• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis dan Sumber Data

Dalam dokumen analisis pemberian remisi pada narapidana (Halaman 52-66)

BAB III METODE PENELITIAN

C. Jenis dan Sumber Data

39

40

IIA Sungguminasa dan pihak Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sulawesi Selatan.

b. Data Sekunder, yaitu didapatkan dengan mengkaji dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian baik berupa buku-buku, data dari internet, peraturan perundang-undangan, maupun dari sumber lainnya yang masih berhubungan dengan objek penelitian.

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat yang berasal dari:

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 Tentang Remisi.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Masyarakat.

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan .

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 03 Tahun 2018 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Remisi,

41

Asimilasi, Cuti Mnegunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang tidak mengikat tetapi memberikan penjelasan terkait bahan hukum primer , yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu ,serta buku-buku hasil hasil karya para sarjana, hasil penelitianserta berbagai hasil wawancara yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

3) Bahan Non Hukum, merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Seperti kamus hukum, ensiklopedia, indeks kumulatif, internet dll.

2.Sumber Data

a. Data pada penelitian kepustakaan yaitu data yang diperoleh dari membaca buku-buku,literatur-literatur dari perundang-undangan yang berhubungan dengan penulisan ini.

b. Data pada penelitian lapangan yaitu penulias turun langsung kelapangan mewawancarai narasumber yang mejadi sampel di penelitian ini yaitu Lapas Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

42

E.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini,peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu dengan cara:

1. Studi Kepustakaan yaitu bentuk pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku,literature,mengutip dari perundang-undangan dan bahan kepustakaan lain,dari beberapa buku referensi, artikel-artikel dan beberapa jurnal, arsip, hasil penelitian karya ilmiah,peraturan perundang-undangan, teori-teori, media massa seperti internet dan bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Wawancara, penggunaan teknik ini dilakukan untuk menggali dan mendalami hal-hal yang lebih detail atas suatu permasalahan. Dalam hal ini dilakukan bersama pihak Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa, pihak Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia serta warga binaan pemasyarakatan.

F. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, dalam penelitian data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder maka data tersebut diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data berdasarkan teori sekaligus menjawab permasalahan dalam penulisan atau penelitian ini.

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemberian Remisi pada Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa.

Pemasyarakatan merupakan tahapan terakhir dari sistem peradilan pidana.

Sistem peradilan pidana sendiri terdiri dari 4 (empat) sub-sistem yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Sub-sistem Lembaga Pemasyarakatan sebagai sub-sistem terakhir dari sistem peradilan pidana mempunyai tugas untuk melaksanakan pembinaan terhadap terpidana khususnya pidana pencabutan kemerdekaan. Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Pidana Pemasyarakatan (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyaraatan). Dengan demikian berhasil tidaknya tujuan yang hendak dicapai dalam sistem peradilan pidana, baik tujuan jangka pendek yaitu rehabilitasi dan resosialisasi narapidana, tujuan jangka menengah untuk menekan kejahatan serta tujuan jangka panjang untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang ditentukan/dipengaruhi oleh sub-sub sistem peradilan pidana yang lain selebihnya juga di tentukan oleh pembinaan yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan sebagai pelaksanaan dari pidana pencabutan kemerdekaan, khususnya pidana penjara.

Lembaga Pemasyarakatan sebagai wadah pembinaan narapidana yang berdasarkan sistem pemasyarakatan berupaya untuk mewujudkan pemidanaan

44

Dengan perkataan lain Lembaga Pemasyarakatan melaksanakan rehabilitasi, reduksi, resosialisasi dan perlindungan baik terhadap narapidana serta masyarakat di dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan. Dengan sistem pemasyarakatan sebagai dasar pola pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan diharapkan dapat berhasil dalam mencapai tujuan resosialisasi dan rehabilitasi pelaku tindak pidana/narapidana, maka pada gilirannya akan dapat menekan kejahatan dan pada akhirnya dapat mencapai kesejahteraan sosial seperti tujuan sistem peradilan pidana (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang). Dengan demikian keberhasilan sistem pemasyarakatan di dalam pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan akan berpengaruh pada keberhasilan pencapaian tujuan sistem peradilan pidana.

