• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pengendalian Hama Tikus Dengan Menggunakan Burung

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Implementasi Pengendalian Hama Tikus Dengan Menggunakan Burung

Pengendalian hama tikus dengan menggunakan burung hantu di PT.Umada tidak hanya efektif dalam menurunkan populasi tikus secara alami, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dan pengurangan penggunaan bahan kimia berbahaya. pengendalian hama tikus dengan menggunakan burung hantu di PT Umada tidak hanya dapat memberikan solusi efektif dalam mengurangi populasi tikus, tetapi juga mendukung tujuan keberlanjutan perusahaan dalam menjaga lingkungan dan meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit tanpa merusak

36 ekosistem alaminya. Mulyadi (2015) menyatakan Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan, implementasi pada hakikatnya juga merupakan upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program dilaksanakan. Implementasi yaitu mencakup tindakan sejauh mana arah kebijakan yang telah di programkan oleh pihak perusahaan mengenai implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu itu benar benar terlaksanakan.

a. Kebijakan Perusahaan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah pengkaji lakukan di PT.Umada maka dari itu pengkaji mendapatkan informasi mengenai kebijakan perusahaan PT.Umada terkait Implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu (Tyto alba). Berikut pernyataan yang telah disampaikan oleh pihak informan terkait mengenai penerapan kebijakan yang telah dilakukan di perusahaan kelapa sawit PT.Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara:

“…Kebijakan dari perusahaan mengenai pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami ada, ada menggunakan musuh alami dan racun tikus, namun di perusahaan ini lebih di utamakan menggunakan pengendalian secara alami….”(Wawancara dengan Kepala Asisten PT.Umada, SW (46 Tahun), 15 Mei 2024).

Pernyataan di atas sejalan dengan praturan tentang larangan penggunanaan bahan aktif pestisida Permentan No1/Kpts/OT.140/1/2007. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dilapangan pengkaji juga mendapatkan informasi mengenai dukungan anggaran dalam implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu di PT.Umada. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh pihak informan terkait mengenai dukungan anggaran di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT.Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara yaitu:

“…Untuk anggaran khusus pengendalian hama tikus tidak ada, namun apabila serangan hama tikus meningkat dan ada terkendala dilapangan seperti kerusakan sarang burung hantu dan lainnya maka anggaran tersebut di ajukan kepada pihak

37 manajemen…” (Wawancara dengan Mandor Satu PT. Umada, MA (23 Tahun), 11 Mei 2024).

Berdasarkan pernyataan yang telah disampaikan oleh informan terkait dan hasil temuan dilapangan maka pengkaji menyimpulkan bahwa, untuk anggaran dalam implementasi pengendalian hama tikus itu tersendiri tidak ada. Namun apabila serangan hama tikus di lapanagan meningkat dan adanya terkendala kerusakan sarang burung hantu di lapangan maka anggaran untuk biaya tersebut akan di ajukan dan akan di keluarkan oleh pihak manajemen perusahaan perkebunan kelapa sawit PT.Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara, pernyataan hal tersebut berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dari perusahaan.

b. Tanggung Jawab Mandor Proteksi (Perawatan)

Tanggung jawab merupakan suatu kondisi dimana adanya kewajiban untuk menanggung sesuatu yang harus dia lakukan (Ratih Pradnyani, 2020). Dalam implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan burung hantu di PT.Umada yang bertanggung jawab yaitu mandor proteksi atau mandor perawatan yang mana mandor proteksi di PT.Umada sudah di bekali pengetahuan dan pelatihan khusus oleh pihak manajemen namun pemberian pengetahuan ini hanya di lakukan secara internal saja oleh pihak manajemen.

Tanggung jawab mandor proteksi berdasarkan SOP dari pihak manajemen perusahaan PT.Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam Implementasi Pengendalian Hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu (Tyto alba) adalah mandor proteksi. Adapun Peran dan tanggung jawab mandor proteksi tersebut adalah:

1. Melakukan Perawatan

Dalam perawatan sarang burung hantu di PT.Umada ini perlu di perhatikan karena apabila perawatan sarang tersebut berjalan maksimal, akan membuat burung hantu (Tyto alba) menjadi nyaman, dan bertahan di sarang yang telah di sediakan.

yang perlu di perhatikan dalam perawatan sarang burung hantu (Tyto alba) yaitu:

38 a. Melakukan pengecekan keadaan sarang burung hantu (Tyto alba) karena bisa saja atap dari sarang tersebut roboh dan tiang dari sarang tersebut miring adanya faktor alam.

b. Membersihkan areal piringan dari tiang burung hantu (Tyto alba) dengan bertujuan untuk melihat bekas kotoran dan sisa makanan yang ada di sekitaran sarang burung hantu tersebut.

2. Melakukan Sensus

Pelaksanaan sensus ini dilakukan di PT.Umada setiap bulan nya, Tujuan dilakukan sensus dalam pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu (Tyto alba) adalah:

a. Untuk mengetahui berapa jumlah sarang yang aktif di PT.Umada

b. Untuk mengetahui kendala dan kerusakan sarang burung hantu (Tyto alba) yang terjadi di lapangan.

c. Untuk mengetahui bagaimana populasi keberadaan burung hantu (Tyto alba) di PT.Umada.

