• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Menelaah atau menganalisis nilai pendidikan karakter dalam novel Hari Tanpa Cinta karya Rizky Siregar yang menjadi objek dalam pembahasan penelitian ini.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah novel Hari Tanpa Cinta karya Rizky Siregar. Dalam penelitian ini penulis hanya memilih beberapa data dari novel Hari Tanpa Cinta karya Rizky Siregar. Penulis hanya memfokuskan nilai pendidikan karakter yaitu jujur, disiplin, kreatif, peduli sosial, dan tanggung jawab. Berikut ini proses penganalisisan nilai pendidikan karakter dalam novel Hari Tanpa Cinta karya Rizky Siregar yang menjadi objek dalam penelitian ini.

1. Jujur

Jujur adalah perilaku yang menunjukkan perilaku tidak suka berbohong, mengatakan cinta, mengakui kesalahan yang dilakukan, menceritakan kekurangan yang dimiliki, dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan dan pekerjaan sesuai dengan kondisi dan fakta yang ada sebenarnya.

Perubahan panggilan dari gue-lo menjadi aku-kamu, Vena lantas tahu topik yang akan dibicarakan Dion. Ditambah kecurigaan Rasty yang pernah disampaikan bahwa ada kemungkinan laki-laki itu menyukainya memenuhi nalarnya. Labirin otaknya meraba-raba jalan keluar. Tak mungkin menghindar. Kabel belum ia terima.

“ Aku sudah lama suka kamu, Ven. Mau jadi pacarku, nggak? ”

Dugaan Vena benar. Alasan, alasan. Beri satu argumen yang tepat. “Gue belum mau pacaran.”

Sebelum Dion mengomentari, Vena merebut kabel dari tangan pemuda itu dan berlari ke Studio Memori.(HTC : 21)

Dalam kutipan novel di atas menjelaskan bahwa Dion memiliki perasaan suka kepada Vena lalu ia mengutarakannya secara langsung. Akan tetapi, Vena tidak membalas perasaannya. Ia hanya memberikan alasan bahwa dia tidak mau pacaran. Hal ini menjelaskan bahwa Dion telah berperilaku jujur dengan cara mengungkapkan perasaaannya.

“Aku sudah lama suka kamu, Ven. Mau jadi pacarku nggak?”

“Sorry, Yon.Gue nggak merasakan hal yang sama.”

Laki-laki yang baru saja ditolak pasti tidak ingin berada di ruangan yang sama dengan perempuan yang menolaknya. Mereka tidak mau ada seorang pun yang menyaksikan kelemahan dan ketidakberdayaan mereka. Vena mengerti hal itu. Jadi, Vena cepat-cepat berlalu dan membiarkan Dion sendirian. (HTC : 72)

Kutipan di atas, Dion mengatakan perasaan sukanya kepada Vena.

Vena tidak menerima perasaan itu, ia jujur kepada Dion bahwa tidak memiliki perasaan yang sama. Dalam hal ini, Dion telah berperilaku jujur dengan menyatakan perasaannya dan Vena juga telah jujur bahwa dia tidak memiliki perasaan yang sama. Suasana yang terjadi dalam hal ini membuat Vena cepat berlalu dan membiarkan Dion sendirian.

“Om Sofyan memang selalu memesan bunga dari butik gue untuk nyokap lo. Suatu kali ia minta diantarkan bunga. Salahnya, gue langsung main kirim saja ke rumah lo karena gue pikir itu ordernya yang biasa.”

“Jadi, kalau lo tahu dari awal bunga itu untuk selingkuhannya, lo bakal kirim juga? Laki-laki pastilah membela laki-laki,” Vena mencibir.

“Gue sungguh-sungguh minta maaf, Ven. Tolong, maafkan. Gue capek musuhan sama lo.”

Vena diam saja. Pembelaan yang dikatakan Raga cukup masuk akal. (HTC : 127)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa, Raga berperilaku jujur dengan mengakui kesalahannya dengan meminta maaf kepada Vena karena salah mengirim bunga.

41

Salah satu sisi hati Vena membantah, hari ini bukan seperti hari-hari yang lain. Ia bisa menceritakan apapun tanpa Ibu bisa mengingat keesokan harinya.

“Ayo, Nak. Cerita sama Ibu.”

