BAB II TINJAUAN PUSTAKA
D. Underpricing dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Underpricing
4. Inflasi
Inflasi merupakan salah satu indikasi tentang adanya ketidakstabilan perekonomian di Indonesia. Investor akan mempertimbangkan investasi dengan melihat laju inflasi pada negara dimana emiten berada karena tinggi tingkat inflasi akan mengakibatkan efek yang merugikan bagi emiten. Inflasi menimbulkan ketidakpastian yang dihadapi investor, maka ekspektasi investor untuk tingkat underpricing akan tinggi (Wibowo, 2005)
Inflasi yang tinggi akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Selain itu, inflasi yang tinggi dapat menyebabkan kurangnya tingkat pendapatan rill yang diperoleh investor dari investasinya. Tingkat inflasi pada saat perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) dilihat berdasarkan pada laporan tingkat inflasi tahunan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Tingkat inflasi disesuaikan pada tingkat inflasi bulanan pada saat bulan perusahaan melakukan IPO.
E. Penelitan Terdahulu
Beberapa penelitan terdahulu yang berhubungan dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada Perusahaan Go Public
Nama Peneliti
Judul Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Ramadana (2018)
Beberapa faktor yang
mempengaruhi underpricing
saham pada
perusahaan yang
Metode penelitian kuantitatif
Hasil penelitian adalah financial leverage, profitabilitas, reputasi penjamin emisi, umur perusahaan dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di
melakukan initial public offering (ipo) di bursa efek indonesia
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2013.
Financial leverage berpangaruh positif terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di bursa efek indonesia periode 2007-2013.
Profitabilitas berpangaruh negatif terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan ipo di bursa efek indonesia periode 2007-2013. Reputasi penjamin emisi berpangaruh negatif terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2013. Umur perusahaan berpangaruh negatif terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2013. Ukuran perusahaan berpangaruh negatif terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2013.
Hadi (2019)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Underpricing Saham Perdana Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering
Metode penelitian kuantitatif
Secara parsial hanya reputasi financial leverage, return on equity (ROE), ukuran perusahaan dan umur perusahaan yang berpengaruh positif terhadap underpricing saham perdana. Variabel lainnya yaitu price earning ratio (PER), reputasi underwriter, dan reputasi auditor secara parsial tidak berpengaruh terhadap underpricing saham -perdana.
Secara simultan, variabel price earning ratio, financial leverage, return on equity, reputasi underwriter, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan reputasi auditor berpengaruh terhadap underpricing saham perdana.
Agustine dan sutrisno (2020)
Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham: Studi Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2016 – 2019
Metode penelitian kuantitatif
Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori sinyal yaitu apabila DER tinggi akan menyebabkan tingginya underpricing saham. Hal ini dikarenakan investor tidak terlalu mementingkan DER. ROA berpengaruh negatif terhadap underpricing saham ketika roa perusahaan semakin tinggi, tingkat underpricing saham akan semakin rendah. Reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap underpricing saham. Oleh karena itu ketika reputasi underwriter semakin baik, tingkat underpricing saham akan semakin rendah.
Kartika dan Putra (2017)
Faktor-Faktor Underpricing Initial Public Offering Di
Bursa Efek
Indonesia
Metode penelitian kuantitatif
Ukuran perusahaan serta financial leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing, sedangkan reputasi penjamin emisi, reputasi kap, persentase saham pemilik lama serta tujuan penggunaan dana tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing
Irine (2017) Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Metode penelitian kuantitatif
Hasil dari pengujian analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel financial leverage, profitabilitas
Underpricing
Saham Pada
Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia
perusahaan (ROA), persentase penawaran saham saat IPO, dan reputasi underwritter tidak berpengaruh terhadap underpricing yang terjadi pada saat penawaran saham perdana di BEI. Tidak berpengaruhnya variabel fundamental (financial leverage & ROA) dalam penelitian ini secara tidak langsung menjelaskan bahwa dalam melakukan investasi di pasar modal, investor tidak selalu menganalisis dari aspek fundamental saja tetapi berpotensi dianalisis melalui perspektif teknikal juga.
Nuryasintadan Haryanto (2017)
Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Initial Return Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Melakukan Initial Public Offering (Ipo) Di Bei Periode 2010- 2015
Metode penelitian kuantitatif
Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi Initial Return.
