jumlah sampel bagian dari SMKN 4 Malang dengan jumlah populasi 75 siswa dengan menggunakan rumus diatas akan didapatkan hasil sebagai berikut:
𝐽𝑆𝐵 = 243
620 𝑥 205 = 80
Mengacu pada perhitungan diatas, diperoleh jumlah sampel dari masing-masing sekolah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jumlah Sampel SMK Negeri di Malang Kompetensi Keahlian Multimedia Nama Sekolah Jumlah Populasi Jumlah Sampel
SMKN 4 Malang 205 80
SMKN 5 Malang 127 50
SMKN 10 Malang 99 39
SMKN 11 Malang 97 38
SMKN 12 Malang 92 36
Jumlah 620 243
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk menjaring tiga kelompok data yaitu: (1) kesiapan technopreneurship, (2) bimbingan karir, (3) praktek kerja industri. Kesiapan technopreneurship, bimbingan karir, diambil menggunakan angket, sedangkan data praktek kerja industri diambil dari dokumentasi nilai siswa.
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner/angket dan dokumentasi.
Kuesioner merupakan salah satu media untuk mengumpulkan data yang mana di
150
dalamnya terdapat sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian, disusun dan disebarkan kepada responden (Sukardi, 2011:76).
Instrumen angket berisi pertanyaan atau pernyataan yang dikembangkan dari indikator berdasarkan teori yang relevan dengan masing-masing variabel penelitian.
Pertanyaan atau pernyataan tersebut diukur dengan menggunakan Skala Likert, dimana responden diminta untuk menjawab suatu pertanyaan atau pernyataan. Alternatif jawaban yang digunakan yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS). Berikut ini skala pembobotan dari alternatif jawaban angket dari setiap item, yang dipaparkan pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Skala Pembobotan/skor pada Setiap Jawaban Pertanyaan/pernyataan Positif Skor
Sangat Baik/Sangat Setuju 4
Baik/Setuju 3
Cukup/Kurang Setuju 2
Kurang Baik/Tidak Setuju 1
Sumber: Djemari (2008:49)
Setelah intrumen selesai dibuat selanjutnya dilakukan uji coba yang bertujuan untuk mengetahui keabsahan dari instrumen. Dalam uji coba kuesioner digunakan teknik uji validitas dan uji reliabilitas.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner, atau dengan kata lain suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang hendak diukur (Ghozali, 2009:49).
Analisis data pada pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Pearson Product Moment (Riduwan, 2014:98). Kaidah keputusan yaitu jika nilai rhitung>rtabel dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05 sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan valid.
a. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen merujuk pada alat ukur yang digunakan cukup mampu mengungkap data yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (Arikunto. 2002:146). Pengujian terhadap reliabilitas instrumen sebagai alat pengambilan data, untuk mengetahui derajat keajegan alat ukur dalam mengukur apa yang diukur.
151 Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha. Interpretasi rentang indeks reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.4
Tabel 3.4 Rentang Indeks Reliabilitas
Interval Tingkat Reliabilitas
0.80 – 1.00 Sangat Reliabel
< 0.80 – 0.60 Reliabel
< 0.60 – 0.40 Cukup Reliabel
< 0.40 – 0.20 Agak Reliabel
< 0.20 Kurang Reliabel
Sumber: Mawardi (2011) Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah langkah strategis dalam penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan data. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuesioner/angket dan dokumentasi. Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang dibuat berdasarkan indikator-indikator dari variabel penelitian yang harus direspon oleh siswa. Angket disebarkan kepada sampel yaitu siswa SMK Negeri di Kota Malang program keahlian Multimedia.
Pengambilan data kuesioner menggunakan metode angket dengan model skala Likert untuk variabel Fasilitas Praktikum, Bimbingan Karir, dan Kesiapan Technopreneurship, sedangkan untuk variabel Prakerin dan Hasil Belajar Kewirausahan menggunakan metode dokumentasi nilai dari Guru.
Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk memproses data yang telah terkumpul yang bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau memberi gambaran dari data yang terkumpul. Penggambaran nlai responden pada masing-masing kelompok terdiri dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai tertinggi (maksimum), dan nilai terendah (minimum).
Teknik statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dan membuat generalisasi data sampel terhadap populasinya. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi
152
berganda. Teknik analisis regresi ganda digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel bebas secara parsial maupun simultan terhadap variabel terikat. Sebelum menggunakan analisis regresi ganda, terlebih dahulu data variabel harus memenuhi asumsi dan persyaratan analisis.
Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas
Wiyono (2011:149) menjelaskan bahwa uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu variabel mempunyai distribusi data yang normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0.05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih dari 0.05 atau 5%.
b. Uji Linearitas
Wiyono (2011:155) menjelaskan bahwa uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel penelitian yang digunakan mempunyai hubungan yang liner atau tidak secara signifikan. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0.05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansinya kurang dari 0.05
Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda untuk menguji kontribusi variabel bebas (X1, X2) terhadap variabel terikat Y. Analisis regresi merupakan suatu alat analisis peramalan nilai kontribusi dua variable bebas atau lebih terhadap variable terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variable atau lebih (X1), (X2), (X3),…, (Xn) dengan satu variabel terikat.
Analisis regresi ganda dapat diolah dengan menggunakan bantuan program penghitungan statistik. Sedangkan untuk mengetahui besarnya kontribusi X terhadap Y diperoleh dari Direct Effect (DE) dengan Indirect Effect (IE). Untuk menentukan besarnya DE dan IE dibutuhkan koefisien korelasi (r) dan nilai standardized coefficients beta (ρ).
153 DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik. No. 103/11/Th. XVIII, 5 November 2015. Tingkat Pengangguran Terbuka. (online) (http://www.bpd.go.id), diakses 2 Februari 2016.
Dikmenjur. 2008. Kurikulum SMK. Jakarta: Dikmenjur.
Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Fatuchrrochman, R. 2011. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakerin dan Pencapaian Komptensi Mata Pelajaran Produktif Teknik Kendaraan Ringan Kelas XI. Jurnal INVOTEC, 7(2): 60-69.
Gozhali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan ke IV. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Mukhadis, A. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran Bidang Teknologi. Malang:
Bayumedia Publishing.
Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. 2014. Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis. Bandung: Alfabeta.
Sukardi, D.K. 1987. Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Wiyono, Gendro. 2011. Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS 17.0 &
Smart PLS 2.0. Yogyakarta: Percetakan STIM YKPM.
154
METODE PEMBELAJARAN PAIR PROGRAMMING SEBAGAI SOLUSI PEMBENTUKAN KOMPETENSI PEMROGRAMAN SISWA SMK PAKET
KEAHLIAN REKAYASA PERANGKAT LUNAK DI KOTA MALANG Akbar Wiguna1, Haris Anwar Syafrudie2, R. M. Sugandi3,
1,2,3) Pascasarjana, Pendidikan Kejuruan, Universitas Negeri Malang
ABSTRAK
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi komponen penting dalam meningkatkan industrialisasi dan pertumbuhan sosial ekonomi di negara-negara maju dan berkembang. TIK tidak bisa lepas dari peran perangkat lunak karena perangkat mempermudah kinerja pengguna dengan komputer. Pilar utama untuk produksi perangkat lunak adalah programmer. Pada sektor pemrograman ini memberikan banyak peluang pekerjaan untuk programmer.
Peluang dan tantangan ini ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan mendirikan SMK Paket Keahlian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). SMK Paket Keahlian RPL diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkompetensi sebagai programmer untuk menjawab permintaan pasar yang kian meningkat pada pos pekerjaan programmer. Pembentukan kemampuan pemrograman dibentuk dari proses pembelajaran. Belajar pemrograman melibatkan pemahaman latar belakang teoritis dan praktek dari berbagai pengetahuan semantik dan sintaksis, keterampilan coding, dan keterampilan algoritmik, yang rumit dan sulit untuk dikuasai bagi sebagian besar siswa. Salah satu metode yang dapat mempermudah siswa dalam belajar pemrograman adalah pair programming. Pair programming menciptakan lingkungan dalam mendorong siswa untuk belajar secara aktif, yang menyebabkan siswa lebih percaya diri dan mengembangkan interaksi sosial. Pair programming adalah dua programer bekerja sama pada tugas yang sama pada workstation yang sama. Salah satu programmer bertugas sebagai programmer utama yang memiliki kontrol utama pada proses pemrograman, sementara programmer pemandu bertugas untuk meninjau kode dan memeriksa kekurangan, seperti sintaks yang salah, logika program, salah pengejaan dan permasalahan desain.
Kata kunci : Pair Programming, Metode Pembelajaran, Pemrograman Dasar, Rekayasa Perangkat Lunak, SMK.
PENDAHULUAN
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membentuk bagian dari kehidupan kita sehari-hari (Stephen, 2011). Semua bidang kehidupan dalam satu cara atau makhluk lain telah dipicu oleh penggunaan TIK. Sejalan dengan hal tersebut, Teston (2008) menyatakan bahwa TIK telah menjadi inti dari semua industri besar dan peradaban modern kita. Dapat dikatakan bahwa TIK telah menjadi pilar penting dalam kehidupan di masa ini.
TIK tidak bisa lepas dari peran perangkat lunak, karena dapat mempermudah tatap muka pengguna dengan komputer. Perangkat lunak adalah satu set instruksi yang
155 membuat sistem komputer beroperasi dengan cara tertentu (Umar & Hui, 2012:5603).
