• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pendidikan Karakter

Dalam dokumen INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO (Halaman 35-45)

b. Bersih

Upaya untuk dapat menjaga kebersihan, baik lingkungan, rumah, sekolah dan tubuh.

4. Olah Rasa dan Karsa21 a. Peduli

Sikap merasakan yang telah dialami oleh orang lain, dan berusaha untuk dapat membantu ketidakmampuan dari orang lain.

b. Kerja Sama

Upaya saling mengerjakan secara bersama-sama sesuatu hal, seperti bergotong-royong.

mampu melaksanakan moral atau moral action yang menjadi tujuan utama pendidikan karakter.22

Metode pendidikan karakter dapat dilakukan melalui sikap- sikap sebagai berikut:

1. Metode Pendidikan Karakter a. Keteladanan

Dalam penanaman karakter kepada peserta didik di sekolah, keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien.

Karena peserta didik (terutama siswa pada usia pendidikan dasar dan menengah) pada umumnya cenderung meneladani (meniru) guru atau pendidiknya.23

Contoh atau teladan itu diperankan oleh para Nabi atau Rasul, sebagaimana firman-Nya:







































Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian.

dan Barang siapa yang berpaling, maka Sesungguhnya Allah Dia- lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Al-Mumtahanah/60:6)

22Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 88.

23Ibid., h. 91.

























 









“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.(Al-Ahzab/33:21).

Begitu pentingnya keteladanan sehingga Tuhan menggunakan pendekatan dalam mendidik umatnya melalui model yang harus dan layak di contoh. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keteladanan merupakan pendekatan pendidikan yang ampuh. Dalam lingkungan keluarga misalnya, orangtua yang diamanahi berupa anak-anak, maka harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak. Orangtua harus bisa menjadi figur yang ideal bagi anak-anak dan harus menjadi panutan yang bisa mereka andalkan dalam mengarungi kehidupan ini.24

Dalam pendidikan nilai dan spiritualitas, pemberian teladan merupakan strategi yang biasa digunakan. Untuk dapat menggunakan strategi ini, ada dua syarat yang harus dipenuhi, pertama, guru atau orangtua harus berperan sebagai model yang baik bagi murid-murid atau anak-anaknya. Kedua, anak-anak harus meneladani orang-orang terkenal yang berakhlak mulia, terutama

24.Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h.40.

Nabi Muhammad saw, bagi yang beragama Islam dan para nabi yang lain.25

Dengan memberikan teladan bagi setiap peserta didik, peserta didik dapat menjadikan sikap-sikap keteladanan tersebut sebagai karakter dirinya.

b. Pembiasaan

Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.

Dalam dunia psikologi, metode pembiasaan ini di kenal dengan teori “operant conditioning” yang membiasakan peserta didik untuk membiasakan prilaku terpuji, disiplin, dan giat belajar, bekerja keras dan ikhlas, jujur dan tanggung jawab atas segala tugas yang telah dilakukan. Metode pembiasaan ini perlu dilakukan oleh guru dalam rangka pembentukan karakter, untuk membiasakan peserta didik melakukan hal terpuji (berakhlak mulia).26

Dari Aisyah r.a. berkata: Nabi ditanya: “Manakah amal

yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau menjawab, yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit”, Beliau bersabda lagi: “ Dan lakukanlah amal-amal itu apa yang kalian sanggup melakukanya.”Jagalah anak-anak kalian agar tetap

25.Darmiyati, Zuhdan, Muhsinatun, Model Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: CV Multi Persedo, 2013), h.18.

26Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 94.

mengerjakan salat kemudian biasakanlah mereka dengan kebaikan. Sesungguhnya kebaikan itu dengan pembiasaan” (H.R Tabrani)

Al- Qur’an menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik atau metode pendidikan.27 Dengan melakukan proses pembiasaan kepada anak didik, anak akan terbiasa untuk melakukan hal-hal kebaikan. Seorang guru atau orangtua hendaknya memberikan pembiasaan terhadap anak agar anak terus menerus melakukan hal-hal sesuai yang telah diajarkan.

c. Nasihat atau Menasihati

Saling menasihati adalah cara mendidik seorang anak atau peserta didik dengan memberikan nasihat-nasihat tentang ajaran- ajaran yang baik untuk dimengerti dan diamalkan. Yang memberi nasihat hendaknya berulang kali mengingatkan agar nasihat itu meninggalkan kesan sehingga orang yang di nasehati tergerak untuk mengikuti nasihat itu.28

Saling menasihati dapat disebut juga al-mau’izah/an- nasihah. Metode al-mau’izahdapat dikatakan suatu metode paling kuno, karena sudah digunakan sejak Nabi Adam di dalam mendidik dan mengajar putra-putranya, khususnya kepada Habil dan Qabil. Demikian juga Luqmanul Hakim dalam mendidik

27Darmiyati, Zuhdan, Muhsinatun, Model Pendidikan Karakter., h. 128.

28Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 216.

putranya, juga telah mempergunakan metode ini, sebagaimana firman Allah Swt29:































“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".( Q.S. Al-Luqman:13).

d. Targhib dan Tarhib

Adalah pendidikan dan pengajaran Islam dengan cara mempergunakan himbauan untuk berbuat baik dan menakut-nakuti agar tidak berbuat kejahatan/ maksiat. Contohnya adalah firman Allah Swt :







































Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. kemudian Kami akan menyelamatkan orang- orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam Keadaan berlutut.”

29 Mangun Budiyanto,Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 144.

Di dalam ayat tersebut Allah memberitahukan kepada setiap manusia akan mendatangi neraka namun Allah menjanjikan untuk menyelamatkan dari siksa api neraka itu bila mau bertakwa sedang bila tidak mau bertakwa serta berbuat zalim maka Allah mengancam dengan siksaan api neraka itu.30

Metode ini didasarkan atas fitrah manusia, yaitu sifat keinginan kepada kesenangan, keselamatan, dan tidak menginginkan kesedihan dan kesengsaraan. Targhib dan tarhib dalam pendidikan Islam memilki perbedaan dengan metode hukuman dan pendidikan barat. Perbedaan mendasar menurut Ahmad Tafsir adalah targhib dan tarhib bersandar kepada ajaran Allah SWT, sedangkan ganjaran dan hukuman bersandarkan ganjaran dan hukuman duniawi.31

Dengan janji dan ancaman tersebut, Metode targhib dan tarhib dalam pendidikan dapat membentuk karakter yang baik bagi siswa, karena metode ini bertujuan agar orang mematuhi perintah Allah SWT.

2. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Pendidikan Karakter a. Intern

Ada banyak hal yang mempengaruhi faktor internal ini, di antaranya adalah:

30 Ibid., h. 162.

31Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 96.

1) Adat atau kebiasaan (Habit)

Salah satu faktor penting dalam tingkah laku manusia adalah kebiaasaan, karena sikap atau prilaku yang menjadi karakter sangat erat sekali dengan kebiasaan, yang di maksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu di ulang-ulang sehingga mudah untuk di kerjakan.32

Kebiasaan yang di ulang-ulang akan menjadikan seseorang memiliki karakter seperti kebiasaan yang dilakukanya. Untuk itu, seseorang yang melakukan kebiasaan yang buruk akan memiliki karakter yang buruk pula, sebaliknya jika seseorang memiliki kebiasaan yang baik maka seseorang akan memiliki karakter yang baik.

2) Kehendak Kemauan (Iradah)

Kemauan ialah kemauan untuk melangsungkan segala ide dan segala yang dimaksud, walau disertai dengan berbagai ritangan dan kesukaran-kesukaran, namun sekali-kali tidak mau tunduk kepad rintangan-rintangan tersebut.33

Yang menggerakkan seseorang bertingkah laku dengan baik adalah kehendak atau kemauan dari dalam diri sendiri.

Jika tidak ada kehendak maka akan ejadikan seseorng pasif dalam menjalani kehidupan.

32 Ibid., h. 20.

33Ibid.,

b. Ekstern

Selain faktor intern yang mempengaruhi dari dalam yang dapat mempengaruhi karakter adalah faktor ekstern yang bersifat dari luar, diantaranya adalah34:

1) Pendidikan

Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter, akhlak dan etika seseorang sehingga baik dan buruknya seseorang sangat tergantung pada pendidikan. Pendidikan ikut mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterima oleh seseorang baik pendidikan formal, informal maupun informal.35

Karena itulah pendidikan begitu sangat penting bagi seseorang yang hidup ditengah-tengah masyarakat modern.

Untuk membentuk tingkah laku yang baik dalam bermasyarakat.

2) Lingkungan

Lingkungan adalah suatu yang melingkungi suatu tubuh yang hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara

34Ibid., h. 21.

35Ibid., h. 21.

dan pergaulan. Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainya atau juga dengan alam sekitar.36

Adapun lingkungan dibagi ke dalam dua bagian yaitu:

lingkungan yang bersifat kebendaan dan lingkungan pergaulan yang bersifat kerohanian.

Keduanya sama-sama mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.

36Ibid., h. 22.

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Dalam dokumen INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO (Halaman 35-45)