• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6 Peran, Tanggung Jawab, Kewenangan Dan Wewenang Organisasi

4.6.1 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko dan Peluang

Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan di satuan kerja pada semua jenis aktifitas rutin untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, gangguan kamanan dan pencemaran lingkungan.

Proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan oleh perusahaan terhadap proses kerja yang ada di tempat kerja. Proses identifikasi bahaya ini dilakukan di setiap aktifitas/kegiatan yang ada akan dapat menimbulkan bahaya (hazard) atau kecelakaan (accident).

IBPR digunakan untuk mengidentifikasi bahaya dan melakukan analisis serta menentukan profil risiko dari sebuah aktivitas yang bertujuan untuk menentukan prioritas program pengendalian berdasarkan tingkat risiko yang timbul di lingkungan perusahaan. Job Safety Analysis (JSA) serta metode analisis bahaya dan risiko lainnya dapat digunakan sebagai studi yang lebih spesifik untuk setiap langkah dalam suatu pekerjaan, guna mengidentifikasi dan menentukan langkah spesifik tersebut.

Job Safety Analysis (JSA)

Pelaksana pekerjaan menyampaikan proposal analisis keselamatan kerja (Job Safety Analysis) kepada pejabat yang berwenang, pejabat yang berwenang mengevaluasi proposal analisis keselamatan kerja tersebut dan bila diperlukan pejabat yang berwenang dapat meminta pendapat dari fungsi terkait (baik dengan pra-meeting dan/atau tinjauan lapangan) untuk mengevaluasi proposal analisis keselamatan kerja tersebut. Analisis keselamatan kerja yang telah sesuai dan memenuhi kriteria pelaksanaan pekerjaan disahkan oleh pejabat yang berwenang dan dilakukan dengan 3 metode, yaitu:

a) Pengamatan langsung b) Diskusi kelompok

c) Pemanggilan dan pemeriksaan ulang

Untuk menentukan pekerjaan yang akan di analisis dan yang mana saja harus diselesaikan terlebih dahulu, pertimbangkan faktor-faktor berikut ini, antara lain:

a. Potensi risiko-dahulukan pekerjaan yang paling berisiko b. Sejarah kecelakaan dalam suatu pekerjaan

c. Pekerjaan yang baru pertama kali dilakukan d. Tingkat kesulitan dan kondisi linkungan kerja e. Keparahan tingkat cidera kerja

f. Pekerjaan yang sering dilakukan melebihi batas waktu kerja normal

g. Penanganan peralatan dan perlengkapan kritis/bertekanan h. Penanganan terhadap Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Job Safety Analysis (JSA) terhadap angka kecelakaan kerja pada PT PGN Solution, didapat hasil yang akan ditampilkan pada tabel 1-5.

Pada tabel akan dijelaskan mengenai uraian kegiatan pada tiap divisi, potensi bahaya yang terdapat pada tiap langkah pekerjaan, tindakan pengendalian yang sudah dilakukan dari pihak perusahaan, juga pekerjaan yang terkait dalam kegiatan tersebut. Berikut

62

Institut Teknologi Nasional

Gambar 4.5 yang merupakan contoh formulir Job Safety Analysis (JSA) (terdapat pada Lampiran 4)

Identifikasi bahaya dan penilaian risiko (IBPR) harus di dokumentasikan kedalam form identifikasi bahaya dan penilaian risiko dan dikelola di masing- masing satuan kerja serta dilakukan kepada fungsi HSSE setempat. Berikut penjelasan kolom pada Gambar 4.6 terkait dengan form identifikasi bahaya dan penilaian risiko.

Gambar 4.6 Contoh Formulir IBPR

Sumber: PT PGN Solution

Keterangan:

Kolom diisi dengan kegiatan yang dilakukan, bahaya yang mungkin terjadi, jenis bahaya yang mungkin terjadi, penyebab terjadinya bahaya, dampak atau akibat dari terjadinya kejadian tesebut, pengendalian yang telah dilakukan untuk mengurangi dampak, tingkat kemungkinan sesuai dengan tabel kriteria kemungkinan, tingkat keparahan sesuai dengan tabel kriteria keparahan, perkalian antara tingkat keparahan dan tingkat resiko, klasifikasi nilai resiko, dan rekomendasi yang harus dilakukan.

Identifikasi dilakukan melalui jenis bahaya yang mungkin ada dan berpotensi membahayakan/menimbulkan kerugian pada aktifitas pekerjaan yang dilakukan PT. PGN Solution yang mengelompokkan beberapa kegiatan berdasarkan potensi bahaya serta persyaratan analisis bahaya yang perlu di persiapkan. Jenis bahaya yang harus di identifikasi termasuk bahaya fisik, kimia, biologi, dan ergonomi. Setiap satuan kerja melakukan analisis potensi konsekuensi adalah menganalisis terhadap potensi dari tingkat bahaya, analisis ini dilakukan dengan mempertimbangkan potensi keparahan dampak yang terjadi dan potensi jumlah yang terkena dampak yang terjadi dan potensi jumlah yang terkena dampak.

