BAB III METODE PENELITIAN
B. Pembahasan
4. Implementasi Keperawatan
memungkinkan, Edukasi : Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi makan kepada pasien, Kolaborasi : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu, Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum makan, jika perlu.
Intervensi asuhan keperawatan yang akan dilakukan oleh peneliti pada klien 2 dengan resiko jatuh dibuktikan dengan usia kurang dari sama dengan 2 tahun yaitu observasi : Mengidentifikasi perilaku dan factor yang mempengaruhi risiko jatuh, Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh, teraupetik Memasang pagar pengaman tempat tidur, Merendahkan tempat tidur, edukasi : Jelaskan kepada keluarga pasien tentang factor risiko yang memicu jatuh (PPNI, 2018).
s/d 1 April 2018 dan klien 2 pada tanggal 9 Mei s/d 11 Mei 2019.
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat dan di sesuaikan dengan masalah keperawatan yang ditemukan pada klien.
Berdasarkan perencanaan yang dibuat peneliti melakukan tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada klien 1 yaitu melakukan latihan nafas dalam dengan cara meniup balon. Rencana tindakan yang tidak dilakukan oleh peneliti pada klien 1 ialah Motivasi pasien banyak minum, Kelola pemberian nebulizer. Sedangkan pada klien 2 telah dilakukan intervensi yaitu mengukur status oksigen, mendengarkan bunyi nafas, kolaborasi pemberian antibiotic, mengajarkan teknik batuk efektif, kolaborasi pemberian O2. Rencana Tindakan yang tidak dilakukan peneliti pada klien 2 ialah Monitor status respirasi (frekuensi,irama nafas), Atur poisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Lakukan fisioterapi dada jika perlu mengeluarkan secret, kolaborasi pemberian terapi nebulizer.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah gangguan pertukaran gas pada klien 2 yaitu menghitung frekuensi nafas dan memperhatikan irama nafas, kolaborasi pemberian obat paracetamol, mengukur suhu tubuh, mengkaji warna kulit dan menghitung nadi, melihat kedalaman dan kemudahan pasien dalam bernafas, kolaborasi pemberian oksigen. Rencana tindakan yang tidak dilakukan oleh peneliti pada klien 2 ialah mempertahankan istirahat dan tidur pada anak.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pola nafas tidak
efektif pada klien 2 yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji frekuensi nafas, memberikan posisi semi fowler, serta melakukan kolaborasi pemberian oksigen.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah hipertermia pada klien 2 yaitu memonitor suhu tubuh, memberikan kompres pada lipatan paha atau axila dan melakukan kolaborasi pemberian antipiretik.
Sedangkan rencana tindakan yang tidak dilakukan ialah menyelimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah ansietas pada klien 1 tidak ditemukan data, sedangkan pada klien 2 tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu melakukan pendekatan dengan tenang, mengkaji tingkat kecemasan yang dirasakan oleh anak, menjelaskan aktivitas yang akan dilakukan kepada orang tua pasien. Sedangkan rencana tindakan yang tidak dilakukan ialah melakukan terapi bermain.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah defisit pengetahuan pada klien 2 yaitu mengkaji tingkat pengetahuan orang tua, menjelaskan proses terjadinya penyakit bronkopneumonia, menggambarkan tanda dan gejala yang muncul pada penyakit bronkopneumonia, melakukan pendidikan kesehatan tentang “Bahaya Asap Obat Nyamuk Bagi Anak” dan “Pentingnya Personal Hygiene”, mengajak orang tua pasien untuk berdiskusi mengenai perubahan gaya hidup.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah risiko defisit
nutrisi pada klien 2 yaitu mengkaji status nutrisi, mengkaji adanya alergi makanan/minuman, mengecek turgor kulit, monitoring adanya muntah, mengukur BB, TB, LILA dan mengkaji perkembangan anak.Sedangkan rencana tindakan yang tidak dilakukan ialahberkolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah risiko jatuh pada klien 2 yaitu mengkaji faktor lingkungan yang dapat memicu jatuh, mengkaji perilaku anak yang dapat memicu jatuh, menjelaskan kepada orang tua tentang faktor yang dapat memicu jatuh, memasang pagar tempat tidur, merendahkan posisi tempat tidur, dan menghitung skor humpty dumpty.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah risiko infeksi pada klien 1 tidak ditemukan data. Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan peneliti pada klien 2 yaitu mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, membatasi jumlah pengunjung untuk meminimalisir sumber infeksi dari lingkungan, monitor tanda dan gejala infeksi, melakukan perawatan infus dan kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Yustiana &
Ghofur, 2016)
Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama 3 hari pada klien 1 dan 2, yaitu masalah bersihan jalan nafas pada klien 1 belum teratasi pada hari ke 3 tanggal 1 April 2018 dengan hasil masih terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, masih ada reflek batuk, dahak tidak keluar, terdengar suara ronchi, RR: 46x/menit. Sedangkan pada klien 2 teratasi pada hari ke 3 tanggal 11 Mei 2019 dengan hasil ibu mengatakan anak sudah tidak sesak lagi dan batuk sudah tidak berdahak, auskultasi bunyi nafas bersih, RR : 25x/menit, SpO2 : 99%, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, irama nafas teratur, tidak ada pernafasan cuping hidung, dan tidak terpasang oksigen.
