• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOMBONG II - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOMBONG II - Elib Repository"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI

MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOMBONG II

INAYATUL BAROROH A01401903

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

(2)

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI

MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOMBONG II

Karya Tulis Ilmiah ini Disusun Sebagai Salah Satu Prasyarat Untuk Menyelesaikan Tugas Diploma III Keperawatan

INAYATUL BAROROH A01401903

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

(3)
(4)
(5)
(6)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA RISIKO PERILAKU

KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI MENGONTROL

PERILAKU KEKERASAN SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOMBONG II”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas akhir Program Studi D III Keperawatan. Tentu suksesnya hasil laporan ini berkat bimbingan dari baerbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. ALLAH SWT, yang telah memberikan Karunia-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Ibu Herniatun, M.Kep.Sp.Mat selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah.

3. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, yang selalu mendoakan putrinya untuk menyelesaikan tugas pendidikan ini dan selalu memberikan kasih sayang yang hangat.

4. Ibu Nurlaila, S.Kep.Ns.M.Kep selaku Kepala Prodi DIII Keperawatan STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Muhammadiyah Gombong.

5. Bapak H. Sarwono, M. Kes selaku penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta dukungan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

(7)

viii

7. Semua Dosen Program Studi D III Keperawatan Stikes Muhammadiyah Gombong yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat dengan sabar, selalu memberikan semangat.

8. Teman-teman seperjuangan DIII Keperawatan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, serta para sahabatku Nani Nur hidayah, Habibah, Ari, Desi, Rizki, Warsito, Wartono, Andrianto, yang telah memberikan dukungan moril, doa dan isnpirasi untuk membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik institusi dan untuk perkembangan ilmu keperawatan, Amin.

Gombong, 21 Agustus 2017

(8)

ix Program Studi D III Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Agustus 2017

Inayatul Baroroh1, Ike Mardiati Agustin2,

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN

SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI WILAYAH KERJA PKM GOMBONG II

Latar Belakang: Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Salah satu tindakan mengontrol yang digunakan yaitu terapi psikoreligius: zikir. Zikir merupakan suatu upaya untuk mengingat Allah yang bertujuan membuat hati tenang.

Tujuan Penulisan: Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan dengan pemberian teknik psikoreligius: zikir.

Metode: Deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus (case study approach). Terhadap 2 pasien yang mengalami perilaku kekerasan

Hasil: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 4 hari, didapatkan penurunan tanda gejala perilaku kekerasan, yaitu tanda gejala kognitif sebesar 3 (Pasien I), 5 (Pasien II), afektif sebesar 1 (Pasien I), 3 (Pasien II), fisiologis sebesar 1 (Pasien I), 2 (Pasien II), perilaku sebesar 1 (Pasien I), 2 (Pasien II), sosial sebesar 2 (Pasien I), 1 (Pasien II). Peningkatan kemampuan Pasien I sebesar 80% dan Pasien II sebesar 75%.

Rekomendasi: Zikir sebagai terapi psikoreligius dapat digunakan untuk klien dengan resiko perilaku kekerasan dan dapat diterapkan baik di rumahsakit maupun di masyarakat.

Kata kunci: Perilaku kekerasan, terapi psioreligius, asuhan keperawatan

(9)

x DIII Program of Nursing Department

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong Scientific Paper, August 2017

Inayatul Baroroh1, Ike Mardiati Agustin2,

ABSTRACT

THE NURSING CARE FOR PATIENTS WITH VIOLENT BEHAVIOUR RISK BY APPLYING PSYCHORELIGIOUS VIOLENT BEHAVIOUR CONTROL

THERAPY: ZIKIR IN THE WORKING AREA OF COMMUNITY HEALTH CENTRE II OF GOMBONG

Background: Violent behavior is a state in which someone perfoms an act that can physically harm himself, other persons or the environment. One of the ways how to control this behaviour is psychoreligious therapy (Zikir). It is an effort to get closer to God to calm down the heart.

Objective: Describing nursing care for patients having violet behavior risk by applying psychoreligius therapy (Zikir).

Method: This study is an analytical descriptive with a case study approach. The subjects were 2 patients having violent behaviour risk.

Result: After having psychoreligious therapy for four days, there were decreases in signs and symptoms of cogitive 3(patient I) and 5 (patient II), affective 1 (patient I) and 3 (patient II), physiological 1 (patient I) and 2 (patient II), behavior 1(patient I) and 2 (patient II), social 2 (patient I) and 1 (patient II). The increase in capability was 80% (patient I), and 75% (patient II).

