LAPORAN TUGAS AKHIR
IMPLEMENTASI PENGENDALIAN HAMA TIKUS DENGAN MENGGUNAKAN MUSUH ALAMI BURUNG HANTU
(TYTO ALBA) DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus di PT. UMADA Kebun Pernantian Kecamatan Merbau Kabupaten
Labuhanbatu Utara)
Oleh:
Azi Kurnawan NIRM.01.04.20.143
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2024
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Judul : Implementasi Pengendalian Hama Tikus Dengan Menggunakan Musuh Alami Burung Hantu (Tyto alba) di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus di PT. Umada Kebun Pernantian Kecamatan Merbau Kabupaten Labuhanbatu Utara)
Nama : Azi Kurnawan
Nirm : 01.04.20.143
Program Studi : Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan
Jurusan : Perkebunan
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Yuliana Kansrini, M.Si. Puji Wahyu Mulyani, S.P., M.Sc.
NIP. 199660708 99602 2 001 NIP. 19860110 201902 2 001
Mengetahui:
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Dr. Iman Arman, S.P., M.M. Arie Hapsani Hasan Basri, S.P., M.P.
NIP. 19711205 200112 1 001 NIP. 19840313 201101 2 009
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Implementasi Pengendalian Hama Tikus Dengan Menggunakan Musuh Alami Burung Hantu (Tyto alba) di Perkebunan Kelapa Sawit Studi kasus di PT. Umada Kebun Pernantian Kecamatan Merbau Kabupaten Labuhanbatu Utara” ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari Bapak/Ibu dan pihak-pihak yang telah banyak membantu. Untuk itu penulis menyampaikan ungkapan terima kasih kepada:
1. Ir Yuliana Kansrini, M.Si. selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Medan dan selaku Dosen Pembimbing 1.
2. Dr. Iman Arman, S.P., M.M. selaku Ketua Jurusan Perkebunan Politeknik Pembangunan Pertanian Medan.
3. Arie Hapsani Hasan Basri, S.P., M.P. selaku Ketua Prodi Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan.
4. Puji Wahyu Mulyani, S.P.,M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II.
5. Siswadi S.P. selaku Pembimbing Eksternal kegiatan Magang di Kebun Pernantian PT. Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara.
6. Panitia pelaksanaan Tugas Akhir Politeknik pembangunan pertanian medan.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan tulisan ini, demikian penyusunan Laporan Tugas Akhir ini semoga dapat bermanfaat terimakasih.
Medan, Juli 2024
Azi kurnawan
ii
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan ... 3
1.4 Manfaat ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Landasan Teori ... 5
2.2 Tikus (Rattus tiomanicus) ... 8
2.3 Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) ... 10
2.4 Burung Hantu (Tyto Alba) ... 11
2.5 Pengkajian Terdahulu ... 13
2.6 Kerangka Pikir ... 18
III. METODOLOGI ... 19
3.1. Waktu Dan Tempat ... 19
3.2 Alat dan Bahan ... 19
3.3 Jenis Pengkajian ... 19
3.4 Tahapan Pengkajian ... 20
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 21
3.6 Analisa Data ... 23
IV.GAMBARAN UMUM WILAYAH PERUSAHAAN ... 24
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 24
4.2 Profil PT.Umada ... 27
4.3 Visi dan Misi Perusahaan PT. Umada ... 27
4.4 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara ... 28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
5.1 Keberadaan Burung Hantu (Tyto alba) di PT.Umada ... 31
5.2 Implementasi Pengendalian Hama Tikus Dengan Menggunakan Burung Hantu (Tyto alba) di PT. Umada... 35
5.3 Kendala Dan Permasalahan Yang Terjadi Dalam Implementasi Pengendalian Hama Tikus Dengan Menggunakan Musuh Alami Burung Hantu Di PT.Umada ... 41
iii
5.4 Solusi dan Rekomendasi Mengatasi Kendala Dan Permasalahan Dalam Implementasi Pengendalian Hama Tikus Dengan Menggunakan Musuh
Alami Burung Hantu (Tyto alba) ... 49
VI. PENUTUP ... 51
6.1 Kesimpulan ... 55
6.2 Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57
LAMPIRAN ... 61
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Hal
1. Penelitian terdahulu
...
13
2. Identitas Informan
...
23
3. Luas areal perkebunan PT. Umada
...
25
4. Tingkat serangan hama tikus di PT. Umada
...
31
5. Hasil sensus Tyto alba
...
32
6. Penempatan sarang Tyto alba Divisi 1
...
34
7. Penempatan sarang Tyto alba Divisi 2
...
34
8. Matriks permasalahan teknis dan non teknis di lapangan
...
52
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul gambar Hal
1. Rantai makanan burung hantu (Tyto alba)
... 1 2
2. Kerangka Pikir 18
3. Kantor PT.Umada 24
4. Peta kebun PT.Umada 26
5.Struktur organisasi 28
6. Telur dan indukan burung hantu pada sarang 33
7. Sensus sarang Tyto alba 35
8. Sarang yang menggunakan besi dan pipa paralon 44
9. Sarang Tyto alba rusak 47
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Hal
1. Pedoman pertanyaan wawancara ... 61 2. Dokumentasi kegiatan wawancara ... 65
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman industri penting yang menghasilkan minyak nabati, minyak industri dan bahan bakar. Usaha perkebunan ini sangat menguntungkan sehingga banyak hutan dan perkebunan tua yang diubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Di Indonesia terkenal dengan hasil perkebunannya seperti kopi, karet, tembakau dan kelapa sawit. Subsektor pertanian biasanya berkembang di daerah pedesaan, bahkan di daerah pinggiran. Subsektor perkebunan sendiri mempunyai peranan penting dalam pembangunan daerah pedesaan terpencil. Salah satu komoditas yang memegang peranan penting adalah kelapa sawit, termasuk perkebunan kelapa sawit rakyat. Dilihat dari pengusahanya, perkebunan kelapa sawit di Indonesia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu perkebunan petani rakyat, perkebunan besar milik pemerintah, dan perkebunan besar swasta.
Peluang konsumsi minyak sawit dunia terus meningkat karena pertumbuhan populasi konsumen dan pertumbuhan Perkembangan global (Muara, 2020).
Perkebunan kelapa sawit mengalami kemajuan pesat karena didukung oleh ketersediaan lahan dan kondisi agroklimat yang sesuai. Tersedia lahan seluas 26,3 juta hektar yang tersedia di pulau. Sedangkan luas perkebunan kelapa sawit mencapai 8,4 juta hektar (Wirianata,2013). Tanaman kelapa sawit rentan terhadap faktor hama dan penyakit. Hal ini patut disadari mengingat terjadinya perubahan ekologis yang sangat drastis dimana vegetasi semula sudah berganti dengan vegetasi lain, sehingga memungkinkan terjadinya perpindahan dari luar ke areal pertanaman (Lubis,2019).
Beberapa jenis hama penting yang menyerang tanaman kelapa sawit misalnya hama babi, rayap, kumbang tanduk, hama ulat maupun hama tikus. Tikus merupakan salah satu dari hewan liar yang menjadi hama penting dalam kehidupan manusia, baik dalam bidang pertanian, perkebunan, permukiman, dan juga kesehatan.
Pada bidang pertanian dan perkebunan, tikus menyebabkan kerusakan pada hampir semua jenis tanaman termasuk pada tanaman kelapa sawit. Pada tanaman kelapa sawit, kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai 100%. Selain itu dalam upaya peningkatan produktivitas kelapa sawit, banyak dijumpai faktor yang mempengaruhi,
2 faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat yang perlu diinventarisasi dan diperhatikan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit antara lain adalah faktor lingkungan iklim, tanah. Bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Pengendalian hama harus diperhatikan dalam pembudidayaan kelapa sawit.