Evaluasi untuk masalah gangguan pertukaran gas pada klien 2 teratasi pada hari ke 3 tanggal 11 Mei 2019 dengan hasil ibu mengatakan anak sudah tidak sesak lagi, tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak ada pernafasan cuping hidung, pola nafas teratur dan tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada tanda-tanda sianosis.
Evaluasi untuk masalah pola nafas tidak efektif pada klien 2
teratasi pada hari ke 3 tanggal 11 Mei 2019 dengan hasil ibu mengatakan anaknya tidak sesak lagi dan sudah tidak menggunakan oksigen, tidak ada tarikan dinding dada, pola nafas teratur, tidak ada pernafasan cuping hidung, RR: 25 x/menit N: 98 x/menit, T: 36,30C.
Evaluasi untuk masalah hipertermia pada klien 2 teratasi pada hari ke 2 tanggal 10 Mei 2019 dengan hasil ibu mengatakan tadi pagi anaknya mendapat obat paracetamol, ibu mengatakan badan anaknya sudah tidak panas lagi, saat diraba badan anak sudah tidak panas lagi, T : 36,60C N : 78x/menit, dan tidak ada tanda-tanda sianosis.
Evaluasi untuk masalah ansietas pada klien 2 teratasi sebagian pada hari ke 3 tanggal 11 Mei 2019 dengan hasil Ibu mengatakan anak I masih sering menangis jika ditinggalkan, pasien sekarang sudah mulai tersenyum namun belum aktif bergerak, anak tidak mau diajak terapi bermain (mewarnai), Anak sudah mulai sesekali tersenyum.
Evaluasi untuk masalah defisit pengetahuan pada klien 2 teratasi pada hari ke 1 tanggal 9 Mei 2019 dengan hasil ibu mengatakan sekarang sudah paham tentang penyakit yang diderita anaknya, sudah tau bahaya asap obat nyamuk/rokok bagi kesehatan anaknya, sudah paham terkait pentingnya menjaga kebersihan diri anak dan akan merubah gaya hidup menjadi lebih baik lagi.
Evaluasi untuk masalah risiko defisit nutrisi, risiko jatuh dan risiko infeksi pada klien 2 selama 3 hari perawatan yaitu masalah tersebut tidak terjadi hingga pasien pulang.
