1
KARYA TULIS ILMIAH
IMPLEMENTASI TERAPI PSIKORELIGIUS DZIKIR DALAM MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN
PADA PASIEN DI RSKD DADI MAKASSAR
FINA PANDU WINATA PO713201211064
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR PRODI D.III KEPERAWATAN
MAKASSAR
2024
ii
KARYA TULIS ILMIAH
IMPLEMENTASI TERAPI PSIKORELIGIUS DZIKIR DALAM MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN
PADA PASIEN DI RSKD DADI MAKASSAR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan diploma III Keperawatan
FINA PANDU WINATA PO713201211064
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR PRODI D.III KEPERAWATAN
MAKASSAR
2024
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
Nama : Fina Pandu Winata NIM : PO713201211064 Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / Tanggal Lahir : Maros, 6 Januari 2003 Suku / Bangsa : Bugis, Makassar / Indonesia Agama : Islam
No. Hp : 082290965419
Alamat : Jln ir soetami lantebung mattoanging 2, No 68A B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK : NAHDIYAT 2008 - 2009
2. SD : SD NEGERI PANGANDONGAN 2009 - 2015 3. SMP : SMP NEGERI 09 MAKASSAR 2015-2018 4. SMA : SMA NEGERI 06 MAKASSAR 2018-2021
iv
v
vi
vii
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini yang berjudul Implementas Senam Yoga Pada Peningkatan Kualitas tidur Lansia Perempuan Diwilayah Kerja Puslesmas Kassi-Kassi. Salawat serta salam kita tujukan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, yang menjadi sauri teladan bagi seluruh umat islam.
Setiap orang dalam berkarya akan selalu mencari sebuah kesempurnaan, tetapi kesempurnaan itu akan terasa jauh dari kehidupan orang tersebut dan akan terasa sulit untuk dicapai karena kesempurnaan semata-maata milik Allah SWT, sama halnya dengan tulisan ini kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan tetapi penulis mempunyai keterbatasan. Telah disadari juga karya tulis ini juga tidak mungkin terwujud tanpa dengan adanya bantuan dan dorongan dari beberapa pihak.
Dalam kesempatan ini penulis tak lupa memberikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua Ayahanda tercinta Jamaluddin dan ibunda tercinta Sitti atas jerih payahnya yang telah membesarkan, mencurahkan kasih sayangnya, mendoakan dukungan moral maupun materi, motivasi dan membiayai pendidikan saya senhingga saya dapat menyelesaikan studi. Kepada Saudara perempuan saya Mery Andayani serta seluruh keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis.
Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terimakasih yang tak teringga kepada
1. Kepada Bapak Dr. Drs. Rusli, Apt.,Sp.,FRS Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Makassar.
2. Kepada Bapak Iwan, S.Kp.,M.Kes Selaku Ketua Jurusan DIII Keperawatan Makassar.
3. Kepada Ibu Naharia Laubo, S.Pd.,S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan.
ix
4. Kepada Ibu Hj. Sri Angriani, SKM. S.Kep.Ns.M.Kes Selaku pembimbing utama yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan yang dalam kesibukannya dapat menyempatkan diri untuk mengarahkan dan membimbing dalam penulisan ini.
5. Kepada Ibu Rusni Mato, S.Kep,Ns,M.Kes Selaku pembimbing pendamping yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan dan saran, yang dapat menyempatkan diri untuk mengarahkan dan membimbing teori maupun cara penulisan.
6. Kepada Ibu Hj. Masdiana, SKM, M.Kes selaku ketua penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam menyempurnkan penulisan ini.
7. Kepada Bapak Dr. H.Muhammad Nur,S.Sit, S.Kep, M.Kes selaku penguji pendamping yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam menyempurnkan penulisan ini
8. Para staf dan para dosen program studi Keperawatan Makassar yang telah sangat berjasa yang membekali penulisan dengan berbagi disiplin ilmu dan perhatianselama mengikuti pendidikan.
9. Teruntuk sahabat-sahabat tercinta Musda, Nurwahida, Dyta, Eka, Sule, Noe, Sabina, terimakasih atas segala motivasi,dukungan Terima kasih selalu menjadi tempat ternyaman penulis.
10. Teruntuk teman seperjuangan diperkuliahan Nayla, Alfina, Dilla, Fidya, Intan, Elsin, Dhea, Sandra, Kela, Icha terimakasih atas segala dukungannya, selalu mengigatkan tentang perkuliahan dan selalu menemani diwaktu dinas RS atau PKK.
11. Teruntuk teman-teman kelas 3B Jurusan keperawatan terimakasih telah berperan banyak memberikan pengalaman selama kuliah.
12. Teruntuk Muhammad Imran, yang telah membersamai penulis selama penyusunan dan pengerjaan KTI dalam kondisi apapun. Terima kasih ikut serta mendoakan , memberikan semangat , menemani, dan memotivasi penulis dalam proses penyusunan.
x
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ... v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
RINGKASAN ... xvi
ABSTRACT ... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Tinjauan Teori Perilaku Kekerasan ... 6
B. Tinjauan Teori Terapi Psikoreligius Dzikir ... 12
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
A. Jenis Penelitian ... 18
B. Sampel Penelitian ... 18
C. Waktu dan Tempat ... 18
D. Variabel Penelitian ... 19
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 19
F. Pengumpulan Data... 20
G. Analisa Data ... 21
H. Etika Penelitian ... 21
xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
A. Hasil ... 23
B. Pembahasan ... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
A. Kesimpulan ... 35
B. Saran... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Rentang Respon Marah
Gambar 2.2 Pohon Masalah
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 SOP Terapi Dzikir
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif Tabel 4.1 Gambaran subjek penelitian
Tabel 4.2 Lembar observasi Ny. S Tabel 4.3 Lembar observasi Ny. A
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Persetujuan Subjek(Informed Consent)
Lampiran 2. Penjelasan Penelitian Bagi SubjekPenelitian (Information For Consent)
Lampiran 3. Lembar Observasi Perilaku Kekerasan Lampiran 4. Lembar Observasi Terapi Dzikir Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Penelitian Lampiran 6. Surat Rekomendasi Etik Penelitian Lampiran 7. Surat Keterangan Layak Etik Lampiran 8. Surat Izin Penelitian
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian DPMTSP Pemprov Sulsel Lampiran 10. Surat Keterangan Selesesai Penelitian
xvi RINGKASAN
Fina Pandu Winata : Implementasi Terapi Psikoreligius Dzikir Dalam Mengontrol Perilaku Kekerasan Pada Pasien Di RSKD Dadi Makassar.
Dibimbing oleh : Sri Angriani dan Rusni Mato
Pendahuluan : Perilaku kekerasan adalah Salah satu tanda gangguan jiwa yang dapat menimbulkan ancaman fisik yang mendesak baik bagi pasien maupun orang lain adalah manifestasi dari emosi yang tidak terkendali. Terapi dzikir adalah bagian dari terapi spiritual yang dapat diterapkan pada pasien dengan perilaku kekerasan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Pendekatan pengobatan non-farmakologis ini mungkin berdampak pada kemampuan pasien untuk menahan perilaku yang tidak pantas.Tujuan : Untuk mengetahui implementasi terapi psikoreligius dzikir dapat mengontrol perilaku kekerasan.
Metode : Jenis penelitian studi kasus ini menggunakan jenis kualitatif dengan pendekatan kasus deskriftif. Penelitian ini menggunakan dua sampling . Hasil : Implementasi pemberian terapi psikoreligius dzikir terhadap mengontrol perilaku kekerasan menunjukkan adanya pengaruh. Pemberian terapi dilakukan selama 7 hari berturut-turut. Pada subjek Ny. S didapatkan sebelum mendapatkan terapi dzikir yaitu, 9/10 menjadi 4/10. Sedangkan subjek Ny. A sebelum mendapatkan terapi psikoreligius dzkir yaitu 10/10 dan setelah melakukan terapi menjadi 5/10.