Recomendation: Zikir as a psychoreligious therapy can be applied for a patient having violent behaviour risk and can also be applied either in hospital or in the comunity.

Keywords: Violent behavior risk, psychoreligious therapy, nursing care

(10)

DAFTAR ISI

A. Konsep Dasar Risiko Perilaku Kekerasan ... 6

1. Definisi Perilaku Kekerasan ... 6

2. Penyebab Perilaku Kekerasan ... 6

3. Rentang Respon ... 9

4. Proses Terjadinya Masalah ... 9

5. Manifestasi ... 10

2. Jenis Terapi Psikoreligius ... 15

3. Etika Studi Zikir ... 17

(11)

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ... 18

1. Pengertian ... 18

2. Pengkajian ... 18

3. Fokus Diagnosa Keperawatan ... 19

4. Fokus Intervensi Keperawatan ... 19

5. Implementasi Keperawatan ... 21

6. Evaluasi ... 21

BAB III METODE STUDI KASUS ... 23

A. Jenis/Desain/Rancangan Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ... 23

B. Subjek Studi Kasus ... 23

C. Fokus Studi Kasus ... 23

D. Definisi Operasional ... 24

E. Instrument Studi Kasus ... 24

F. Metode Pengumpulan Data ... 25

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ... 25

H. Analisis Data dan Penyajian Data ... 26

I. Etika Studi Kasus ... 26

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Hasil Studi Kasus ... 28

B. Pembahasan ... 50

C. Keterbatasan Studi Kasus ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. KESIMPULAN ... 55

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan jiwa adalah kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kesehatan emosional (videbeck, 2008). Menurut WHO (2009) memperkirakan 450 juta orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar (10%) orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan (25%) penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun (2007) di Indonesia, menunjukan bahwa prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai (5,6%) dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukan bahwa pada setiap 1000 orang terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan dari data tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat. Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di Povinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (24,3%), diikuti Nangroe Aceh Darussalam (18,5%), Sumatera Barat (17,7%), Sumatera Selatan (9,2%) dan Jawa Tengah (6,85) (Hidayanti,2011).

Jumlah gangguan jiwa tahun 2013 di propinsi Jawa Tengah sebanyak 121.962, sebagian besar kunjungan gangguan jiwa adalah di rumah sakit (67,29%), sedangkan (32,71%) lainya di puskesmas dan sarana kesehatan lain (Dinkes jateng, 2013). Prevalensi penderita schizophrenia di Indonesia adalah (0,3-1%). Masalah utama dari ganguan jiwa adalah schizofrenia. Schizofrenia

(13)

2

gejala psikotik atau tanda positif. Kondisi ini harus segera ditangani karena perilaku kekerasan yang terjadi akan membahayakan diri pasien, orang lain dan lingkungan. Hal ini yang menjadi alasan utama pasien schizofrenia dibawa kerumah sakit. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007).

Perilaku kekerasan sering disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007). Menurut Kusumawati dan Hartono (2010) kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ektrem dari marah atau ketakutan atau panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus.

(14)

3

2007). Saat ini perkembangan terapi dunia kesehatan sudah berkembangan kearah keagamaan (psikoreligius). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubunganya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial. Dalam hal ini penulis tertarik mengaplikasikan terapi mengontrol Perilaku Kekerasan secara psikoreligius zikir.

Terapi psikoreligius adalah terapi yang biasanya dilakukan melalui pendekatan keagamaan yang dianut oleh klien dan cenderung untuk menyentuh sisi spiritual manusia (Fanada, 2012). Dalam ajaran agama terapi psikoreligius antara lain doa dan zikir dapat meningkatkan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial untuk peningkatan integritas kesehatan jiwa. Dalam sudut ilmu kedokteran jiwa atau keperawatan jiwa atau kesehatan jiwa, doa dan zikir (psikoreligius terapi) merupakan terapi psikiatrik setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi biasa (Ilham, 2008). Pendekatan terapi psikoreligius yang antara lain zikir apabila dilafalkan secara baik dan benar dapat membuat hati menjadi tenang dan rileks. Dengan demikian orang yang mengikuti terapi psikoreligus akan membatasi geraknya karena dia berfokus pada kegiatannya sehingga dapat mengurangi agresif fisik klien. Terapi psikoreligius pada kasus gangguan jiwa ternyata membawa manfaat, angka rawat inap pada klien gangguan jiwa skizofrenia

yang mengikuti kegiatan keagamaan lebih rendah bila dibandingkan dengan mereka yang tidak mengikutinya (videbeck, 2008).