138 A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian review kasus penerapan asuhan keperawatan pada Klien anak 1 dan 2 dengan Penyakit Bronkopneumonia. Pengambilan data pada klien 1 dilakukan di Di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul (Mulyani,2018). Sedangkan pada klien 2 dilakukan di Rumah Sakit Umum Samarinda Medika Citra (Chairunisa,2019) peneliti dapat mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian telah ditemukan adanya data yang sama dan berbeda antara klien 1 dan 2, dimana terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi terjadinya bronkopneumonia pada anak, diantaranya yaitu riwayat kondisi sekarang, riwayat kesehatan masa lampau, riwayat kesehatan saat ini, dan faktor lingkungan yang berhubungan dengan gangguan sistem pernapasan. Pada kasus ditemukan data bahwa kedua klien mengalami keluhan utama sesuai dengan teori yaitu klien batuk produktif, dispnea, pernafasan cepat dan bunyi pernafasan ronchi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori terdapat pada bab dua di temukan kesenjangan dengan kasus nyata yang didapat pada kedua klien dengan Bronkopneumonia. Kesenjangan dari tiga diagnosa keperawatan
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para ahli pada klien 1 ada dua diagnosa yang tidak ditemukan datanya, diantarannya diagnose ansietas dan resiko infeksi. Sedangkan pada klien 2 terdapat sembilan diagnosa, sesuai dengan teori, beberapa diantaranya tidak sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada kedua klien di sesuaikan dengan masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan kondisi klien. Untuk intervensi yang digunakan pada kedua klien belum menggunakan standar intervensi dan standar luaran keperawatan indonesia.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah penulis susun. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2 sesuai dengan rencana keperawatan yang telah direncanakan berdasarkan teori yang ada dan disesuai dengan kebutuhan anak dengan Bronkopneumonia. Dalam implementasi pada klien 1 dan klien 2 ditemukan beberapa rencana tindakan yang tidak dilakukan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada klien 1 berdasarkan kriteria yang peneliti susun dari tiga diagnosa keperawatan yang ditegakkan, terdapat 1 diagnosa yang
belum teratasi pada hari ke 3 yaitu diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif. Pada dua diagnosa lainnya tidak ditemukan data.
Sedangkan pada klien 2 terdapat sembilan diagnosa keperawatan yang di tegakkan, lima diagnosa keperawatan dapat teratasi dengan baik sesuai dengan rencana tindakan keperawatan, yaitu diagnosa defisit pengetahuan, hipertermia, bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, dan pola nafas tidak efektif. Terdapat satu diagnosa teratasi sebagian yaitu diagnosa cemas, dan tiga diagnosa yang tidak terjadi hingga pasien pulang yaitu diagnosa resiko defisit nutrisi, resiko jatuh, dan resiko infeksi.
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan pengalaman serta menambah wawasan peneliti sendiri dalam melakukan penelitian ilmiah khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien anak dengan Bronkopneumonia. Hasil penelitian yang peneliti dapatkan bisa menjadi acuan dan menjadi bahan pembandingan dalam melakukan penelitian pada klien anak dengan bronkopneumonia.
2. Bagi Rumah Sakit
Studi literature yang dilakukan oleh penelitian ini menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional dan komperhensif
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan menambah keluasan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia sebagai acuan literature dalam melakukan penelitian pada klien anak dengan bronkopneumonia.
4. Bagi klien dan orang tua klien
Diharapkan dapat mengetahui bagaimana proses dan tanda gejala serta factor penyebab terjadinya bronkopneumonia sehingga untuk kedepannya dapat memutuskan mata rantai penyakit bronkopneumonia.
Akbar Asfihan (2019) Bronchopneumonia. Available at:
https://adalah.co.id/bronchopneumonia/.
Alexander & Anggraeni (2017) ‘Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia pada Anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek’, Jurnal Kedokteran.
Agustina (2013) ‘Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Pneumonia Di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu’.
Asmadi (2008) Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Bradley J.S., B. . (2011) ‘The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age’, Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infections Diseases Society and the Infections Disease Society of America.
Budi Soediono (2014) ‘INFO DATIN KEMENKES RI Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak Indonesia’, Journal of Chemical Information and Modeling.
Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
Chairunisa, Y. (2019) ‘Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan anak dengan bronkopneumonia di rumah sakit samarinda medika citra’.
Dinas Kesehatan Kota Balikpapan (2017) Profil Kesehatan. Balikpapan.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (2018) Profil Kesehatan. Kalimantan Timur
Doenges, M. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dwi Hadya Jayani (2018) ‘10 Penyebab Utama Kematian Bayi di Dunia’, in Hari Widowati (ed.). Jakarta: Katadata. Available at: ourworlddindata.org.
Eva Yuliani, Nani Nurhaeni, F. T. W. (2016) ‘Perencanaan Pulang Efektif Meningkatkan Kemampuan Ibu Merawat Anak Dengan Pneumonia Di Rumah’, Jurmal Keperawatan Indonesia, 19.
Fida & Maya (2012) Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: D-Medika.
Kemenkes RI (2015) Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018) Health Statistics. Jakarta.
