NII,AI BAI{ARI DAN INTEGRASI NASIONAL Oleh: Nazanrddin Sjarnsuddin
2. Islam di Nusantara, pengaruhnya kuat di Sumatera dan di Jawa Barat, serta di sepanjang negeri-negeri pesisir, Jawa, Sumatera, dan
Selat Makassar,
mewariskan model kepemimpinan
kenahkodaan, egalitarianistik, mewariskan model kepemimpinan yangotonom
dan,9:91t, 'r1.,;li:.
tlli;j,i.'tr::tilli
menerima perlindungan dari pimpinan kaum tertua,
berlambangsepayungan, saparuik di Minangkabau atau anang) sampugi di tana-ugi (Sulsel), dengan kewargaan Bumi Putera, ManjinjingAlam.Raja adil raja disembah, raja
lalim raja
disanggah; bulat kata dalam mufakat,bulat air
dalam pembuluh. Adat bersendi syarak.3. Bahari
Nusantara, dengan dasar kepemimpinan yang dapat disebut Achbaemmt Orimted l-eadnship. Kepemimpinan yang berkemampuan oleh pengalaman dan kesiapan berjenjang dari bawah ke atas. Masyarakat terbuka dengan individualitas yang gemar akan persaingan, dan mengacupada pembinaan kepribadian mandiri yang berakraban
berdasar kepercayaan dan kesetiaan. Berlambang "Kemudi danJangkar". Disebut juga kepemimpinan Kapitan Lautyangselalu mempersiapkandiri
untukdiganti pada waktu nya: Mangele' p as ang Mas s o lomp awo.
Secara berkala datang (air pasang), yang berarti penggantian
(Kedaulatan)dari
bawah ke atas.Dan
membawanya kembali kejernihan dari hulu ke bawah.Indonesio don Kenusonloroqn
Kalau kita merujukpada
UUD
1945, dan kenyataan-kenyataan empirik yang kita (pernah) alami di TanahAir
kita ini, maka kita dapat memahami secara mendasar, seperti berikutini.
l. UUD
1945, yang sifatnya sangat luwes (flexible) itu dapat digunakan oleh kekuasaan (The Ruling C/ass) menurut keperluannya.a. Demokrasi parlementer, liberal, bisa
saja terselenggara secarabergantian antara pemerintahan presidential dengan kabinet
perdana menteri (1945-
1950).b.
Demokrasiterpimpin "boleh luga terjadi"
(1950-
1955) dalamkabinet presidential, dengan kepemimpinan tunggal.
c.
Demokrasi Pancasila pun, kini sedang berlangsung, semua berdasar kekuasaan dan "Konsensus" tidak perduli sesuai atau tidak dengan Konstitusi(UUD 45)itu
sendiri.2. Kodrat
kebaharian nusantarakita,
adalah"grgm
kepulauan", bukan nusa tunggal. Secara kodrati,ia
dapat diibaratkan sebuah lautan luas (samudera) yangdilayari (diarungi) oleh
sejumlahperahu
(armada)Sil{qya,'W{ !:.W.yiii*El'*lsar*tn :r:lpitust*liinr,K6tauan agnssal
,.'l
j:rlirl:l*i
di bawah pimpinan
seorangnakhoda laksamana. Setiap perahu
dalam armada itujuga memiliki
nakhodapimpinan
perahu (kapitan) yang menguasai perahu dan isinya (secaraindividu)
dan memahami keterhubungan atau keterkaitannya dengan kesatuanarmada
yangdipimpin
oleh panglima (laksamana) armada.3.
Kepemimpinan dalam komunitasbahari
kenusantaraan yang dibagi- bagi ke dalam tugas-tugas khusus (spesialisasi dan diferensiasi) dijagaterlaksananya dengan keras dan cermat, sehingga terjadi saling
menghargai tugas dan tanggungjawab
masing-masing, sebagai satukeseluruhan
tugas-tanggungjawab yang saling memerlukan
danmenentukan. Hal itu amat
berbedapada
sistemKekepalaan
atau Kemaharajaan yang disemangatioleh
asas manunggaling kawula gusti, yangtidak
memandang spesialisasidan
diferensiasi tugas-tugasitu
sebagai sesuatu yang
penting
malah cenderung memberi keistimewaan kepada sekelompok warga masyarakat yang menjadi pendukung yangdipimpinnya
secara langsung,pemuja
ataupenjilatnya. Karena itu,
model kepemimpinan sepertiitu tak
dapat berkembang, dandi
sana sukar sekali terjadi suksesi secara aman dan teratur.Kesimpulon don Soron
Kalau
acuan kita adalahUUD
1945, secara"murni
dan konsekuen,"maka perlu dicermati dengan perhatian sejernihjernihnya, keadaan-ke adaan sebagai berikut.
1.
Pada hakikatnyaUUD
45 disepakati oleh para pemimpin fotatdns) negaraini,
sebagaiUUD
yang akan dipakai dalam perjuangan revolusi,untuk
mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945.Karena itu, UUD
45 harus flelribla sehingga mudah disesuaikan bagi keperluan perj ua ngan/
revolusi, melalui berbagai upaya amandemen. Karena itu, sifat fleksible
itu
secara konsekuen harus diterima sebagaimana aslinya.2.
Presiden R[, adalah penguasa tunggal; kepala negarajuga menjadi kepala pemerintah (executbe); pembuat undang-undang bersama DPR (lzgisktfu e),pengayom mahkamah peradilan (fudbatine), dan panglima tertinggi
TM.