Akibat yang ditimbulkan dari serangan hama tikus ini sangat besar, seperti penurunan produksi bahkan kematian tanaman. Hama tikus dapat menyerang tanaman kelapa sawit mulai dari tanaman belum menghasilkan sampai tanaman menghasilkan. Gejala dari serangan tikus yang ditimbulkan pada tanaman belum menghasilkan yaitu menyerang pada bagian batang dan pelepah, sedangkan untuk tanaman menghasilkan menyerang pada bagian tandan buah segar tanaman kelapa sawit. Selain itu, kemampuan satu ekor tikus dalam mengkonsumsi buah kelapa sawit adalah 4-6 gr/hari atau setara dengan 328-962 Kg/ha/th, dengan tingkat populasi tikus perhektar berkisar antara 183-537 ekor (Saipullah dan iskarlia, 2018).
Secara umum pengendalian populasi tikus dengan menggunakan bahan kimia juga dapat mengganggu kondisi lingkungan dan akumulasi, dalam tubuh (Tyto alba) (Newton dkk, 2019). Hama tikus dapat dikendalikan dengan menggunakan predator sebagai musuh alaminya, salah satunya adalah burung hantu (Tyto alba).
Penggunaan burung hantu ini relatif lebih aman jika dibandingkan dengan penggunaan bahan kimia (Huffeldt, 2012). Burung hantu (Tyto alba) merupakan predator yang sangat potensial untuk mengendalikan tikus secara biologi di perkebunan kelapa sawit. Satu ekor burung hantu (Tyto alba) dapat memangsa 2-5 ekor tikus setiap harinya dan dapat memangsa 3000 ekor tikus pertahun selain itu juga memiliki kemampuan berkembang biak yang sangat cepat burung ini dapat bertelur 2-3 kali setahun dengan jumlah telur sekitar 6-12 butir dalam sekali masa produksi dan memiliki daya jelajah dapat mencapai 12 km (Agustini, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan sebuah pengkajian dengan judul “Implementasi Pengendalian Hama Tikus Dengan Menggunakan Musuh Alami Burung Hantu (Tyto alba) Studi kasus di PT. Umada Kebun Pernantian Kecamatan Merbau Kabupaten Labuhanbatu Utara”
3 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar belakang dapat dirumuskan masalah dalam kajian ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana keberadaan musuh alami burung hantu (Tyto alba) di PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara?
2. Bagaimana implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu (Tyto alba) di PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara?
3. Apa saja permasalahan yang terjadi dalam implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu (Tyto alba) di PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara?
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar belakang dapat dirumuskan masalah dalam kajian ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keberadaan musuh alami burung hantu (Tyto alba) PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhan Batu Utara.
2. Untuk mengetahui implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu (Tyto alba) di PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhan Batu Utara.
3. Untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu (Tyto alba) di PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhan Batu Utara.
1.4 Manfaat
Manfaat dalam studi kasus yang dilakukan di PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhan Batu Utara ini adalah :
1. Bagi Penulis, pengkajian ini penting untuk menambah wawasan, melatih kemampuan, menulis, menambah pengalaman, serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P) di Politeknik Pembanguan Pertanian Medan.
4 2. Bagi perusahaan adalah sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam
mengkaji Implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu pada perkebunan kelapa sawit.
3. Bagi pembaca, semoga dengan adanya tulisan ini dapat membantu dalam menambah informasi dan berguna dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat positif.
5 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.2 Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman komoditi perkebunan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel) dan berbagai jenis turunannya seperti minyak, alkohol, margarin, lilin, sabun, industri kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi.
Klasifikasi dan morfologi tanaman kelapa sawit menurut (Adi, 2020) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta Sub Diviso : Spermatopyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Spesies lain dari genus Elaeis adalah E. Melanococca yang dikenal sebagai kelapa sawit Amerika Latin. Beberapa varietas unggul yang ditanam adalah Dura, Pisifera, dan Tenera. Varietasnya cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai hal misalnya tipe buah, bentuk luar, cangkang, warna buah dan lain-lain. Berdasarkan tebal cangkang atau tempurung, daging buah, dan warna kulit buahnya, tipe tanaman kelapa sawit terbagi tiga yaitu tipe Dura, Psifera, dan Tenera. Anatomi kelapa sawit yaitu akar, batang, daun, bunga, dan buah.
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang memiliki akar serabut.
Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat lebih dari 9 meter.
Jumlah anak dan dalam satu pelepah daun adalah 100-160 pasang. Jumlah pelepah daun yang optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah sebanyak 40-50 pelepah daun. Bunga kelapa sawit berumah satu, dimana pada satu batang terdapat bunga jantan dan betina. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross
6 pollination). Buah kelapa sawit akan masak setelah lima bulan penyerbukan. Buah kelapa sawit terdiri dari kulit buah, daging buah, cangkang, inti dan endosperm (Abarca, 2021).
Morfologi kelapa sawit terdiri dari : 1. Akar
Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Akar serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah (vertikal) dan sebagian tumbuh mendatar ke arah samping (horizontal).
2. Batang
Batang mulai memperlihatkan pertumbuhan memanjang setelah tanaman berumur 4 tahun. Ketebalan batang tergantung pada kekuatan pertumbuhan daun-daunnya.
Tanaman yang kurus memanjang menandakan bahwa faktor-faktor tumbuhnya tidak sempurna. Keadaan tersebut terjadi karena jarak tanam terlalu sempit sehingga daun-daun kelapa sawit saling tumpang tindih dan berakibat sulitnya daun mendapatkan sinar matahari.
3. Daun
Daun dibentuk di sekitar titik tumbuh. Daun umumnya akan tumbuh sebanyak dua lembar setiap bulan. Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk sudut 1350. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun pada daun normal berjumlah 80-120 lembar.
4. Bunga
Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan (tepung sari) dan bunga betina (putik). Bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang terpisah, namun adakalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak lebih dahulu dari pada betina, oleh karena itu penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan bunga betina sangat jarang terjadi.
7 5. Buah
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah yang terbentuk semakin menurun. Meskipun demikian, tidak berarti hasil produksi minyak sawit menurun. Semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkan akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi mulai dari beberapa ons hingga 30kg. Kelapa sawit mulai berbuah saat umur 18 bulan setelah tanam namun kadar minyaknya masih sedikit dan persentase limbah banyak.
Beberapa jenis hama penting yang menyerang tanaman kelapa sawit misalnya hama babi, rayap, kumbang tanduk, hama ulat maupun hama tikus. Tikus merupakan salah satu dari hewan liar yang wajib di basmi, baik dalam bidang pertanian, perkebunan, permukiman, dan juga kesehatan. Pada bidang pertanian dan perkebunan, tikus menyebabkan kerusakan pada hampir semua jenis tanaman termasuk pada tanaman kelapa sawit. Pada tanaman kelapa sawit, kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai 100%. Selain itu dalam upaya peningkatan produktivitas kelapa sawit, banyak dijumpai faktor yang mempengaruhi, faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat yang perlu diinventarisasi dan diperhatikan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit antara lain adalah faktor lingkungan iklim, tanah. Bahan tanam, dan tindakan kultur teknis.
Pengendalian hama harus diperhatikan dalam pembudidayaan kelapa sawit.
Akibat yang ditimbulkan dari serangan hama tikus ini sangat besar, seperti penurunan produksi bahkan kematian tanaman. Hama tikus dapat menyerang tanaman kelapa sawit mulai dari tanaman belum menghasilkan sampai tanaman menghasilkan. Gejala dari serangan tikus yang ditimbulkan pada tanaman belum menghasilkan yaitu menyerang pada bagian batang dan pelepah, sedangkan untuk tanaman menghasilkan menyerang pada bagian tandan buah segar tanaman kelapa sawit.