Kholisah Nasution, M. Azharry Rully Sjahrullah, Kartika Erida Brohet, Krishna Adi Wibisana, M. Ramdhani Yassien, Lenora Mohd. Ishak, Liza Pratiwi, Corrie Wawolumaja Endyarni, B. (2015) ‘Infeksi Saluran Napas Akut pada
Nunung Herlina, Sitti Shoimatul A, Swanti Pandiangan, F. S. (2018) ‘Hubungan kepatuhan SPO pemasangan infus dengan kejadian plebitis Di RSUD A.
Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015’, 6(1).
Nurarif & Kusuma (2015) APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediaAction.
Nursalam (2013) Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
PDPI Lampung & Bengkulu (2017) Penyakit Bronkopneumonia. Available at:
http://klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=7896.
PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
--- (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
--- (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Price, S. (2012) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Bronchopneumonia. Jakarta:
EGC.
Ridha, N. (2014) Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soemarno, S., Astuti, & D. (2015) ‘Pengaruh Penambahan Mwd Pada Terapi Inhalasi, Chest Fisioterapi (Postural Drainage, Huffing, Caughing, Tapping Dan Clapping) Dalam Meningkatkan Volume Pengeluaran Sputum Pada Penderita Asma Bronchiale’, Jurnal Fisioterapi Indonusa, 5.
Sofia (2017) ‘FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR’, Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal.
Sunarti (2012) Faktor bronchopneumonia anak. Surabaya: Graha Ilmu.
Sugiyono (2015) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Penerbit CV. Alfabeta.
Syaifuddin (2016) Anatomi Fisiologi. Edited by Monica Ester. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Utami, Y. (2014) ‘Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak’.
Wahyuni, A. A. (2016) ‘Tingkat Kecemasan Pada Anak Pra Sekolah Yang
sheets/detail/pneumonia.
Yuliastati & Amelia Arnis (2016) Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Yuniarti Sri (2015) Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi: Balita dan Anak Prasekolah. Bandung: PT Refika Aditama.
Yustiana Olfah & Abdul Ghofur (2016) Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
LAMPIRAN 1 Penerapan Teknik Nafas Dalam Pada Anak Balita Dengan Bronkopneumonia Di RSUD Wonosari
Kabupaten Gunungkidul A. Hasil Studi Kasus
1. Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari terletak di kabupaten Gunungkidul.RSUD Wonosari terletak di jalan Taman Bhakti no 06, Wonosari,Gunungkidul, Yogyakarta (555812).RSUD Wonosari memiliki banyak ruangan, salah satunya yaitu bangsal Dahlia. Bangsal Dahlia merupakan bangsal khusus untuk anak-anak. Bangsal Dahlia dibagi menjadi 2 yaitu Dahlia 1 khusus untuk penyakit yang infeksius dan Dahlia 2 untuk penyakit noninfeksius. Di bangsal Dahlia 1 terdapat 20 tempat tidur dan 2 tempat tidur untuk ruang isolasi.
2. Kasus 1
a. Pengkajian
1) Identitas klien
No Rekam Medis 634098
Nama Klien : An. A
Tempat/tgl lahir : Wonosari,03 Juni 2015
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Suku : Jawa
Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
Nama ayah/ibu/wali : Ny. Sari Suryani Pekerjaan ayah/ibu : Buruh
Pendidikan :SMP
Alamat ayah/ibu/wali : Karangmojo, Gunungkidul
2) Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien mengalami batuk berdahak dan demam selama 2 hari.
3) Riwayat keluhan saat ini
Ibu pasien mengatakan pasien batuk berdahak selama 2 hari, demam saat malam hari dan sesak nafas
4) Riwayat kesehatan masa lalu
a. Prenatal
Ibu pasien mengatakan tidak terdapat komplikasi saat kehamilan
b. Perinatal dan post natal
Ibu pasien mengatakan Persalinan normal dibantu oleh bidan.BB : 3000 gr, PB : 57 cm. Asi ekslusif selama 6 bulan
c. Penyakit yang pernah diderita
Ibu pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular atau pun menurun.
d. Hospitalisasi/tindakan operasi
Ibu pasien mengatakan tidak pernah dilakukan tindakan operasi sebelumnya.
e. Alergi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi baik makanan, obat atau lainnya.