3.
\Ahlayah tanah air kita Republik Indonesia, meliputi kawasan yang amat luas dan besar, baik daratan maupun lautan (dua-pertiga luas wilayahRI
yang 5.176.800 km2 tidak termasuk ZEE, kurang lebih 2,7 jutakrn2i- i
adalah lautan). Karena itu, sesuai kodrat kebahariannya dan pengalaman terbentuknya wawasan yang berbeda-beda dalam kawasan yang amat luas
itu,
makaalternatif
yang sesuai dengan kodrat dan pengalamankulturalnya itu,
diperlukan penyelenggaraanotonomi
seluas-luasnya bagi masing-masing kawasan yang berbeda-beda itu. Kawasan-kawasan yang berbeda-bedaitu,
menurutUUD
45 disebut daerah besar.Itulah
pelaksana otonomi yang seluas-luasnya yang sesuai dengan pengalaman kultural dan kodrat kewilayahannya, dengan memperhatikan tiga polakepemimpinan dari
masing-masingterbentuk dalam
pengalaman sejarah kebudayaannyaitu,
seperti berikutini.
a.
Kepemimpinan manunggaling kawula gusti, pada daerah besar yang menerimadan
dijadikannya sebagai kepribadian budayapolitik,
untuk bumi putera.b.
Kepemimpinan sepaltungan ibu pntiuti dengan keluasan otonomi dalam daerah besaq berlambang pa)ung yang mengayomi dengan keteduhan, dalam pengembangandiri
sesuai kemampuan yang dimilikinya.c.
Kepemimpinan kapinn laut,pada daerah besar dengan pengutamaan kemampuan berdasar pengalaman, kesetiaan dan kecermatan secara teratur. Ia dilambangkan dengan sebutan tanah aiq yang dipersatukan oleh lautan, dengan ketahanan jangkar dan dinamika layar.Masing-masing daerah
besaryang otonom itu, menjadi tempat rekrutmen kepemimpinan
nasional.Ialah
yang menata, mengurus dan mengembangkanwilayah bawahannya
masing-masingdalam kodrat
bhinneka tunggalika,
kawasan nusantara. Denganpemilihan alternatif
sepertiitu, maka
apayang
terasa"sudah
adadan
sedangbertumbuh
sekarang," pendapat bahwa telah terjadi "penjajahan baru", menggantikanpenjajahan Belanda yang menggunakan politik
deuide et empera,dan
penjajahanJepang yangmiliteristik
dapatdihindari.
Gejala pmjqjahan baru yang sudah terasa itu oleh kelompok besar dan terkuat yang terdapat dalam Bangsa Indonesia sendiri, yang menempatkandiri
sebagai superior di atas golongan bangsanya yang lemah dan terasa tertindas itu.Hal tersebut mengundang terjadinya perpecahan yang amat menakutkan, seperti telah terjadi pada banyak bekas negara besar
di
duniaini
sebagai bahagian dari proses globalisasi, dengan bangkitnya nasionalisme kelompoketnik (ethnic nationalism).
Karena itu,
dengan tetap berpegang teguh pada Pancasila,UUD
1945 (yang asli), dan kepribadian bhinneka tunggal ika, dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, tumpah darah, tanah aia ibu pertiwi dan bumi putera Indonesia, perlu diterapkan kepemimpinan sebagai berikut.l. Kepemimpinan nasional dan rekrutmen kepemimpinan
nasional, diteladani semangat kepemimpinan kapitan laut.2.
Pengembangan dan pembagian wilayah atas daerah besar dan daerah kecil, mengikuti cara pengayoman kepemimpinan sepaltungan bumi putzra, dengan wilayah perkauman yang besar dan kr:cil, sesuai dengan kodrat dan kemampuannya.3.
Keteguhan ikatan se-tanah air; bumi putera dan ibu pertiwi meneladani keteguhan kepemimpinan manungaling kau,wk gruid mendukung cita-cita persatuan bangsa dalam kesatuan tekad membangun wawasan nusantara.Demikian uniknya Republik Indonesia,
dengankarakteristik
yang demikian aneka-ragamnya, tetapi kalaukita
mampu memanfaatkannya, maka unsur-unsur kebudayaan dari luar pun dapat menjadi ramuan yang kuatuntuk
mengantisipasi arus globalisasi yang melandadunia di
abadXXI
yang sudah mulai berjalanini.
Satu masa depan yang sarat dengan tantangan, tetapi menj anj ikan banyak harap an.Anugerah
Nontji,
Laut Nusantara, Jakarta, l9B7 .Kotter,
P.John
and Haskett, JamesL.,
Corporate Culture, and Peryformance, 1992.Mattulada, H.A., "Kepemimpinan dan Demokrasi, Dalam Tradisi
Masyarakat Nusantara", Inntarq
MS
alah llmiah UNHAS,Th.XXIX,
Makassar, 1993.
Lingkungan Hidup Manusia, Pustaka Sinar Harapan,Jakarta, 1994.
Taliziduhu Ndraha,
Proposal Seminar,"Membangun Kepemimpinan Bahari,
Sebagai KekuatanAlternatif, Kompetitif dan Kooperatif,
memasuki abadXXl",Jakarta,
I995.Manqjunen Perguruan, Jakarta, I 988.
Pemb angunan Magt arakaf, Jakarta, I 990.
: