• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Faktor Internal yaitu faktor yang ada dalam lingkup usahatani yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang ada dalam berusahatani. Kekuatan merupakan kondisi yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan (weaknesses) merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang ada.

Berdasarkan dari hasil penelitian dan observasi lapangan di lokasi penelitian, sesuai dengan pengumpulan data yang dilakukan peneliti, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor internal yang ada dalam peternak sapi potong yang meliputi kekuatan dan kelemahan sebagai berikut:

A. Kekuatan

1. Lahan yang luas sehingga berpotensi untuk pengembangan sapi potong.

Ketersediaan lahan penggembalaan, sumber air dan pakan penghijauan merupakan potensi penting suatu daerah dalam mengembangkan usaha ternak karena salah satu kekuatan yaitu membantu penekanan biaya pakan ternak sapi potong. Semakin banyak lahan yang tersedia maka peternak dapat mengoptimalkan lahan tersebut.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan bapak Rasya Dg. Sarro (umur 30 tahun) diperoleh informasi bahwa :

36

“Luas lahan yang saya punya ±200m, kandang sudah termasuk’mi itu dan sisanya saya manfaatkan untuk makanan ternak untuk pelihara sapi supaya tidak siksa’ki cari makanan jauh-jauh”

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa semakin luas lahan peternakan, maka semakin banyak pula lahan yang dimanfaatkan. Hal ini disebabkan sisa lahan dapat digunakan para peternak sapi potong sebagai pakan penghijauan dalam mengembangkan ternak sapi potong.

Identifikasi potensi pengembagan sapi potong berdasarkan wilayah sumber hijauan pakan menggunakan analisis kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (Direktorat Budidaya Ternak Riminansia Ditjen Peternak, 2006).

2. Memiliki fasilitas dan penggemukan yang masih dapat di operasikan secara optimal.

Salah satu faktor kekuatan yang dapat membantu strategi dalam penjualan sapi potong adalah dengan adanya fasilitas dan peralatan yang digunakan untuk pembiakan dan penggemukan sapi potong. Dengan mengoptimalkan peralatan dan fasilitas yang ada dapat membantu peternak dalam mengembangbiakan sapi potong secara berkesinambungan.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan bapak Dg. Solleng (umur 38 tahun) mengatakan bahwa :

Fasilitas yang saya punya masih dengan cara tradisional berupa kandang, tempat pakan dan minum. Dan proses penggemukan sapi dilakukan dengan cara di kandangkan perekor dan diberi pakan tiap hari

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa mililiki fasilitas dan penggemukan yang tradisional masih cukup baik untuk membantu proses penggemukkan tanpa mengeluarkan biaya tambahan.

37 Fasilitas dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibwah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak tercampur kotoran.

Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai (Kemal Prihatman, 2000).

3. Bantuan pemerintah untuk mengembangkan bibit sapi lokal untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Kebijakkan program pemerintah merupakan faktor pendukung yang sangat di perlukan dalam suatu pengembangan usaha yang berkelanjutan. Pemerintah Kabupaten Gowa mempunyai cara tersendiri dalam mengembangkan usaha sapi potong yang ada di daerahnya dengan melalui kebijakkan dan program dari dinas peternakan.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan bapak Muh.

Khaerul Aswar mengatakan bahwa :

Tabel 10. Data Bantuan Pemerintah Di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Go wa

No. Bantuan Pemerintah

1 Bantuan sapi setiap tahun (seribu desa sapi)

2 Gerakan pengembangan sapi (15 - 20 ekor/kelompok) 3 Program peningkatan produksi peternakan

4 Gerakan Optimalisasi Sapi (GOS)

5 Gerakan meningkatkan produktivitas sapi (optimalisasi kawin suntik)

Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa bantuan pemerintah yang berupa pengembangan usaha (sumber pertumbuhan baru) dengan pola pembibitan maupun penggemukan untuk mendukung peningkatan populasi ternak.