(15)

4

doa, zikir, mengikuti pengajian dan berwudlu. Berdasarkan penelitian diatas penulis tertarik untuk lebih mengetahui lebih lanjut bagaimana pengaplikasian teknik psikoreligius khusunya zikir pada klien risiko perilaku kekerasan dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan dengan Pemberian Terapi Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius: Zikir”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan dengan pemberian terapi mengontrol perilaku kekerasan secara psikoreligius: zikir ?.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan dengan pemberian terapi mengontrol secara psikoreligius: zikir.

2. Tujuan Khusus:

a. Memberikan gambaran pengkajian pada pasien dengan masalah utama risiko perilaku kekerasan.

b. Memberikan gambaran diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah utama risiko perilaku kekerasan.

c. Meberikan gambaran rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah risiko perilaku kekerasan.

d. Memberikan gambaran implementasi keperawatan pada pasien dengan masalah risiko perilaku kekerasan.

(16)

5

D. Manfaat Studi Kasus

Karya tulis ini diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Masyarakat sebagai pengelola pasien dengan risiko perilaku kekerasan dalam meningkatkan pengetahuan terapi mengontrol menggunakan teknik psikoreligius: zikir.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi keperawatan menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam mengontrol risiko perilaku kekerasan menggunakan terapi psikoreligius: zikir.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar. (2008). Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia. Jakarta: EGC.

Eko Prabowo. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Fanada, Mery. 2012. Perawat Dalam Penerapan Therapi Psikoreligius. Palembang.http:// www.banyuasinkab.go.id. Acces 03 April 2014.

Hidayanti, Eni. (2011). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan Mengatasi Perilaku Kekerasan Pada Klien Skizofrenia

Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo.

http://www.lontar.org/mac-/ referensi. Acces-2012.

Ilham. (2008). Terapi Psikoreligius Terhadap Perilaku Kekerasan. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Kusumawati & Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Mukripah Damaiyanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka Aditama.

NANDA. (2010). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi . Jakarta: EGC

Nuraenah. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di Rs Jiwa Islam. Jakarta: Klender.

Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(18)

Riskesdas. (2007). Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2007.http://www.slideshare.net/ssuer200d5e/riskesdas-2007031207.

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Medika.

Struart, G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Studi Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sulistyowati, Ariyani. (2015). Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan Pengaruh Terapi Psikoreligius Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan Volume 4, hlm 72-77.

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Yosep. (2007). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Perilaku Kekerasan. Bandung: PT Refika Aditama.

Yosep. (2010). Laporan Pendahuluan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan. Bandung: PT Refika Aditama.

Yosep dan cloninger. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Gangguan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Yurisalidi. (2010). Terapi psikoreligius sebagai obat kesehatan jiwa. Jakarta: Nuha medika.

Yustimun. (2007). Keperawatan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC.

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)

Strategi Pelaksanaan (SP) Tindakan Keperawatan Klien dengan Halusinasi

(Pasien) menurut Yosep 2007:

A.SP I (Pasien): Mengenal perilaku kekerasan, penyebab, tanda gejala, dan

cara kontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik 1 ( tarik nafas

dalam) dan latihan fisik 2 ( pukul bantal kasur).

Fase Orientasi:

Salam

Selamat pagi, Pak. Perkenalkan, Saya Mahasiswa STIkes Muhammadiyah Gombong, nama Saya I, senang dipanggil mba I. Nama bapak siapa ? senang dipanggil apa ?

Evaluasi

Apa yang bapak rasakan saat ini ? Validasi

Apa yang bapak lakukan ?

Kontrak (topik, tempat, waktu), tujuan

Nah, bagaimana kalau kita mengobrol di teras depan selama 30 menit tentang apa yang terjadi di rumah sehingga bapak dibawa ke sini sehingga kita nanti dapat menemukan tindakan keperawatan yang tepat untuk membantu bapak ? Fase kerja:

Coba bapak ceritakan apa yang terjadi di rumah sehingga bapak di bawa ke sini ? bapak merasa kesal? Apa yang bapak lakukan? Apa sebelumnya bapak

pernah marah? Apa penyebabnya? Baiklah jadiada ……(misalnya 3)

penyebab bapak marah.