Kesimpulan : Pemberian terapi psikoreligius dzikir sangat efektif untuk mengontrol,perilaku,kekerasan.
Kata kunci : Terapi psikoreligius dzikir, Perilaku kekerasan
xvii ABSTRACT
Fina Pandu Winata: Implementation of Psychoreligious Dhikr Therapy in Controlling Violent Behavior in Patients at Dadi Regional Special Hospital, Makassar.
Supervised by: Sri Angriani and Rusni Mato
Introduction: Violent behavior is one of the signs of mental disorders that can pose an urgent physical threat to both the patient and others is the manifestation of uncontrolled emotions. Dhikr therapy is part of spiritual therapy that can be applied to patients with violent behavior to achieve better results. This non- pharmacological treatment approach may have an impact on the patient's ability to restrain inappropriate behavior. Objective: To find out how the implementation of dhikr psychoreligious therapy can control violent behavior. Method: This type of case study research used a qualitative type with a descriptive case approach.
This study utilized two samplings. Results: The implementation of dhikr psychoreligious therapy to control violent behavior showed an effect. The therapy was given for 7 consecutive days. In the subject Mrs. S, it was found that before receiving dhikr therapy, it was 9/10 to 4/10. While the subject Mrs. A before receiving dhikr psychoreligious therapy was 10/10 and after undergoing therapy it became 5/10. Conclusion: Providing psychoreligious dhikr therapy is extremely effective in controlling violent behavior.
Keywords: Psychoreligious dhikr therapy, Violent behavior
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah ketika seseorang secara keseluruhan, baik dari segi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial, mampu memenuhitugas dan berfungsi dengan baik di lingkungannya. Ini juga mencakup merasa puas dengan peranannya dan cara berinteraksi dengan orang lain.(Risnasari, 2019)
Gangguan jiwa adalah ketidakcocokan antara proses berpikir, pengalaman emosional, dan perilaku yang tidak sesuai yang dapat mengurangi kualitas hidup seseorang. Disfungsi psikobiologis yang memengaruhi hubungan antara pemikiran dan perilaku seseorang menyebabkan gangguan mental.(Stuart, 2021)
Data WHO ( 2019) menunjukkan bahwa lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan jiwa; lebih dari 60 juta menderita depresi, dan 23 juta mengalami masalah kejiwaan yang serius seperti psikosis dan skizofrenia.
Di seluruh dunia, sekitar 24 juta kasus perilaku kekerasandilaporkan, dengan lebih dari 50 kejadian yang tidak mendapatkan tindakan. Namun, di Indonesia pada tahun 2017, data dari Badan Nasional Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 0,9% dari setiap 10.000 penduduk atau sekitar2 juta orang dilaporkan mengalami perilaku kekerasan.
Angka gangguan jiwa meningkat dari 1,7 menjadi 7 per 1.000 rumah tangga antara tahun 2013 dan 2018. Ini berarti bahwa 7 dari setiap 1.000 keluarga memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Dengan demikian,
2
diperkirakan sekitar 450 ribu orang mengalami gangguan jiwa yang berat.
(Riskesdas 2018).
Secara nasional, Provinsi Sulawesi Selatan menempati peringkat keenam dalam prevalensi keluarga dengan skizofrenia/psikosis di dalam rumah tangga (ART) pada tahun 2018, dengan angka mencapai 8,8%. Provinsi-provinsi yang menempati peringkat pertama hingga kelima secara berurutan adalah Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Aceh, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Jawa Tengah (Kementrian Kesehatan, 2019)
Berdasarkan laporan tahun 2018 dari RSKD DADI Provinsi Sulawesi Selatan, terdapat total 13.292 pasien yang sedang dirawat karena gangguan kejiwaan. Di antara pasien tersebut, 6.586 orang mengalami halusinasi, 1.904 orang mengalami perilaku menarik diri, 1.548 orang mengalami penurunan kemampuan merawat diri, 1.318 orang mengalami rendahnya harga diri, 1.145 orang mengalami perilaku kekerasan, 451 orang mengalami waham, 336 orang mengalami gangguan fisik, dan 4 orang mencoba bunuh diri. ( Bagian Rekam Medik & Informasi, 2018)
Perilaku kekerasan adalah Salah satu tanda gangguan jiwa yang dapat menimbulkan ancaman fisik yang mendesak baik bagi pasien maupun orang lain adalah manifestasi dari emosi yang tidak terkendali. (Srimaryatun et al., 2020)
Terapi dzikir adalah bagian dari terapi spiritual yang dapat diterapkan pada pasien dengan perilaku kekerasan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Pendekatan pengobatan non-farmakologis ini mungkin berdampak pada
3
kemampuan pasien untuk menahan perilaku yang tidak pantas. (Amalia et al., 2023)
Menurut penelitian (Teguh, Pribadi, 2019) pasien yang menunjukkan perilaku agresif dapat memperoleh manfaat dari kemampuan terapi psikoreligius untuk mengurangi perilaku tersebut. Temuan penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor perilaku agresif adalah 16,87 dengan standar deviasi 1,46 sebelum menerima terapi psikoreligius, dan menurun menjadi 13,0 dengan standar deviasi 1,0 setelah terapi.
Penelitian oleh (Ernawati, Samsualam, 2020) menunjukkan adanya korelasi antara penerapan terapi spiritual dan kemampuan pasien dalam mengontrol perilaku kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi spiritual memiliki dampak positif terhadap kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan, dengan persentase subjekyang mampu mengontrol perilaku kekerasan meningkat dari 35% menjadi 80%.
Berdasarkan latar belakang diatas dengan banyaknya penderita perilaku kekerasan maka penulis tertarik untuk membuat suatu Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Implementasi Terapi Psikoreligius Dzikir Dalam Mengontrol Perilaku Kekerasan “
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penenlitian ini adalah “ Bagaimana Pengaruh Terapi Psikoreligius dalam Mengontrol Perilaku Kekerasan “
4
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Diketahuinya implementasi terapi psikoreligius dzikir dapat mengontrol perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini
a. Diketahuinya tanda dan gejala sebelum dilakukan Terapi Psikoreligius Dzikir pada pasien perilaku kekerasan di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.
b. Diketahuinya tanda dan gejala setelah dilakukan Terapi Psikoreligius Dzikir pada pasien perilaku kekerasan di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Terhadap Institusi
Memberikan referensi atau bahan pembelajaran tentang efektivitas terapi psikoreligius dzikir dalam mengontrol perilaku kekerasan, khusunya bagi mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar.
b. Terhadap Peneliti
Menambahkan fasilitas dan instrumen untuk meningkatkan pemahaman, wawasan, dan pengalaman dalam keperawatan jiwa, terutama terkait penerapan terapi psikoreligius, yang dapat diterapkan
5
dalam menangani masalah keperawatan jiwa pada orang penderita perilaku kekerasan.
2. Manfaat Praktis
a. Terhadap Masyarakat
Menumbuhkan pemahaman masyarakat tentang peran spiritualitas dalam kesehatan mental dan pengendalian perilaku kekerasan. Hal ini dapat mengurangi stigma terhadap gangguan jiwa dan membantu masyarakat memahami bahwa terapi psikoreligius dzikir adalahsalah satu pendekatan yang efektif dan sah dalam pengobatan.
b. Terhadap Tempat Penelitian
Memberikan penjelasan dan gambaran tentang cara menangani pasien yang mengalami gangguan kejiwaan yang berpotensi mengarah ke perilaku kekerasan, salah satunya adalah melalui intervensi terapi psikoreligius. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi risiko perilaku kekerasan dengan memanfaatkan aspek- aspek psikologis dan spiritualitas.