Dari 5 faktor yang diteliti (return on asset, debt to equity ratio, current ratio, size dan proceed), terbukti bahwa proceed berpengaruh negatif dan signifikan terhadap initial return dan size berpengaruh positif dan signifikan terhadap initial return. Sedangkan faktor- faktor lain yaitu ROA, DER dan CR terbukti tidak berpengaruh terhadap Initial Return
Maygista, dkk. (2019)
Pengaruh Umur Perusahaan, Inflasi, Dan Suku Bunga Terhadap Underpricing
Metode Penelitian Kuantitatif
1. Umur perusahaan, inflasi, dan suku bunga secara simultan berpengaruh terhadap underpricing perusahaan property dan real estate yang melakukan ipo di bursa efek indonesia tahun 2012 – 2019,
2. Umur perusahaan memiliki pengaruh terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukann IPO, dimana semakin besar nilai umur perusahaan maka akan mengurangi tingkat underpricing yang terjadi,
3. Inflasi tidak mempunyai pengaruh pada underpricing dimana semakin tinggi nilai Inflasi maka tidak akan meningkatkan underpricing.
4. Suku bunga tidak memliki pengaruh pada underpricing perusahaan yang melakukan IPO, dapat dikatakan semakin kecil nilai suku bunga maka akan tidak akan mengurangi underpricing
Sulistiawati, dkk. (2020)
Analisis Prospektus Informasi Dan Inflasi Terhadap Underpricing Saham Di BEI
Metode Penelitian Kuantitatif
Likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, reputasi underwriter, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap underpricing saham. Sedangkan,variabel financial leverage, reputasi auditor,dan inflasi tidak berpengaruh terhadap underpricing saham.
Tabel 2.1
Penelitan terdahulu
F. Kerangka Konseptual
Variabel-variabel yang diduga menjadi pengaruh underpricing antara lain Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Ukuran Perusahaan dan Tingkat Inflasi. Dalam penelitian ini apakah variabel Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Ukuran Perusahaan dan Inflasi secara bersama-sama dapat mempengaruhi tingkat underpricing saham pada perusahaan yang melakukan IPO periode tahun 2017-2019. Skematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Return On Asset (ROA)
X1
Debt to Equity Ratio (DER) X2
Ukuran Perusahaan X3
Inflasi X4
Underpricing Saham (Y)
H1
H2
H3
H4
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir diatas adapun hipotesis dari penelitian ini yaitu : 1. Pengaruh Profitabilitas Perusahaan (Return on Asset) pada Underpricing
Informasi mengenai tingkat profitabilitas perusahaan merupakan informasi penting bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Profitabilitas perusahaan memberikan informasi kepada investor mengenai efektivitas operasional perusahaan (Tambunan, 2007). Profitabilitas yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian perusahaan di masa yang akan datang dan sekaligus mengurangi ketidakpastian IPO, sehingga akan mengurangi underpricing (Kim et al., 1993). Watts dan Zimmerman (1990) menyatakan bahwa prestasi keuangan, khususnya tingkat keuntungan, memegang peranan penting dalam penilaian prestasi usaha perusahaan dan sering digunakan sebagai dasar dalam keputusan investasi, khususnya dalam pembelian saham. Penelitian yang dilakukan Astuti (2017), Saputra dan Sitinjak (2018) bahwa return on asset berpengaruh negatif terhadap Underpricing dan pada penelitian yang dilakukan Ramadana (2018) Maka dapat disimpulkan bahwa Return on Asset (ROA) tidak dapat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi underpricing saham. Dengan demikian diajukan hipotesis sebagai berikut.
H1: Profitabilitas perusahaan (ROA) tidak berpengaruh pada underpricing
2. Debt to Equity Ratio Terhadap Tingkat underpricing
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya. Selain itu, rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur risiko perusahaan (Mumtaz &
Ahmed, 2014). DER digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya dengan menggunakan modal yang dimiliki. Rasio ini menunjukkan tingkat risiko kegagalan suatu perusahaan untuk membayar seluruh hutangnya, sehingga akan berdampak pada ketidakpastian harga saham (Firmanah & Muharam, 2015). Semakin tinggi DER, semakin tinggi pula risiko perusahaan, sehinggga investor akan menghindari perusahaan yang memiliki tingkat DER yang tinggi, yang akan menyebabkan tingkat underpricing yang tinggi (Thoriq, dkk. 2018).
H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap tingkat underpricing 3. Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Underpricing
Perusahaan besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan kecil. Karena lebih dikenal maka informasi mengenai perusahaan besar lebih banyak dan lebih mudah diperoleh investor dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini akan mengurangi asimetri informasi pada perusahaan yang besar sehingga akan mengurangi tingkat underpricing daripada perusahaan kecil karena penyebaran informasi perusahaan kecil belum begitu banyak Saputra and Suaryana (2016), Rabiqy & Yusnaidi (2017), Jayanarendra and Wiagustini (2019) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dan negatif pada tingkat underpricing. Berdasarkan pemikiran ini maka diajukan hipotesis sebagai berikut.
