• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3. Hasil Wawancara

a. Bentuk Solidaritas Sosial Masyarakat Desa Parenring Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng

Masyarakat akan selalu hidup berdampingan dan berinteraksi karena manusia akan selalu hidup bergantung dengan yang lain. Dalam kehidupan sangat dibutuhkan adanya solidaritas karena masyarakat bisa saling berdampingan dalam pemenuhan kebutuhan dan mendorong pula masyarakat untuk saling berinteraksi dan bekerja sama merubah kondisi kehidupan yang awalnya kurang baik berubah menjadi yang lebih baik. Solidaritas dalam

sebuah tradisi sangat dibutuhkan karena dapat mempermudah pekerjaan dan mencapai tujuan-tujuan tertentu yang sudah di rencanakan.

Upaya yang dilakukan untuk menjaga atau mempertahankan solidaritas dalam sebuah tradisi diantara mereka berbeda- beda, dari kelas satu dengan kelas lainnya. Misalnya masyarakat yang sebagai penyelenggara dan ketua adat dan masyarakat yang memberikan sumbansi kepada penyelenggara semua yang turut terlibat dalam acara ritual dan tradisi.

Biasanya mereka saling melengkapi saling menghormati diantara sesama saling membantu dan lain sebagainnya.

Kerjasama merupakan kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Ketika kerja sama dalam masyarakat tidak terjalin dengan baik maka ubungan masyarakat akan mengalami ketidak harmonisan.

Aktifitas tradisi Mappadendang di desa parenring kecamatan lilirilau selalu bekerjasa dalam pelaksanaan ritual baik dalam persiapan maupun dalam pelaksanaan ritual tersebut. Bentuk kerjasama itu dapat dilihat dari pembagian tugas dalam melaksanakan tradisi Mappadendang ini seperti yang telah dikatakan oleh informan (HT) bahwa :

“Kerja sama masyarakat disini sangat baik karena setiap orang yang terlibat dalam tradisi Mappadendang mempunyai tugas masing-masing ada yang ditugaskan untuk mencari padendang untuk di sewa dan ada yang ditugaskan untuk mendatangi rumah warga atau masyarakat setempat untuk meminta sumbangan demi kelancaran tradisi Mappadendang ini”. (wawancara, Tanggal 5 september 2019).

Penjelasan diatas menjelaskan bahwa masyarakat setempat turut berpartisipasi secara sukarela dengan menyumbangkan uangnya untuk melancarkan pendanaan acara tradisi Mappadendang ini.

Bentuk solidaritas gotong royong dapat terlihat mulai dari aktivitas pada saat ingin membangun baruga padendang, memasang alat padendang dan sampai dengan proses penyembelihan kerbau semua masyarakat yang berada di lokasi tersebut secara bersamaan melaksanakan pekerjan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara salah satu informan (I) mengatakan bahwa :

“Pada saat mau dilaksanakan Mappadendang masyarakat secara bersama-sama membersihkan lokasi yang akan digunakan untuk mappadendang dan begitu juga pada saat akan dibuat baruga kecil untuk memasang alat padendang masyarakat disini bekersama, karena kalau dikerjakan secara sendiri-sendiri maka proses pembuatannya akan berlangsung lama”.

(wawancara, Tanggal 5 september 2019).

Solidaritas dalam sebuah kelompok saling berinteraksi dan bekerja sama tidak memandang dari strata sosialnya. Solidaritas dalam sebuah komunitas tanpa rukun atau saling membantu dan gotong royong tidak akan berjalan lancar.

Tujuannya karena yang namanya hidup harus saling membantu dan tolong menolong hidup itu tidak sendirian di situ ada kelompok masyarakat dan kebetulan penelitian ini yang membahas tentang tradisi mappadendang di Kecamatan Lilirilau dan biasanya masyarakat pasti solidaritasnya sangat tinggi yang saling membantu dan tolong menolong dalam pelaksanaan ritualnya.

Kegiatan gotong royong pada saat pelaksanaan mappadendang yang akan dilaksanakan yaitu membersihkan peralatan yang akan digunakan pada saat melaksanakan tradisi mappadendang dan pada saat proses penyembeliyan hewan semua dikerjakan secara bersamaan.

Solidaritas tetap terjaga yaitu dengan saling menjaga kepercayaan dan mencapai tujuan-tujuan bersama. Sesuai dengan hasil wawancara salah satu informan (H) yang mengatakan bahwa :

“Acara ini selalu setiap tahun dan banyak datang karena ini sudah menjadi tradisi syukuran. Acara ini dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan memanen padi, selain itu ibu-ibu setempat juga ikut membantu memasak dalam acara mappadendang ini diselenggarakan”. (wawancara, tanggal 5 september 2019).