f. Imunisasi dan tes laboratorium
Ibu pasien mengatakan pasien sudah mendapatkan imunisasi BCG,DPT 3x, Polio 3x, Hepatitis 4x dan Campak.
g. Pengobatan :
Pada tanggal 29 Maret 2018
Oksigen 2 lpm, Infuse KAEN 20 tpm, Ceftriaxone 1x425 mg per IV, Salbutamol 3x 0,8 mg + antrousol ¼ tab, Paracetamol sirup 4x ¾ sendok teh, Ventolin + Nacl 2,5 cc (inhalasi)
5) Riwayat pertumbuhan
Duduk saat usia 6 bulan,merangkak 7 bulan, berdiri 9 bulan dan berjalan 12 bulan.
6) Riwayat sosial
a. Yang mengasuh : orang tua
b. Hubungan dengan anggota keluarga : baik
c. Hubungan dengan teman sebaya : baik, sering bermain dengan teman sebayanya didekat rumah.
7) RIWAYAT KELUARGA
a. Sosial ekonomi
Ayah pasien yang mencari nafkah. Kelaurga sering bersosialisasi dengan tetangga seperti saat gotong royong, rasulan,arisan dan pengajian
b. Lingkungan rumah
Ibu pasien mengatakan ayah dari pasien merokok disekitaran rumah.Ayah pasien merokok kurang lebih sekitar 8 tahun.
c. Penyakit keluarga
Tidak terdapat riwayat penyakit menular atau menurun yang diderita oleh keluarga
d. Genogram
Keterangan :
: Perempuan:
Laki-laki : Pasien - - - : satu rumah X : Meninggal
8) Pengkajian tingkat perkembangan saat ini (gunakan format DDST):
a.Personal sosial
Pasien sudah dapat mencuci tangan dan mengeringkan sendiri, menyebut nama
An. A Brpn 3 th
teman, memakai kaos ,mengambil makanan, gosok gigi tanpa bantuan, dan bermain ular tangga. Namun belum bisa berpakaian tanpa bantuan.
b.Adaptasi motorik halus
Pasien dapat meniru garis vertikal, menyusun menara dari 8 kubus, menggoyangkan ibu jari, memilih garis yang lebih panjang, menggambar O, dan mencontoh + c.Bahasa
Pasien dapat berbicara sebagian dimengerti, menyebut 4 warna, mengetahui 2 kegiatan, menanyakan 2 kata sifat, menyebut 1 warna, kegunaan 2 benda, menghitung kubus, kegunaan 3 benda, mengetahui 34 kegiatan, berbicara semua dimengerti, mengerti kata depan, mmengetahui 3 kata sifat
d.Motorik kasar
Pasien dapat berdiri 1 kaki 1 detik, berdiri 1 kaki 2 detik, berdiri 1 kaki 3 detik, loncat jauh, melempar bola tangan ke atas.
9) Pengkajian pola kesehatan klien saat ini
a. Pemeliharaan kesehatan
Ibu pasien mengatakan jika pasien sakit maka akan diberikan obat warung terlebih dahulu. Jika belum sembuh, maka akan dibawa ke dokter.
b. Nutrisi
Ibu pasien mengatakan pasien makan 3xsehari dengan porsi nasi lauk sayur, terkadang makan buah.Diit dari rumah sakit dihabiskan meskipun sedikit demi sedikit.
c. Cairan
Pasien minum air sebanyak 3-5 gelas per hari (@200 cc) selain itu mendapatkan cairan dari infus sebanyak 500cc .
d. Aktivitas
Selama dirumah sakit pasien tetap dapat bermain walau pergerakannya terbatas.Selama dirumah aktivitas yang dilakukan yaitu bermain dengan teman sebayanya dan membantu kedua orang tua.
e. Tidur dan istirahat
Tidur setiap hari ±10 jam per hari. Terkadang pasien beristirahat dengan menonton tv. Ibu pasien mengatakan selama dirumah sakit pasien sedikit susah tidur dan terkadang menangis. Pasien terlihat gelisah
f. Eliminasi
Pasien BAB 1x sehari konsistensi lunak berwarna kuning, bau khas feses.BAK 4- 6x/hari warna kuning, bau khas urine.
g. Pola hubungan
Pasien sering mengajak bicara teman sekamar dalam bangsal.Ketika dirumah pasien sering bermain dengan teman sebayanya.
10) Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaaan umum
Tingkat kesadaran : Compos Menthis
Nadi : 100x/ menit
Suhu : 35,5º C
RR : 42x/menit
Respon nyeri : tidak terdapat rasa nyeri yang drasakan oleh pasien
BB : 9,5 Kg
TB : 95 cm
b. Kulit : sawo matang tidak terdapat lesi, turgor kulit baik.
c. Kepala : kepala simetris,
d. Mata : tidak terdapat conjungtiva anemis
e. Telinga : tidak terdapat kotoran telinga, tidak terdapat gangguan pendengaran.
f. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung
g. Mulut : pernafasan menggunakan mulut dan hidung, mukosa bibir baik
h. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar
i. Dada :
Auskultasi : terdengar suara ronkhi, terdengar suara grok-grok
Inspeksi : tidak terdapat retraksi dada, terlihat penggunaan otot- otot pernafasan tambahan.
Perkusi : tidak terdapat pembesaran jantung
Palpasi : tidak terdapat massa, dan tidak terdapat nyeri tekan.
j. Jantung : tidak terdapat kelainan
k. Abdomen : bising usus 2x/ menit, terdapat massa di perut bagian kiri bawah , tidak terdapat nyeri tekan.
l. Genetalia : penis bersih tidak terdapat lesi.
m. Anus dan rektum : anus bersih
n. Ekstermitas : terpasang infus di tangan kiri infus Nacl 20 tpm
o. Muskuleskeletal : tidak terdapat kelemahan otot
p. Neurologi : tidak terdapat gangguan persyarafan.
11) Pemeriksaan diagnostik penunjang
a. Rontgen Thorax tanggal 29 Maret 2018 Kesan : Bronchitis dd Bronchopnumonia
Cor Normal
b. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 29 Maret 2018 Jam : 14:47 WIB
Pemeriksaan Hasil Normal
Pemeriksaan darah
Hemoglobin 12.3 Lk. 14-18 gr%
Pr. 12-16 gr%
Leukosit 7500 Lk.4700-10300µ/l
Pr. 4300-11400µ/l
Hemogram Eos 0 2-4 %
Bas 1 0-1 %
Stab 3
Seg 41 50 - 75 %
Limp 4 25-40 %
Mon 8 3-7 %
Trombosit 341000 150.000-450.000
HCT/HMT 35 Lk. 44%
Pr. 37%
b. Terapi/Obat
1. Ceftriaxone 1x425 mg
2. Inf KAEN 3A 20 tpm (mikro)
3. Salbutamol 0,8 mg + Ambroxol ¼ tab (3x1 pulv)
4. Nebul Ventoline Nacl 2,5 cc/6 J
Analisa data
Data Masalah Penyebab DS:
Ibu pasien mengatakan pasien batuk selama 2 hari, demam saat malam hari dan sesak nafas
DO:
Terdengar suara ronkhi
RR : 42x/menit
Terdapat penggunaan otot- otot pernafasan
Bersihan jalan nafas tidak
efektif Penumpukan sekret
tambahan DS:
DO:
Terpasang infuse KAEN 20 tpm di tangan sebelah kiri
Resiko infeksi Tindakan infasif
DS:
Ibu pasien mengatakan selama dirumah sakit pasien sedikit susah tidur dan terkadang menangis DO : Pasien terlihat gelisah
Cemas Hospitalisasi
Diagnosa keperawatan
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret 2.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasif
3.Cemas berhubungan dengan hospitalisasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x30 menit, pasien dapat :
1. RR dalam batas normal (30- 40x/menit)
2. HR dalam batas normal (90- 120x/menit)
3. Tidak terdapat penggunaan otot-otot tambahan
1.1 Observasi respirasi rate dan heart rate 1.2 Latih nafas
dalam dengan cara tiup balon 1.3 Motivasi
pasien banyak minum 1.4 Edukasi 1.5 keluarga untuk
melatih nafas dalam 1.6 Kelola 1.7 Pemberian
nebulizer
1. Mengetahui perubahan pada tubuh pasien
2. Membantu pengeluaran dahak
3. Minum dapat membantu pengeluaran dahak
4. Meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat anak
5. Membantu pernafasan lebih baik