“Bukan Om Tisna alasannya. Aku hanya nggak mau Ibu menikah karena itu berarti Ibu akan meninggalkanku sendirian.” (HTC : 110)

Kutipan di atas, menjelaskan bahwa Vena berperilaku jujur terhadap Ibunya karena mengungkapkan apa yang ia rasakan.

“Kenapa bapak pergi meninggalkan kami?”

Akhirnya pertanyaan itu terlontar juga. Dari tadi, Vena mengulur waktu dengan membuka pembicaraanya yang ngalor-ngidul menceritakan hubungan asmara Ibu. Ia tahu, Bapak sempat merasa aman ketika pertanyaan yang menjadi bom waktu itu tidak juga diajukan. Tapi, Vena perlu tahu. Bapak juga harus menyampaikan jawabannya.

“Bapak masih muda. Ibu juga. Kami dijodohkan. Ibu adalah wanita yang patut pada keluarga. Sementara Bapak sudah punya kekasih.” (HTC : 208)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Bapak Vena memiliki sikap jujur karena telah memberikan alasan kepada Vena mengapa ia meninggalkannya dan Ibunya. Bapak Vena memberikan alasan bahwa mereka dijodohkan dan sementara Bapak Vena sudah memiliki kekasih.

“Lo sudah nggak marah sama kejadian setahun lalu, kan, Ven ? Vena membisu. Peristiwa tepat setahun disinggung kembali.

“Maaf, Ven. Gue nggak pernah bermaksud menyakiti nyokap lo. Gue mengerti kalau itu karena lo sayang sama nyokap lo. Gue sendiri pasti melakukan hal yang sama.”

“Gue juga minta maaf. Seharusnya gue tanya dulu bukannya malah merusak butik bunga.”

“Baikan?” ajak Raga dengan menyodorkan tangannya.

Vena menyambut jabat tangan itu. “Baikan” balasnya. (HTC : 243)

Kutipan di atas mejelaskan bahwa Raga dan Vena memiliki sikap jujur dengan mengakui kesalahnnya. Raga meminta maaf kepada atas kejadian setahun lalu, sedangkan Vena meminta maaf karena telah merusak butik bunga milik Raga.

Sepeninggal Raga, Hardi kembali mengutarakan maksudnya,” Jadi, mau jadi pacar saya, Ven?”

Ia tidak mampu membayangkan hidup berpura-pura bersama laki-laki yang tidak ia cintai.

Lebih baik terjebak di satu hari untuk selama-lamanya. Asal menjalaninya dengan cinta. Ia mengepalkan tangan untuk memberikan kekuatan tambahan.

Vena pun menjawab, “Saya nggak bisa, Mas. Ada orang lain yang saya cinta.” (HTC : 255)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Hardi memiliki sikap jujur yaitu dalam hal mengungkapkan perasaannya kepada Vena. Begitupun sebaliknya, Vena telah berperilaku jujur bahwa ia tidak bisa menerima Hardi karena ada orang lain yang ia cintai.

2. Disiplin

Disiplin adalah upaya pengendalian diri dalam mengembangkan kepatuhan yang perlu yang dilaksanakan agar menciptakan kondisi tertib atau teratur.

Vena mengamati Akbar yang tersenyum ringan sambil tetap sibuk dengan telpon genggamnya. Jika menuruti kehendak batin, ia tergoda merebut telpon tersebut dan membuangnya. Namun, pengalaman hidup selama 22 tahun mengajarkannya untuk jangan sekali-kali memicu konflik. Salah satu yang paling ia ingat, waktu kecil dahulu ia pernah mendambakan sepeda. Ia merongrong ayah dan ibunya agar mewujudkan keinginan itu.

Orang tuanya tidak dapat memenuhi dengan berbagai alasan. Ia terus memaksa. Apa hasilnya? Bapak justru pergi dari rumah dan meninggalkan Vena serta ibunya.

Sejak itu, Vena enggan menyuarakan pikirannya dengan lantang.

Semampu mungkin, ia mentupinya agar tidak tercipta perdebatan.

(HTC : 3)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Vena mampu mengendalikan dirinya agar tidak tercipta konflik dengan mengingat pengalamannya saat kecil yang memaksa ayah dan ibunya agar mewujudkan keinginannya.