Pilar utama untuk produksi perangkat lunak adalah programmer (Farhad, 2012). Dengan semakin pesatnya pertumbuhan TIK menciptakan permintaan yang tinggi untuk pos pekerjaan programmer terampil, Emmanuel (2015), Hunt (2006), dan Yang (2015). Pada sektor pemrograman ini memberikan banyak peluang pekerjaan untuk programmer.
Peluang dan tantangan ini ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan mendirikan SMK Paket Keahlian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). SMK Paket Keahlian RPL diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkompetensi sebagai programmer untuk menjawab permintaan pasar yang kian meningkat pada pos pekerjaan programmer.
Dalam beberapa tahun terakhir permintaan pada pos pekerjaan programmer dan minat siswa dalam bidang pemrograman telah berkembang dengan pesat dan menjadi semakin popular (Robins, 2003). Selain itu, kemampuan pemrograman dipandang sebagai kemampuan dasar lulusan rekayasa perangkat lunak dan kunci untuk mengembangkan kemampuan praktek rekayasa (Mu, 2015). Yang (2015) juga menyatakan bahwa kemampuan pemrograman telah menjadi kompetensi inti untuk siswa teknik dan ilmu komputer.
Pada kenyataannya, belajar pemrograman adalah tugas yang kompleks.
Pemrograman membutuhkan ide-ide baru dalam berpikir dan keterampilan kreatif dalam pemecahan masalah (Emmanuel, 2015). Banyak siswa yang mahir di mata pelajaran lain kadang-kadang gagal dalam kompetensi pemrograman (Owolabi, 2014). Huna Tan dalam Korkmaz (2014:31) menemukan bahwa persepsi siswa yang belajar bahasa pemrograman merupakan kompetensi yang sulit untuk dipelajari, dan mengarahkan siswa untuk menjadi apatis dalam pembelajaran keterampilan pemrograman. Sejalan dengan hal tersebut, Baldwin (2000: 285) menemukan bahwa mayoritas siswa merasa pemrograman komputer merupakan beban kognitif yang sulit dan kompleks. Kesulitan-kesulitan itu berdampak pada hasil belajar dan penguasaan kompetensi pemrograman siswa. Kim & Lerch dalam Barry (2013: 11) menemukan bahwa banyak siswa yang gagal atau putus sekolah dalam pembelajaran pemrograman. Sejalan dengan hal itu, Bennedsen dan Caspersen dalam Barry (2013: 11) menemukan tingkat kegagalan siswa dalam kompetensi pemrograman rata-rata 33%.
Pembentukan kemampuan pemrograman dibentuk dari proses pembelajaran.
Belajar pemrograman melibatkan pemahaman latar belakang teoritis dan praktek dari
156
berbagai pengetahuan semantik dan sintaksis, keterampilan coding, dan keterampilan algoritmik, yang rumit dan sulit untuk dikuasai bagi sebagian besar siswa. Dalam analisis persepsi siswa tentang pemrograman, Hawi (2010) menemukan bahwa meskipun kegagalan dalam pemrograman dikaitkan oleh banyak faktor yang beragam, alasan utama adalah metode pengajaran yang tidak sesuai, serta kurangnya kesempatan untuk latihan.
Metode yang banyak dilakukan dewasa ini dalam pembelajaran pemrograman adalah metode solo programming.
Solo programming adalah sebuah metode tradisional, yang mengembangkan perangkat lunak secara individual. Dalam solo programming, siswa bekerja sendiri dalam sebuah latihan pemrograman (Owolabi, 2013). Programmer memutuskan sendiri terkait hal hal yang berhubungan dengan perangkat lunak yang akan dikembangkan.
Programmer solo mengembangkan kode sendirian terkait dengan program itu.
Pembelajaran pemrograman solo programming umumnya mengharuskan siswa bekerja secara individual pada tugas pemrograman mereka. Dalam proses pembelajaran, bekerja sama dengan siswa lain pada tugas pemrograman pekerjaan rumah merupakan kecurangan dan tidak ditoleransi. Satu-satunya sumber daya yang tersedia untuk membantu siswa mengatasi masalah yang mereka mungkin akan mengalami adalah guru, buku teks, dan internet. Siswa tidak diizinkan untuk bekerja dengan teman-teman mereka, yang juga mendapatkan tugas dengan bahan yang sama.
Salah satu metode alternative yang dapat mempermudah siswa dalam belajar pemrograman adalah pair programming. Pair programming adalah salah satu pembelajaran kolaboratif yang ditemukan secara positif di lingkungan akademik sebagai strategi yang menjanjikan dalam pendekatan pembelajaran pemrograman (Faja, 2013).
Penelitian McDowell, dkk (2003) menemukan bahwa performa siswa yang menggunakan metode pair programming lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan metode solo programming baik di tugas akhir maupun di nilai. Pair programming menciptakan lingkungan dalam mendorong siswa untuk belajar secara aktif, yang menyebabkan siswa lebih percaya diri dan mengembangkan interaksi sosial.