• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Bagi Institusi

3.4 Metode Implementasi

4.1.2 Hasil Jumlah Daun

antaranya daun mengecil berwarna pucat hijau kekuningan, tanaman kerdil, daun-daun sebelah tampak hangus dan mati dan perkembangan bunga berkurang akibat rontok. Kelebihan N juga perlu diwaspadai. Ciri-ciri tanaman apabila unsur N nya berlebih adalah warna daun yang terlalu hijau, tanaman rimbun dengan daun, tanaman rentan terhadap serangan jamur dan penyakit, serta mudah roboh.

Pemberian berbagai jenis pupuk organik memberikan hasil berbeda nyata antar perlakuan pada umur 14-56 hari setelah tanam. Pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (pupuk kotoran ayam) kemudian diikuti oleh P1 (kotoran sapi) dan P2 (kotoran kambing) sedangkan rata-rata terendah terdapat pada perlakuan P0 kontrol (pupuk kompos) hal ini terjadi dikarenakan unsur hara yang terdapat pada pupuk kompos sedikit dibandingkan dengan pupuk kotoran hewan dengan demikian berpengaruh pada masa pertumbuhannya salah satunya pada tinggi tanaman.

49

Perlakuan Rata-rata Jumlah Daun

14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HST P1 (Sapi) 12,05 b 15,99 b 20,05 b 25,61 b 30,22 b 42,50 b 45,38 c P2 (Kambing) 8,88 a 16,22 b 21,05 b 22,55 a 26,83 a 33,72 a 37,94 b P3 (Ayam) 12,16 b 16,55 b 25 c 31,22 c 36,83 c 46,33 c 49,05 d Sumber: Data primer diolah, 2022

Keterangan: Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata dari uji DMRT 5%. Jika diikuti oleh huruf yang berbeda berarti perlakuan berbeda nyata.

Dilihat pada tabel 3. Rata-rata jumlah daun cabai besar pada 14 hari setelah tanam menujukkan hasil yang berbeda nyata yakni untuk perlakuan pupuk kotoran ayam memberikan rata-rata jumlah daun yang berbeda dari perlakuan pupuk kompos, pupuk kotoran sapi dan pupuk kotoran kambing hal ini dikarenakan pada 14 hari setelah tanam tanaman cabai besar sudah mulai bisa menyesuaikan dengan lingkungan dan media tanam yang digunakan di dalam polybag. Warna daun pada 14 hari setelah tanam berwarna hijau kekuningan hal ini disebabkan tanaman masih menyesuaikan dengan kondisi tetapi berbeda dengan jumlah daun yang sudah mulai bertumbuhan artinya akar tanaman sudah bisa menyerap unsur hara yang ada pada pupuk.

Pada 21 hari setelah tanam tanaman menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan pupuk kotoran sapi, pupuk kotoran kambing dan pupuk kotoran ayam berbeda nyata antar perlakuan dengan perlakuan pupuk kompos yaitu kontrol hal ini disebabkan karena kandungan unsur hara pada pupuk organik kotoran hewan lebih banyak daripada pupuk organik kompos sehingga bisa dilihat dari rata-rata jumlah daun pada perlakuan pupuk kompos hanya 25 helai.

Untuk warna dari daun sendiri sudah berwarna hijau keseluruhan hal ini diartikan bahwasanya tanaman sudah menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan sudah mulai tumbuh bakal-bakal daun pada tanaman cabai.

Pada 28 hari setelah tanam tanaman menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan pupuk kompos memiliki notasi a yaitu artinya perlakuan

dengan pupuk kompos memiliki rata-rata jumlah daun paling sedikit diantara perlakuan pupuk kotoran sapi, pupuk kotoran kambing dan pupuk kotoran ayam yang memiliki rata-rata jumlah daun paling banyak yakni pada perlakuan pupuk kotoran ayam hal ini disebabkan pada kandungan unsur hara daripada perlakuan lainnya lebih rendah dibandingkan dengan dengan perlakuan pupuk kotoran ayam. Untuk warna daun hijau keseluruhan yang artinya tanaman sudah tumbuh dengan baik. Pemupukan yang dilakukan pada minggu sebelumnya ternyata belum berpengaruh pada hari 28 hari setelah tanam.

Pada 35 hari setelah tanam tanaman menunjukkan hasil yang berbeda nyata yaitu perlakuan pupuk kotoran ayam menunjukkan rata-rata jumlah daun paling banyak diantara perlakuan lainnya hal ini dikarenakan pertumbuhan dengan pemberian media tanama kotoran berpengaruh lebih baik dibandingkan yang lainnya. Dengan demikian kotoran ayam memeng cocok digunakan untuk tanaman seperti komoditas hortikultura.