43

“Aku nggak bisa menikah dengan kamu, Ven”

Vena terpaku. Air wajah Akbar sangat terpercaya ketika menyampaikan berita itu. Kalimat itu tidak Vena izinkan merasuk ke kepalanya. Ia tidak rela.

Vena memejamkan mata. Kobaran berang dipendam dalam-dalam. Lengan dikepit rapat agar tak menampar pipi Akbar. Tak ada gunanya ribut-ribut di kafe dan ditonton oleh banyak pengunjung. Setelah tenang, ia membuka mata sambil berkata, “Tapi penghulu sudah di panggil.” (HTC : 4)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Vena memiliki sikap disiplin karena mampu menahan amarahnya agar tidak menampar pipi Akbar yang menolak untuk menikah dengannya.

Tidak hanya di rumah, di Studio Memori pun semua orang membahas hari kasih sayang.

Vena disambut dengan pertanyaan Rasty.” Mau dinner dimana? Bareng gue, yuk. Double date?”

Mengingat Rasty baru delapan bulan bekerja di Studio Memori, tentu temannya itu alpa dengan ketidaksukaannya terhadap Valentine. Vena memaklumi. Amarahnya tertahan di tenggorakan. Ia menimpali dengan gelengan lemah. (HTC: 51)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Vena memiliki sikap disiplin yaitu ia dapat menahan amarahnya dengan memahami temannya yang bernama Rasty atas ketidaksukaannya terhadap Valentine.

3. Kreatif

Kreativitas pada dasarnya merupakan suatu proses tindakan dimana seseorang dapat mengaktualisasikan diri dengan mengkombinasikan konsep- konsep, pemikiran-pemikiran, serta ide-ide untuk menciptakan suatu alternatif yang berbeda untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama dan yang pastinya berorientasi pada hal-hal yang bersifat positif.

Mama adalah perempuan paling kreatif yang pernah Raga kenal. Dari tangan yang halus itu, tercipta pajangan-pajangan unik. Hampir semuanya berasal dari barang-barang bekas, termasuk kelopak bunga yang sudah tidak digunakan. Dari awal Raga mengumpulkan kelopak-kelopak bunga

tersebut. Nanti, kelopak itu di ubah menjadi karya seni yang bernilai tinggi. (HTC : 183)

Kutipan di atas menjelaskan tentang Mama Raga memiliki pemikiran atau ide untuk menciptakan hal yang berbeda yaitu membuat kelopak bunga dengan barang-barang bekas.

“Ingat gak Ven? Waktu kita mengerjakan proyek bareng.”

“Lo baru lulus dan disuruh membantu Papimu. Terus, lo berencana bikin toko online.”

“Aku punya banyak ide yang kadang-kadang merepotkan. Tama sering kesal. Tapi kamu sabar banget memenuhi semuanya. Walaupun ada atribut yang susah, kamu bisa mengusahakannya.”

“Lo ingin motret lampu meja bermotif kulit zebra. Perlu sofa zebra juga.

Nyarinya ampun, deh. Pas ketemu di toko lain, eh, nggak boleh dipinjam.”

“Padahal aku sudah rela membeli. Tapi kamu terpikir untuk mengubah pelapis sofa dengan kain bergambar kulit zebra.” (HTC: 44)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Vena memiliki kreativitas dengan memikirkan hal baru dengan mengubah pelapis sofa dengan kain zebra.

“Aku ingin membuka butik bunga, Ma,” kata Raga ketika ia baru saja menginjak usia ke-25.

Laki-laki berambut pendek rapi, berbadan kurus, dan berhidung bangir itu mendatangi Ibunya yang sedang mengerjakan kerajinan tangan di ruang prakarya di rumah mereka. (HTC: 175)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Ibunya Raga adalah orang yang kreatif karena ia mampu mengerjakan kerajinan tangan di ruang prakarya.

Raga mengambil beberapa kelopak bunga. Ia menyusun kelopak-kelopak itu dalam bentuk melingkar menyerupai bunga matahari. (HTC: 176)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Raga memiliki sikap kreatif karena ia dapat menyusun kelopak bunga dalam bentuk melingkar yang menyerupai matahari.

45

4. Peduli sosial

Kepedulian sosial merupakan sikap selalu ingin membantu orang lain yang membutuhkan dan dilandasi oleh rasa kesadaran dan manusia yang mempunyai kesadaran sosial yang tinggi akan memiliki sikap kasih sayang dan perasaan empati terhadap suatu hal yang dialami orang lain.