3. Membuat Laporan Bulanan

Mandor proteksi wajib untuk melaporkan ke kantor Divisi dan mengisi buku Kerja Hasil Lapangan (KHL) setiap bulan nya, dengan bertujuan agar pihak manajemen mengetahui apakah prosedur yang dilaksanakan di lapangan dalam pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu (Tyto alba) berjalan secara efektif.

c. Pengetahuan Mandor Proteksi

Pengendalian hama tikus dengan memanfaatkan burung hantu masih menjadi hal yang dianggap biasa saja maka dari itu perlunya memberikan suatu pengetahuan yang mendalam kepada para mandor dan karyawan agar pengendalian hama tikus dengan menggunakan burung hantu dapat berjalan secara efektif.

Pelaksanaan kegiatan pelatihan yaitu mulai dari tahapan praktek pembuatan sarang burung hantu (Tyto alba). Dan praktek pengenalan teknik pengendalian hama tikus dengan burung hantu (Tyto alba). Pengenalan tahapan pengendalian hama tikus secara hayati mulai dari pengenalan jenis-jenis pengendalian hama tikus secara

39 hayati, manfaat dan dampak pengendalian hama tikus dengan pendekatan ekologi lingkungan. Serta mitra yang berkaitan bisa Praktek langsung pembuatan sarang burung hantu mulai dari struktur bangunan, pembuatan pondasi tiang penyangga dan pemasangaan sarang burung hantu secara benar. Keterlibatan aktif mitra sangat penting untuk mewujudkan keberhasilan kegiatan mulai dari pengetahuan, sikap serta prilaku dengan pola learning by doing belajar sambil bekerja.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dilapangan kepada pihak informan pengkaji mendapatkan informaasi mengenai apakah pihak yang bertanggung jawab seperti mandor proteksi sudah ada diberi pengetahuan atau masukan yang diberikan oleh pihak manajemen dan ternyata di PT.Umada dalam pemberian arahan mengenai pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu hanya diberi secara internal saja seperti contohnya pada saat apel pagi pihak pimpinan atau Asisten memberi arahan dan masukan kepada mandor proteksi mengenai pengendalian hama tikus dengan burung hantu bagaimana evaluasi dan kinerjanya apa yang menjadi kendala hanya seperti itu, seperti yang telah disampaikan oleh informan terkait yaitu:

“…Disini pihak yang bertanggung jawab seperti mandor proteksi menurut saya kurang memperhatikan sarang Tyto alba dan menurut saya mandor proteksi ini harus jujur dalam memberikan hasil sensus dari lapangan agar tidak terjadi ledakan hama selanjutnya, adanya itu semua mungkin kurang nya arahan dari pihak atasan…”

(Wawancara dengan Mandor Panen PT. Umada, AM, (31 Tahun), 12 Mei 2024) Pernyataan yang telah disampaikan oleh informan berinisial AM dipertegas dengan pernyataan yang telah disampaikan oleh Askep PT.Umada yang berinisial SW berikut pernyataannya:

“…Pihak yang bertanggung jawab seperti mandor proteksi di PT.Umada sudah diberikan pengetahuan dan pengalaman namun secara internal saja seperti contohnya memberikan arahan pada saat apel pagi atau lingkaran pagi untuk mengevaluasi hasil kerja yang sudah terlaksanakan…” (Wawancara dengan Asisten Kepala PT. Umada, SW (46Tahun), 15 Mei 2024)

40 Berdasarkan informasi yang telah pengkaji dapatkan dari hasil wawancara dan observasi dilapangan maka dari itu pengkaji menyimpulkan bahwa di PT.Umada pihak yang bertanggung jawab seperti mandor proteksi masih minim pengetahuan dan pengalaman, Dalam implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu dikarenakan kurang nya arahan dan masukan dari pihak manajemen. Seperti adanya dilakukan pelatihan-pelatihan khusus untuk mandor proteksi dalam pengendalian hama dan penyakit setiap tahunnya.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk mewujudkan pengetahuan mandor proteksi lebih mendalam dan maksimal, agar pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu (Tyto alba) dapat berjalan secara efektif.

Apabila kegiatan pelatihan ini berjalan secara efektif bisa menambah peningkatan pengetahuan mandor maupun masyarakat kebun di perusahaan PT.Umada dan bisa meningkatkan keterampilan dalam proses pembuatan sarang burung hantu, ukuran untuk sarag burung hantu (Tyto alba) di PT. Umada yaitu 100 cm x 70 cm x 50 cm dengan tinggi tiang 5-8 meter, dan peletakan yang efektif untuk sarang burung hantu agar pengendalian dapat berjalan secara maksimal sebaiknya pemasangan sarang menghadap tanaman yang ada disekitarnya. Karena burung hantu (Tyto alba) memiliki kebiasaan selalu hinggap dulu di atas tanaman ataupun pelepah yang ada di sekitar sarang karena burung hantu (Tyto alba) biasa mengamati mangsa dan menentukan arah terbangnya (Sukmawati siti, 2018).

Kondisi ini sejalan dengan penelitian (Siregar,H et al 2019), rendahnya pengetahuan mandor proteksi mengenai sifat-sifat biologis tikus dan strategi pengendaliannya merupakan salah satu faktor yang seringkali menyebabkan ketidaktepatan tindakan pengendalian yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab dalam pengendalian hama tikus. Pengendalian hama tikus dengan memanfaatkan burung hantu ini juga diharapkan secara tidak langsung menjadi model pengendalian hama tikus secara berkelanjutan dan memberi nilai lebih aman dan memberi manfaat secara ekonomis, sosial dan lingkungan (Murgianto et al, 2022).

41

Dokumen terkait