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Perilaku Kekerasan
1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah tindakan individu yang menunjukkan potensi untuk menyebabkan kerusakan fisik, emosional, seksual, atau verbal terhadap lingkungan, orang lain, bahkan dirinya sendiri. (Sutejo, 2019)
Perilaku kekerasan adalah seseorang yang melaksanakan tindakan kekerasan kehilangan kendali atas tindakannya, yang mungkin ditujukan kepada orang lain, dirinya sendiri, atau lingkungannya. Menyakiti diri sendiri atau mengabaikan adalah contoh perilaku kekerasan terhadap diri sendiri. Tindakan kekerasan terhadap individu melibatkan niat untuk menyakiti atau bahkan mengambil nyawa mereka. Sebaliknya, perilaku agresif yang ditujukan terhadap lingkungan dapat bermanifestasi sebagai tindakan yang merugikan lingkungan sekitar, seperti melemparkan barang atau menghancurkan properti.(Sutejo, 2019)
2. Etiologi
Menurut Stuart tentang adaptasi stres akan digunakan untuk menjelaskan bagaimana perilaku kekerasan terjadi pada pasien. Konsep ini mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi dan memicu perilaku. (Sutejo, 2019)
7
a. Faktor Predisposis 1) Faktor Biologis
a) Teori dorongan naluri (instinctual drive theory)
Konsep ini mengemukakan bahwa perilaku kekerasan timbul karena keinginan yang kuatterhadap kebutuhan dasar.
b) Teori psikomatik ( Psycomatic theory )
Pengalaman kemarahan bisa dipicu oleh respons psikologis terhadap rangsangan eksternal dan internal. Oleh karena itu, sistem limbik sangat penting untuk mengekspresikanatau menekan perasaan marah.
2) Faktor Psikologis
a) Teori agresif frustasi ( Frustasion aggresion theory )
Menyatakan bahwa perilaku kekerasan seringkali dipicu oleh akumulasi frustasi, yang timbul saat individu mengalami kegagalan atau hambatn dalam mencapai tujuan, rasa frustasi tersebut dapat mendorong individu untuk menunjukkan perilaku agresif karena bertinda agresif dapat meredakan perasaan frustasi.
b) Teori perilaku ( Behaviororal theory )
Kemarahan merupakan aspek yang dapatdipelajari dalam proses belajar, yang seringkali dipengaruhi oleh situasi atau lingkungan yang mendukung. Penguatan yang diterima
8
saat terlibat dalam perilaku kekerasan dapat menjadi faktor pemicuterjadinya perilaku agresif, baik di lingkungan rumah hingga luar.
c) Teori eksistensi ( Existential theory )
Salah satu kebutuhan mendasar manusia adalah bertindak sesuai dengan norma-norma perilaku yang pantas. Ketika kebutuhan ini tidak dipenuhi melalui perilaku konstruktif, individu sering kali mencari cara untuk memenuhinya melalui perilaku destruktif.
b. Faktor Presipitasi
Berkaitan dengan pengaruh stresor yang memicu perilaku kekerasan pada setiap individu, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam.
Stresor eksternal seperti serangan fisik, kehilangan, kematian, dan lain- lain, sedangkan stresor internal berupa kehilangan orang terdekat, ketakutan terhadap penyakit fisik atau mental, dan sejenisnya. Selain itu, lingkungan yang tidak kondusif, seperti situasi yang penuh penghinaan atau kekerasan, juga dapat memicu perilaku kekerasan.
3. Manifestasi Klinis
Perilaku kekerasan dapat teridentifikasi melalui ekspresi pasien serta hasil observasi yang dilakukan. (Sutejo, 2019)
a. Data Subjektif
1) Mengungkapkan ancaman
9
2) Ekspresi menggunakan bahasa kasar.
3) Menunjukkan keinginan untuk melakukan kekerasan fisik atau menyakiti orang lain.
b. Data Objektif
1) Wajah berwarna kemerahan tegang 2) Melihat dengan tajam.
3) Mengunci rahang dengan kuat.
4) Menyimpan tangan dalam genggaman.
5) Berbicara dengan kata-kata kasar.
6) Mengeluarkan suara keras dan berteriak.
7) Berjalan ke sana kemari tanpa tujuan yang jelas.
8) Melempar atau menyerang benda atau orang lain.
4. Rentang Respon Marah
Rentang respon marah (Sutejo, 2019)
Respon adaptif Reaspon Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk Gambar 2.1 Rentan respon marah
Keterangan :
a. Asertif adalah ungkapan kemarahan tanpa melukai oranglain adalah salah satu bentuk perilaku asertif.
10
b. Frustasi adalah tanggapan yang muncul setelah gagal mencapai tujuan atau keinginan.
c. Pasif adalah respons saat individu tidak mampu mengekspresikan emosinya .
d. Agresif adalah sikap yang merusak namun masih bisa dikendalikan
e. Amuk adalah sikap yang merusak dan sulit dikendalikan.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping mencakup serangkaian teknik yang digunakan untuk mengelola stres, mencakup pendekatan proaktif untuk memecahkan masalah dan teknik defensif untuk melindungi diri sendiri. Ketika seseorang sedang marah, mereka mungkin menggunakan strategi penanggulangan untuk membela diri,(Erita, 2019)
a. Sublimasi adalah proses mengarahkan dorongan yang terhalang menuju aktivitas yang lebih positif atau produktif. Contohnya, ketika seseorang marah, mereka mungkin menyalurkan emosi negatif tersebut dengan cara yang lebih aman, seperti meremas adonan kue atau meninju tembok, untuk meredakan ketegangan yang disebabkan oleh kemarahan.
b. Proyeksi adalah melibatkan menyalahkan orang lain atas kesulitan atau keinginan yang tidak diinginkan. Misalnya, seorang remaja putri yang menyangkal memiliki perasaan seksual terhadap rekan
11
kerjanya mungkin menangkis tuduhan tersebut dan menuduh rekan kerja tersebut mencoba merayu ataumenggodanya.
c. Represi adalah Mekanisme pertahanan di mana individu menghalangi pikiran yang menyakitkan atau berbahaya untuk muncul dalam kesadaran mereka dapat terjadi. Sebagai contoh, seorang anak yang sangat membenci orang tuanya yang tidak disukainya mungkin menekan perasaan benci tersebut karena diadiajarkan sejak kecil bahwa membenci orang tua tidaklah benar dan bertentangan dengan nilai-nilai agama, sehingga akhirnya perasaan tersebut terlupakan.
d. Reaksi Formasi adalah strategi pertahanan di mana individu menahan keinginan yang berbahaya jika diekspresikan. Mereka meluapkan sikap dan perilaku yang bertentangan secara berlebihan dan menggunakannya sebagai penghalang. Sebagai contoh, seseorang yang tertarik pada teman suaminya akan berperilaku dengan sangat kasar terhadap orang tersebut.
e. Deplacement adalah cara untuk melepaskan perasaan tertekan, yang seringkali bermusuhan, kepada sesuatu atau orang yang tidak begitu berbahaya seperti yang awalnya memicu perasaan tersebut.
Sebagai contoh, Yani yang berumur 4 tahun merasa marah, setelah dihukum oleh ibunya karena mencoret dinding, sebagai respons, ia mulai bermain dengan temanya.