H3: Ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada underpricing.
4. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Underpricing
Telaah teori mengungkapkan bahwa inflasi akan cenderung meningkatkan biaya produksi dari perusahaan. Berarti margin keuntungan dari perusahaan menjadi lebih rendah dan dampak lebih lanjut menjadikan harga sahamnya di bursa efek menjadi menurun. Jika terjadi demikian penurunan tersebut cendurung tidak akan berlangsung seketika tetapi melalui proses waktu, dilihat dari sisi investor tingginya inflasi akan mengurangi nilai keuntungan dan juga mengurangi daya beli modal investasinya. Dengan demikian jika angka inflasi naik, maka IHSG akan menurun dan demikian sebaliknya.
Investor akan mempertimbangkan kondisi ketidakpastian untuk mengambil keputusan apakah akan menginvestasikan modal dalam saham perusahaan yang go public. Kondisi adanya kenaikan barang dan jasa juga mengurangi kegiatan investasi. Jadi, dalam hal ini inflasi yang tinggi akan berdampak perusahaan mengalami underpricing (Saifudin and Rahmawati, 2017). Dalam (Thoriq et al., 2018),(Saifudin and Rahmawati, 2017), (Haymans et al., 2019) bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
H4: Inflasi berpengaruh terhadap underpricing saham
27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode kuantitaif adalah sebuah penelitian yang menggunakan data berbentuk angka (Sugiyono, 2010). Jenis penelitian dalam penyusunan proposal merupakan prosedur penelitian ini menghasilkan data dalam bentuk angka persentase hasil analisis terkait faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing saham pada perusahaan go public.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada website yang dapat diakses melalui situs http://finance.yahoo.com. Dan dilakukan pula penelitian pada Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia di Universitas Muhammadiyah Makassar, jl. Sultan Alauddin No. 259, Kel. Gn. Sari, Kec. Rappocini, Kota Makassar. Waktu penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yakni Oktober - November
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran 1. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan tingkat underpricing. Tingkat underpricing dihitung dengan perhitungan Initial Return dari perusahaan-perusahaan yang melakukan Initial Public Offering, yaitu selisih antara penutupan harga saham pada hari pertama di pasar sekunder dengan harga saham penawaran perdana dibagi dengan harga saham penawaran perdana (Retnowati, 2013).
2. Variabel Independen
Penelitian ini membahas empat variabel independen yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Return Of Assets, Ukuran Perusahaan, dan Tingkat Inflasi yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Return on asset, merupakan variabel independen untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan profitabilitas dengan perbandingan aset. ROA diukur sebagai berikut.
b. Debt to equity Ratio, Rasio utang terhadap ekuitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri (Darmadji dan Fakhrudin, 2012).
DER diukur sebagai berikut:
c. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dihitung dari Besaran perusahaan dihitung dari log total aktiva perusahaan tahun terakhir perusahaan listing atau dilihat dari lamanya perusahaan itu sendiri (Nandariko dan Yuli, 2012).
Ukuran Perusahaan dapat diukur sebagai berikut : SIZE = LN (Total )
d. Inflasi
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan inflasi adalah kenaikan harga secara menyeluruh. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi rata-rata pada bulan saat perusahaan melakukan penawaran umum perdana yang dinyatakan dalam satuan persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa (Iskandar Putong, 2013)
Tingkat Inflasi dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
IHK1 = Indeks Harga Konsumen Periode Berjalan IHK-1 = Indeks Harga Konsumen Periode Sebelumnya D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam Penelitian ini adalah perusahaan go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada tahun 2017– 2019 sebanyak 147 perusahaan.
2. Sampel Penelitian
Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode purposive sampling adalah metode
pengambilan sampel yang didasarkan pada beberapa pertimbangan atau kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 107 perusahaan yang memenuhi kriteria-kriteria pemilihan sampel. Adapun Kriteria perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2019 yang sahamnya mengalami underpricing
b. Tersedia data laporan keuangan satu atau dua tahun sebelum Initial Offering Public
c. Tersedia data harga penawaran di pasar perdana dan harga saham saat penutupan hari pertama di pasar sekunder.
d. Tersedia laporan keuangan dalam mata uang rupiah E. Metode Pengumpulan data
1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini menggunakan informasi yang diperoleh dari data- data laporan keuangan perusahaan go public dan data harga saham.
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan. Data yang digunakan merupakan data yang bersumber dari website http://finance.yahoo.com dan juga diperoleh dari Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2019.
27 3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Pengumpulan data dokumentasi, dimana data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari berbagi jurnal dan data keuangan di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian kepustakaan, yaitu data yang dikumpulkan dari berbagai buku yang berkaitan dengan permasalaahan dalam penelitian ini. Mengakses website dan situs online lainnya, digunakan untuk mencari data yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka digunakan dalam penelitian ini.