Dalam rangka mewujudkan tujuan dari sistem pemasyarakatan yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan juga mengatur mengenai pemberian hak-hak warga binaan yang sebagaimana diatur pada Pasal 14, salah satunya mengenai pemberian Remisi pada warga binaan pemasyarakatan. Pemberian remisi sebagaimana dimaksud pada pasal tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan yang mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu dengan aturan yang lebih kompleks.

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa, yang dimana lembaga pemasyarakatan Perempuan ini berlokasi di Jalan Lembaga-Bolangi, Desa Timbuseng, Kecamatan Patalassang, Kabupaten Gowa yang menempati

45

lahan seluas +15.000 m2 dengan Luas Bangunan secara keseluruhan +14.000 m2.

Setelah melalui wawancara bersama bapak Awaluddin Sam,S.H. selaku Kepala Subseksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa pada tanggal 24 November 2020 dan bapak Muhammad Fitrah Hannis selaku Staf Subseksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa menjelaskan bahwa aturan yang menjadi acuan pemberian remisi berdasar atas Dasar Hukum yaitu:

1. Undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

2. Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

3. Peraturan Pemerintah RI No.28 tahun 2006 Tentang Perubahan Atas PP No.32 tahun 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

4. Peraturan Pemerintah RI No. 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

5. Keputusan Presiden RI No.174 Tahun 1999 Tentang Remisi.

6. Keputusan Menteri Hukum Dan Perundang-Undangan RI No:M.09.HN.02.10 Tahun 1999 Tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden RI No.174 Tahun 1999 Tentang Remisi.

Terhitung sampai tanggal 12 September 2020 jumlah warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa sebanyak 265

46

orang dan terkhusus warga binaan narkotika sebanyak 231 orang, termasuk 1 orang warga binaan residivis narkotika dengan masa pidana seumur hidup.

Pelaksanaan pemberian remisi dimulai ketika narapidana telah berada di lembaga pemasyarakatan, narapidana akan di amati oleh tim bagian pengamat atau disebut dengan Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa setelah menjalani 6 (enam) bulan masa tahanan untuk mendaptkan usulan pemberian remisi. Dalam hal pengamatan tersebut bertujuan untuk melihat proses perkembangan narapidana selama berada dilapas guna memenuhi syarat-syarat pelaksanaan pemberian remisi bagi narapidana penyalah gunaan narkotika.

Berikut data penerima remisi selama 3 tahun terakhir:

Besarnya remisi yang diterima warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa berdasarkan pemberian remisi pada Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2012

Tabel 1. Remisi Khusus PP No. 99 Tahun 2012 Pasal 34

Remisi Khusus 2018 2019 2020

Islam 3 12 65

Kristen - 1 -

Hindu - - -

Budha - - -

Jumlah 3 13 65

Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa Pada tabel 1 remisi khusus jumlah penerima remisi pada tahun 2018 bagi penganut agama Islam sebanyak 3 orang, Kristen tidak ada, Hindu tidak ada, dan Budha tidak ada, lalu pada tahun 2019 jumlah penerima remisi yang menangut agama Islam sebanyak 13 orang, Kristen berjumlah 1 orang, Hindu tidak ada, dan

47

Budha tidak ada, kemudian jumlah penerima remisi pada tahun 2020 bagi penganut agama Islam sebanyak 65 orang, Kristen tidak ada, Hindu tidak dan Budha tidak ada. Berdasarkan dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerima remisi khusus pada 3 tahun terakhir terjadi peningkatan penerima remisi bagi penganut agama Islam.

Tabel 2. Remisi Khusus Susulan PP No. 99 Tahun 2012 Pasal 34

Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa Pada tabel 2 remisi khusus susulan, jumlah penerima remisi pada tahun 2018 bagi penganut agama Islam sebanyak 4 orang, Kristen tidak ada, Hindu tidak ada dan Budha tidak ada, lalu pada tahun 2019 jumlah penerima remisi penganut agama Islam sebanyak 17 orang, Kristen tidak ada, Hindu tidak ada, dan Budha tidak ada, dan jumlah penerima remisi bagi penganut agama Islam pada tahun 2020 sebanyak 15 orang, Kristen tidak ada, Hindu tidak ada, dan Budha tidak ada.