8 2.2 Tikus (Rattus tiomanicus)
Jenis tikus yang sering dijumpai di perkebunan kelapa sawit adalah tikus pohon (Ratus tiomanicus). Jenis lain yang sering dijumpai adalah tikus sawah (Rattus argentiventer), tikus got (Rattus exulans), tikus rumah (Rattus ratus diardii) dan tikus wirok (Bandicota indica). Hama ini tergolong mamalia. Menyerang tanaman pada semua umur, mulai dari pembibitan hingga tanaman menghasilkan. Budidaya tanaman kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) tidak terlepas dari berbagai gangguan salah satunya adalah gangguan hama. Hama mampu merusak tanaman kelapa sawit mulai dari tahap pembibitan hingga tanaman menghasilkan, sehingga mengakibatkan bertambahnya biaaya pemeliharaan dan produksi yang harus dikeluarkan untuk memulihkan kondisi tanaman. Salah satu hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah tikus (Ratuus tiomanicus).
Tikus merupakan hewan pengerat yang mampu merusak tanaman budidaya dalam waktu singkat dan dapat menimbulkan kehilangan hasil dalam waktu jumlah besar (Nasution, 2013). Dari hasil sensus Serangan hama tikus pada perkebunan kelapa sawit di PT.Umada menjadi salah satu permasalahan yang paling utama, kategori serangan yang diakibatkan oleh hama tikus di PT.Umada yaitu termasuk kedalam kategori serangan ringan hingga persentase dari tingkat serangannya yaitu 15%. SOP (Standar Operasional Perusahaan), PT.Umada mengenai tingkat serangan hama tikus yaitu, <5 bebas, 5-15 ringan, >15-25 sedang, >25 berat.
Serangan hama tikus pada tanaman kelapa sawit tidak tergantung musim, namun ada kecenderungan bahwa serangan tikus akan lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan pada musim penghujan. Tingginya serangan tikus pada musim kemarau disebabkan oleh pada musim kemarau kebutuhan makan tikus meningkat sedangkan ketersediaan sumber makanan berkurang.
Tanaman kelapa sawit belum menghasilkan, serangan tikus pada tanaman kelapa sawit yang baru ditanam dapat menyebabkan kematian 20-30%, karena tikus menyerang pelepah hingga titik tumbuh tanaman. Dampak dari serangan ini adalah harus dilakukanya penanaman ulang yang memerlukan biaya tambahan untuk bibit dan tenaga kerja, serta menyebabkan tertundanya masa panen tanaman.
9 Tanaman menghasilkan serangan tikus menyebabkan penurunan produksi, baik kualitas maupun kuantitas buah yang dihasilkan (Rajagukguk (2014). Tikus memakan bunga jantan serta tandan buah segar sehingga menurunkan produksi dan meningkatnya Asam Lemak Bebas (ALB) dan menurunkan kualitas CPO (Crude Palm Oil).
Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, karena hama tikus dapat kawin mulai umur 3 bulan dengan masa kebuntingan tikus betina umur 3 minggu. Jumlah kelahiran anak yang dihasilkan setiap kelahiranya yaitu 4-12 ekor tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Induk betina siap dikawini kembali setelah 2-3 hari setelah kelahiranya. Kemampuan berkembang biak tikus yang cepat membuat populasinya dilahan kelapa sawit harus diwaspadai. Semakin tinggi populasi tikus di suatu areal, makan semkin tinggi pula tingkat kerusakan dan kerugian yang akan ditimbulkan.
a. Gejala serangan
Gejala serangan yang diakibatkan oleh tikus pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Ditandai dengan adanya bekas keratan pada pangkal pelepah hingga titik tumbuh tanaman muda yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan bahkan kematian pada tanaman. Serangan yang diakibatkan pada tanaman menghasilkan (TM) tikus memakan TBS, bunga, dan pucuk tanaman sehingga menyebabkan kehilangan hasil baik secara kuantitas maupun kualitas.
2.2.1 Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Pengertian Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menurut UU Nomor 12 tahun 1992 adalah upaya pengendalian populasi organisme penggangu tanaman dengan menggunakan teknik pengendalian yang dikembangkan dengan tujuan mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan lingkungan hidup. PHT pertama kali diterapkan di Indonesia berkat dorongan pemerintah atas dasar Instruksi Presiden RI Nomer 3 tahun 1986. Instruksi yang diberikan yaitu perlindungan tanaman dengan pendekatan PHT, larangan penggunaan 57 jenis insektisida yang digunakan pada padi, serta penghapusan subsidi pestisida oleh pemerintah.
10 2.3 Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)
ISPO merupakan acuan penerapan konsep kelapa sawit berkelanjutan yang dikembangkan berdasarkan pada hukum dan peraturan yang ada di Indonesia. Dengan adanya ISPO, konsep kelapa sawit berkelanjutan akan menjadi bagian integral dari agenda pembangunan secara nasional (Kospa, 2018). Kemunculan ISPO sering dianggap sebagai tandingan dari inisiatif peningkatan keberlanjutan dari sektor kelapa sawit yang digagas oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), terutama sebagai upaya negara menegakkan kedaulatan menghadapi tekanan dari inisiatif peningkatan governansi lingkungan di tingkat global (Sahide, 2015). ISPO adalah inisiasi pemerintah indonesia yang mengedepankan sistem yang mengatur dan mengarahkan pengembangan kelapa sawit indonesian secara berkelanjutan, sistem tersebut tersebut ialah sistem perkebunan kelapa sawit berkelanjutan indonesia atau indonesian sustainable palm oil. Penerapanya diterapkan berbagai rangkaian sistem guna memajukan dan memastikan keberlanjutan kelapa sawit indonesia dengan didasari sistem usaha perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi, layak sosial budaya, dan ramah lingkungan berdasarkan ketentuan peraturan perundangan undangan. Adapun beberapa peran burung hantu (Tyto alba) terhadap ekosistem dalam pengendalian hama tikus:
1. Sebagai burung pemangsa
Burung hantu dikenal sebagai predator yang sangat efektif. Mereka memainkan peran penting dalam mengendalikan populasi hewan pengerat seperti tikus. Kemampuan burung hantu untuk berburu pada malam hari dan memiliki pendengaran yang sangat tajam memungkinkan mereka menemukan mangsa dengan mudah. Oleh karena itu, burung hantu membantu mencegah populasi hewan pengerat yang tidak terkendali yang bisa merusak tanaman kelapa sawit.
2. Pemeliharaan keseimbangan ekosistem
Dengan memangsa hewan pengerat, burung hantu membantu menjaga keseimbangan ekosistem. Jika populasi hewan pengerat tidak dikendalikan, mereka bisa merusak tanaman kelapa sawit, dan mengganggu habitat lainnya. Bahkan menyebabkan kelangkaan sumber daya makanan bagi hewan lainnya. Oleh karena
11 itu, keberadaan burung hantu membantu memelihara keseimbangan alam dan menjaga kelestarian ekosistem.
3. Dukungan untuk rantai makanan
Burung hantu juga merupakan bagian integral dari rantai makanan. Sebagai pemangsa tingkat atas, mereka memainkan peran dalam mengatur populasi hewan di tingkat yang lebih rendah dalam rantai makanan. Ini memberikan efek domino positif pada populasi hewan lain dan membantu menjaga keseimbangan rantai makanan secara keseluruhan.
4. Indikator kesehatan lingkungan
Kehadiran burung hantu bisa berfungsi sebagai indikator kesehatan lingkungan. Kondisi alam yang baik dan keseimbangan ekosistem bisa menciptakan lingkungan yang mendukung keberadaan burung hantu. Maka dari itu, penelitian tentang populasi burung hantu bisa memberikan wawasan tentang kesehatan ekosistem lokal dan perubahan yang mungkin terjadi dalam lingkungan tersebut.
5. Kontrol penyakit
Hewan pengerat sering menjadi pembawa penyakit yang bisa ditularkan kepada manusia dan hewan lainnya. Dengan memangsa hewan pengerat, burung hantu membantu mengendalikan penyebaran penyakit yang bisa merugikan kesehatan manusia dan hewan.
