• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi Provinsi Sulawesi Selatan. Ruangan Kenanga adalah ruang prawatan bangsal perempuan dengan jumlah pasien sebanyak 52 orang.

Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu pada tanggal 1- 7 juni 2024 dengan subjek penelitian sebanyak 2 pasien perilaku kekeasan di ruangan kenangaRSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan dengan metode observasi dan dokumentasi.

2. Kriteria Subjek Penelitian

Pada penelitian ini peneliti telah melakukan implementasi terapi psikoreligius dzikir dalam mengontrol perilaku kekrasan yang diberikan selama 6 kali dalam seminggu . pertemuan ini dilakukan setelah makan siang dengan waktu 30 menit setiap subjek dengan mengambil 2 subjek yang memiliki kriteria yan telah ditentukan.

Tabel 4.1 Gambaran subjek penelitian

Data Keterangan

Nama Ny. S Ny. A

Usia 44 Tahun 2O Tahun

Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

Agama Islam Islam

24

Tanggal masuk RS 18 Mei 2024 15 Mei 2024 Faktor Predisposisi Subjek mengatakan

pernah mengalami trauma masa kecil

Subjek sering bertengkar dengan suaminya

Faktor Presipitasi Subjek mudah

mengamuk apabila ada yang menganggu atau mengajak cerita

Subjek sering

berbicara sendiri dan mengeluarkan suara dengan nada tinggi.

3. Penilaian Tanda Dan Gejala Sebelum Melakukan Terapi Dzikir a. Subjek penelitian Ny. S

Penelitian melakukan observasi dan pendekatan kepada pasien bernama Ny.S. Didapatkan bahwa pasien megungkapkan kalimat ancaman, berbicara kata-kata kasar, wajah memerah dan tegang, pandangan tajam,mengatup rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, mengeluarkan suara dengan nada tinggi/keras, tampak gelisah, merasa ingin memukul orang lain/melemper/memukul benda.Observasi dan penedektan ini dilakukan pada tanggal 1 juni 2024.

b. Subjek penelitian Ny. A

Penelitian melakukan observasi dan pendekatan kepada pasien bernama Ny.A. Didapatkan bahwa pasien megungkapkan kalimat ancaman, berbicara kata-kata kasar, wajah memerah dan tegang, pandangan tajam,mengatup rahang dengan kuat, mengepalkan tangan,

25

mengeluarkan suara dengan nada tinggi/keras, tampak gelisah, memukul orang lain. Observasi dan pendektan ini dilakukan pada tanggal 1 juni 2024.

4. Hasil Penerapan Terapi Dzikir a. Subjek penelitian Ny. S

Penelitian ini bertujuan untuk mengendalikan perilaku kekerasan pada subjekNy. S melalui terapi dzikir, yaitu terapi yang menggunakan lisan atau mengucapkan kata-kata tertentu dari ayat Al-Qur'an. Pada pertemuan pertama yang diadakan pada 1 Juni 2024, peneliti mendapatkan persetujuan penelitian dari subjekdengan memberikan informed consent dan lembar observasi sebelum dilakukan intervensi. Subjekterlihat kooperatif saat diajak berbicara dan setuju untuk dijadikan objek penelitian. Hasil skoring pada lembar observasi menunjukkan nilai 9/10, menandakan subjekmemiliki pemahaman awal yang baik.

Pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada 2 Juni 2024, peneliti memberikan penjelasan tentang cara melakukan terapi dzikir dengan lisan. Subjekterlihat memperhatikan dengan baik penjelasan tersebut dan menunjukkan kemampuan untuk mengulang terapi dzikir dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa subjekmulai memahami metode terapi yang diberikan.

Pertemuan ketiga pada 3 Juni 2024, peneliti kembali memberikan penjelasan tentang terapi dzikir dengan lisan.

Subjekkembali terlihat memperhatikan dengan baik dan paham

26

mengenai cara terapi tersebut, serta mampu mengulangnya dengan benar. Ini menunjukkan adanya konsistensi dalam pemahaman dan penerapan terapi dzikir oleh responden.

Pada pertemuan keempat, kelima, dan keenam yang diadakan berturut-turut pada tanggal 4, 5, dan 6 Juni 2024, peneliti terus memberikan penjelasan lebih lanjut tentang cara melakukan terapi dzikir dengan lisan. Subjeksecara konsisten memperhatikan dengan baik dan menunjukkan pemahaman yang baik tentang terapi tersebut. Subjekjuga mampu mengulang terapi dzikir dengan benar setiap kali, menunjukkan bahwa metode ini diterima dengan baik dan dipahami oleh responden.

Pada pertemuan ketujuh yang diadakan pada 7 Juni 2024, peneliti mengukur tingkat pengontrolan sikap perilaku kekerasan setelah melakukan terapi dzikir dengan lisan. Subjekterlihat memperhatikan dengan baik selama terapi dan menunjukkan pemahaman yang baik mengenai terapi dzikir serta mampu mengulangnya kembali. Hasil skoring pada lembar observasi menunjukkan bahwa tingkat pengontrolan sikap perilaku kekerasan setelah terapi dzikir mencapai skor 4/10. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada pemahaman dan kemampuan untuk melakukan terapi, masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk mencapai pengendalian penuh atas perilaku kekerasan.