Penjelasan diatas merupakan sesama warga masyarakat harus saling membantu atau tolong menolong apalagi mengenai kepercayaan dan tujuan- tujuan dalam suatu ritual tradisi. Banyak cara agar solidaritas tetap terjaga yaitu dengan ikatan sosialnya yang dalam kehidupan sehari-hari sesama petani maupun dengan kelompok lainnya mereka tetap saling tolong- menolong.

Bentuk solidaritas yang dihasilkan dari hubungan sosial antar sesama masyarakat yaitu saling tolong menolong disaat mereka yang berbeda stratifikasi tapi menjalankan tradisi yang sama maka mereka akan senantiasa saling membantu untuk melanjacarkan pelaksanaan tradisi sampai selesai di laksanakan.

Solidaritas akan tetap terjaga yaitu dengan ikatan sosialnya yang dalam kehidupan sehari-hari sesama pekerja berprofesi sebagai petani

maupun dengan kelompok lainya mereka tetap saling tolong menolong. Maka dari itu dengan solidaritas yang ada di lingkungan ini tidak hanya masuk ke jenis solidaritas mekanik. Solidaritas mekanik terbentuk dalam hubungan buruh petani dengan pemilik lahan. Hubungan pemilik lahan dan buruh tani terbentuk pada saat pembagian pekerjaan dan berimbas kepada pelaksanaan ritual mappadendang karena terdapat pembagian pekerjaan dalam pelaksanaan tradisi.

Hubungan solidaritas mereka dalam klasifikasi solidaritas mekanik karena diantara mereka terdapat spesialisasi dalam hal pembagian kerja didasarkan pada tingkat homogen yang tinggi dalam kepercayaan dan kepentingan bersama. Berdasarkan hasil wawancara dari informan (MI) yang mengatakan bahwa:

“Acara mappadendang sudah mentradisi dan yang mengsponsori langsung adalah partisipasimasyarakat, masyarakat yang masih percaya dengan tradisi ini pastinya banyak menyumbangkat materi atau pun non materinya supaya acara bisa terlaksana dengan baik karena mereka masih beranggapan kalau tidak dilaksanakan besar kemungkinan akan gagal panen”. (Wawancara, tanggal 5 september 2019)

Kegiatan gotong royong masyarakat yang berdasarkan tradisi yang masih kental masih sering dijumpai di kalangan masyarakat khususnya di desa parenring kecamatan lilirilau kabupaten soppeng. Acara ini menjadi ajang hiburan bagi para tamu yang hadir, karena didalam tradisi mappadendang mempertunjukkan aksi menumbuk padi dengan alu secara gotong royong. Selain sangat menghibur bagi hadirin juga menunjukan suatu

pernyataansikap dan kebersamaan para petani bugis dalam hal ini selalu bergotong royong.

Setelah melaksanakan panen raya masyarakat melakukan ritual adat sebagai bentuk rasa syukur kepada maha pencipta yang telah memberikan hasil panen yang berlimpah sekaligus juga sebagai penghargaan bagi para petani yang telah bekerja keras mengelolah usaha taninya.

b. Tradisi Mappadendang Dalam Membangun Solidaritas Sosial Masyarakat

Dalam tradisi Mappadendang dapat meningkatkan hubungan sosial sesama masyarakat desa parenring kecamatan lilirilau kabupaten soppeng dan masyarakat desa tetangga selain itu tradisi Mappadendang juga merupakan suatu hiburan bagi masyarakat setempat dan sekitarnya. Karena ketika diadakan Mappadendang masyarakat bersama-sama datang untuk menyaksikan tradisi Mappadendang. Ketika diadakan tradisi Mappadendang biasanya menjadi sebuah ajang untuk mencari jodoh bagi para muda mudi.

Dalam tradisi Mappadendang masyarakat desa parenring kecamatan lilirilau kabupaten soppeng melaksanakannya secara meriah dan kegembiraan karena dapat merkumpul bersama dan solidaritas mereka semakin tinggi. Menurut pernyataan seorang informan (J) bahwa:

“Dalam tradisi Mappadendang ada sebuah baruga kecil yang disebut dengan baruga padendang, baruga tersebut dibuat oleh masyarakat dengan bergotong royong”. (wawancara, tanggal 6 september 2019).