2.4 Burung Hantu (Tyto alba)
Burung Hantu (Tyto alba) merupakan musuh alami tikus. Burung ini digunakan sebagai predator tikus, karena burung hantu sebagai burung pemangsa (raptor) yang berburu hewan lain untuk makanannya. Menurut (Madry, 2013), burung hantu dapat beradaptasi dengan baik, mempunyai kemampuan visual yang luar biasa, pendengaran yang tajam, kemampuan terbang dengan senyap, mempunyai cakar dan paruh burung yang kuat. Perkebunan kelapa sawit dengan memelihara burung hantu dapat menurunkan serangan tikus dari 20-30% menjadi 5%, Ambang kritis serangan tikus di perkebunan kelapa sawit adalah 10%. Sepasang Tyto alba didalam sangkar mampu memangsa 3650 ekor tikus per tahun, dan satu ekor burung hantu mampu memangsa tikus 2-5 ekor per hari (Erik, 2019).
12 Selain itu Pemanfaatan burung hantu (Tyto alba) dinilai lebih aman karena dapat mengurangi penggunaan bahan kimia dalam pengendalian hama tikus. Burung hantu (Tyto alba) dapat mengendalikan serangan tikus secara alami dan mengurangi penggunaan rodentisida. Sebagai contoh kasus pada tahun 2020 aplikasi rodentisida di Bumitama Agri Ltd untuk pengendalian hama tikus mengalami penurunan sebesar 45% jika dibandingkan dengan aplikasi pada tahun 2019 (Murgianto, 2022).
Menurut Debus (2014), burung jantan dan betina hampir sama dalam ukuran dan warna meski betina sedikit lebih besar. Betina mempunyai panjang tubuh 34-40 cm, mempunyai bentangan sayap kurang lebih 110 cm dan mempunyai berat badan 570 g, yang jantan ukuran panjang 32-38 cm, dengan bentangan sayap kurang lebih 107 cm dan berat badan 470g. burung hantu (Tyto alba) jantan biasanya warnanya coklat atau agak ke kuningan, sedangkan yang betina berwarna coklat ke abu abuan.
Bulu dada betina berwarna putih kecoklatan, sedangkan jantan berwarna sedikit keputihan dengan jumlah bintik hitam yang lebih sedikit dibandingkan dengan burung betina dan burung hantu (tyto alba) muda mempunyai bercak lebih rapat (Mackinon, 2015).
Burung hantu (Tyto alba) selain bermanfaat sebagai predator dalam pengendalian biologis tikus, juga memberikan nilai tambah dalam budidaya kelapa sawit, yaitu: tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan kebun (air, tanah, udara). biaya pengendalian dapat ditekan sampai 50% dari pada penggunaan rodentisida. Tidak memerlukan tenaga kerja yang khusus untuk pengawasan. Efektif sepanjang tahun. Burung hantu sebagai satwa langka dapat dilindungi dan dikembangkan populasinya. Penggunaan burung hantu kiranya dapat diimplementasikan pada perkebunan kelapa sawit yang merupakan daerah endemis tikus.
Gambar 1. Rantai makanan burung hantu (Tyto alba) Sumber : (Mathew 2009)
13 2.5 Pengkajian Terdahulu
Tabel 1. Pengkajian terdahulu:
No Judul/Penulis Tujuan Metode Analisis Data
Hasil pembahasan
1. Potensi pemanfaatan burung hantu tyto alba Sebagai predator alami dalam
pengendalian Hama tikus pada tanaman kelapa sawit (elaeis Guineensis jaqc.) Di divisi ii pt. Socfindo seunagan,Bayu fadilah dkk,2 oktober 2022, jurnal ilmiah pertanian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan mengamati Tyto alba di perkebunan kelapa sawit Divisi II PT.
Socfindo Kebun
Seunagan dan melihat potensi yang dimiliki Tyto alba.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi di lapangan secara langsung yang diperkuat dengan data sekunder, diantaranya dokumen perusahaan dan studi pustaka, serta diskusi dengan karyawan perusahaan. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dan dievaluasi secara deskriptif.
Berdasarkan hasil pengamatan
pemanfaatan Tyto alba di PT. Socfindo kebun Seunagan dapat disimpulkan
keberadaan Tyto alba masih sangat sedikit sehingga keberadaan Tyto alba sebagai predator alami dalam pengendalian hama tikus masih sangat rendah (belum optimal). Sehingga tingkat serangan hama tikus di perkebunan kelapa sawit Divisi II PT. Socfindo Kebun Seunagan sangat tinggi (33%) dari ambang batas yang ditentukan
2. relung ekologi burung hantu (tyto alba) dan teknik
pemeliharaann ya di
perkebunan kelapa sawit (studi kasus di pt unggul widya teknologi lestari). Aang kuvaini dkk,
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui relung ekologi burung hantu (Tyto alba) dan teknik
pemeliharaann ya di
perkebunan kelapa sawit.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi langsung di lapangan yang disertai dengan wawancara mendalam (Depth Interview) dengan key person yang memiliki
pengetahuan
Tyto alba
beraktivitas pada malam hari seperti berburu makanan dan pada siang hari digunakan untuk beristirahat; 2) berdasarkan kajian teori, Tyto alba di dalam ekosistem perkebunan kelapa sawit adalah sebagai predator puncak (top predator) dengan
14 21 april
2021,jurnal citra widya edukasi.
mendalam terkait Burung hantu (Tyto alba). Hasil pengamatan diperkuat dengan studi pustaka dan hasilnya dianalisis dan dievaluasi secara deskriptif kualitatif.
sumber pakan terdiri atas tikus, serangga, dan burung-burung kecil; dan 3) dengan melakukan teknik pemeliharaan Tyto alba secara baik dan benar maka akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengendalian hama tikus di perkebunan kelapa sawit.
3. pemanfaatan tyto alba sebagai pengendali hama tikus di perkebunan kelapa sawit di kabupaten kuantan singingi
Seprido, dkk, 1 agustus 2019, jurnal ilmiah pertanian.
Untuk mengurangi populasi tikus dilapangan dengan harapan dapat menekan kehilangan hasil produksi maka
diperlukan rodentisida yang tepat untuk
pengendalian hama tikus.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey yang dilakukan di dasarkan pada Barn Owl Survey Protocol,
penghitungan populasi Tyto alba dilakukan secara langsung di lapangan, penghitungan jumlah mangsa dengan
melakukan pemasangan camera trap pada kandang butan Tyto alba di areal perkebunan.
PT. Tri Bakti Sarimas dengan luasan 11000an Ha yang terbagi kedalam 5 estate secara keseluruhan telah menggunakan Tyto alba dalam pengendalian hama tikus. Keberadaan Tyto alba pada ke 5 estate ini dijumpai dengan tanda adanya telur, anakan dan cangkang telurnya
15 4. Pengendalian
hama tikus di perkebunan kelapa sawit dengan
Menggunakan burung hantu (tyto alba).
Sylvia
Madusari 2012
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus di perkebunan kelapa sawit
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi di lapangan secara langsung yang diperkuat dengan data sekunder, diantaranya dokumen perusahaan dan pustaka, serta diskusi yang mendalam dengan petani terkait di lapangan.
Hasilnya kemudian dianalisis dan dievaluasi secara deskriptif
Hasil dari kajian ini adalah (1).
Pengendalian hama tikus dengan menggunakan burung hantu dapat secara efektif menurunkan serangan tikus dari serangan tikus berat (>20%) menjadi serangan ringan (10- 20%), (2). secara ekonomi
penggunaan predator burung hantu dapat menghemat biaya pengendalian hama tikus sebesar Rp.
38.900/ha/tahun, jika dibandingkan
dengan penggunaan umpan (campaign) baik pada tanah mineral maupun tanah gambut, (3).