Vena jadi terkenang pertemuannya pertama kali dengan mantan tunangannya itu. Tujuh tahun lalu, Vena berkenalan dengan Akbar di kampus Sekolah Tinggi Seni dan Desain Yogyakarta. Ia mahasiswa baru pada Jurusan Desain dan Komunikasi Visual. Pada saat orientasi mahasiswa baru, Vena lupa mengempas sapu tangan berwarna ungu di dalam tas, sesuai warna kebanggan kampus mereka. Di tengah takut terkena sanksi dari kakak angkatan, Akbar menyelamatkannya dengan memberikan saputangan cadangan. (HTC : 54)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Akbar memiliki rasa peduli kepada Vena dengan memberikan saputangan agar Vena tidak diberikan sanksi oleh kakak angkatannya.

Bungkusan yang dipegang Dion terjulur ke arahnya.

“Ini! Gue tadi belinya agak banyak,” kata Dion.

“Gue sudah sarapan, Yon.”

“Buat brunch.”

“Gaya banget lo. Gue nggak ada istirahat brunch.”

“Buat makan siang. Sudahlah, terima saja! Gue sudah beliin ini.” Dion menyurukkan plastik itu.

Bayangan lambaian seorang gadis mendarat di mata Vena. Asalnya dari Studio Memori. Sontak, Vena menyambut bungkusan itu.”Thanks, Yon.”

(HTC : 9)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Dion memiliki sikap peduli sosial dengan Vena karena telah memberikan makan siang kepada Vena. Hal ini patut untuk dicontoh agar dapat menumbuhkan rasa peduli kepada sesama.

Di halaman belakang Studio Memori, Vena dan Hendra memaku kaki kursi yang patah di halaman belakang.

“Beres. Ayo, coba!

Hendra menguji kursi yang telah dibetulkan. Tidak kokoh karena Hendra terjatuh. Vena memaku kursi kembali. Ia menyuruh Hendra mengetesnya.

(HTC : 86)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Vena dan Hendra memiliki rasa peduli sosial karena saling membantu memaku kaki kursi yang patah. Hal ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yaitu bekerjasama dengan membagi tugas masing-masing seperti yang dilakukan Hendra dan Vena.

“Katanya mau beli cat pink?”

Vena mengangguk.

“Yang ada warna apa?”

“Merah, kuning, biru....”

“Putih ada?”

“Sepertinya, sih.”

“Oke. Campur cat merah dengan yang putih!”

Vena memadukan adonan cat serata mungkin sampai memperoleh warna merah muda yang pas.

Tahu-tahu, Hardi mengambil tongkat pengaduk dari tangannya. “Kamu kurang rata mengaduknya. Di bagian dasar masih pucat.” (HTC : 89)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Vena dan Hardi memiliki sikap peduli sosial karena bekerjasama dalam melakukan kegiatan mengecet.

“Haiya, temani Om sarapan dulu!”

Vena mengikuti sang penolong ke warung terdekat. Roti Bakar Wiwied.

Om Aling meminta roti bakar cokelat keju dan bubur kacang hijau lengkap untuk mereka berdua. (HTC : 121)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Om Aling memiliki rasa peduli sosial dengan mengajak Vena untuk sarapan di warung. Hal ini patut untuk dicontoh agar dapat menumbuhkan rasa peduli kepada sesama.

“Haiya, sudah jam 9. Kamu bisa terlambat kerja. Cepat-cepat, Om antar saja. Mobil Om diparkir di depan bank. Om juga harus jemput Dion di rumah.”

Vena tergagap ingin menjelaskan bahwa ia tidak berhasrat pergi ke Studio Memori. Tapi, Om Aling seperti tak bisa dihentikan. Lima menit kemudian, ia sudah duduk rapi dalam lindungan sabuk pengaman di samping Om Aling yang bertugas mengemudi. (HTC : 124)

47

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Om Aling memilki sikap peduli sosial karena ingin mengatar Vena berangkat kerja.

Vena tidak memberikan ampun. “Ibu juga, kan, yang bilang cinta nggak penting dalam sebuah hubungan.”

Ibu menepuk lengannya pelan.”Sudah, sudah. Sana berangkat kerja!”