Dengan adanya tradisi Mappadendang, sifat dan sikap kegotong- royongan masyarakat pun semakin tinggi karena dalam pembuatan baruga

padendang dibuat dengan bergotong-royong sehingga setelah adanya Mappadendang jika masyarakat ingin menanam padi disawah masyarakat saling memanggil dan bergotong royong menanam padi. Dalam tradisi Mappadendang masyarakat juga dapat meningkatkan rasa syukur kepada Allah atas hasil panen yang didapat selama bercocok tanam. Menurut salah satu informan (MJ) bahwa:

“Tradisi Mappadendang yang dilaksanakan masyarakat desa parenring tetap dilaksanakan karena merupakan suatu tradisi yang dilakukan secara turun temurun dan tidak dapat dicekam karena dalam hadist dan al-quran tidak ada larangan tentang tradisi Mappadendang”. (wawancara, tanggal 6 september 2019).

Tradisi yang dilaksanakan dalam masyarakat desa parenring tetap dilaksanakan karena merupakan suatu bentuk ekspresi kegembiraan dan sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun temurun. Tradisi ini lakukan karena menurut masyarakat merupakan suatu bentuk kesyukuran kepada Allah atas hasil panen yang diperoleh dan tadisi Mappaendang yang dilaksanakan tidak bertentang karena dalam al-quran dan hadis tidak terdapat larangan tentang upacara Mappadendang.

Ketika tradisi Mappadendang dilaksanakan masyarakat juga memberi kontribusi berupa uang, beras dan makanan serta kue tradisional untuk dimakan bersama dalam acara Mappadendang. Dari pernyataan salah satu informan (A) bahwa:

“Kebiasaan tradisi Mappadendang yang dilakukan masyarakat desa parenring mempunyai hubungan silaturahmi dari masyarakat yang hadir pada saat pelaksanaan tradisi mappadendang”. (wawancara, tanggal 6 september 2019)

Dari pernyataan informan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa tradisi Mappadendang yang dilaksanakan masyarakat desa parenring merupakan suatu wadah yang dapat meningkatkan hubungan sosial antara masyarakat dan menjadi tempat hiburan bagi masyarakat setempat dan sekitarnya. Melalui tradisi Mappadendang masyarakat mengekspesikan kegembirannya atas hasil panen yang mereka dapatkan dan tradisi yang dilakukan masyarakat apat dilaksankan karena tidak dalam al-quran dan hadist tidak terdapat pertentangan atau larang. Dalam agama dan tradisi mappadendang terdapat persamaan yaitu mengenai hubungan sosial. Dalam agama menganjurkan manusia untuk menjaga hubungan silaturrahmi antar sesama. Dengan adanya tradisi Mappaendang ini masyarakat dapat meningkatkan hubungan sosial dan rasa golidaritas serta kegontong royongan pun semakin kuat.

Dengan adanya tradisi Mappadendang ini masyarakat merasa hubungan sosial mereka semakin kuat dan sikap gotong royong pun semakin tinggi dengan nilai kerifan dan kebersamaan yang tercipta. Selain itu proses ritual Mappadendang juga memberikan kontribusi dalam peningkatan hubungan ukhuwah masyarakat setempat maupun masyarakat yang berasal dari desa tetangga.

c. Pandangan Masyarakat Terhadap Tradisi Mappadendang

Tradisi mappadendang yang dilaksanakan di desa parenring kecamatan lilirilau kabupaten soppeng, merupakan salah satu tradisi atau budaya yang telah dilaksanakan dari zaman nenek moyang dan hingga saat ini

masih dilaksanakan oleh masyarakat setempat, karena pandangan masyarakat tradisi mappadendang ini sudah menjadi kebiasaan yang harus dilakukan.

Menurut salah satu informan (E) bahwa :

“Mappadendang harus dilaksanakan karena Mappadendang ini sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang kita apabila tidak dilaksanakan sering terjadi keanehan” (Wawancara, 7 september 2019)

Dari pernyataan informan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pandangan masyarakat di desa parenring kecamatan lilirilau kabupaten soppeng bahwa mappadendang ini harus dilakukan karena apabila upacara mappadendang ini tidak dilakukan maka desa tersebut akan terkena bencana seperti gagal panen, dan sering terjadi keanehan di daerah tersebut. Maka dari itulah tradisi mappadendang tetap dilaksanakan sampai sekarang karena untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, masyarakat desa parenring kecamatan lilirilau kabupaten soppeng mengatakan bahwa Mappadendang merupakan pesta panen yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas keberhasilan yang diperoleh selama bertani.

Menurut masyarakat desa parenring kecamatan lilirilau kabupaten soppeng tradisi mappadendang ini dilakukan untuk menjaga hubungan silaturahmi antar masyarakat karena ketika mappadendang dilakukan masyarakat bersama-sama datang untuk menyelesaikan Mappadendang tersebut.