Secara manajemen, mudah dilakukan dan untuk
mempermudah pengawasan dapat dibuat tabel monitoring dalam botol air mineral bekas yang
ditempelkan di tiang gupon
16 5. Efektivitas
pengendalian hama tikus pada tanaman Pertanian dengan pemanfaatan burung hantu di desa Wringinrejo kecamatan gambiran kabupaten Banyuwangi, provinsi jawa timur, Made dwi
pusparini,dkk 2018
Bertujuan untuk:(1)Mende skripsikan mekanisme pemanfaatan burung hantu sebagai usaha pengendalian tikus pada tanaman pertanian, Mendeskripsika n kendala yang dihadapi dalam menerapkan pemanfaatan burung hantu,(3) Mendekskripsik an efektifitas pemanfaatan Burung Hantu sebagai usaha pengendalian tikus pada tanaman pertanian.
deskriptifdenga n analisis data kuantitatif.
Penilitian menggunakan teknik informan kunci.
Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif dan analisis Uji T Sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Memanfaatkan Keunggulan Burung Hantu yang mampu mendengar suara tikus dari jarak 500 meter, (2) Kendala kurangnya informasi tentang manfaat burung hantu untuk mengendalikan hama tikus, keterbatasan modal pemanfaatan Burung Hantu.
Kelemahan dari pemanfaatan burung hantu adalah ilmu dalam merawat burung hantu yang harus dipelajari,(3) Berdasarkan hasil Uji T Sampel Bebas, pemanfaatan burung hantu berdampak pada peningkatan semua komoditas pertanian di Desa Wringinrejo.
6. Pengembangan burung hantu (Tyto alba) sebagai pengendalian hama tikus di desa babahan dan senganan, penebel, tabanan bali N.M.S
Untuk mengetahui efektivitas Tyto alba dalam mengendalikan hama tikus di Desa Babahan dan Senganan, Kecamatan Penebel, Kabupaten
Metode yang diterapkan dalam pengembangan Tyto alba pada kegiatan ini adalah seperti berikut : 1.
Kordinasi dan komunikasi secara partisipasif dengan kelompok
Berdasarkan laporan dari tim Umawali, dinyatakan bahwa penggunaan Tito Alba dapat menurunkan populasi tikus sampai 70%. Seekor burung hantu Tyto alba mampu memakan 3-5 ekor
17 Sukmawati,
dkk 2017.
Tabanan tani (subak) pengelola
pertanian organik dan tim umawali, 2. melaksanakan studi banding ke Demak, 3.
konservasi, 4.
pemasangan rubuha (rumah burung hantu) di areal persawahan dan 5.
pendampingan yaitu pertemuan secara berkala sehingga program bisa dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat.
tikus per malam dengan radius terbang sampai 12 km. Berdasarkan hasil yang dicapai dapat disimpulkan bahwa tyto alba sangat efektif digunakan sebagai pengendali hama tikus.
18 2.6 Kerangka Pikir
Gambar 2. Kerangka Pikir Implementasi Pengendalian Hama Tikus Dengan Menggunakan Musuh alami Burung Hantu (Tyto alba) Di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Implementasi Pengendalian Hama Tikus Dengan Menggunakan Musuh alami Burung Hantu (Tyto alba) Di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Umada Kebun Pernantian
Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Analisis Data
Hasil Pengkajian 1. Bagaimana keberadaan musuh alami burung hantu
(Tyto Alba) di PT.Umada Keebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Melakukan observasi secara langsung dilapangan dengan mengidentifikasi:
- Indukan Tyto alba - Anakan Tyto alba - Bulu
- Telur
- Sisa makanan - Kotoran 2. Bagaimana implementasi pengendalian hama tikus
dengan menggunakan musuh alami burung hantu (Tyto alba) di PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara?
3. Apa saja permasalahan yang terjadi dalam implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu (Tyto alba) di PT.Umada Kebun
Melakukan wawancara secara langsung dengan pihak informan terkait.
19
III. METODOLOGI
3.1. Waktu Dan Tempat
Pengkajian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2024 sampai dengan bulan Juni 2024, yang dilaksanakan di PT. Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara. Pemilihan lokasi ditentukan oleh pihak institusi Polbangtan Medan, berdasarkan atas pertimbangan tertentu yang sesuai dengan pengkajian, pengkajian ini dilakukan di wilayah tersebut dikarenakan PT. Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan salah satu perusahaan yang terbaik dalam bidang budidaya perkebunan kelapa sawit.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pengkajian ini adalah:
a. Alat tulis berfungsi sebagai alat pencatat hasil dari wawancara kepada pihak informan terkait.
a. handphone yang berfungsi sebagai alat perekam suara ketika sedang melaksanakan wawancara dalam mengumpulkan data primer dan juga sebagai alat dokumentasi keberadaan burung hantu (Tyto alba) dan juga sebagai dokumentasi kegiatan wawancara.
b. Galah yang berfungsi sebagai alat dokumentasi untuk mempermudah melihat keberadaan burung hantu (Tyto alba) di sarang yang tersedia.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah:
a. pihak informan yang akan di wawancari
b. sarang dari burung hantu (Tyto alba) yang ada di PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara.
3.3 Jenis Pengkajian
Jenis kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif menurut Rukajat (2018) adalah teknik untuk menilai keadaan saat ini dari sekelompok individu, objek, seperangkat keadaan, sistem ide atau kelas peristiwa. Tujuan dari teknik ini yaitu membuat
20 deskripsi, gambaran yang sistematis, faktual, dan akurat tentang detail, sifat, dan hubungan antara fenomena yang diteliti. Menurut Ibrahim (2018) menyatakan bahwa gagasan penelitian metode deskriptif mengacu pada cara penelitian dimaksudkan untuk mendeskripsikan, menggambarkan, atau melukiskan keadaan suatu objek (kenyataan/fenomena) sebagaimana adanya sesuai dengan keadaan dan kondisi pada saat penelitian itu dilakukan.
Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2019) adalah teknik yang berlandaskan filosofi postpositivisme yang digunakan untuk melakukan penelitian pada kondisi objek yang alamiah (bukan eksperimen), dimana peneliti berperan sebagai instrumen utama, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami keadaan suatu konteks dengan mengarahkan pada gambaran secara detail dan mendalam tentang suatu keadaan dalam konteks yang alamiah (natural setting) dan tentang apa yang sebenarnya terjadi sesuai dengan apa yang sedang dipelajari (Fadli, 2021). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode yang dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi dalam penelitian di lapangan, mengamati semua yang dilakukan di lapangan, melakukan analisis terhadap semua data dari lapangan, dan dituangkan dalam laporan penelitian secara mendetail.
3.4 Tahapan Pengkajian
Adapun tahapan dalam pengkajian ini adalah:
1. Melakukan pemilihan lokasi pengkajian yang akan dilaksanakan
2. Melakukan identifikasi wilayah dan identifikasi keberadaan burung hantu (Tyto alba) di PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara
3. Mencari informasi mengenai implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan burung hantu (Tyto alba) di PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara
4. Persiapan mengumpulkan data
5. Menentukan jadwal wawancara/menyepakati jadwal wawancara
21 6. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara
7. Melakukan wawancara mengenai implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan burung hantu (Tyto alba) yang ada di PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara
8. Melakukan coding (membutuhkan kode-kode pada materi yang di peroleh) 9. Melakukan analisa data
10. Menarik kesimpulan, dan saran 3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Jenis Jenis Data
Data yang digunakan untuk pengkajian ini dilakukan tentunya memerlukan beberapa informasi yang akan menjawab hipotesis pengkajian yang telah ditetapkan.
Adapun jenis datanya adalah:
a. Data primer, adalah data yang didapatkan secara langsung dilapangan
b. Data sekunder, adalah data yang didapat dari lembaga perusahaan yang terkait dengan pengkajian ini, yaitu dari kantor PT. Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara.
3.5.2 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengkajian ini adalah dengan menggunakan metode:
a. Observasi, yaitu pengambilan data dengan cara mengkaji situasi dan keadaan aktual yang ada di lapangan. informasi dari observasi dilapanagan yaitu keberadaan Tyto alba dengan melihat: Telur Tyto alba, anakan Tyto alba, sisa makanan, dan bulu disekitar sarang Tyto alba.
b. Wawancara semi terstruktur yaitu, wawancara ini termasuk kedalam kategori in- dept interview dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur, tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
22 c. Studi literatur, yaitu dengan melihat relevansi dengan kesesuaian dengan apa yang
dibutuhkan untuk penunjang suatu pengkajian tersebut.