(46)

melakukan dengan membaca istigfar di dalam hati. Sekarang saya akan memperagakanya pak. Bapak konsentrasi terlebih dahulu kemudian dalam hitungan ketiga bapak tarik nafas dalam, pelan-pelan tahan sambil menghembuskan nafas bapak membaca istigfar di dalam hati ya pak. Untuk cara kontrol yang kedua yaitu dengan pukul bantal atau kasur ya pak , bapak bisa memfokuskan perhatian pada kasur dan kemudia memukulnya. Nah coba sekarang praktekkan.

Bagus bapak bisa melakukan cara kontrol yang sudah saya ajarkan tadi.. Fase Terminasi:

Evaluasi Subjektif

Bagaimana perasaan bapak setelah tadi latihan cara mengontrol perilaku kekerasan ?

Evalusi Objektif

Apa yang telah bapak pelajari tadi ? Rencana Tindak Lanjut

Berapa kali bapak mau mengontrol marah? bagaimana kalau tiga kali sehari ? bagaimana kalau jam 08.00, 12.00, dan 17.00 WIB dan ketika marah itu datang.

Kontrak yang akan Datang

Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi di sini jam 09.00 pagi untuk berbincang-bincang cara kedua mengontrol marah ? sampai ketemu besok. Selamat siang.

B.SP 2 (Pasien): Mengontrol halusinasi: minum obat.

Fase Orientasi:

Salam Terapeutik

Selamat pagi pak X

(47)

Bagaimana jika sekarang kita latih cara kedua mengontrol marah dengan menggunakan obat ? kita latihannya di depan saja, setuju ? bagaimana jika kurang lebih 15 menit kita latihannya ?

Evaluasi

Nah… sebelum kita latih tentang obat, saya lihat dulu apakah tanda dan gejala marah ada atau sudah berkurang… baik, apa bapak masih merasa jengkel, lalu apa yang bapak lakukan, marah ? bagaimana perasaan bapak setelah marah? Selain itu apa yang bapak lakukan? Bapak memukul meja? Apa yang bapak rasakan? Apa masalahnya selesai? Apa akibat?, betul, tangan bapak sakit, meja menjadi rusak, masalah tidak teratasi dan akhirnya dibawa kerumah sakit. Baiklah sekarang sesuai kontrak kita belajar mengontrol marah yang kedua yaitu minum obat secara teratur.

Validasi

Bagaimana latihan cara kontrol marah sudah dicoba ? apa ada kesulitan ? berapa kali dicoba ? apa manfaatnya yang bapak rasakan ?

Kontrak (tujuan)

Baiklah sekarang kita akan berlatih cara mengontrol marah dengan minum obat, tujuannya supaya bapak teratur minum obat dan tidak lupa minum obat, kemudian marh dan perilaku kekerasan bisa dicegah.

Fase Kerja:

Baik pak, cara kedua mengontrol marah adalah dengan menggunakan obat. Untuk itu bapak harus tahu 6 benar tentang obat (benar jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, dan kontinuitas minum obat). Nah kalau bapak, jenis warna obatnya ada… Yang warna ini namanya… gunanya untuk… Obatnya diminum 3x sehari (pagi jam 07.00, siang jam 13.00, dan malam jam 20.00). Nah, supaya tidak terjadi putus obat sebaiknya 2 hari sebelum obat habis bapak harus kontrol ulang guna mendapatkan obat lagi. Bagaimana apa bapak sudah mengerti ? bagus pak.

(48)

Evaluasi Subjektif

Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan tentang obat ? Evaluasi Objektif

Coba bapak sebutkan jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, dan kontinuitas minum obat. Bagus sekali, bapak sudah mengerti tentang obat yang dapat mengontrol halusinasi ?

Rencana Tindak Lanjut

Baik bapak, nanti coba latihan sendiri ya menggunakan obat untuk mengontrol marahnya.

Kontrak yang akan Datang

Bagaimana kalau besok kita latih cara yang ketiga yaitu berbicara secara verbal? di sini lagi ? kita ketemu jam 09.00 pagi, baik bapak, Saya rasa cukup untuk latihan hari ini, sampai ketemu besok, selamat pagi.

C. SP 3 (Pasien): Mengontrol perilaku kekerasan dengan bicara verbal.

Fase Orientasi

Salam

Selamat pagi, pak, bagaimana kabar bapak hari ini pak ? Kontrak (tempat dan waktu)

Selama kurang lebih 30 menit kita akan bercakap-cakap di tempat ini iya pak Evaluasi

Baiklah pak, bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah bapak masih sering merasa jengkel ? apa yang bapak lakukan ? apakah dengan bapak melakukan itu masalahnya selesai? apakah bapak telah melakukan cara kontrol marah yang sudah kita pelajari ? bagaimana apakah dengan teknik cara mengontrol yang pertama? apakah bapak sudah minum obat hari ini ?