38 Menurut Winarso dkk (2005) bahwa dalam upaya pengembangan sapi potong, pemerintah menempuh dua kebijakan, yaitu ekstensifikasi dan intensifikasi. Pengembangan secara ekstensifikasi menitik beratkan pada peningkatan populasi yang didukung oleh pengadaan dan peningkatan mutu bibit, penanggulangan penyakit, penyuluhan dan pembinaan usaha, bantuan perkreditan, pengadaan dan peningkatan mutu pakan dan pemasaran.

4. Pertumbuhan nilai penjualan yang cukup baik.

Suatu pengembangan pemasaran perlu dikaji terlebih dahulu beberapa faktor baik mikro maupun makro yang mempengaruhi sistem pemasaran agar dapat diketahui kondisi jalur pemasaran, transmisi harga, struktur pemasaran, perilaku pemasaran dan kinerja pemasaran. Sehingga dapat meningkatkan kinerja pemasaran, yang dapat menguntungkan kedua pihak.

Menurut hasil wawancara dari bapak Dg. Tojeng (umur 35 tahun) mengatakan bahwa :

Nilai jual daging sapi yang cukup baik dapat membantu pertumbuhan penjualan peternak”.

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tingkat permintaan daging sapi tinggi dan nilai penjualan yang tinggi membantu para peternak untuk pertumbuhan ekonomi.

Kebutuhan daging sapi adalah tingkat permintaan daging sapi yang akan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Daging sapi merupakan produk turunan hasil pemotongan sapi. Banyaknya sapi dipotong akan setara dengan jumlah daging sapi yang dihasilkan (Noor, 2016).

39 5. Memiliki total aset yang cukup besar untuk menarik kerja sama dengan

investor atau perbankan.

Dukungan lain yang dapat menunjang pengembangan usaha ternak sapi potong yaitu adanya total aset yang dimiliki perusahaan. Adanya total aset tersebut dapat mendukung pengembangan dan mengefektifkan usaha ternak.

Menurut hasil wawancara dari bapak Rahman Dg. Tayang (umur 33 tahun) mengatakan bahwa :

Adanya total aset yang cukup untuk menarik kerjasama dengan investor agar dapat menambah kapasitas produksi

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa para peternak menarik kerja sama dengan investor sebagai total aset sehingga dapat menambah kapasitas produksi untuk meringankan beban para peternak.

Pemerintah berupaya membantu meringankan beban peternak dengan menetapkan berbagai skim pembiayaan bagi petani kecil yang lebih mudah diakses oleh petani kecil. Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan usahatani peternak kecil di Indonesia. Jenis – jenis kredit program untuk pembiayaan pertanian yang pernah diluncurkan adalah kredit usaha tani, kredit ketahanan pangan, kredit ketahanan pangan dan energy, kredit usaha mikro dan kecil, kredit usaha pembibitan sapi, kredit usaha rakyat, kredit pengembangan energi nabati dan revitalisasi perkebunan (Achmad Firman Dkk, 2020).

B. Kelemahan

1. Kurangnya pasokan sapi lokal maupun impor yang mendukung usaha pengemukkan sapi potong.

40 Kurangnya pasokan sapi potong baik sapi lokal maupun impor menyebabkan harga jual sapi daging sapi relatif tinggi dan biaya produksi daging sapi semakin mahal.

Menurut hasil wawancara dari bapak Andi Dg. Bantang (umur 44 tahun) mengatakan bahwa :

Pasokan sapi jenis lokal dan impor yang kurang membuat saya harus melakukan konstribusi dengan suatu perusahaan

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya pasokan sapi lokal dan impor belum cukup untuk membuat peternak harus melakukan konstribusi dengan suatu perusahaan.