Vena terkekeh merasa menang. Sebelum berlalu, ia mencium pipi wanita yang melahirkannya 25 tahun yang lalu itu. (HTC : 8)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Vena memiliki sikap peduli terhadap kepada Ibunya. Ia sangat senang sehingga mencium pipi Ibunya.

Dengan hal ini dapat kita contoh agar kita bisa menunjukkan kasih sayang kepada Ibu.

“Baru pulang, Ven ?”

Vena pikir ibunya sudah tidur.

“Ibu sendiri masih bangun?”

“Mana bisa Ibu tenang kalau kamu belum pulang, Ven.”

Vena merangkul Ibunya.”Thanks, Bu. Aku nggak bisa bayangkan kalau nggak ada Ibu, bakal jadi seperti apa hidupku.” (HTC : 46)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Ibu peduli kepada Vena karena menunggu kepulangan anaknya hingga dia tidak tidur sampai Vena pulang.

Vena menaikkan badannya supaya nyaman bersandar pada kepala ranjang.

Ia tidak memedulikan sup yang masih panas. Meliriknya pun tidak.

Usapan lembut Ibu di kepala menenangkannya. Menyadari anak satu- satunya itu tidak akan menyentuh sup, Ibu menyendokkan sesuap ke mulut Vena. Bukan hanya bibir yang menikmati kehangatan sup, tapi tembus sampai ke hati. (HTC : 64)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Vena merasa nyaman karena Ibunya memberikan perhatian dengan menyuapkan sup ke mulutnya. Dalam hal ini Ibu Vena memiliki rasa peduli yang tinggi terhadap anaknya.

“Ayo, Nak. Cerita sama Ibu.”

“Bukan Om Tisna alasannya. Aku hanya nggak mau Ibu menikah karena itu berarti Ibu akan meninggalkanku sendirian.”

Ibu memeluk Vena. “Dari mana kamu punya pikiran itu, Ven?”

(HTC :108)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Vena merasa iba kepada dirinya sendiri karena takut ditinggalkan oleh ibunya setelah memilih Om Tisna.

Lambat laun apa yang Vena anggap sebagai kerugian ternyata merupakan keuntungan, begitu pula sebaliknya. Om Henri tidak sebaik yang Vena kira. Ada saat-saat ia memergoki tangan ayah tirinya itu mengayun keras di pipi Ibu. Vena tidak tahu harus berbuat apa. Setiap pagi ia selalu menanyakan kepada Ibu, “Ibu baik-baik saja?” Ibunya mengangguk dan menyuruhnya tidak khawatir (HTC : 205)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Vena merasa iba kepada Ibunya karena ayah tirinya menampar pipi Ibu Vena. Dan Vena tidak bisa melakukan apa-apa.

Sekuat tenaga Vena menghilangkan serak di tenggorokan. “Kita sudah pernah membicarakan ini. Kamu yang bilang bagi cowok nggak apa-apa menikah tanpa restu keluarga.”

“Tapi untuk cewek nggak boleh, Ven. Harus ada wali sah dan sampai sekarang kamu nggak menyanggupinya!”

Akbar menyerangnya tepat di titik hati terlemah. Vena tidak pernah menyangka kata-kata berkuasa mengakibatkan efek yang sama seperti serangan senjata yang melukai bagian tubuh. Hancur terburai.

Dengan kekuatan yang tersisa, Vena melakukan apa yang ia yakini sebagai penyelesaian setiap kali ia tertimpa masalah. Cepat-cepat ia keluar dari kafe. Ia menghindari dan lari sejauh-jauhnya dari Akbar. (HTC : 5)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Akbar memiliki sikap peduli terhadap Vena karena dengan memberikan saran apa yang harus dilakukan oleh Vena.

“Om Tisna mengajak kamu makan malam, Ven. Restorannya bagus lho.

Katanya sering diliput majalah-majalah. Kalau lusa, bisa, ya ?”

“Nggak, Bu. Nggak mau!”

“Kenapa?”

Vena terdorong untuk beralasan ia lelah dan ingin istirahat di hari minggu.

Tapi, itu hanya akan menunda permintaan Ibu saja. Ibu tak akan menyerah membujuknya.

“Buat, apa? Kalau nantinya dia juga pergi, meninggalkan Ibu, dan Ibu lebih menderita dari sebelumnya.”