3.5.3 Informan Kunci (Key Informan)
Informan pengkajian adalah orang yang memberikan informasi tentang suatu objek yang akan dikaji. Informan dalam pengkajian ini adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan dan memahami mengenai objek yang kita kaji. Orang yang memliki hubungan dekat dengan informan dan mengenal informan dengan baik.
Poerwandari, (2007) desain kualitatif memiliki sifat yang fleksibel, oleh sebab itu tidak ada aturan yang pasti dalam jumlah sampel yang harus diambil untuk penelitian kualitatif. Jumlah sampel sangat tergantung pada apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia.
Informan pada pengkajian ini ditentukan bedasarkan karakteristik sebagai berikut:
1. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar.
2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah ataupun karakteristik sampelnya sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.
3. Tidak diarahkan pada keterwakilan melainkan pada kecocokan konteks. Dalam hal ini, jumlah sampel pengkajian kualitatif tidak mempersoalkan jumlah sampel.
Partisipan dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling.
Sugiyono (2018) menyatakan bahwa teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.
Dalam pengkajian ini, jumlah informan yang direncanakan adalah sebanyak dua puluh informan. Informan yang akan diwawancarai ialah: Asisten kepala, asisten afdeling, mandor satu, mandor panen, mandor semprot, karyawan, masyarakat sekitar dan bhl.
23 Tabel 2. Rincian Informan Wawancara
3.5.5 Alat Bantu Pengumpulan Data
Poerwandari (2007) dalam metode penelitian kualitatif, alat yang terpenting adalah peneliti sendiri. Namun, untuk memudahkan pengumpulan data, dalam hal ini peneliti membutuhkan alat bantu seperti Alat Perekam alat tulis digunakan untuk memudahkan peneliti mengulangi kembali hasil wawancara dan dapat memudahkan apabila ada data yang kurang jelas, sehingga peneliti dapat bertanya kembali kepada informan terkait masalah yang dikaji.
3.6 Analisa Data
Data hasil wawancara telah dikumpulkan dikelola dan dikelompokkan serapi dan sistematis serta selengkap mungkin. Untuk memudahkan menginterprestasikan data. Coding bertujuan untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan data secara lengkap tentang Implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu Tyto Alba di PT Umada Kebun Pernantian kabupaten Labuhanbatu Utara. Interprestasi dilakukan sebagai upaya memahami data secara detail sekaligus mendalami metode triangulasi. Triangulasi yang digunakan dalam pengkajian ini yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber, digunakan untuk menentukan bahwa data yang dikumpulkan sah dan kredibel.
No Jabatan informan Jumlah Informan (orang)
1 Asisten Kepala 1
2 Asisten Afdeling 2
3 Mandor Satu 1
3 Mandor panen 3
4 Mandor Hama 1
5 Mandor Semprot 1
6 Karyawan 5
7 BHL (Buruh Harian Lepas) 3
8 Masyarakat Kebun 3
Total 20 Informan
24
IV.GAMBARAN UMUM WILAYAH PERUSAHAAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan
Gambar 3. Kantor Divisi PT.Umada Sumber: Dokumentasi Pribadi 2023
PT. Umada adalah salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki kebun kelapa sawit yang terletak di Kecamatan Merbau Gaya Baru, Kabupaten Labuhan Batu Utara. Secara historis, areal perkebunan PT.Umada merupakan areal kebun karet pada awal didirikannya perusahan ini yaitu pada Tahun 1947. Tahun 1982 diubah atau beralih menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Luas kebun ini mencakup 1.661 Ha, dengan legalitas kepemilikannya Sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) yang dikeluarkan pada tanggal 15 April 1988 dengan masa berlaku tanggal 31 Desember 2005 sampai dengan 31 Desember 2013. Pada Tahun 1987 dibangun pabrik pengolahan kelapa sawit, dan resmi beroperasi pada tahun 1988.
Letak geografis perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Umada terletak di wilayah desa pernantian A yang berada di Kecamatan Marbau, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara. Batas lokasi Kebun Pernantian A yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Perkampungan Bulusari, sebelah selatan berbatasan dengan PTPN III Kebun Janji Rantau Prapat, di sebelah barat berbatasan Dengan Kebun Kelapa Sawit Plantagen Pernantian B dan disebelah timur berbatasan dengan PTPN III Marbau Selatan.
25 Topografi areal PT. Umada adalah rata-rata berbukit. PT. Umada kebun pernantian di bagi menjadi 2 divisi, divisi 1 terbagi menjadi 8 blok sedangkan divisi 2 dibagi menjadi 7 blok. PT. Umada memiliki Standar Pokok PerHektar (SPH) yang berjumlah 130 karena kebanyakan topografi lahan yang terbukti dengan tahun tanam yang berbeda, tahun tanam yang paling tinggi yaitu Tahun 1984 yang terletak di divisi 2, sedangkan untuk tahun tanam yang rendah yaitu pada Tahun 2018 yang berada di divisi 1. Berikut merupakan data luasan lahan per Ha dikebun pernantian.
Tabel 3. Luas areal perkebunan kelapa sawit PT.Umada Kab. Labuhanbatu utara
No Blok Luas/Ha Pokok/Ha Varietas
1 1 95,54 134 SJ 5
2 2A 70,20 140 SJ 5
3 2B 61,47 141 PPKS
4 3 101,33 144 Damimas
5 4 64,38 161 PPKS
6 5 85,75 143 Damimas
7 6 92,57 145 Socfin
8 7 82,90 138 SJ
9 8 92,57 146 Socfin
10 9 97,34 144 Damimas
11 10 112,41 100 Marihat
12 11 94,09 99 Marihat
13 12 138,94 95 Marihat
14 13A 76,06 106 Marihat
15 13B 35,59 94 Marihat
16 14 86,22 96 Marihat
17 15 79,51 99 Marihat
Sumber: PT.Umada, (2023)
Divisi I terdiri dari blok 1 sampai dengan blok 8, sedangkan divisi II terdiri dari blok 9 sampai blok 15. Lokasi perkebunan PT. Umada berada pada ketinggian 20-30 mpl, ketinggin permukaan rata-rata 25 mpl, karakteristik tanah pada areal PT.Umada kebanyakan campuran dari tanah Aluvial, dan inceptisol. Kondisi iklim sangat berpengaruh pada alur transportasi untuk afdeling PT Umada ini, karena pada iklim hujan ada beberapa jalan produksi yang sulit dilalui karena becek dan
26 tergenang air. Perkebunan PT. Umada memiliki beberapa cabang perkebunan yang lain, yaitu:
1. PT. Binanga Karya terletak di Kabupaten Labuhanbatu Utara 2. PT. Tindoan Bujing terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan
3. PT. Sidojadi berada di Provinsi Sumatera Utara lokasi perkebunan pernantian- A berdekatan dengan desa pernantian-A dan Bulusari.
Gambar 4. Peta Perkebunan Kelapa Sawit PT. Umada sumber: PT. Umada, (2023)
27 4.2 Profil PT. Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara
Peusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Umada adalah salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki kebun kelapa sawit yang terletak di Kecamatan Merbau Gaya Baru, Kabupaten Labuhan Batu Utara Povinsi Sumatera Utara. Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara didirikan sejak Tahun 1947 dengan luas lahan 1661 Ha. Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT.Umada bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit, kapasitas pabrik pengolahan kelapa sawit, perusahaan PT. Umada yaitu 30 ton/jam.