Ternak lokal umumnya dipotong saat belum mencapai bobot optimal atau dipotong pada usia muda, dengan bobot hidup 300 - 350 kg sehingga menghasilkan karkas atau daging rendah. Penundaan pemotongan melalui penggemukan akan meningkatkan produksi karkas dan daging. Apabila 50% anak yang dilahirkan adalah jantan maka program tunda potong akan menambah produksi daging 30kg/ekor atau meningkatkan produksi daging per tahun sebesar 1.724.112 x 30 (tambahan bobot daging) atau 551.723,36 ton, yang dapat mendukung program swasembada daging 12,93%. Uapaya tersebut dapat dilakukan bekerja sama dengan kemitraan yang saling menguntungkan. Kerja sama peternakan rakyat dengan usaha penggemukan dapat mendukung program tunda potong dengan memanfaatkan sapi bakalan lokal (Dwi Priyanto, 2011).

2. Belum memiliki tujuan pemasaran dan analisis persaingan.

Belum tersedianya tujuan pemasaran dan analisis persaingan menyebabkan tingkat pemasaran tidak maksimal sehingga pendapatan daerah menurun.

41 Menurut hasil wawancara dari bapak Rahman Dg. Tobo (umur 25 tahun) mengatakan bahwa :

Belum ada kota pemasaran yang menyebabkan pemasaran tidak tepat berjalan baik sehingga dapat mengurangi harga jual daging sapi

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya kots pemasaran menyebabkan strategi pemasran kurang stabil dan dapat memicu harga jual daging sapi.

Tujuan organisasi banyak sekali yang membuat rencana pemasaran namun pada akhirnya tidak menggunakannya. Namun faktanya, marketing plan menjadi sebuah kompas dalam mencapai sebuah tujuan bisnis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa marketing plan haruslah menjadi sebuah rujukan yang hasilnya dapat dinilai secara berkelanjutan (Gie, 2020).

3. Belum ada perencanaan yang cukup jelas untuk melakukan usaha ternak sapi potong itu.

Kurangnya perencanaan dan strategi dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong menyebabkan sistem pengelolahan yang tidak terarah sehingga tidak berjalan secara efektif dan merugikan peternak.

Menurut hasil wawancara dari bapak Dg. Muntu (umur 35 tahun) mengatakan bahwa :

Tidak ada perencanaan yang jelas untuk melakukan usaha ternak sehingga pengelolaan sapi tidak berjalan dengan efektif

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya perencanaan dan strategi menyebabkan sistem pengolahan tidak berjalan dengan efektif dan merugikan peternak.

42 Perumusan strategi yang tepat bagi suatu usaha dapat dilakukan dengan memantau lingkungan melalui teknik – teknik analisa lingkungan yang menentukan dimana posisi usaha berada dan apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi peternakan sapi potong di Kabupaten Pesisir Selatan ini sehingga dapat mengantisipasi semua permasalahan (Suresti dan Wati, 2013).

4. Kurang tenaga kerja peternakan yang memberikan kontribusi kinerja usaha sapi potong secara menyeluruh.

Kurangnya tenaga kerja peternakan yang memberikan penyuluhan dan pembinaan dalam usaha ternak sapi potong seringkali menyebabkan kerugian bagi peternak karena kurangnya pengetahuan akan pengelolaan tata laksana dalam budiyada peternakan sapi potong.

Menurut hasil wawancara dari bapak Ridho Musyafir (umur 43 tahun) mengatakan bahwa :

Tenaga kerja peternakan yang kurang baik memberikan konstribusi kinerja supaya proses pengelolaan usaha ternak sapi belum terlaksana dengan baik

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya tenaga ahli peternakan cukup baik memberikan konstribusi kinerja sehingga proses pengolahan usaha ternak sapi potong masih belum terlaksana dengan baik.

Usaha sapi potong rakyat umumnya berupa usaha pembibitan atau pembesaran anak dengan biaya rendah. Manajemen usaha dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan sumber daya lokal (tenaga kerja), tidak berorientasi pada keuntungan karena mengandalkan tenaga kerja keluarga dan diusahakan dalam skala kecil (Dwi Priyanto, 2011).

43 5. Terbatasnya kemampuan untuk melakukan penambahan investasi modal sendiri

Salah satu hal yang menjadi sorotan dalam setiap usaha adalah masalah permodalan. Pada usaha ternak sapi potong permodalan didapakan dari modal peternak atau modal pinjaman. Adanya peluang bantuan modal dari pemerintah seringkali para peternak sulit mendapatkan karena prosedur yang masih cukup rumit bagi kalangan peternak kecil.