12
6. Pohon Masalah
Pohon Masalah (Sutejo, 2019) Effect
Core Problem
Causa
Gambar 2.2 Pohon Masalah
B. Tinjauan Teori Terapi Psikoreligius Dzikir 1. Definisi
Terapi psikoreligius merupakan bentuk terapi yang sering kali memanfaatkan pendekatan agama yang dianut oleh klien, dengan fokus pada dimensi spiritual manusia. Salah satu implementasi dari terapi ini adalah melalui praktik zikir, di mana klien memusatkan pikiran dan menenangkan hati dengan mengingat Allah. Dalam proses ini, melalui doa dan zikir, individu melepaskan semua beban dan masalah kepada Allah, sehingga tingkat stres yang dirasakan dapat berkurang. (Ritonga, 2020) Terapi dzikir adalah salah satu cara untuk mencapai keseimbangan, menciptakan suasana ketenangan, dan merespons emosi
Perilaku Kekerasan Risiko perilaku
kekerasan Risiko melukai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
13
positif, yang pada gilirannya meningkatkan kinerja sistem saraf pusat.
Dalam bidang kesehatan mental, terapi dzikir dianggap sebagai jenis perawatan psikiatrik yang lebih lanjut daripada psikoterapi biasa karena menggabungkan aspek spiritual dan keagamaan yang dapat meningkatkan harapan dan kepercayaan diri klien atau pasien. Hal ini menghasilkan peningkatan kekebalan tubuh dan ketahanan mental, yang berkontribusi pada proses penyembuhan yang lebih cepat. (Hawari 2008) dalam (Gasril &
Sasmita, 2020)
2. Fungsi dan Tujuan Terapi
Berikut adalah fungsi-fungsi dari terapi(Ritonga, 2020) a. Fungsi pencegahan (preventif):
Dengan belajar, memahami, dan menerapkan terapi ini,individu dapat menghindari situasi atau peristiwa yang mungkin merugikan berbagai aspek kehidupannya, seperti fisik, emosional, mental, spiritual, dan moral.
b. Fungsi penyembuhan (treatment):
Terapi ini mendukung individu dalam proses penyembuhan dan perawatan terhadap gangguan atau penyakit yang mereka hadapi, khususnya dalam bidang mental, spiritual, dan emosional. Sebagai contoh, dengan melibatkan diri dalam praktik dzikir, seseorang dapat mencapai keadaan pikiran yang tenang dan kedamaian batin.
c. Fungsi pensucian dan pembersiha
Terapi ini bertujuan untuk membersihkan diri dari dosa dan
14
melakukan proses pensucian pada diri sendiri.
3. Bentuk- Bentuk Terapi Dzikir
Berikut adalah beberapa kata dzikir yang berasal dari Al-Qur'an dan Hadis Nabi: (Ristant, 2021)
a. Tahmid, yakni mengucapkan al-hamdulillah (Segala puji bagiAllah)
b. Tasbih, yakni mengucapkan Subhanallah (Mahasuci Allah) c. Takbir, yakni mengucapkan Allahuakbar
d. Tahlil, yakni mengucapkan Laailahailla Allah (Tidak ada Tuhan selain Allah)
e. Basmalah, yakni mengucapkan bismillahirrahmaniar-rahim(Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang)
f. Istighfar, yakni mengucapkan astaghfirullah (Aku memohon ampun kepada Allah)
g. Hawqalah, yakni mengucapkan La hawla wala quwwata illa billah (Tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah).
4. Macam-Macam Dzikir
Ada dua jenis model dzikir berdasarkan pusat aktivitasnya:(Ristant, 2021) a. Dzikir adalah mengingat kembali setelah lupa atau lalai. Ini terjadi ketika seseorang kembali berdzikir setelah sebelumnya lalai dalam mengingat Allah. Pada akhirnya, dia bertekad untuk terus mengingat- Nya.
b. Dzikir adalah pengingatan yang abadi. Ini terjadi setelah
15
seseorang bertobat sepenuhnya, dan dia selalu mengingat Allah.
Secara lebih detail, dalam praktik sufisme, terdapat dua jenis dzikir yaitu :
1) Dzikir Lisan
Saat melakukan dzikir lisan, seseorang mengucapkankata- kata tertentu dari sebuah ayat Al-Qur'an dengan suara keras atau lembut, baik seluruhnya atau sebagian. Ada berbagai faktor yang perlu diperhatikan sebelum melakukan dzikir. Pertama-tama, tujuannya adalah menjadi lebih dekat dengan Allah untuk mengejar cinta, kegembiraan, dan kebijaksanaan-Nya. Kedua, harus dilakukan dalam keadaan berwudhu, karena ini menandakan penyucian diri dari hadas. Ketiga, berlangsung dalam lingkungan yang menjunjung kekhusyukan. Keempat, berusahalah menguraikanmaknanya. Kelima, fokuslah hanya pada Allah yang ada dalam hati dan pikiran. Keenam, menerapkan gaya hidup yang mewujudkan ajaran yang terdapat dalam kata-kata Dzikir.
2) Dzikir Qalbu
Dzikir Qalbu adalah jenis dzikir yang dilakukan dalam hati, hanya menggunakan hati dan tanpa kata-kata. Hanya kesadaran akan kedekatannya yang luar biasa dengan Allah, ditambah dengan kesadaran akan detak jantung dan
16
kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap tarikan dan embusan napas, yang memenuhi hati sepanjang dzikir ini.
Dzikir hati terkadang diartikan sebagai Kehadiran yang Hidup dalam literatur sufi Barat (kehadiran hidup dengan merasakan Tuhan).
5. Standar Operasional Prosedur Terapi Dzikir
Standar Operasional Prosedur Terapi Dikir menurut Dr.dr.
Samsurijal Djauzi, Sp.PD.,KAI (2008) dalam (Ramadhona, 2021) Tabel 2.1. SOP Terapi Dzikir
Topik Implementasi terapi spiritual melalui praktik dzikir pada pasien yang mengalami perilaku kekerasan.
Pengertian Terapi ini memanfaatkan dzikir, yaitu pengingat kepada Allah, sebagai sarana untuk mengalihkan fokus pikiran. Dengan membaca doa dan dzikir, seseorang menyerahkan segala masalahnya kepada Allah, sehingga beban yang dirasakan menjadi lebih ringan.
Tujuan a. Dzikir bertujuan untuk mengusir, menundukkan, dan mengatasi pengaruh negatif, karena dzikir dianggap sebagai benteng kokoh yang mampu melindungi seseorang dari ancaman musuh- musuhnya.
b. Dzikir bertujuan untuk meredakan kesedihan,
17
kecemasan, halusinasi, dan menghadirkan perasaan ketenangan, kebahagiaan, serta kemudahan dalam hidup, karena dzikir memiliki efek psikoterapi yang berasal dari dimensi spiritual yang mampu meningkatkan rasa percaya diri dan optimisme seseorang.
c. Dzikir bertujuan untuk memperkuat hubungan batin seseorang.
d. Dzikir bertujuan untuk menghapuskan dosa dan menebus kesalahan di hadapan Allah.
Waktu Dilakukan saat pasien dalam keadaan tenang dan tidak mengalami kekambuhan perilaku kekerasan.
Pelaksana Fasilitator dan pasien yang mengalami perilaku kekerasan.
Prosedur pelaksanaan terapi spiritual dzikir
1. Persiapan lingkungan yang menenangkan 2. Langkah langkah :
a. Duduklah dengan santai b. Tutup mata
c. Bernapaslah sacara tertatur dan
d. Mulai mengucapkan kalimat spiritual yang dibaca secara berulang ulang.
Gunakan kalimat (hr. Muslim no. 597).
1) Subhanallah 33x
18
2) Alhamdulillah 33x 3) Allahuakbar 33x
e. bila ada pikiran yang mengganggu, Kembalilah fokuskan pikiran
f. Lakukan selama 7 hari , setiap hari setelah makan siang selama 15-20 menit.
g. Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah dulu dan beristirahat
h. Buka pikiran kembali, barulah berdiri dan melakukan kegiatan kembali.
3. Kriteria evaluasi
a. Mengkaji proses dan hasil dari terapi spiritual menggunakan catatan aktifitas terapi yang telah dilakukan.
b. Menganalisis sesi yang telah dilakukan untuk melihat keefektifan terapi.