Dengan status kepemilikan perusahaan tersebut yaitu Swasta. Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Umada dinyatakan sebagai perusahaan kelas 2 baik hasil penilaian usaha kebun (PUP) Tahun 2018, Batas lokasi kebun pernantian A yaitu di sebelah utara berbatasan dengan yaitu:
1. di sebelah Utara Perkampungan Bulusari
2. di sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN III Kebun Janji Rantau Prapat 3. di sebelah Barat berbatasan dengan Kebun Kelapa Sawit Plantagen Pernantian B 4. di sebelah Timur berbatasan dengan PTPN III Marbau Selatan
4.3 Visi dan Misi Perusahaan PT. Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara 1. Visi perusahaan PT.Umada
Visi PT.Umada adalah menjadikan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berwawasan dan berkelanjutan
2. Misi Perusahaan PT.Umada
Misi dari perusahaan PT.Umada ini adalah sebagai berikut:
a. Membangun tim yang solid dan profesional serta saling mendukung.
b. Meningkatkan kualitas produk, lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Meningkatkan kemampuan SDM yang lebih profesional
d. Mengkontribusi yang positif kepada masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan beroperasi.
28 4.4 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Umada Kebun Pernantian Kabupaten
Labuhanbatu Utara
Gambar 5. Struktur Organisasi PT.Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara Kunci utama untuk menciptakan sistem operasional yang baik dalam suatu perusahaan atau suatu organisasi adalah struktur dari pada organisasi tersebut.
Dengan adanya struktur organisasi maka setiap individu atau anggota dari organisasi tersebut dapat mengetahui tentang posisinya, wewenang dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab. Selain itu struktur organisasi juga menjelaskan tentang hubungan antara unit-unit terkait dalam perusahaan atau organisasi. Strukutur organisasi sebuah perusahaan sangat mungkin akan berbeda dengan struktur organisasi pada perusahaan atau organisasi lain. Perbedaan ini muncul karena struktur organisasi suatu perusahaan akan sangat tergantung pada kondisi perusahaan, kebijakan- kebijakan strategis perusahaan dan tujuan perusahaan di masa yang akan datang.
berikut uraian pekerjan dari personil pengelola PT Umada Kebun Pernantian.
1. General Manager
General Manager ialah pimpinan yang menyusun anggaran berdasarkan kebutuhan lapangan dan aktualisasi anggaran tahun sebelumnya. Anggaran ini akan menjadi landasan untuk menyusun rencana kerja perkebunan dan memantau kinerja bawahan berdasarkan rencana kerja yang telah ditetapkan dengan realisasi yang telah dicapai.
General manager
Asisten Kepala
Asisten Divisi
Asisten Divisi
Mandor satu
Krani Divisi Krani
Produksi
Krani Buah Mandor Panen
29 2. Asisten Kepala
Memonitor pelaksanaan kerja dan hasil kerja dari bawahan serta memastikan pekerjaan dilaksanakan sesuai kultur teknis dan norma kerja dan memenuhi standar yang ditetapkan.
1. Asisten Divisi
Asisten merupakan penanggung jawab tertinggi dalam satu afdeling, tugas Asisten yaitu mengelola satu afdeling dan bertanggung jawab atas semua proses pekerjaan dan memastikan sesuai SOP. Di PT.Umada terbagi menjadi dua Asisten karena hanya dua Divisi yaitu Divisi satu dan Divisi dua.
2. Mandor Satu
Mandor sebagai pembantu pekerjaan asisten dan sebagai wakil Asisten dalam suatu afdeling, mandor tersebut terbagi ada mandor satu, mandor panen, mandor semprot. Dan mandoran tersebut dipimpin oleh mandor satu.
3. Krani Divisi
Bertanggung jawab untuk semua proses administrasi dan pemberian gaji karyawan dalam suatu Divisi, di PT.Umada jumlah krani Divisi yaitu satu orang.
4. Krani Produksi
Membantu tugas krani afdeling dalam proses administrasi dan membuat produksi serta membuat semua dokumen terkait proses produksi, jumlah krani Produksi di PT.Umada satu orang.
5. Krani Buah
Tugas dari kerani buah merupakan mencatat buah yang ada di TPH, dan mensortir buah mentah, busuk, atau tangkai panjang dalam TPH. Selain itu kerani buah bertugas mengatur proses sangkut tanda buah segar (TBS) dari kebun ke pabrik kelapa sawit (PKS), jumlah krani buah di PT.Umada dua orang.
6. Mandor Panen
Mandor panen memiliki tugas mengatur jalannya proses panen dan membagikan ancak panen, selain itu mandor panen juga bertanggung jawab atas transport buah sampai tempat pengumpulan hasil (TPH). Jumlah mandor panen di PT.Umada yaitu enam orang. Divisi satu berjumlah tiga orang dan di divisi dua
30 berjumlah tiga orang, dan setiap mandor panen terbagi dengan nama mandoran a dan mandoran b. Setiap mandoran memliki beberapa jumlah anggota karyawan pemanen mandoran panen a Divisi satu memiliki jumlah anggota pemanen lima belas pemanen, mandoran b memiliki jumlah anggota pemanen tujuh belas pemanen, dan mandoran c memiliki lima belas anggota pemanen, sedangkan divisi dua mandoran a memiliki enam belas orang pemanen dan mandoran b lima belas orang pemanen dan mandoran c memiliki tiga belas orang pemanen.
7. Mandor Rawatan
Mandor rawatan memiliki tugas untuk mengawasi semua proses pemeliharaan seperti, pemeliharaan pasar, rumpukan, pemupukan, penyemprotan dan pengendalian hama penyakit tanaman. Jumlah mandor rawatan di PT.Umada yaitu enam orang. Yaitu ada mandor pemupukan, mandor penyemprotan, dan mandor proteksi. Mandor rawatan di PT.Umada di kepalai oleh mandor proteksi yang mana mandor proteksi ini bertanggung jawab dari hasil semua pekerjaan dilapangan mengenai perawatan, dan bertanggung jawab mengisi semua hasil laporan dari kerja hasil lapangan (KHL) dan diberikan ke pihak atasan setiap bulannya.
31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keberadaan Burung Hantu (Tyto alba) di Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara
Berdasarkan dari hasil sensus dan observasi di lapangan Serangan hama tikus pada perkebunan kelapa sawit di PT.Umada menjadi salah satu permasalahan yang paling utama, kategori serangan yang diakibatkan oleh hama tikus di PT.Umada yaitu termasuk kedalam kategori serangan ringan hingga persentase dari tingkat serangannya yaitu 15 persen. Standar Operational Prosedure (SOP), PT.Umada mengenai tingkat serangan hama tikus yaitu, <5 bebas, 5-15 ringan, >15-25 sedang,
>25 berat. Berikut tabel serangan hama tikus di PT.Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Tabel. 4 Tingkat Serangan Hama Tikus PT. Umada Kebun Pernantian Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2021-2023
Bulan Serangan Hama Tikus PT. Umada Kebun Pernantian (%)
2021 2022 2023
Januari 12 13 13
Februari 13 14 12
Maret 11 12 14
April 10 13 13
Mei 9 14 15
Juni 10 13 16
Juli 12 14 16
Agustus 13 11 18
September 11 11 15
Oktober 12 9 14
November 13 11 13
Desember 13 14 14
Rata-rata 12 12 14
Sumber: PT.Umada 2024
Dari hasil tabel 4 dapat dilihat bahwa serangan hama tikus di perkebunan kelapa sawit PT. Umada berdasarkan Standar Operational Prosedure (SOP) dari Tahun 2021 sampai Tahun 2023 masuk kedalam kategori serangan ringan. Pada Tahun 2021 dan Tahun 2022 persentase tingkat serangan hama tikus memiliki kesamaan yaitu 12 persen dan pada Tahun 2023 tingkat serangan hama tikus memiliki peningkatan menjadi 14 persen.