Pada 42 hari setelah tanam tanaman cabai tidak mengalami perbedaan dari minggu sebelumnya yakni 35 hari setelah tanam hal ini bisa dilihat pada tabel diatas notasi yang mengikuti angka sama untuk 35 dan 42 hari setelah tanam artinya pada hari tersebut tanaman konsisten dengan rata-rata jumlah daunnya. Hal ini dikarenakan untuk 42 hari setelah tanam tanaman cabai besar sudah memasuki fase generatif dimana pada fase ini tanaman akan memasuki masa-masa pembungaan.

Pada 49 hari setelah tanam tanaman menunjukka hasil yang berbeda nyata antar perlakuan pupuk kotoran ayam, pupuk kotoran kambing dan pupuk kotoran sapi, pupuk kompos hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan jumlah daun pupuk kotoran ayam lebih banyak dibandingkan dengan jumlah daun tiga perlakuan lainnya. Ada beberapa tanaman yang jumlah daun paling bawahnya kuning hal ini diduga karena tanaman terlalu sering disiram atau bisa jadi

51

penyebabnya hujan sehingga daun bagian bawah bisa berwarna kuning dan gugur.

Pada 56 hari setelah tanam tanaman munujukkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan hal ini dibuktikan dengan tabel diatas bahwa setiap perlakuan memiliki notasi yang berbeda atau tidak sama setiap perlakuan sehingga pda hari 56 hari setelah tanam tanaman memiliki tingkatan yaitu yang terbaik tetap pada perlakuan pupuk kotoran ayam disusul dengan pupuk kotoran sapi dilanjutkan dengan pupuk kotoran kambing dan terakhir pupuk kompos sebagai kontrol. Pada hari 56 hari setelah tanam tanaman sudah bermunculan bunga sehingga pada hari ini untuk pengamatan jumlah cabang produktif dan jumlah bunga bisa diamati.

Berdasarkan hasil kajian teknis yang telah dilakukan dilapangan dan dikuatkan dengan data hasil perhitungan perlakuan dengan jenis pupuk organik kotoran ayam memberikan rata-rata jumlah daun terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara K dari kotoran ayam lebih banyak diantara ketiga perlakuan lainnya. Menurut Setiamidjaya (1986) selain nitrogen, kandungan kalium cukup tinggi yang terdapat pada pupuk kotoran ayam juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada jumlah daun. Hal ini sejalan dengan hasil laboratorium yang dilakukan oleh Wiryanta dkk (2002), kandungan kalium yang ada pada kotoran ayam sebesar 1,57%.

Kotoran ayam selain mempunyai kandungan nitrogen yang tinggi juga mempunyai kandungan kalium yang tinggi diantara pupuk kotoran sapi dan kambing hal ini dikarenakan kotoran ayam lebih banyak kotoran daripada air kemih ayam. Hal ini sejalan dengan pernyataan Langi (2017) yang menyebutkan kotoran ayam mempunyai unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah.

Pemberian kotoran ayam sangat dianjurkan untuk budidaya tanaman hortikultura dikarenakan kotroan ayam merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan mudah ditemukan. Sejalan dengan pernyataan Subroto (2009), bahwa pemberian pupuk kotoran ayam dapat memperbaiki struktur tanah yang sangat kekurangan unsur organik serta dapat memperkuat akar tanaman. Setiap ekor ayam kurang lebih menghasilkan feses perhari sebesar 6,6% dari bobot hidup. Ciri-ciri tanaman yang kekurangan unsur K tepi daun muda akan berubah menjadi kuning, yang kemudian menjalar ke tulang daun, kuncup muda akan mati karena perakaran kurang sempurna. Jika ada daun yang tumbuh, warnanya akan berubah dan baberapa jaringan pada daun akan mati. Adapun akibat tanaman yang kelebihan unsur penyerapan Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman terhambat sehingga tanaman mengalami defisiensi (kekurangan nutrisi mikro).

Pemberian berbagai jenis pupuk organik memberikan hasil berbeda nyata antar perlakuan pada umur 14-56 hari setelah tanam. Pertumbuhan rata-rata jumlah daun yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (pupuk kotoran ayam) kemudian diikuti oleh P1 (kotoran sapi) dan P2 (kotoran kambing) sedangkan rata-rata terendah terdapat pada perlakuan P0 kontrol (pupuk kompos) hal ini terjadi dikarenakan unsur hara yang terdapat pada pupuk kompos lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk kotoran hewan dengan demikian hal tersebut mempengaruhi pada masa pertumbuhan salah satunya pada jumlah daun.