Validasi

(49)

bagus sekali, hari ini bapak sudah minum obat ? berapa obat yang bapak minum ? coba tolong sebutkan lagi hari ini bapak minum obat apa saja ? warnanya apa ? berapa kali bapak minum obat setiap hari ? bapak bagus sekali Kontrak (tujuan)

Baiklah, pada hari ini kita akan belajar cara yang ketiga dari cara cara mengontrol marah atau perilaku kekerasan yang sedang bapak alami yaitu dengan berbicara secara verbal. Tujuannya agar rasa marah yang sedang bapak alami semakin terkendali, bagaimana bapak ?

Fase kerja:

Caranya begini bapak, ketika bapak merasa marah atau ingin marah, coba ketika bapak tidak menyukai sesuatu bapak dapat mengungkapkan dengan mengajak orang lain berbicara verbal, misalnya seperti ini “ tolong jangan berkata seperti itu nanti saya marah”. “ tolong jangan mengejek saya atau nanti saya akan marah”.Nah, bagaimana bapak mengerti ? coba sekarang bapak praktikkan cara yang tadi yang sudah diajarkan ? bapak bagus sekali Terminasi:

Evaluasi Subjektif

Bagaimana perasaan bapak setelah kita berlatih tentang cara mengontrol perilaku kekerasan dengan teknik yang ketiga yaitu dengan berbicara secara verbal?

Evaluasi Objektif

Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol marah ? coba sebutkan ? bapak bagus sekali

Rencana Tindak Lanjut

(50)

Kontrak akan Datang

Besok pagi kita akan bertemu lagi untuk melihat manfaat beribiacar verbal dan berlatih cara yang ke empat untuk mengontrol marah dengan melakukan kegiatan spiritual, apa yang akan kita lakukan ? oh, baiklah besok kita akan melakukan kegiatan spiritual dengan berzikir, mau jam berapa ? mau di mana ? baiklah sampai bertemu besok iya, selamat pagi

D.SP 4 (Pasien): Mengontrol marah: Melakukan kegiatan spiritual

dengan psikoreligius zikir.

Fase Orientasi:

Salam Terapeutik

Selamat pagi bapak. Bagaimana kabar hari ini pak ? Kontrak

Sesuai janji kita kemarin, saya akan latih cara keempat untuk mengontrol marah dengan melakukan kegiatan psikoreligius atau spiritual dengan zikir. Kita akan latihan kurang lebih 15 menit. Mau di mana ? di sini saja ?

Evaluasi/validasi

Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ?

Kontrak

Baiklah sekarang kita akan berlatih cara mengontrol halusinasi yang ke 4 yaitu melakukan kegiatan spiritual. Tujuannya agar ketika bapak marah mampu mengontrol marah bapak.

Fase Kerja:

(51)

sehingga dapat membantu mengendalikan rasa marah yang bapak rasakan. Nanti kalau bapak lupa lihat lagi caranya.

Terminasi:

Evaluasi Subjektif

Bagaimana perasaan setelah latihan ini ? Evaluasi Objektif

Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah perasaan marah ? Ibu bagus sekali. Cobalah keempat cara ini bapak lakukan kalau bapak merasa ingin marah.

Rencana Tindak Lanjut

Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan ? nah, lakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah dibuat. Nanti siang jam 12.45 WIB saya akan ke sini lagi untuk mengevaluasi hasil latihan bapak

Kontrak yang akan Datang

Mba akan mengevaluasi kegiatan spiritual secara terjadwal yang bapak lakukan. Apakah berjalan dengan baik, semisal ada pertanyaan bisa ditanyakan ke mba. Mau di mana ? di sini lagi ? baiklah. Sampai nanti iya. Selamat berlatih. Selamat pagi.

Strategi Pelaksanaan (SP) Tindakan Keperawatan Klien dengan perilaku kekerasan (Pasien) ini menurut Program Studi DIII Keperawatan. 2016.

Modul Praktikum Laboratorium Keperawatan Jiwa. Gombong: STIkes

(52)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan Gejala sebelum diberikan Teknik Mengontrl Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius: Zikir (n=2) kamis 6 Juli 2017.

