• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islam di Nusantara, pengaruhnya kuat di Sumatera dan di Jawa Barat, serta di sepanjang negeri-negeri pesisir, Jawa, Sumatera, dan

Dalam dokumen KEPEMIMPINAN BAHARI (Halaman 102-107)

NII,AI BAI{ARI DAN INTEGRASI NASIONAL Oleh: Nazanrddin Sjarnsuddin

2. Islam di Nusantara, pengaruhnya kuat di Sumatera dan di Jawa Barat, serta di sepanjang negeri-negeri pesisir, Jawa, Sumatera, dan

Selat Makassar,

mewariskan model kepemimpinan

kenahkodaan, egalitarianistik, mewariskan model kepemimpinan yang

otonom

dan

,9:91t, 'r1.,;li:.

tlli;j,i.'tr::tilli

menerima perlindungan dari pimpinan kaum tertua,

berlambang

sepayungan, saparuik di Minangkabau atau anang) sampugi di tana-ugi (Sulsel), dengan kewargaan Bumi Putera, ManjinjingAlam.Raja adil raja disembah, raja

lalim raja

disanggah; bulat kata dalam mufakat,

bulat air

dalam pembuluh. Adat bersendi syarak.

3. Bahari

Nusantara, dengan dasar kepemimpinan yang dapat disebut Achbaemmt Orimted l-eadnship. Kepemimpinan yang berkemampuan oleh pengalaman dan kesiapan berjenjang dari bawah ke atas. Masyarakat terbuka dengan individualitas yang gemar akan persaingan, dan mengacu

pada pembinaan kepribadian mandiri yang berakraban

berdasar kepercayaan dan kesetiaan. Berlambang "Kemudi danJangkar". Disebut juga kepemimpinan Kapitan Lautyangselalu mempersiapkan

diri

untuk

diganti pada waktu nya: Mangele' p as ang Mas s o lomp awo.

Secara berkala datang (air pasang), yang berarti penggantian

(Kedaulatan)

dari

bawah ke atas.

Dan

membawanya kembali kejernihan dari hulu ke bawah.

Indonesio don Kenusonloroqn

Kalau kita merujukpada

UUD

1945, dan kenyataan-kenyataan empirik yang kita (pernah) alami di Tanah

Air

kita ini, maka kita dapat memahami secara mendasar, seperti berikut

ini.

l. UUD

1945, yang sifatnya sangat luwes (flexible) itu dapat digunakan oleh kekuasaan (The Ruling C/ass) menurut keperluannya.

a. Demokrasi parlementer, liberal, bisa

saja terselenggara secara

bergantian antara pemerintahan presidential dengan kabinet

perdana menteri (1945

-

1950).

b.

Demokrasi

terpimpin "boleh luga terjadi"

(1950

-

1955) dalam

kabinet presidential, dengan kepemimpinan tunggal.

c.

Demokrasi Pancasila pun, kini sedang berlangsung, semua berdasar kekuasaan dan "Konsensus" tidak perduli sesuai atau tidak dengan Konstitusi

(UUD 45)itu

sendiri.

2. Kodrat

kebaharian nusantara

kita,

adalah

"grgm

kepulauan", bukan nusa tunggal. Secara kodrati,

ia

dapat diibaratkan sebuah lautan luas (samudera) yang

dilayari (diarungi) oleh

sejumlah

perahu

(armada)

Sil{qya,'W{ !:.W.yiii*El'*lsar*tn :r:lpitust*liinr,K6tauan agnssal

,.'l

j:rlirl:l*i

di bawah pimpinan

seorang

nakhoda laksamana. Setiap perahu

dalam armada itu

juga memiliki

nakhoda

pimpinan

perahu (kapitan) yang menguasai perahu dan isinya (secara

individu)

dan memahami keterhubungan atau keterkaitannya dengan kesatuan

armada

yang

dipimpin

oleh panglima (laksamana) armada.