Menurut hasil wawancara dari bapak Rinaldi Jufri (umur 52 tahun) mengatakan bahwa :

Terbatasnya kemampuan untuk melakukan penambahan investasi dengan modal sendiri yang menjadi penghambat saya untuk pengembangan usaha yang menyebabkan tidak efektif

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masalah modal sendiri menjadi penghambat pengembangan usaha ternak sapi potong menyebabkan kurang efektif.

Usaha peternakan memerlukan modal besar, terutama untuk pengadaan pakan dan bibit. Biaya yang besar ini sulit dipenuhi oleh peternak rakyat yang pada umumnya memiliki keterbatasan modal (Hadi dan Ilham, 2000).

5.2.2 Identifikasi Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar usahatani yang di jalankan faktor eksternal terbagi menjadi dua yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threat). Peluang merupakan kondisi berkembang domasa datang yang akan terjadi. Kondisi ang terjadi merupakan peluang usahatani atau konsep usahatani itu sendiri, kebijakan pemerintah, dan kondisi lingkungan sekitar.

44 Sedangkan acaman merupakan kondisi ancaman dari luar ancaman ini dapat mengganggu usahatani atau konsep yang akan di jalankan.

Berdasarkan dari hasil penelitian dan observasi lapangan di lokasi penelitian, sesuai dengan pengumpulan data yang dilakukan peneliti, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor eksternal yang ada dalam peternak sapi potong yang meliputi peluang dan ancaman sebagai berikut:

A. Peluang

1. Peluang ekspansi usaha - usaha sapi potong masih sangat terbuka luas.

Tingginya peluang usaha di bidang ternak ini dapat dibuktikan dengan tingginya jarak kebutuhan dan pasokan produk peternakkan di Kabupaten Gowa.

Menurut hasil wawancara dari bapak Kadir Lulu Mare (umur 28 tahun) mengatakan bahwa :

Tingginya permintaan sapi potong nasional tetapi belum tercukupi oleh pasokan lokal, membuka peluang ekspansi usaha sapi potong sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan bisnis daging sapi

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya pasokan lokal mempengaruhi permintaan daging sapi potong nasional sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan bisnis daging sapi potong nasional.

Ada beberapa pertimbangan perlunya mengembangkan usaha ternak sapi potong yaitu budidaya sapi potong relatif tidak bergantung pada ketersediaan lahan dan tenaga kerja yang berkualitas tinggi, memiliki kelenturan bisnis dan teknologi yang luas dan luwes, pro duk sapi potong memiliki nilai elastisitas terhadap perubahan pendekatan yang tinggi dan membuka lapangan pekerjaan (Saragih, 2005).

45 2. Peluang untuk melakukan diversifikasi produk.

Diversifikasi produk dilakukan sebagai stabilitas dalam pendapatan dan organisasi perusahaan untuk mencapai efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya perusahaan dan manusia, fisik serta keuangan agar dapat memenuhi permintaan dan kenyamanan para pengecer yang beragam.

Menurut hasil wawancara dari bapak Reza Dg. Ambo (umur 54 tahun) mengatakan bahwa :

Peluang untuk melakukan disverivikasi produk - produk seperti produk olahan daging sapi yang saya produksi bisa menambah nilai pendapatan

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peluang diversifikasi produk yang cukup baik sehingga mempengaruhi organisasi perusahaan untuk mencapai efisiensi dalam memenuhi permintaan dan kenyamanan para pengecer yang beragam.

Investasi yang dilakukan perusahaan terhadap industri sapi potong memainkan peranan penting dalam perekonomian Indonesia secara keseluruhan sehingga mampu menopang kehidupan pelaku lainnya di industri ini (Achmad Firman Dkk, 2020).