Berdasarkan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan sebelum diberikan Teknik Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa respon tanda gejala kognitif pasien I sebesar 3, Afektif sebesar 1, Fisiologis sebesar 1, Perilaku sebesar 1, Sosial sebesar 2. Tanda Gejala Respon Kognitif pasien II sebesar 5, Afektif sebesar 3, Fisiologis sebesar 2, Perilaku sebesar 2. Sosial sebesar 1.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah diberikan Teknik Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius: Zikir. (n=2) jumat 7 Juli 2017.

No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II

(53)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah diberikan Teknik Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius: Zikir. (n=2) Sabtu, 7 Juli 2017.

No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II

Berdasarkan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan setelah diberikan Teknik Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa respon tanda gejala kognitif pasien I tidak muncul, Afektif tidak muncul, Fisiologis tidak muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak muncul dan Afektif pasien II sebesar 1, Fisiologis tidak muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak muncul.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah diberikan Teknik Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius: Zikir. (n=2), Minggu, 7 Juli 2017.

No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II

(54)

Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Pre Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir (n=2).

Kamis, 6 Juli 2017.

No Kemampuan Pasien I Pasien II

1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1

2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh 0 1

3. Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 0

4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah

5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar

Total (%) 0 25%

Berdasarkan Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Pre Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius menunjukkan hasil pasien I belum mampu melakukan teknik zikir untuk mengontrol perilaku kekerasan dan pasien II mampu melakukan 2 teknik zikir dengan jumlah (25%).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir (n=2).

Jumat, 7 Juli 2017.

No Kemampuan Pasien I Pasien II

1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1 1

2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh 1 1

3. Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 0 1

4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah 0 0

5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar 0 0

Total (%) 40% 60%

(55)

mengontrol perilaku kekerasan dengan jumlah 40% dan pasien II mampu melakukan 3 kemampuan teknik zikir dengan jumlah (60%).

Tabel 4.8 Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir (n=2).

sabtu, 8 Juli 2017.

No Kemampuan Pasien I Pasien II

1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1 1

2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh 1 1

3. Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 1 1

4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah 0 1

5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar 0 0

Total (%) 60% 80%

Berdasarkan Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: menunjukkan 3 kemampuan berzikir pasien I sebesar (60%) dan pasien II mampu melakukan 4 kemampuan teknik zikir sebesar (80%).

Tabel 4.9 Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir (n=2).

Minggu, 8 Juli 2017.

No Kemampuan Pasien I Pasien II

1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1 1

2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh 1 1

3. Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 1 1

4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah 1 1

5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar 0 1

Total (%) 80% 100%

(56)

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP)

1. Kami adalah penulis program DIII Keperawatan STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan dengan Pemberian Terapi Mengontrol Secara Psikoreligius: Zikir.

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan dengan pemberian teknik mengontrol perilaku kekerasan secara psikoreligius: zikir yang dapat memberi manfaat kepada klien dan keluarga berupa terapi mengontrol perilaku kekerasan secara psikoreligius: zikir.

3. Prosedur pengambilan dan dengan cara wawancara terpimpin dengan menggunakan format asuhan keperawatan jiwa, yang akan berlangsung kurang 15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu khawatir karena studi kasus ini berhubungan dengan tindakan yang akan diberikan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan atau tindakan yang diberikan.

5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetap dirahasiakan.

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan /engan penelitian ini,silahkan menghubungi peneliti pada nomer Hp +628(...).

Penulis

Gambar

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test
Tabel 4.8 Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien perilaku kekerasan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan dengan

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap kelima partisipan melalui pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan ada

Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah untuk Menggambarkan Asuhan Keperawatan dengan penerapan terapi murotal al-quran untuk menurunkan nyeri pada pasien post operasi

Tujuan dari penelitian ini adalah Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang pemberian makan yang baik pada bayi untuk

kekerasan di Wisma Dwarawati RSJ Prof. Tujuan umum: menguraikan penerapan tindakan keperawatan mengontrol marah dengan spiritual : psikoreligi pada klien resiko

Studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami risiko perilaku kekerasan dengan pemberian terapi musik klasik mozart.. Subyek studi

Kesimpulan Asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan dengan pemberian terapi relaksasi nafas dalam selama tiga hari berturut – turut selama 15 menit pada pasien dengan

Salah satu tindakan keperawatan mandiri yang dapat diberikan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu pemberian teknik relaksasi napas dalam yang tujuannya diyakini secara