Perkiraan konsekuensi dapat merujuk pada Tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9 Kriteria Potensi Keparahan

Setiap satuan kerja menentukan tingkat kemungkinan terjadinya bahaya yang dapat membahayakan. Pertimbangan dalam menganalisis tingkat kemungkinan frekuensi kejadian yaitu potensi terjadinya konsekuensi/risiko dari suatu kegiatan dalam durasi waktu tertentu. Dalam hal ini ditentukan tabel kemungkinan terjadinya bahaya pada Tabel 4.9 dan tabel matriks tingkat risiko pada Tabel 4.10 sebagai berikut:

64

Institut Teknologi Nasional

Tabel 4.10 Tabel Kemungkinan Terjadinya Bahaya

Sumber: Prosedur IBPR,2016

Tabel 4.11 Tabel Matriks Tingkat Risiko

Sumber: Prosedur IBPR,2016

Tabel 4.12 Tabel Tingkat Risiko dan Tindakan yang diperlukan

Sumber: Prosedur IBPR,2016

Apabila hasil penilaian tersebut memiliki nilai sedang sampai dengan ekstrim serta memerlukan tindakan pengendalian lebih lanjut atau terkait dengan adanya peraturan perundangan dan peraturan lain, gangguan kesehatan, risiko K3, pilihan teknologi yang tersedia, faktor keuangan, persyaratan bisnis dan operasi serta pandangan pihak terkait maka hasil penialaian tersebut masuk dalam penetapan program K3. Kegiatan tindak lanjut ini di dokumentasikan dalam Form Tindak lanjut Pengendalian Risiko Gambar 4.7 yang dilaporkan kepada Fungsi HSSE setempat setiap 6 bulan. Hasil review tindak lanjut penilaian risiko tersebut akan dibahas dalam Rapat P2K3 dan di tindaklanjuti oleh bagian yang terkait.

Gambar 4.7 Contoh Form Tindak Lanjut Pengendalian Risiko

Sumber: Prosedur IBPR,2016

66

Institut Teknologi Nasional

Setelah dilakukan analisis dan pengecekan kesesuaian terhadap penetapan Identifikasi Risiko, Aspek, Dampak dan Pengendalian berdasarkan ISO 45001:2018 yang diterapkan oleh PT PGN Solution disimpulkan bahwa Identifikasi Risiko, Aspek, Dampak dan Pengendalian dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13 Analisis Komparasi Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko dan Peluang

ISO 45001:2018

Sesuai Tidak

Sesuai Keterangan

No. Klausul

6.1.2 Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dan peluang

6.1.2.1 Identifikasi bahaya

Organisasi menetapkan dan, menerapkan, dan

memelihara proses untuk identifikasi bahaya yang sedang berlangsung dan proaktif. Proses harus memperhitungkan tetapi tidak terbatas pada :

Organisasi memiliki prosedur mengenai operasi identifikasi bahaya, penilaian risiko sebelum memulai pekerjaan yang telah diatur di dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan dengan melaksanakan Job Safety Analysis

(bukti dokumen terdapat pada Lampiran 4)

a. Bagaimana pekerjaan diatur, sosial (termasuk beban kerja, perkambinghitaman,

pelecehan, dan intimidasi), kepemipinan dan budaya dalam organisasi

b. Kegiatan dan situasi rutin

dan non rutin, termasuk bahaya yang timbul dari:

Organisasi memiliki prosedur mengenai operasi identifikasi bahaya, penilaian risiko sebelum memulai pekerjaan yang telah diatur di dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan dengan

melaksanakan Job Safety Analysis

(bukti dokumen terdapat pada Lampiran 4)

1. Infrastruktur,

peralatan, bahan, zat dan kondisi fisik tempat kerja

2. Desain produk dan

layanan, penelitian, pengembangan, pengujian, produksi, perakitan, konstruksi, pemberian layanan, perawatan dan pembuangan

3. Faktor manusia 4. Bagaimana pekerjaan

dilakukan

c. Insiden yang relevan

sebelumnya, internal, atau eksternal organisasi, termasuk keadaan darurat, dan penyebabnya

ISO 45001:2018

Sesuai Tidak

Sesuai Keterangan

No. Klausul

d. Situasi darurat potensial e. Orang, termasuk

pertimbangan:

1. Mereka yang memiliki

akses ke tempat kerja dan aktivitas mereka, termasuk pekerja, kontraktor, pengunjung, dan orang lain

2. Orang-orang disekitar

tempat kerja yang dapat dipengaruhi oleh aktivitas organisasi

3. Pekerja di lokasi yang

tidak berada dalam kendali langsung organisasi

Sumber: Hasil Analisis,2019

Dokumen terkait