18 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan pendekatan studi kasus deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui penerapan terapi psikoreligius dzikir dalam mengontrol perilaku kekerasan di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.
B. Sampel Penelitian
Pada penelitian ini, mengambil dua sampel yaitu pasien perilaku kekerasan. Kriteria inklusi dan ekslusi untuk penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
Kriteria Inklusi
a. Pasien yang didiagnosis perilaku kekerasan
b. Pasien yang bersedia menjadi partisipan dalam studi c. Pasien yang menganut agama Islam
d. Pasien yang telah menjalani perawatan selama minimal 2 minggu Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang tidak kooperatif
b. Pasien yang tidak mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia c. Pasien yang sedang mengalami kambuh
d. Pasien yang menolak melanjutkan intervensi C. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan antara bulan juni 2024 dengan waktu 7 hari
19
dan akan dilaksanakan di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan faktor-faktor yang dapat berubah nilainya dan menjadi fokus dalam pengumpulan data untuk tujuan penarikan kesimpulan terkait dengan objek penelitian.
Dalam penelitian, terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah penerapan terapi psikoreligius dzikir, sedangkan variabel dependen adalah pengendalian perilaku kekerasan.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.1 . Definisi operasional dan kriteria objektif
Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala ukur Terapi
Psikoreligius Dzikir
Psikoterapi yang
menggabungkan pendekatan kesehatan mental dan dimensi Keagamaan dilakukan dengan memuji nama Allah SWT dan mempertahankan kesadaran akan- Nya di setiap momen, dengan
a. Klien dikatakan mampu mengontrol dengan skor
≥4 b. Klien
dikatakan tidak mampu
mengontrol jika skor ≤ 4
Lembar Ceklis
Nominal
20
tujuan mencapai ketenangan mental dan spiritual Sesuai SOP terapi dzikir.
perilaku kekerasan .
Tindakan
individu yang menunjukkan potensi untuk menyebabkan kerusakan fisik, emosional, seksual, atau verbal terhadap dirinya sendiri, orang lain, atau lingkungan
a. Klien dikatakan pasien perilaku kekerasan dengan skor
> 6 b. Klien
dikatakan pasien risiko Perilaku kekerasan jika skor <6
Lembar Observasi
Nominal
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sesuai untuk memperoleh data yang dapat dipercaya dan dilakukan untuk memperoleh data yang penting untuk penelitian.
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dengan observasi dan analisis dokumen yang dilakukan secara langsung kepada responden.
21
G. Analisa Data
Pada studi kasus ini, data yang dikumpulkan adalah data kualitatif.
Analisa data kualitatif dilakukan dengan cara non-statistik, yaitu melalui uraian ataupun narasi, dan kemudian data disajikan dalam bentuk narasi.
H. Etika Penelitian
1. Lembar Informed Consent
Merupakan dokumen formal yang memberikan informasi rinci kepada subjekatau subjek uji tentang tujuan, prosedur, risiko potensial, manfaat, dan hak-hak mereka dalam suatu penelitian. Dokumen ini berfungsi sebagai pernyataan legal yang menyatakan kesediaan subjekuntuk berpartisipasi dalam penelitian. Subjekdiharapkan menandatangani formulir ini, dan jika mereka tidak menyetuju, peneliti diwajibkan untuk menghormati hak mereka untuk tidak berpartisipasi.
2. Anonymity
Anonymity adalah kondisi dimana identitas atau informasi pribadi seseorang tidak diketahui atau dirahasiakan dengan cara tidak memberikan nama subjekpada lembar alat ukur, hanya memberikan kode pada lembar pengumpulan data.
3. Confidentality
Sebagai prinsip penelitian, menjaga kerahasiaan data dan informasi hasil penelitian serta masalah terkait adalah suatu keharusan. Peneliti bertanggung jawab memastikan kerahasiaan semua informasi yang terkumpul, dengan hanya melaporkan kelompok data tertentu dalam hasil
22
penelitian.
4. Sukarela
Ketika peneliti melakukan penelitian terhadap responden, partisipasi mereka adalah sukarela, tanpa adanya unsur paksaan atau tekanan, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dalam bentuk fisik maupun psikologis.
23 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi Provinsi Sulawesi Selatan. Ruangan Kenanga adalah ruang prawatan bangsal perempuan dengan jumlah pasien sebanyak 52 orang.
Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu pada tanggal 1- 7 juni 2024 dengan subjek penelitian sebanyak 2 pasien perilaku kekeasan di ruangan kenangaRSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan dengan metode observasi dan dokumentasi.
2. Kriteria Subjek Penelitian
Pada penelitian ini peneliti telah melakukan implementasi terapi psikoreligius dzikir dalam mengontrol perilaku kekrasan yang diberikan selama 6 kali dalam seminggu . pertemuan ini dilakukan setelah makan siang dengan waktu 30 menit setiap subjek dengan mengambil 2 subjek yang memiliki kriteria yan telah ditentukan.
Tabel 4.1 Gambaran subjek penelitian
Data Keterangan
Nama Ny. S Ny. A
Usia 44 Tahun 2O Tahun
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Agama Islam Islam
24
Tanggal masuk RS 18 Mei 2024 15 Mei 2024 Faktor Predisposisi Subjek mengatakan
pernah mengalami trauma masa kecil
Subjek sering bertengkar dengan suaminya
Faktor Presipitasi Subjek mudah
mengamuk apabila ada yang menganggu atau mengajak cerita
Subjek sering
berbicara sendiri dan mengeluarkan suara dengan nada tinggi.
3. Penilaian Tanda Dan Gejala Sebelum Melakukan Terapi Dzikir a. Subjek penelitian Ny. S
Penelitian melakukan observasi dan pendekatan kepada pasien bernama Ny.S. Didapatkan bahwa pasien megungkapkan kalimat ancaman, berbicara kata-kata kasar, wajah memerah dan tegang, pandangan tajam,mengatup rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, mengeluarkan suara dengan nada tinggi/keras, tampak gelisah, merasa ingin memukul orang lain/melemper/memukul benda.Observasi dan penedektan ini dilakukan pada tanggal 1 juni 2024.
b. Subjek penelitian Ny. A
Penelitian melakukan observasi dan pendekatan kepada pasien bernama Ny.A. Didapatkan bahwa pasien megungkapkan kalimat ancaman, berbicara kata-kata kasar, wajah memerah dan tegang, pandangan tajam,mengatup rahang dengan kuat, mengepalkan tangan,
25
mengeluarkan suara dengan nada tinggi/keras, tampak gelisah, memukul orang lain. Observasi dan pendektan ini dilakukan pada tanggal 1 juni 2024.
4. Hasil Penerapan Terapi Dzikir a. Subjek penelitian Ny. S
Penelitian ini bertujuan untuk mengendalikan perilaku kekerasan pada subjekNy. S melalui terapi dzikir, yaitu terapi yang menggunakan lisan atau mengucapkan kata-kata tertentu dari ayat Al-Qur'an. Pada pertemuan pertama yang diadakan pada 1 Juni 2024, peneliti mendapatkan persetujuan penelitian dari subjekdengan memberikan informed consent dan lembar observasi sebelum dilakukan intervensi. Subjekterlihat kooperatif saat diajak berbicara dan setuju untuk dijadikan objek penelitian. Hasil skoring pada lembar observasi menunjukkan nilai 9/10, menandakan subjekmemiliki pemahaman awal yang baik.
Pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada 2 Juni 2024, peneliti memberikan penjelasan tentang cara melakukan terapi dzikir dengan lisan. Subjekterlihat memperhatikan dengan baik penjelasan tersebut dan menunjukkan kemampuan untuk mengulang terapi dzikir dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa subjekmulai memahami metode terapi yang diberikan.