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum (Ghozali, 2011). Ini bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel dan membuat kesimpulan yang berlaku umum dan mempermudah memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik merupakan syarat utama untuk menilai apakah persamaan regresi yang digunakan sudah memenuhi syarat BLUE (best linear unbias estimator) dikemukakan oleh Ghozali dan Mansur (2002). Untuk
membuktikan hipotesa yang dibentuk dalam penelitian ini yang dilakukan dengan menggunakan uji regresi berganda, sebelumnya harus dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu yang masing-masing dijelaskan dibawah ini :
a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable).
Dan diantara variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi yang memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal dikatakan model regresi yang baik, Ghozali (2009).
Normalitas suatu data dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau melihat dari grafik histograf dari nilai residualnya. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
1) Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah histograf menuju pola distribusi normal, maka model regresi tersebut memenuhi asumsi klasik.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal atau histograf, tidak menunjukkan alpha distribusi normal, maka model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas. Teknik yang digunakan uji asumsi normalitas ini adalah One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dengan menguji statistik non-parametik Kolmogrov Smirnov (K-S) terhadap nilai residual persamaan regresi, dengan hipotesis pada tingkat signifikan 0,05. Dimana : H0 : p ≥ 0,05 data residual berdistribusi normal
b. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas adalah variabel dependen yang ada dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi bahkan sama dengan satu) untuk mendeteksi adanya multikolonieritas dapat dilihat matrik korelasi antara variabel independen. Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol, Ghozali (2009). Deteksi adanya multikolonieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) atau tolerance value. Batas dari tolerance factor (VIF) adalah 0,10 dan batas VIF adalah 10. Apabila hasil analisis menunjukkan nilai VIF dibawah 10 dan tolerance value diatas 0,10 maka tidak terjadi multikolonieritas, sehingga model reliable sebagai dasar analisis.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi, Ghozali (2009). Menurut
Ghozali (2009) identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin – Watson (DW test).
Uji Durbin – Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah :
Dimana : H0 : tidak ada autokorelasi ( r = 0 ) HA : ada autokorelasi ( r ≠ 0 )
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar) Ghozali (2009).
Dasar analisis ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai X dan Y adalah (Ghozali, 2009) :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Teknik Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan persamaan regresi linear berganda yaitu perhitungan dibantu dengan software statistik SSPS. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian meliputi :
a. Analisis Regresi
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003).
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan metode analisis Regresi Linear Berganda (Multiple Linear Regression). Analisis ini secara matematis ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε Dimana :
Y = Underpricing saham α = Konstanta
X1 = Return On Assets (ROA)
X2 = Debt to Equity Ratio (DER) X3 = Ukuran Perusahaan X4 = Tingkat Inflasi
β1 = Koefisien regresi reputasi Return On Assets (ROA) β2 = Koefisien regresi reputasi Debt to Equity Ratio (DER) β3 = Koefisien regresi Ukuran Perusahaan
β4 = Koefisien regresi Tingkat Inflasi ε = error term
Analisis regresi berganda disamping untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan independen. Jadi analisis regresi berganda merupakan analisa untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel Return on assets (ROA), Debt Equity Ratio (DER), ukuran perusahaan dan inflasi terhadap tingkat underpricing pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia.
Apabila koefisien β bernilai positif (+) maka terjadi pengaruh searah antara variabel independen dengan variabel dependen, demikian pula sebaliknya, bila koefisien β bernilai negatif (-) hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen.
b. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan apakah ada pengaruh yang nyata secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terkait.
t0 = 2
Keterangan :
KKP = Koefeisien Kolerasi Parsial N = banyaknya data
M = banyaknya Variabel
1) H0 : βi ≠ 0. Artinya tidak terdapat pengaruh X1 X2 X3 dan X4 secara parsial terhadap Y
2) H1 : βi ≠ 0. Artinya terdapat pengaruh X1 X2 X3 dan X4 secara parsial terhadap Y
Dasar pengambilan menggunakan angka signifikansi : 1) Apabila angka signifikansi ≥ 0.05, maka H0 diterima.
2) Apabila angka sigfnifikansi < 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima.
c. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah ada pengaruh secara bersama-sama antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X), yaitu pengaruh variabel Return on Assets (ROA), Debt Equity Ratio (DER), Ukuran Perusahaan, dan Inflasi.
Fhit = R2 / k (3.4) ( 1 – R2 ) / ( n – k – 1 ) Keterangan :
Fhit = Nilai hitung
R2 = Koefisien korelasi berganda k = Banyaknya variabel bebas