3.

Kepemimpinan dalam komunitas

bahari

kenusantaraan yang dibagi- bagi ke dalam tugas-tugas khusus (spesialisasi dan diferensiasi) dijaga

terlaksananya dengan keras dan cermat, sehingga terjadi saling

menghargai tugas dan tanggung

jawab

masing-masing, sebagai satu

keseluruhan

tugas-tanggung

jawab yang saling memerlukan

dan

menentukan. Hal itu amat

berbeda

pada

sistem

Kekepalaan

atau Kemaharajaan yang disemangati

oleh

asas manunggaling kawula gusti, yang

tidak

memandang spesialisasi

dan

diferensiasi tugas-tugas

itu

sebagai sesuatu yang

penting

malah cenderung memberi keistimewaan kepada sekelompok warga masyarakat yang menjadi pendukung yang

dipimpinnya

secara langsung,

pemuja

atau

penjilatnya. Karena itu,

model kepemimpinan seperti

itu tak

dapat berkembang, dan

di

sana sukar sekali terjadi suksesi secara aman dan teratur.

Kesimpulon don Soron

Kalau

acuan kita adalah

UUD

1945, secara

"murni

dan konsekuen,"

maka perlu dicermati dengan perhatian sejernihjernihnya, keadaan-ke adaan sebagai berikut.

1.

Pada hakikatnya

UUD

45 disepakati oleh para pemimpin fotatdns) negara

ini,

sebagai

UUD

yang akan dipakai dalam perjuangan revolusi,

untuk

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945.

Karena itu, UUD

45 harus flelribla sehingga mudah disesuaikan bagi keperluan perj ua ngan

/

revolusi, melalui berbagai upaya amandemen. Karena itu, sifat fleksible

itu

secara konsekuen harus diterima sebagaimana aslinya.

2.

Presiden R[, adalah penguasa tunggal; kepala negarajuga menjadi kepala pemerintah (executbe); pembuat undang-undang bersama DPR (lzgisktfu e),

pengayom mahkamah peradilan (fudbatine), dan panglima tertinggi

TM.

3.

\Ahlayah tanah air kita Republik Indonesia, meliputi kawasan yang amat luas dan besar, baik daratan maupun lautan (dua-pertiga luas wilayah

RI

yang 5.176.800 km2 tidak termasuk ZEE, kurang lebih 2,7 jutakrn2

i- i

adalah lautan). Karena itu, sesuai kodrat kebahariannya dan pengalaman terbentuknya wawasan yang berbeda-beda dalam kawasan yang amat luas

itu,

maka

alternatif

yang sesuai dengan kodrat dan pengalaman

kulturalnya itu,

diperlukan penyelenggaraan

otonomi

seluas-luasnya bagi masing-masing kawasan yang berbeda-beda itu. Kawasan-kawasan yang berbeda-beda

itu,

menurut

UUD

45 disebut daerah besar.

Itulah

pelaksana otonomi yang seluas-luasnya yang sesuai dengan pengalaman kultural dan kodrat kewilayahannya, dengan memperhatikan tiga pola

kepemimpinan dari

masing-masing

terbentuk dalam

pengalaman sejarah kebudayaannya

itu,

seperti berikut

ini.

a.

Kepemimpinan manunggaling kawula gusti, pada daerah besar yang menerima

dan

dijadikannya sebagai kepribadian budaya

politik,

untuk bumi putera.

b.

Kepemimpinan sepaltungan ibu pntiuti dengan keluasan otonomi dalam daerah besaq berlambang pa)ung yang mengayomi dengan keteduhan, dalam pengembangan

diri

sesuai kemampuan yang dimilikinya.

c.

Kepemimpinan kapinn laut,pada daerah besar dengan pengutamaan kemampuan berdasar pengalaman, kesetiaan dan kecermatan secara teratur. Ia dilambangkan dengan sebutan tanah aiq yang dipersatukan oleh lautan, dengan ketahanan jangkar dan dinamika layar.

