• Tidak ada hasil yang ditemukan

Internalisasi Panca Jiwa Pondok Pesantren Dalam Membentuk Karakter Tanggung Jawab Santri Di Pondok Pesantren Al-Barokah

BAB I PENDAHULUAN

B. Penyajian data dan Analisis

2. Internalisasi Panca Jiwa Pondok Pesantren Dalam Membentuk Karakter Tanggung Jawab Santri Di Pondok Pesantren Al-Barokah

2. Internalisasi Panca Jiwa Pondok Pesantren Dalam Membentuk

yang ada dipondok dan apabila mereka melanggar maka harus siap menerima konsekuensinya yaitu diberi hukuman.

Untuk panca jiwa pondok pesantren dari jiwa keikhlasan santri di pondok ini dalam melakukan semua kegiatan ataupun tugas-tugas dari pondok harus didasari dengan rasa ikhlas. Misalkan, ikhlas dalam mengemban amanah untuk berorganisasi, mengatur semua kegiatan yang ada dipondok pesantren, dan disetiap bagian mempunyai tugas dan kewajibannya masing-masing. Ikhlas melakukan, ikhlas untuk memimpin dan dipimpin.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh pengasuh pondok pesantren Al-barokah An-nur Khumairoh yaitu :

“dari jiwa keikhlasan, kami banyak memberikan tugas kepada siswa (santri) yang mana tugas tersebut memang ditugaskan untuk santri untuk bisa mereka lakukan dalam kehidupan sehari- hari, contohnya mereka jadi pengurus, tidak hanya jadi pengurus saja merekapun rela yang pengurus siap, rela dan ikhlas untuk berbuat demi menunjang dalam membentuk karakter mereka sendiri sesuai arahan dari para dewan guru (ustad), dan juga dibawahannya juga sebagai adek kelasnya mereka harus berjiwa ikhlas, ikhlas untuk dipimpin oleh kakak kelas, kalau dilihat dari kedewasaan mereka masih labil juga. Pengurus melakukannya sesuai dengan yang sudah ditugaskan meskipun mereka tidak digaji.”82

Pernyataan diatas serupa dengan yang disampaikan oleh ustadz pondok pesantren Al-barokah An-nur Khumairoh yaitu:

“di pondok pesantren ini santri-santri beri tanggung jawab menjadi pengurus organisasi, mereka melakukan apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya, misalnya untuk mengurusi adek kelasnya untuk mentaati semua peraturan-peraturan yang sudah

82 H. Abdul Wasik, Wawancara, Jember, 22 November 2018.

berlaku di pondok. Dan tidak hanya itu untuk kakak kelas diberi amanah untuk mengajar adek kelasnya.”83

Dan hal senada juga disampaikan oleh usatad pondok pesantren Al-barokah An-nur Khumairoh yaitu :

“dipondok pesantren ini santri ketika sudah menginjak kelas IV maka mereka sudah diberi amanah untuk berorganisasi mereka menjadi pengurus untuk membantu kiai dan ustad untuk mengontrol semua kegiatan yang ada dipondok, dan ini merupakan bekal bagi mereka agar kelak mereka ketika menjadi pemimpin dan apapun itu mereka memilki komitmen yang teguh dan kuat dan tidak bisa diganggu oleh siapapun tentang keputusan tersebut.”84

Dan hal ini diperkuat melalui wawancara dengan salah satu pengurus yaitu :

“disini kami diberikan tugas untuk berorganisasi dan mengurus adek kelas (anggota) agar mentaati semua tata tertib yang ada dipondok, meskipun kami tidak diberi upah akan tetapi kami ikhlas karena ini merupakan amanah pondok untuk kami sebagai pengurus.”85

Gambar 4.4

83 Ust. Rohim, Wawancara, Jember, 30 November 2018.

84 Ust Bahir, Wawancara, Jember, 15 Desember 2018.

85 Muhammad Roziqin, Wawancara, Jember, 28 November 2018.

(Salah satu santri yang menjadi piket membersihkan halaman disekitar masjid, kegiatan ini dalam rangka melatih agar santri bertanggung jawab apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya)

Gambar 4.5

(Salah satu pengurus bagian ibadah sedang melaksanakan tugasnya kegiatan ini melatih diri untuk bertanggung jawab apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya)

Berdasarkan data diatas diperkuat dengan observasi yang dilakukan peneliti yaitu mereka diberi tanggung jawab untuk berorganisasi. Santri yang diwajibkan untuk berorganisasi yaitu santri kelas 4-6 sebagai pengurus sedangkan santri dari kelas 1-3 sebagai anggota. Pengurus bertanggung jawab untuk mengatur semua kegiatan yang ada di pondok pesantren sedangkan anggota mereka harus siap untuk melaksanakan semua kegiatan yang ada di pondok. Dan juga pengurus tidak hanya bertanggung jawab dalam berorganisasi akan tetapi mereka juga diamanahakan untuk mengajar.86

86 Observasi pada tanggal 19 November 2018.

Sebagaimana hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh ustad pondok pesantren Al-barokah An-nur Khumairoh :

“santri-santri disini selain mereka tidak hanya diberi tanggung jawab untuk berorganisasi mereka juga diberi tanggung jawab untuk mengajar, hal ini bertujuan untuk menjadi bekal untuk mereka kedepannya dan juga untuk menambah wawasan mereka.”87