Menurut penulis, tradisi Mappadendang memiliki hal yang dapat dipertahankan yaitu dalam hal melestarikan budaya dan tetap menjaga hubungan silaturahmi antara masyarakat serta meningkatkan solidaritas

masyarakat, akan tetapi penulis tidak sependapat dengan kepercayaan masyarakat yang berpandangan bahwa tradisi mappadendang merupakan merupakan suatu ritual tolak bala untuk ketenangan desa tersebut. Karena yang dapat memberi ketenangan hanyalah Allah SWT.

Sebelum diadakan tradisi mappadendang diperlukan persiapan agar tradisi tersebut dapat berjalan dengan lancar. Adapun persiapan yang harus dilakukan sebelum Mappadendang menrut informan (A) bahwa :

“Persiapan yang dilakukan sebelum Mappadendang adalah melapor kepada aparat pemerintah agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik” (Wawancara, tanggal 7 september 2019)

Persiapan yang dilakukan sebelum tradisi mappadendang yaitu meminta persetujuan terlebih dulu kepada kepala desa, iman desa, dan mengambil surat izin keramaian agar pelaksanaan Mappadendang berjalan dengan lancar. Setelah mendapat persetujuan dari aparat daerah dan persiapannya sudah mantap dan sudah ada tanggal yang ditentukan barulah tradisi Mappadendang ini dilaksanakan. Menurut pernyataan informan (A) bahwa:

“Setelah mendapat persetujuan dari aparat, maka dipersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam tradisi Mappadendang”. (Wawancara, tanggal 7 september 2019)

Dan dipersiapkanlah atal-alat yang diperlukan dalam tradisi Mappadendang seperti, baju bodoh, 4 alu panjang yang digunakan oleh indo padendang, 3 alu pendek yang digunakan oleh ambo padendang, 1 buah palungeng panjang yang menyerupai perahu, beras ketang, daun kelapa, 2

tali panjang yang digunakan untuk menggantung palungeng atau dulang.

Dalam penuturan informan (H) bahwa :

“Dalam pelaksanaan upacara ini tradisi Mappadendang memiliki tata cara tertentu yang harus di patuhu karena itu sudah merupakan syarat untuk melakukan padendang” (Wawancara, tanggal 7 september 2019).

Awal sebelum dimainkan acara Mappadendang itu pertama sanro bersama masyarakat yang terlibat dalam tradisi Mappadendang itu pergi kesebuah sumur yang sering disebut sare papa dengan membawa makanan berupa baje, sokko, sawa, dan lain-lain untuk dibaca karena dari sumur itulah yang menjadi sumber adanya Mappadendang. Setelah selesai di baca kemudian dibawalah makanan tersebut ketempat pembuatan baruga padendang untuk dimakan bersama. Setelah baruga selesai maka dimulailah tradisi Mappadendang itu. Biasanya Komponen utama dalam Mappadendang terdiri atas enam perempuan, 4 pria, bilik baruga, lesung, Alu, dan pakaian tradisional, baju bodo. Mappadendang pada mulanya dimainkan oleh gadis dan pemuda serta masyarakat biasa.

Para perempuan yang beraksi dalam bilik baruga disebut pakkindona.

Kemudian pria yang menari dan menabur bagian ujung lesung disebut pakkambona. Bilik baruga terbuat dari bambu, serta memiliki pagar dari anyaman bambu yang disebut walasoji. Personil yang bertugas dalam memainkan seni menumbuk lesung ini atau Mappadendang dipinpin oleh dua orang, masing-masing berada di ulu atau kepala lesung lesung guna mengatur ritme dan tempo irama dengan menggunakan alat penumbuk yang berukuran pendek tersebut di atas, biasanya yang menjadi pengatur ritme adalah mereka

yang berpengalaman. ( Nurchaeranib, Budaya Suku Bugis Mappadendang.

http://Nurchaeranib. Blogspot. Com /2012/12/ Budaya-Suku-Bugis- Mappadendang. html 24-04-2014 )

Sedangkan menumbuk dibadan lesung adalah mereka perempuan atau laki-laki yang sudah mahir dengan menggunakan bambu atau kayu yang berukuran setinggi badan orang atau penumbuknya. Seiring dengan nada yang lahir dari kepiawaian para penumbuk, biasanya dua orang laki-laki melakukan tari pakarena. Adapun tata cara Mappadendang yaitu pertama; 4 orang perempuan sebagai indo padendang yang menggunakan baju bodoh memegang Alu dan menumbukkan Alu tersebut kesebuah palungeng (dulang) dengan bergantian sehingga mengeluar sebuah irama yang unik dan dapat membuat orang bergoyang. 3 orang laki-laki sebagai ambo padendang yang Ma’benra dan sesekali mengeluarkan tarian yang khas seperti pencat silat.

Dokumen terkait