3. Permintaan sapi potong nasional masih tinggi dan belum tercukupi oleh pasokan lokal.

Sapi potong mempunyai peran penting sebagai penghasil daging untuk memenuhi semakin baik, laju pertumbuhan penduduk, pembangunan pendidikan yang lebih maju dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengonsumsi nutrisi asal ternak.

46 Menurut hasil wawancara dari bapak Rikki Dg. Sutte (umur 34 tahun) mengatakan bahwa :

“Peluang pertumbuhan bisnis daging sapi nasional yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat”

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Peluang pertumbuhan bisnis daging sapi nasional yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Permintaan daging sapi tersebut diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani, pertambahan jumlah penduduk, dan meningkatnya daya beli masyarakat (Daryanto, 2009).

4. Peluang untuk mengembangkan jaringan distribusi pemasaran.

Pengembangan distribusi daging sapi lokal mempengaruhi harga daging sapi di pasaran. Luasnya wilayah Indonesia dan belum meratanya infrastruktur jalan membuat munculnya biaya-biaya tambahan, seperti transportasi.

Menurut hasil wawancara dari bapak Dg. Nambung (umur 26 tahun) mengatakan bahwa :

Mengembangkan jaringan distribusi pemasaran sudah cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan konsumsi daging sapi

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peluang untuk mengembangkan jaringan distribusi pemasaran yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan konsumsi daging sapi.

Pola pemasaran sapi dari peternakan rakyat biasanya dijual ke pedagang lokal, kemudian dijual ke pedagang antar daerah dan ke pedagang

47 besar yang selanjutnya sapi potong oleh pedagang pengecer daging di pasar (Achmad Firman Dkk, 2020).

5. Peluang pertumbuhan bisnis daging sapi nasional yang cukup besar tiap tahunnya memberikan dampak positif untuk investasi usaha ternak.

Penerapan konsep kemitraan antara peternak sebagai kemitraan dan pihak kelompok peternak perlu dilakukan sebagai upaya khusus agar usaha pokok maupun pendukung dapat berjalan seimbang.

Menurut hasil wawancara dari bapak Nawir Dg. Sele (umur 58 tahun) mengatakan bahwa :

Peluang pertumbuhan bisnis daging sapi nasional yang baik dapat mempengarui pertumbuhan ekonomi da n pendapatan masyarakat menjadi efektif

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peluang pertumbuhan bisnis daging sapi nasional yang cukup baik dapat mempengarui pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat menjadi kurang efektif.

Komsumsi daging sapi nasional pada tahun 2005 sebesar 0,99 kg perkapita per tahun dan akan terus meningkat sampai tahun 2012 hingga menjadi 2,16 kg per kapita per tahun (BKP, 2013).

B. Ancaman

1. Usaha sapi potong memerlukan tambahan investasi yang cukup besar.

Pemerintah mempercepat peningkatan populasi sapi potong untuk menambah sapi indukan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.

Dimana pemerintah mewajibkan seluruh importir sapi untuk mendatangkan 20 persennya betina atau indukan. Khususnya sapi indukan wajib

48 bunting yang ditunjukan untuk mempercepat peningkatan populasi sapi di tingkat peternak melalui optimalisasi reproduksi.

Menurut hasil wawancara dari bapak Dg. Syam (umur 28 tahun) mengatakan bahwa :

Usaha sapi potong yang memerlukan tambahan investasi sehingga menyebabkan pengusaha sapi potong harus mengeluarkan biaya dengan modal sendiri

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa usaha sapi potong harus mengeluarkan biaya tambahan dengan modal sendiri untuk memenuhi investasi yang masih kurang.

Peran pelaku usaha swasta dalam industri sapi potong adalah mensuplai kebutuhan daging sapi, penyerapan tenaga kerja, penyerapan sumber daya lokal (pakan, alat dan mesin peternakan), peningkatan ekonomi wilayah dan menumbuhkan sektor – sector pendukung lainnya (Achmad Firman Dkk, 2020).

2. Adanya pengaruh iklim atau cuaca yang menyebabkan terganggunya kesehatan ternak sapi.

Dampak perubahan iklim terhadap peternakan diakibatkan oleh kenaikkan temperature, peningkatan konsentrasi karbondioksida dan perubahan curah hujan.

Hal ini akan berdampak pada produksi tanaman pakan, ketersediaan air, penyakit, produktivitas ternak, reproduksi dan biodiversity.

Menurut hasil wawancara dari bapak Dg. Gassing (umur 35 tahun) mengatakan bahwa :

Adanya perubahan iklim menyebabkan kesehatan ternak terganggu serta wabah penyakit yang dapat menyerang ternak sehingga mempengaruhi nilai jual daging sapi impor berkurang

49 Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh iklim dan cuaca menyebabkan kesehatan serta wabah penyakit yang ada menyerang ternak sehingga membuat sapi mengalami gangguan kesehatan dan dapat mepengaruhi nilai jual daging sapi impor kurang efektif dalam memasarkan ternaknya.

Seperti halnya pada manusia, cuaca sehari-hari bisa mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan ternak sapi. Kondisi udara panas dan lembab dapat mengakibatkan sapi menjadi stres. Sapi yang mengalami stress akibat panas akan merasa tidak nyaman dan tidak mau makan, pada sapi perah, produksi susu akan menurun dan dalam kondisi tersebut sapi yang masih pedet juga tidak dapat tumbuh dengan baik (Yayuk Kholifah, 2021).

3. Adanya wabah penyakit ternak sapi yang menyebabkan tingginya angka kematian ternak.

Penyakit yang menyerang ternak sapi potong seperti penyakit sapi gila, penyakit mulut dan kuku, dan anthraks semuanya dapat menyebabkan keraguan konsumen untuk membeli daging sapi.

Menurut hasil wawancara dari bapak Sandi Dg. Patta (umur 38 tahun) mengatakan bahwa :

Adanya perubahan cuaca yang harus diantisipasi peternak agar kesehatan hewan ternak tetap dalam kondisi yang baik dan stabil

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa wabah penyakit ternak sapi potong diakibatkan karena perubahan cuaca yang harus diantisipasi peternak agar kesehatan hewan ternak tetap dalam kondisi yang stabil.

Penyakit ternak bisa disebabkan oleh banyak hal seperti manajemen perkandangan yang kurang bagus, serangan agen infuksius virus, bakteri, parasit, jamur. Bahkan sekarang

50 ini ditemukan penyakit pada sapi yang disebabkan oleh prion, yaitu sejenis molekul protein yang telah berubah susuan konfigurasinya. Beberapa jenis penyakit ternak diketahui dapat menular ke manusia (Ardilasunu, 2015).

4. Masih tingginya jumlah daging impor yang masuk pasaran nasional.

Pendatang baru dalam negeri juga menjadi ancaman dari daging sapi impor. Impor berupa daging segar, daging olahan, dan hasil ikutan bertujuan memenuhi kebutuhan akan protein untuk dalam negeri. Tingginya impor Indonesia akan produk-produk tersebut menyiratkan bahwa produksi dalam negeri belum mampu mencukupi permintaan pasar.

Dari hasil wawancara dari bapak Ridwan Dg. Sampe (umur 45 tahun) mengatakan bahwa :

Tingkat konsumsi daging sapi yang sudah cukup meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk dan juga pendapatan masyarakat. Tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah produksi daging sapi dan membuat daging impor bertambah

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tingginya jumlah daging sapi impor sudah mencukupi tingkat konsumsi daging sapi nasional dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat sehingga pertumbuhan jumlah produksi tidak seimbang sehingga mempengaruh daging impor meningkat.

Produksi daging sapi nasional, kekurangan daging dipasok dari luar negeri. Permintaan daging sapi dalam negeri masih cukup besar dibandingkan dengan pasokanya. Oleh karena itu, tidak dapat menghindari guna memenuhi permintaan tersebut pemerintah melakukan impor daging luar negeri. Suplai daging sapi rata – rata di atas 500 ribu ton yang dapat disediakan oleh produksi dalam negeri dan impor. Akan tetapi, trend produksi daging sapi dalam negeri mengalami

Dokumen terkait