32 Dari hasil sensus dan observasi dengan melihat keberadaan dan keaktifan sarang burung hantu (Tyto alba) dalam pengendalian hama tikus di PT.Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini:
Tabel 5. Hasil Sensus Burung Hantu (Tyto alba)
Blok Luas / ha Hasil sensus keberadaan Tyto alba Sensus ke 1 Sensus ke 2 Sensus ke 3
1 95,54 - - -
2 131,67 - - -
3 101,33 - - -
4 64,38 - - -
5 85,75 - - -
6 92,57 - - -
7 82,90 B T B
8 92,57 B B I
9 97,34 - B B
10 112,41 B B B
11 94,09 - - -
12 138,94 B B B
13 111,65 K K I
14 86,22 - - -
15 79,51 - - -
Sumber: Data Primer, (2024) Keterangan :
(-) Tidak di huni (B) Bulu
(K) Kotoran (T) Telur
(S) Sisa makanan (A) Anakan burung (I) Indukan burung
Berdasarkan hasil sensus pada tabel 3 dapat diketahui bahwa di PT.Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara di Divisi 1 dari Blok 1 sampai dengan blok 8 hanya di blok 7 dan 8 yang telah di huni oleh burung hantu (Tyto alba) karena di temukannya bulu dan indukan burung hantu di sekitaran sarang. Sedangkan di Divisi 2 dari Blok 9 sampai dengan Blok 15 yang telah dihuni yaitu Blok 9,10,12,13 dengan adanya ditemukannya bulu, kotoran dan indukan pada sekitar sarang pada blok tersebut, hasil observasi dilapangan ini sejalan dengan teori (Saprido dan mashadi, 2019) yang
33 menyatakan salah satu tanda keberadan burung hantu memang benar-benar ada pada sarang yang telah disediakan yaitu dengan melihat dari bulu, kotoran, telur, sisa makanan, anakan burung, dan indukan burung, di sekitar sarang yang sudah di sediakan dengan adanya itu sarang tersebut memang benar-benar telah aktif atau di huni oleh burung hantu (Tyto alba). Sensus burung hantu (Tyto alba) di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Umada dilakukan setiap bulannya atau satu bulan sekali untuk melihat keadaan sarang dan keaktifan sarang yang sudah tersedia dilapangan.
Dan para pekerja dalam melakukan sensus biasanya menggunakan alat seperti kayu dan kamera untuk melihat burung hantu di dalam sarangnya. Berikut gambar hasil sensus penemuan telur dan anakan burung hantu di dalam sarang.
Gambar 6. Telur dan indukan burung hantu pada sarang Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2024)
34 5.1.1 Letak Penempatan Sarang Burung Hantu Di PT.Umada Kabupaten
Labuhanbatu Utara
Tabel 6. Penempatan Sarang Tyto alba Divisi 1 DIVISI
1
Luas/ha Penempatan sarang
Telah dihuni
Jumlah Tyto alba
Keadaan sarang Baik Rusak
Blok 1 95,54 4 sarang - - 3 sarang 1 sarang
Blok 2 131,67 4 sarang - - 4 sarang -
Blok 3 101,33 4 sarang - - 4 sarang -
Blok 4 64,38 2 sarang - - 2 sarang -
Blok 5 85,75 3 sarang - - 3 sarang -
Blok 6 92,57 4 sarang - - 3 sarang 1 sarang
Blok 7 82,90 2 sarang 2 sarang 2 2 sarang -
Blok 8 92,57 3 sarang 3 sarang 4 3 sarang -
Jumlah 26 sarang 5
sarang
6 Tyto alba
24 sarang
2 sarang Sumber: Data Sekunder, (2024)
Sementara itu dari hasil observasi yang telah dilakukan pada divisi 1 yaitu, dari blok 1-8 dengan jumlah sarang 26 sarang yang sudah ditempatkan oleh pihak perkebunan PT.Umada hanya 5 sarang saja yang telah di huni oleh burung hantu (Tyto Alba). Dan keadaan sarang pada Divisi 1 dari 26 sarang, yang mengalami kerusakan hanya 2 sarang Tyto Alba, yaitu pada blok 1 dan blok 6.
Tabel 7. Penempatan Sarang Tyto alba Divisi 2 DIVISI
2
Luas/ha Penempatan sarang
Telah dihuni
Jumlah Tyto alba
Keadaan sarang Baik Rusak
Blok 9 97,34 1 sarang 1 sarang 1 1 sarang -
Blok 10 112,41 1 sarang 1 sarang 1 1 sarang -
Blok 11 94,09 - - - - -
Blok 12 138,94 2 sarang 2 sarang 2 2 sarang -
Blok 13 111,65 1 sarang 1 sarang 2 1 sarang -
Blok 14 86,22 - - - - -
Blok 15 79,51 - - - -
Jumlah 5 sarang 5
sarang
6 Tyto alba
5 sarang - Sumber: Data Sekunder, (2024)
35 Sedangkan dari hasil observasi yang di lakukan pada divisi 2 yaitu, dari blok 9-15 yang di letakan sarang burung hantu hanya 5 sarang saja yaitu pada blok 9, 10, 12, 13, dan ke lima sarang tersebut telah di huni oleh burung hantu (Tyto alba). Dan keadaan sarang pada Divisi 2 tidak ada yang mengalami kerusakan, berdasarkan Standar Operational Prosedure (SOP) sensus burung hantu (Tyto alba) di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Umada dilakukan setiap bulannya atau satu bulan sekali hal tersebut sebagai data pendukung untuk melihat keadaan sarang dan keaktifan sarang yang sudah tersedia dilapangan berikut dokumentasi sensus keberadaan sarang burung hantu di PT.Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Gambar 7. Dokumentasi sensus sarang Tyto alba Sumber: Dokumentasi Pribadi (2024)
5.2 Implementasi Pengendalian Hama Tikus Dengan Menggunakan Burung Hantu (Tyto alba) di PT. Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara
Pengendalian hama tikus dengan menggunakan burung hantu di PT.Umada tidak hanya efektif dalam menurunkan populasi tikus secara alami, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dan pengurangan penggunaan bahan kimia berbahaya. pengendalian hama tikus dengan menggunakan burung hantu di PT Umada tidak hanya dapat memberikan solusi efektif dalam mengurangi populasi tikus, tetapi juga mendukung tujuan keberlanjutan perusahaan dalam menjaga lingkungan dan meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit tanpa merusak
36 ekosistem alaminya. Mulyadi (2015) menyatakan Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan, implementasi pada hakikatnya juga merupakan upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program dilaksanakan. Implementasi yaitu mencakup tindakan sejauh mana arah kebijakan yang telah di programkan oleh pihak perusahaan mengenai implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu itu benar benar terlaksanakan.
a. Kebijakan Perusahaan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah pengkaji lakukan di PT.Umada maka dari itu pengkaji mendapatkan informasi mengenai kebijakan perusahaan PT.Umada terkait Implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu (Tyto alba). Berikut pernyataan yang telah disampaikan oleh pihak informan terkait mengenai penerapan kebijakan yang telah dilakukan di perusahaan kelapa sawit PT.Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara:
“…Kebijakan dari perusahaan mengenai pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami ada, ada menggunakan musuh alami dan racun tikus, namun di perusahaan ini lebih di utamakan menggunakan pengendalian secara alami….”(Wawancara dengan Kepala Asisten PT.Umada, SW (46 Tahun), 15 Mei 2024).
Pernyataan di atas sejalan dengan praturan tentang larangan penggunanaan bahan aktif pestisida Permentan No1/Kpts/OT.140/1/2007. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dilapangan pengkaji juga mendapatkan informasi mengenai dukungan anggaran dalam implementasi pengendalian hama tikus dengan menggunakan musuh alami burung hantu di PT.Umada. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh pihak informan terkait mengenai dukungan anggaran di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT.Umada Kabupaten Labuhanbatu Utara yaitu:
“…Untuk anggaran khusus pengendalian hama tikus tidak ada, namun apabila serangan hama tikus meningkat dan ada terkendala dilapangan seperti kerusakan sarang burung hantu dan lainnya maka anggaran tersebut di ajukan kepada pihak