Pertemuan ketiga pada 3 Juni 2024, peneliti kembali memberikan penjelasan tentang terapi dzikir dengan lisan.
Subjekkembali terlihat memperhatikan dengan baik dan paham
26
mengenai cara terapi tersebut, serta mampu mengulangnya dengan benar. Ini menunjukkan adanya konsistensi dalam pemahaman dan penerapan terapi dzikir oleh responden.
Pada pertemuan keempat, kelima, dan keenam yang diadakan berturut-turut pada tanggal 4, 5, dan 6 Juni 2024, peneliti terus memberikan penjelasan lebih lanjut tentang cara melakukan terapi dzikir dengan lisan. Subjeksecara konsisten memperhatikan dengan baik dan menunjukkan pemahaman yang baik tentang terapi tersebut. Subjekjuga mampu mengulang terapi dzikir dengan benar setiap kali, menunjukkan bahwa metode ini diterima dengan baik dan dipahami oleh responden.
Pada pertemuan ketujuh yang diadakan pada 7 Juni 2024, peneliti mengukur tingkat pengontrolan sikap perilaku kekerasan setelah melakukan terapi dzikir dengan lisan. Subjekterlihat memperhatikan dengan baik selama terapi dan menunjukkan pemahaman yang baik mengenai terapi dzikir serta mampu mengulangnya kembali. Hasil skoring pada lembar observasi menunjukkan bahwa tingkat pengontrolan sikap perilaku kekerasan setelah terapi dzikir mencapai skor 4/10. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada pemahaman dan kemampuan untuk melakukan terapi, masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk mencapai pengendalian penuh atas perilaku kekerasan.
27
Tabel 4.2. lembar observasi Ny. S
No Respon Observasi
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 1. Pasien mengungkapkan kalimat
ancaman
- -
2. Pasien berbicara dengan kata- kata kasar
- - -
3. Pasien merasa ingin
memukul/melukai orang lain
4. Wajah pasien memerah dan tegang
5. Pandangan pasien tajam - - - -
6. Pasien mengatupkan rahangnya dengan kuat
- - - - -
7. Pasien mengepalkan tangan 8. Pasien mengeluarkan suara
dengan nada tinggi/ keras
-
9. Pasien tampak gelisah
10. Pasien melempar/memukul benda/ orang lain
- - - -
Jumlah 9 9 8 8 6 5 4
Pada tabel diatas menjelaskan bahwa subjek Ny. S setelah melakukan terapi dzikir selama 7 pertemuan setiap pukul 13.00 terdapat beberapa indikator tanda dan gejala yang mengalami penurunan. Meskipun subjek masih merasakan keinginan melukai orang, tangan masih terkepal, wajah tetap memerah dan tegang,
28
serta masih tampak gelisah. Meskipun beberapa gejala ini masih ada, tingkat keparahannya berkurang dibandingkan dengan kondisi sebelum terapi.
b. Subjek penelitian Ny. A
Penelitian ini bertujuan untuk mengendalikan perilaku kekerasan pada subjek Ny. A melalui terapi dzikir, yaitu terapi yang menggunakan lisan atau mengucapkan kata-kata tertentu dari ayat Al-Qur'an. Pada pertemuan pertama yang diadakan pada 1 Juni 2024, peneliti mendapatkan persetujuan dari subjekuntuk ikut serta dalam penelitian ini dengan memberikan informed consent dan lembar observasi sebelum dilakukan intervensi. Subjek terlihat kooperatif saat diajak berbicara dan menyatakan setuju untuk dijadikan objek penelitian. Hasil skoring pada lembar observasi menunjukkan nilai 10/10, menunjukkan bahwa subjek memiliki pemahaman awal yang sangat baik.
Pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada 2 Juni 2024, peneliti memberikan penjelasan mengenai cara melakukan terapi dzikir dengan lisan. Subjek memperhatikan dengan seksama penjelasan tersebut dan menunjukkan kemampuan untuk mengulang terapi dzikir dengan benar. Hal ini menandakan bahwa subjek mulai memahami metode terapi yang diberikan.
Pada pertemuan ketiga pada 3 Juni 2024, peneliti kembali memberikan penjelasan tentang terapi dzikir dengan lisan. Subjek tetap memperhatikan dengan baik dan menunjukkan pemahaman
29
yang lebih dalam mengenai cara terapi tersebut, serta mampu mengulangnya dengan benar. Ini menunjukkan adanya konsistensi dalam pemahaman dan penerapan terapi dzikir oleh responden.
Pertemuan keempat, kelima, dan keenam yang diadakan berturut-turut pada tanggal 4, 5, dan 6 Juni 2024, peneliti terus memberikan penjelasan lebih lanjut tentang cara melakukan terapi dzikir dengan lisan. Subjek secara konsisten memperhatikan dengan baik dan menunjukkan pemahaman yang baik tentang terapi tersebut. Subjek juga mampu mengulang terapi dzikir dengan benar setiap kali, menunjukkan bahwa metode ini diterima dengan baik dan dipahami oleh responden.
Pada pertemuan ketujuh yang diadakan pada 7 Juni 2024, peneliti mengukur tingkat pengontrolan sikap perilaku kekerasan setelah melakukan terapi dzikir dengan lisan. Subjek memperhatikan dengan baik selama terapi dan menunjukkan pemahaman yang baik mengenai terapi dzikir serta mampu mengulangnya kembali. Hasil skoring pada lembar observasi menunjukkan bahwa tingkat pengontrolan sikap perilaku kekerasan setelah terapi dzikir mencapai skor 5/10. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada pemahaman dan kemampuan untuk melakukan terapi, masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk mencapai pengendalian penuh atas perilaku kekerasan.
30
Tbel 4.3 Lembar observsi Ny. A
No Respon Observasi
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 1. Pasien mengungkapkan kalimat
ancaman
2. Pasien berbicara dengan kata- kata kasar
- - -
3. Pasien merasa ingin
memukul/melukai orang lain
- -
4. Wajah pasien memerah dan tegang
5. Pandangan pasien tajam - - - - -
6. Pasien mengatupkan rahangnya dengan kuat
- - - -
7. Pasien mengepalkan tangan 8. Pasien mengeluarkan suara
dengan nada tinggi/ keras
9. Pasien tampak gelisah
10. Pasien melempar/memukul benda/ orang lain
- - -
Jumlah 10 10 9 7 6 6 5
Pada tabel menjelaskan bahwa subjek Ny. A sebelum menerima terapi dzikir selama 7 pertemuan setiap pukul 13:30 . subjek menunjukkan tanda dan gejala dari perilaku kekerasan, yaitu subjek sering mengungkapkan kalimat ancaman, berbicara
31
dengan kata-kata kasar, menunjukkan ekspresi wajah memerah dan tegang. Pandangan matanya tajam, rahang terkatup erat, dan tangan terkepal. Nada suara yang tinggi, tampak gelisah dan melukai orang lain
Setelah subjek Ny. A menerima terapi dzikir, beberapa indikator tersebut menurun. Meskipun subjek masih mengucapkan kalimat ancaman, wajah tetap tegang, mengepal tangan, dan masih tampak gelisah serta mengeluarkan suara dengan nada tinggi.
Terapi dzikir membantu mengurangi beberapa indikator perilaku kekerasan pada subjek Ny. S dan Subek Ny. A. Meskipun keduanya masih menghadapi seperti keinginan untuk melukai orang, mengepalkan tangan, wajah tegang, serta gelisah, intensitas atau keparahan gejala tersebut telah berkurang setelah terapi. Terapi dzikir tampak sangat berpengaruh dalam menurunkan aspek perilaku kekerasan, namun belum sepenuhnya dari indikator menghilang.
B. Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang implementasi terapi dzikir untuk mengontrol perilaku kekerasan di RSKD Dadi Makassar, pada tanggal 1 sampai 7 Juni 2024 dengan melihat perubahan tandan dan gejala pada kedua rresponden
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara sebelum dilakukan terapi dzikir pada subjek Ny.S, didapatkan bahwa pasien megungkapkan kalimat
32
ancaman, berbicara kata-kata kasar, wajah memerah dan tegang, pandangan tajam,mengatup rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, mengeluarkan suara dengan nada tinggi/keras, tampak gelisah, merasa ingin memukul orang lain/melemper/memukul benda.
Pada subjek Ny. A, didapatkan bahwa pasien megungkapkan kalimat ancaman, berbicara kata-kata kasar, wajah memerah dan tegang, pandangan tajam,mengatup rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, mengeluarkan suara dengan nada tinggi/keras, tampak gelisah, memukul orang lain.
Namun setelah diberikan terapi dzikir selama 6 kali didapatkan hasil terhadap Ny. S masih merasakan keinginan melukai orang, tangan masih terkepal, wajah tetap memerah dan tegang, serta masih tampak gelisah.
Sedangkan Ny. A masih mengucapkan kalimat ancaman, wajah tetap tegang, mengepal tangan, dan masih tampak gelisah serta mengeluarkan suara dengan nada tinggi.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yuliana & Pratiwi, 2021) (Yuliana 2021) bahwa ada pengaruh peningkatan dalam kemampuan mengontrol perilaku kekerasan setelah diberikan terapi spiritual dzikir.
Apabila terapi spiritual dilakukan secara terus menerus dan jika pasien sering mengikuti jadwal terapi keagamaan maka akan semakin memberikan pengaruh yang kuat untuk membantu pasien mengontrol perilaku kekerasan dan menenangkan dirinya. Dengan demikian pasien pun akan semakin percaya diri dan merasa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiriual dzikir
33
merupakan bentuk keyakinan dalam hubungan dengan yang maha kuasa.
Terapi spiritual juga mampu membantu pasien mendekatkan diri kepada Allah SWT, memaknai arti hidup, meredakan emosi, mengurangi stressor, gejala-gejala yang muncul pada pasien serta memperbaiki kualitas hidup pasien. Tindakan spiritual dapat dilakukan dengan cara berdzikir dapat menurunkan depresi atau stress dengan menurunkan produksi hormon kartisol yang dipengaruhi oleh thalamus melalui ciliculus superior dan coliculus interior dengan merangsang sistem endokrin. Hal ini membuat sistem saraf otonom seimbang dan mempengaruhi kondisi tubuh yang akan membuat tekanan darah menurun, pernafasan jadi lebih teratur dan aktivitas otak seperti pengalihan dari rasa cemas dan tegang menjadi lebih tenang.(Amalia et al., 2023)
Hal ini diperkuat lagi dengan penelitian (Agus Triyani et al., 2019)Agus Triyani ( 2019) bahwa terapi psikoreligius seperti dzikir dengan cara beristighfar dan sholat dapat diberikan pada gangguan jiwa ringan maupun berat. Dengan adanya pemenuhan kebutuhan spiritual membuat jiwa seseorang menjadi merasa tentram, damai sehingga membawa pengaruh positif bagi pasien perilaku kekekrasan.
Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkair, peneliti berasumsi bahwa ada pegaruh secara signifikan pada pasien yang diberikan pendekatan spiritual dengan tidak diberikan pendekatan spiritual.
Pendekatan spiritual memiliki dampak yang signifikan terhadap pasien perilaku kekerasan. Yang dimana dengan cara mengajarkan cara melatih
34
terapi psikoreligius dzikir.
Terapi dzikir ini memberikan efek menenangkan pada pikiran dan tubuh. Proses pengulangan kata-kata tertentu dalam dzikir menciptakan ritme yang menenangkan, membantu subjek merasa lebih rileks dan tenang. Efek menenangkan ini membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan, yang sering kali menjadi pemicu utama perilaku agresif dan kekerasan. Ketika seseorang merasa lebih tenang, mereka cenderung tidak mudah terpancing untuk melakukan tindakan kekerasan.
Selain itu, dzikir meningkatkan kesadaran diri dan refleksi pribadi.
Terapi dzikir memungkinkan subjek untuk lebih fokus pada diri mereka sendiri, meningkatkan kesadaran akan pikiran dan emosi mereka. Dengan kesadaran yang lebih tinggi, subjek dapat lebih mudah mengenali dorongan-dorongan negatif seperti marah atau frustrasi dan mengendalikannya sebelum berubah menjadi tindakan kekerasan. Ini membantu mereka mengembangkan kontrol diri yang lebih baik dan mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku kekerasan.
Terapi dzikir juga memperdalam hubungan seseorang dengan spiritualitas atau keyakinan mereka. Melalui dzikir, subjek memperkuat nilai-nilai spiritual seperti kesabaran, kasih sayang, dan pengendalian diri.
Nilai-nilai ini bertentangan dengan perilaku kekerasan, sehingga dengan memperkuat nilai-nilai tersebut, subjek lebih cenderung bertindak dengan cara yang damai dan penuh kasih..
Selain itu, dzikir membantu dalam pengaturan emosi. Dengan
35
berlatih dzikir secara teratur, individu belajar mengelola emosi mereka dengan lebih efektif. Mereka menjadi lebih mampu mengendalikan perasaan marah, frustrasi, atau emosi negatif lainnya. Emosi yang lebih teratur memiliki risiko yang lebih rendah untuk terlibat dalam tindakan kekerasan. Tepai dzikir membantu subjek tetap tenang dan tidak mudah terpancing oleh situasi yang memicu emosi negatif.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dzikir dapat menurunkan aktivitas sistem saraf yang bertanggung jawab atas respons "fight or flight".
Respons ini adalah respons stres yang membuat seseorang siap untuk menghadapi ancaman dengan cara melawan atau melarikan diri. Dengan ini, dzikir membantu individu merasa lebih tenang dan tidak mudah terpancing untuk melakukan tindakan kekerasan. Respon stres yang lebih rendah berarti subjek lebih mampu mengendalikan diri dalam situasi yang menantang atau memicu stres.
35 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan terapi psikoreligius dzikir dalam penanganan pada pasien perilaku kekerasan, sehinggan Ny, S dan Ny. A menunjukkan bahwa pemberian terapi dzikir dapat mengurangi tanda dan gejala perilaku kekerasan seperti :tidak memukul orang orang lain, dan tidak berbicara dengan kata-kata kasar.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan diharapkan agar karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bahan kajian dan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta menjadi bahan bacaan peneliti selanjutnya.
2. Bagi rumah sakit
Bagi rumah sakit diharapkan menjadi bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan jiwa serta sebagai penunjang keberhasilan terapi pada pasien perilaku kekerasan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan memiliki wakt yang lebih lama dalam pemberian terapi psikoreligius dzikir untuk mengurangi tanda dan gejala dari perilaku kekerasan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Agus Triyani, F., Dwidiyanti, M., & Suerni, T. (2019). Gambaran Terapi Spiritual Pada Pasien Skizofrenia : Literatur Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(1), 19–24.
Amalia, N., Martina, & Alfiandi, R. (2023). Terapi Dzikir Sebagai Asuhan Keperawatan Pasien Risiko Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Aceh:
Suatu Studi Kasus. 7(1), 170–179.
Erita, D. (2019). Buku Materi Pembelajaran : Keperawatan jiwa.
Ernawati, Samsualam, S. (2020). Pengaruh Pelaksanaan Terapi Spiritual Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Perilaku Kekerasan Article history :
Accepted 12 Januari 2020 Address : Available Email : Phone : Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien gangguan jiwa adalah perilaku k.