Masing-masing daerah

besar

yang otonom itu, menjadi tempat rekrutmen kepemimpinan

nasional.

Ialah

yang menata, mengurus dan mengembangkan

wilayah bawahannya

masing-masing

dalam kodrat

bhinneka tunggal

ika,

kawasan nusantara. Dengan

pemilihan alternatif

seperti

itu, maka

apa

yang

terasa

"sudah

ada

dan

sedang

bertumbuh

sekarang," pendapat bahwa telah terjadi "penjajahan baru", menggantikan

penjajahan Belanda yang menggunakan politik

deuide et empera,

dan

penjajahanJepang yang

militeristik

dapat

dihindari.

Gejala pmjqjahan baru yang sudah terasa itu oleh kelompok besar dan terkuat yang terdapat dalam Bangsa Indonesia sendiri, yang menempatkan

diri

sebagai superior di atas golongan bangsanya yang lemah dan terasa tertindas itu.

Hal tersebut mengundang terjadinya perpecahan yang amat menakutkan, seperti telah terjadi pada banyak bekas negara besar

di

dunia

ini

sebagai bahagian dari proses globalisasi, dengan bangkitnya nasionalisme kelompok

etnik (ethnic nationalism).

Karena itu,

dengan tetap berpegang teguh pada Pancasila,

UUD

1945 (yang asli), dan kepribadian bhinneka tunggal ika, dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, tumpah darah, tanah aia ibu pertiwi dan bumi putera Indonesia, perlu diterapkan kepemimpinan sebagai berikut.

l. Kepemimpinan nasional dan rekrutmen kepemimpinan

nasional, diteladani semangat kepemimpinan kapitan laut.

2.

Pengembangan dan pembagian wilayah atas daerah besar dan daerah kecil, mengikuti cara pengayoman kepemimpinan sepaltungan bumi putzra, dengan wilayah perkauman yang besar dan kr:cil, sesuai dengan kodrat dan kemampuannya.

3.

Keteguhan ikatan se-tanah air; bumi putera dan ibu pertiwi meneladani keteguhan kepemimpinan manungaling kau,wk gruid mendukung cita-cita persatuan bangsa dalam kesatuan tekad membangun wawasan nusantara.

Demikian uniknya Republik Indonesia,

dengan

karakteristik

yang demikian aneka-ragamnya, tetapi kalau

kita

mampu memanfaatkannya, maka unsur-unsur kebudayaan dari luar pun dapat menjadi ramuan yang kuat

untuk

mengantisipasi arus globalisasi yang melanda

dunia di

abad

XXI

yang sudah mulai berjalan

ini.

Satu masa depan yang sarat dengan tantangan, tetapi menj anj ikan banyak harap an.

Anugerah

Nontji,

Laut Nusantara, Jakarta, l9B7 .

Kotter,

P.

John

and Haskett, James

L.,

Corporate Culture, and Peryformance, 1992.

Mattulada, H.A., "Kepemimpinan dan Demokrasi, Dalam Tradisi

Masyarakat Nusantara", Inntarq

MS

alah llmiah UNHAS,

Th.XXIX,

Makassar, 1993.

Lingkungan Hidup Manusia, Pustaka Sinar Harapan,Jakarta, 1994.

Taliziduhu Ndraha,

Proposal Seminar,

"Membangun Kepemimpinan Bahari,

Sebagai Kekuatan

Alternatif, Kompetitif dan Kooperatif,

memasuki abad

XXl",Jakarta,

I995.

Manqjunen Perguruan, Jakarta, I 988.

Pemb angunan Magt arakaf, Jakarta, I 990.

:

:'.'':'"'

,

[ii$ifitilii$;irl

BUDAYA BAI{ARI DAN

PROSES

PERSATUA}T

Dalam dokumen KEPEMIMPINAN BAHARI (Halaman 102-107)