Dan hal ini di perkuat dengan melalui wawancara dengan salah satu pengurus yaitu :

“kami sebagai pengurus tidah hanya bertanggung jawab untuk mengurus adek-adek kelas, akan tetapi kami juga diberi tanggung jawab untuk mengajar.”88

Untuk kegiatan mengajar ini dilaksanakan setelah sholat dhuhur sekitar jam 00:01-02:15, mata pelajaran yang di ajarkan antara lain : mata pelajaran imla’, bhs. Inggris, khot dan terjemah, dengan begini santri tidak hanya mempunyai pengalaman dalam berorganisasi, tapi mereka juga mempunyai pengalaman dalam mengajar.

b. Tanggung jawab terhadap keluarga

Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan tanggung jawab santri terhadap bapak, ibu dan keluarganya. Contohnya, bapak dan ibu membiayai pendidikan anaknya agar anaknya menjadi orang yang berpendidikan tinggi. Sedangkan tanggung jawab anak yaitu belajar dengan tekun dan bersungguh-sungguh.

Pendidikan pondok pesantren unggul dengan “full day” 24 jam, santri terlibat secara aktif dan terstruktur dalam semua kegiatan-kegiatan

87 Ust. Rohim, Wawancara, Jember, 30 November 2018.

88 Ikhwan, Wawancara, 28 November, 2018.

pondok pesantren, dengan situasi tersebut sangat mendorong bagi terbangunnya jiwa santri yang bermental “belajar dan bekerja”. Mereka belajar sebagai bentuk tanggung jawab terhadap keluarga dengan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, dan mereka berkerja sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pesantren dalam berorganisasi dan mematuhi semua tata tertib yang ada di pondok pesantren.

Sebagaimana hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu pengurus yaitu :

“tujuan pertama kali saya mondok yaitu untuk menuntut ilmu karena menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap orang, dan yang kedua saya mondok karena ingin mencari pengalaman mengajar.”89

Hal yang serupa juga disampaikan oleh salah satu santri yaitu :

“saya mondok dengan tujuan untuk menuntut ilmu dan mencari pengalaman-pengalaman yang ada dipondok pesantren ini.”90 Berdasarkan data diatas maka dapat dinyatakan bahwa prioritas pertama santri mondok yaitu untuk menuntut ilmu sebagai kewajiban terhadap keluarganya, dan juga untuk mencari pengalaman-pengalaman yang ada di pondok pesantren seperti pengalaman dalam berorganisasi dan pengalaman belajar mengajar.

Dalam pendidikan pembelajaran santri tidak hanya mengkaji kitab klasik saja akan tetapi santri juga mengkaji pelajaran formal, karena pondok pesantren ini memadukan antara pembelajaran klasik dan pembelajaran formal, pondok pesantren sudah memfasilitasi semuanya

89 Muhammad Roziqin, Wawancara, Jember, 28 November 2018.

90 Aqil Hidayatullah, Wawancara, Jember, 28 November 2018.

sesuai dengan yang dibutuhkan oleh santri. Dan pondok pesantren Al- barokah memiliki kegiatan ektrakurikuler seperti kegiatan olahraga, kursus khot dan komputer dan lain-lainnya dalam rangka menambah wawasan santri-santrinya, santri bebas memilih kegiatan ektrakurikuler apa yang sesuai dengan keinginannya.

Sebagaimana yang disampaikan oleh pengasuh pondok pesantren Al-barokah yaitu :

“dari jiwa kebebasan disini kami memberikan waktu selapang- lapangnya kepada santri untuk bisa mengeluarkan kemampuan mereka, mengerkpresikan keinginan mereka dan kecondongan mereka pada apa akan kami berikan, misalkan condong ke olahraga kami sudah siapkan lapangan, condong ke hadrah ataupun tahfid qur’an dan condong kepada apapun akan kami usahakan. Sehingga mereka bisa berfikir saya condongnya kemana maka mereka akan ikuti sesuai dengan keinginan mereka. Dan juga kami sudah siapkan kursus-kursus seperti khot, computer dan lain sebagainya, termasuk kajian-kajian keilmuan pun kami tambahkan sehingga mereka bertambah wawasannya dan bisa membentuk kira-kira masa depan mereka ingin mejadi apa, dan akhirnya mereka bebas dalam menentukan masa depanya masing-masing.”91

Berdasarkan data diatas diperkuat dengan wawancara dan obeservasi maka dapat disimpulkan bahwasanya tanggung jawab santri terhadap diri sendiri yaitu mereka ikhlas dalam mengemban amanah dari pondok pesantren dalam berorganisasi dan melaksanakan semua kegiatan yang ada dipondok, dan mematuhi semua pertauran-peraturan pondok. Sedangkan untuk tanggung jawab terhadap keluarga santri memiliki tanggung jawab dari orang tuanya yang sudah

91 H. Abdul Wasik, Wawancara, Jember, 22 November 2018.

memondokkannya dan menuntut ilmu dengan besungguh-sungguh demi masa depan yang cerah.92

3. Internalisasi Panca Jiwa Pondok Pesantren Dalam Membentuk