Jurnal Kesehatan, 3(1), 49–56.
Gasril, P., & Sasmita, H. (2020). Pengaruh Terapi Psikoreligious: Dzikir dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia yang Muslim di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. 20(3), 821–826.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i3.1063
Kementrian Kesehatan, I. (2019). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riskesdas 2018., pertama.
Ramadhona, V. E. (2021). Laporan tugas akhir: Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Pemberian Terapi Menenangkan (Terapi Dzikir) Pada Pasien Skizofrenia Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) dI RSKJ Soeparto Pprovinsi Bengkulu Tahun 2021. 46–47.
Risnasari, N. (2019). Keperawatan Jiwa: Modul Bahan Ajar Keperawatan.
Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Sains Universitas Nusantara PGRI Kediri, 146. http://repository.unpkediri.ac.id/2251/1/BAHAN AJAR
KEPERAWATAN JIWA.pdf
Ristant, N. A. (2021). Analisi Intervensi Melatih Cara Spiritual :Dzikir Pada Pasien Resiko Perilaku Kkekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. 56–57.
37
Ritonga, A. S. (2020). SKRIPSI LITERATURE REVIEW : PENGARUH TERAPI PSIKORELIGI TERHADAP KEKAMBUHAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASANTAHUN 2020 ADE SYAFA ’ AT RITONGA JURUSAN
KEPERAWATAN PRODI D-IV.
Srimaryatun, Effendi, Z., & Mardiyah, S. A. (2020). A Comparison of the
Effectiveness of Cognitive Behavior Therapy and Assertive Training Against the Ability to Control Violent Behavior in Schizophrenic Patients. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 11(3), 210–222.
https://doi.org/10.26553/jikm.2020.11.3.210-222
Stuart, G. W. (2021). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart, 2nd Indonesia edition ." Elsevier Singapore Pte Ltd., 2022.
Sutejo. (2019). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Gangguan Jiwa dan Psikososial. 61–68.
Teguh, Pribadi, and D. D. (2019). Terapi psikoreligi terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan, 13(4), 373–380.
Yuliana, M. U., & Pratiwi, Y. S. (2021). Penerapan Terapi Spiritual Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, 1, 1700–1705. https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i.918
L A M
P
I
R
A
N
Lampiran 1
LEMBAR INFOPRMED CONSENT ( PERSETUJUAN RESPONDEN) Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur : Jenis Kelamin : Agama : Alamat : Tanggal Masuk RS :
Menyatakan bersedia menjadi subjekpada penelitian yang dilakukan oleh:
Nama : Fina Pandu Winata NIM : PO713201211064
Judul Penelitian : Implementasi Terapi Psikoreligius Dzikir Dalam Mengontrol Perilaku Kekerasan Pada Pasien DiRSKD Dadi Makassar
Makassar, 1 Juni 2024 Responden
( )
Lampiran 2
PENJELASAN PENELITIAN BAGI SUBJEKPENELITIAN (INFORMATION FOR CONSENT)
Judul : Implementasi Terapi Psikoreligius Dzikir Dalam Mengontrol Perilaku Kekerasan Pada Pasien Di RSKD Dadi Makassar
Tujuan :
Untuk mengetahui sejauh mana terapi psikoreligius dzikir dapat mengendalikan perilaku kekerasan.
Perlakuan yang Diterapkan pada Subjek :
Subyek (pasien perilaku kekerasan ) terlibat sebagai reponden yang akan memberikan pernyataan atau jawaban terhadap lembar pedoman observasi perihal terapi psikoreligius dzikir dalam mengontrol perilaku kekerasan di RSKD Dadi kota makassar.
Observaesi dilakukan kepada resonden pasa waktu dan tempat berdasarkan kesepakatan antara reponden dan peneliti. Waktu yang di butuhkan peneliti dalam melakukan penelitian ini selama 7 hari untuk mendapatkan hasil dan perbandingan yang akan di berikan terapi psikoreligius dzikir dalam mengontrol perilaku kekerasan.
Manfaat penelitian bagi subyek:
Hasil penelitian ini di harapkan sebagai bahan acuan kesehatan dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan pengetahuan tentang terapi psikoreligius dzikir dalam mengontrol perilaku kekerasan.
Jaminan Kerahasiaan :
Semua data dan informasi yang terkait dengan subjek dalam penelitian ini, akan senantiasa dijaga kerahasiaannya dan menjadi tanggung jawab peneliti.
Adanya Kontribusi Bagi Subjek :
Tidak ada kontribusi dalam penelitian Informasi Tambahan :
Subjek berhak untuk menayakan segala hal yang berkaitan dengan penelitian ini dengan cara menghubungi peneliti.
Makassar, 2024
Responden, Peneliti,
( ) (Fina Pandu Winata )
Lampiran 3
Lembar Observasi Perilaku Kekerasan
Keterangan :
a. Beri tanda (✔) jika memilih “ya”, dan tanda (✘) jika memilih “tidak”
b. Setiap tanda (✔) bernilai 1 dan tanda (✘) bernilai 0
c. jika skor yang didapatkan > 6 maka pasien terdiagnosa perilaku kekerasan d. jika skor yang didaptkan < 6 maka pasien risiko perilaku kekerasa
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Pasien mengungkapkan kalimat ancaman
2. Pasien berbicara dengan kata-kata kasar
3. Pasien merasa ingin memukul/melukai orang lain 4. Wajah pasien memerah dan
tegang
5. Pandangan pasien tajam
6. Pasien mengatupkan rahangnya dengan kuat
7. Pasien mengepalkan tangan 8. Pasien mengeluarkan suara
dengan nada tinggi/ keras 9. Pasien tampak gelisah
10. Pasien melempar/memukul benda/ orang lain
lampiran 4
Lembar Observasi Terapi Dzikir
Keterangan :
a. Beri tanda (✔) jika memilih “ya”, dan tanda (✘) jika memilih “tidak”
b. Setiap tanda (✔) bernilai 1 dan tanda (✘) bernilai 0
c. jika skor yang didapatkan ≥ 4 maka terapi dzikir dapat dikatakan mampumengontrol perilaku kekerasan
d. jika skor yang didaptkan ≤ 4 maka terapi dzikir belum dikatakan mampu mengontrol perilaku kekerasan
No Respon Ya Tidak
1. Pasien duduk dengan tenang 2. Pasien menutup mata
3. Pasien bernapas dengan teratur 4. Pasien mengucapkan kata
spiritual secara berulang-ulang - Subhanallah 33x
- Alhamdulillah 33x - Allahuakbar 33x
5. Pasien melakukan selama 10 Menit
6. Pasien tidak boleh langsung berdiri jika telah selesai
Lampiran 5
Dokumentasi Kegiatan Penelitian
pertemuan 1
Peneitian melakukan BHSP, memberikan infomed consent, lembar observasi sebelum dilakukan intervensi
Pertemuan 2
Peneliti memberikan penjelasan tentang cara terapi dzikir
Pertemuan 3
Peneliti memberikan penjelasan tentang cara terapi dzikir
Pertemuan 4
Peneliti memberikan penjelasan tentang cara terapi dzikir
Pertemuan 5
Peneliti memberikan penjelasan tentang cara terapi dzikir
Pertemuan 6
Peneliti memberikan penjelasan tentang cara terapi dzikir
Pertemuan 7
Peneliti memberikan penjelasan tentang cara terapi dzikir dan mengukur tingan pengontrolan sikap perilaku kekerasan setelah melakukan terapi
Lampiran 6
Surat Rekomendasi Etik Penelitian
Lampiran 7
Surat Keterangan Layak Etik
Lampiran 8
Surat Izin Penelitian
Lampiran 9
Surat Izin Penelitian DPMTSP Pemprov Sulsel
Lampiran 10
Surat Keterangan Selesesai Penelitian