“Astaga, Vena. Kamu berdoa seperti itu?”

“Itu kenyataan, Bu. Om Burhan, Om Henri, Om Sofyan, Bapak,” kata Vena lirih.

49

Ibu terbungkam.

Vena merasa bersalah. Ia memeluk ibunya. “ Aku akan selalu di samping Ibu terus. Kita berdua, bersama-sama, selamanya. Nggak ada yang lain.

Cuma aku dan Ibu,” bisik Vena.

Ibu membalas pelukannya. “Kamu tidur, gih. Pasti capek seharian bekerja.” (HTC : 47 )

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Vena merasa iba kepada Ibunya karena takut ibunya menderita setelah mengenal Om Tisna.

“Kamu teman Rasty, kan?” tanya Gemala.

Vena mengangguk.

Gemala meletakkan kotak kecil berisi beberapa butir obat ke atas telapak tangannya. “ Temannya Rasty otomatis jadi teman saya juga. Anggap pil tidur ini hadiah dari teman. Saya kadang-kadang meminumnya kalau terlalu tegang sampai tidak bisa istirahat. Siapa tahu kamu memerlukannya?” (HTC : 58)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Gemala memiliki sikap peduli kepada Vena dengan memberikan obat pil tidur kepada Vena agar ia dapat beristirahat.

Vena terbatuk. Ibu menyodorkan air minum. (HTC: 65)

Kutipan di atas menjelaskan Ibunya Vena memiliki sikap peduli karena menyodorkan air minum saat Vena sedang terbatuk.

Raga menangkap dan membantunya berbaring. Laki-laki itu juga menarik kursi dan duduk di dekatnya. Ia mengeluarkan balsem.”Mana yang sakit?”

Laki-laki seperti apa yang membawa krim pereda rasa sakit kemana pun ia pergi? Teori pribadi terhadap sosok Raga menyeruak di pikirannya.

“Gue juga sering nyeri otot. Apalagi kalau lagi banyak order kayak Valentine sekarang. Paling aman menyimpan balsem di kantong.”

Vena menikmati menonton Raga mengoleskan krim tersebut ke telapak kaki dan betisnya. Baluran krim menimbulkan rasa dingin pada kulitnya.

Laki-laki seperti apa yang rela memastikan seorang perempuan terawat dengan baik? Rasa dingin menjalarkan kehangatan sampai ke hati. (HTC:

162)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Raga memiliki sikap peduli karena telah membantu Vena berbaring dan mengoleskan krim pereda nyeri otot ke telapak kaki Vena.

Tujuan pertama mereka adalah Restoran Dapur yang terletak di kawasan Gandaria. Mobil Avanza yang dikemudikan Raga diparkir di pintu belakang restoran tersebut. Vena membantu Raga membawa bunga-bunga ke dalam restoran. Melihat jumlah rangkaian bunga di bagasi belakang yang sangat jauh berkurang, rupanya sebagian besar pesanan bunga berasal dari restoran ini. (HTC: 164)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Vena memiliki sikap peduli terhadap Raga karena sudah membantu Raga membawa bunga-bunga ke restoran.

Vena mengantarkan Madame Laura. Mereka melewati ruangan kekuasaan Rasty yang masih asyik menyimak majalah. Vena mengintip bacaan temannya itu. Lagi-lagi bagian ramalan.

Ketika menyadai Madame Laura akan berpamitan, rekan kerjanya itu ingin ikut mengantarkan sang peramal terkenal ke parkiran. (HTC : 37)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Vena dan rekan kerjanya yang bernama Rasty memiliki sikap peduli terhadap Madame Laura dengan bersedia mengantarkan sang peramal tersebut ke parkiran.

5. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah suatu sikap dimana seseorang tersebut mempunyai kesediaan menanggung segala akibat atau sanksi yang telah dituntutkan (oleh kata hati, oleh masyarakat, oleh norma-norma agama) melalui latihan kebiasaan yang bersifat rutin dan diterima dengan penuh kesadaran, kerelaan, dan berkomitmen.

Sebagai asisten fotografer, Vena harus memastikan proses pemotretan berjalan lancar seperti yang diinginkan oleh juru foto. Ia menyiapkan peralatan yang diperlukan sesuai konsep yang ditentukan. Ia menolong

Dokumen terkait