27

Tabel 4.2. lembar observasi Ny. S

No Respon Observasi

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 1. Pasien mengungkapkan kalimat

ancaman

     - -

2. Pasien berbicara dengan kata- kata kasar

    - - -

3. Pasien merasa ingin

memukul/melukai orang lain

      

4. Wajah pasien memerah dan tegang

      

5. Pandangan pasien tajam    - - - -

6. Pasien mengatupkan rahangnya dengan kuat

  - - - - -

7. Pasien mengepalkan tangan        8. Pasien mengeluarkan suara

dengan nada tinggi/ keras

      -

9. Pasien tampak gelisah       

10. Pasien melempar/memukul benda/ orang lain

- - - -

Jumlah 9 9 8 8 6 5 4

Pada tabel diatas menjelaskan bahwa subjek Ny. S setelah melakukan terapi dzikir selama 7 pertemuan setiap pukul 13.00 terdapat beberapa indikator tanda dan gejala yang mengalami penurunan. Meskipun subjek masih merasakan keinginan melukai orang, tangan masih terkepal, wajah tetap memerah dan tegang,

28

serta masih tampak gelisah. Meskipun beberapa gejala ini masih ada, tingkat keparahannya berkurang dibandingkan dengan kondisi sebelum terapi.

b. Subjek penelitian Ny. A

Penelitian ini bertujuan untuk mengendalikan perilaku kekerasan pada subjek Ny. A melalui terapi dzikir, yaitu terapi yang menggunakan lisan atau mengucapkan kata-kata tertentu dari ayat Al-Qur'an. Pada pertemuan pertama yang diadakan pada 1 Juni 2024, peneliti mendapatkan persetujuan dari subjekuntuk ikut serta dalam penelitian ini dengan memberikan informed consent dan lembar observasi sebelum dilakukan intervensi. Subjek terlihat kooperatif saat diajak berbicara dan menyatakan setuju untuk dijadikan objek penelitian. Hasil skoring pada lembar observasi menunjukkan nilai 10/10, menunjukkan bahwa subjek memiliki pemahaman awal yang sangat baik.

Pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada 2 Juni 2024, peneliti memberikan penjelasan mengenai cara melakukan terapi dzikir dengan lisan. Subjek memperhatikan dengan seksama penjelasan tersebut dan menunjukkan kemampuan untuk mengulang terapi dzikir dengan benar. Hal ini menandakan bahwa subjek mulai memahami metode terapi yang diberikan.

Pada pertemuan ketiga pada 3 Juni 2024, peneliti kembali memberikan penjelasan tentang terapi dzikir dengan lisan. Subjek tetap memperhatikan dengan baik dan menunjukkan pemahaman

29

yang lebih dalam mengenai cara terapi tersebut, serta mampu mengulangnya dengan benar. Ini menunjukkan adanya konsistensi dalam pemahaman dan penerapan terapi dzikir oleh responden.

Pertemuan keempat, kelima, dan keenam yang diadakan berturut-turut pada tanggal 4, 5, dan 6 Juni 2024, peneliti terus memberikan penjelasan lebih lanjut tentang cara melakukan terapi dzikir dengan lisan. Subjek secara konsisten memperhatikan dengan baik dan menunjukkan pemahaman yang baik tentang terapi tersebut. Subjek juga mampu mengulang terapi dzikir dengan benar setiap kali, menunjukkan bahwa metode ini diterima dengan baik dan dipahami oleh responden.

Pada pertemuan ketujuh yang diadakan pada 7 Juni 2024, peneliti mengukur tingkat pengontrolan sikap perilaku kekerasan setelah melakukan terapi dzikir dengan lisan. Subjek memperhatikan dengan baik selama terapi dan menunjukkan pemahaman yang baik mengenai terapi dzikir serta mampu mengulangnya kembali. Hasil skoring pada lembar observasi menunjukkan bahwa tingkat pengontrolan sikap perilaku kekerasan setelah terapi dzikir mencapai skor 5/10. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada pemahaman dan kemampuan untuk melakukan terapi, masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk mencapai pengendalian penuh atas perilaku kekerasan.

30

Tbel 4.3 Lembar observsi Ny. A

No Respon Observasi

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 1. Pasien mengungkapkan kalimat

ancaman

      

2. Pasien berbicara dengan kata- kata kasar

   - -  -

3. Pasien merasa ingin

memukul/melukai orang lain

     - -

4. Wajah pasien memerah dan tegang

      

5. Pandangan pasien tajam   - - - - -

6. Pasien mengatupkan rahangnya dengan kuat

   - - - -

7. Pasien mengepalkan tangan        8. Pasien mengeluarkan suara

dengan nada tinggi/ keras

      

9. Pasien tampak gelisah       

10. Pasien melempar/memukul benda/ orang lain

    - - -

Jumlah 10 10 9 7 6 6 5

Pada tabel menjelaskan bahwa subjek Ny. A sebelum menerima terapi dzikir selama 7 pertemuan setiap pukul 13:30 . subjek menunjukkan tanda dan gejala dari perilaku kekerasan, yaitu subjek sering mengungkapkan kalimat ancaman, berbicara

31

dengan kata-kata kasar, menunjukkan ekspresi wajah memerah dan tegang. Pandangan matanya tajam, rahang terkatup erat, dan tangan terkepal. Nada suara yang tinggi, tampak gelisah dan melukai orang lain

Setelah subjek Ny. A menerima terapi dzikir, beberapa indikator tersebut menurun. Meskipun subjek masih mengucapkan kalimat ancaman, wajah tetap tegang, mengepal tangan, dan masih tampak gelisah serta mengeluarkan suara dengan nada tinggi.

Terapi dzikir membantu mengurangi beberapa indikator perilaku kekerasan pada subjek Ny. S dan Subek Ny. A. Meskipun keduanya masih menghadapi seperti keinginan untuk melukai orang, mengepalkan tangan, wajah tegang, serta gelisah, intensitas atau keparahan gejala tersebut telah berkurang setelah terapi. Terapi dzikir tampak sangat berpengaruh dalam menurunkan aspek perilaku kekerasan, namun belum sepenuhnya dari indikator menghilang.

Dokumen terkait