Berdasarkan dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerima remisi khusus terjadi pada 3 tahun terakhir terjadi penurunan remisi bagi penganut agama Islam.

Tabel 3. Jenis Remisi PP No. 99 Tahun 2012 Pasal 34

Jenis Remisi 2018 2019 2020

Remisi Umum 8 20 85

Remisi Umum Susulan

1 20 1

Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa Remisi Khusus

susulan

2018 2019 2020

Islam 4 17 15

Kristen - - -

Hindu - - -

Budha - - -

Jumlah 4 17 15

48

Pada tabel 3 remisi umum, jumlah penerima remisi pada tahun 2018 sebanyak 8 orang, pada tahun 2019 jumlah penerima remisi sebanyak 20 orang dan pada tahun 2020 sebanyak 85 orang dan adapun pada tabel remisi umum susulan, dapat dilihat pada tahun 2018 jumlah penerima remisi hanya 1 orang saja, pada tahun 2019 jumlah penerima remisi sebanyak 20 orang dan pada tahun 2020 jumlah penerima remisi hanya 1 orang saja. Berdasarkan dari kedua data remisi tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah penerima remisi umum terjadi peningkatan penerima remisi sedangkan pada remisi umum susulan terjadi fluktuasi.

Besarnya remisi yang diterima warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.99 Tahun 2012 Pasal 34 A ayat (1) Tahun 2012

Tabel 4. Remisi Khusus PP No. 99 Tahun 2012 Pasal 34A

Remisi Khusus 2018 2019 2020

Islam 9 46 73

Kristen - - -

Hindu - - -

Budha - 1 1

Jumlah 9 47 74

Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa Tabel 4 remisi khusus jumlah penerima remisi pada tahun 2018 bagi penganut agama Islam sebanyak 9 orang, Kristen tidak ada, Hindu tidak ada, dan Budha tidaka ada, lalu pada tahun 2019 jumlah penerima remisi bagi penganut agama Islam sebanyak 47 orang, Kristen tidak ada, Hindu tidak ada, dan Budha1 orang, kemudian pada tahun 2020 jumlah penerima remisi bagi penganut agama Islam sebanyak 74 orang, Kristen tidaka ada, Hindu tidak ada, dan Budha 1 orang.

49

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada 3 tahun terakhir terjadi peningkatan penerima remisi bagi penganut agama Islam dan Budha.

Tabel 5. Remisi Khusus Susulan PP No. 99 Tahun 2012 Pasal 34A Remisi Khusus

Susulan

2018 2019 2020

Islam 11 17 22

Kristen 1 - -

Hindu - - -

Budha 1 - -

Jumlah 13 17 22

Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa Tabel 5 remisi khusus susulan jumlah penerima remisi pada tahun 2018 bagi penganut agama Islam sebanyak 13 orang, Kristen 1 orang, Hindu tidak ada, dan Budha 1 orang, lalu pada tahun 2019 jumlah penerima remisi penganut aagama Islam sebanyak 17 orang, Kristen tidak ada , Hindu tidak ada, dan Budha tidak ada, kemudian pada tahun 2020 jumlah penerima remisi bagi penganut agama Islam sebanyak 22 orang, Kristen tidak ada, Hindu tidak ada dan Budha tidak ada.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada 3 tahun terakhir terjadi peningkatan penerima remisi khusus susulan bagi penganut agama Islam dan Penurunan penerima remisi bagi penganut agama Kristen dan Budha.

Tabel 6. Jenis Remisi PP No. 99 Tahun 2012 Pasal 34A

Jenis Remisi 2018 2019 2020

Remisi Umum 16 62 90

Remisi Umum Susulan

15 7 3

Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa Tabel 6 remisi umum jumlah penerima remisi pada tahun 2018 sebanyak 16 orang, pada tahun 2019 jumlah penerima remisi sebanyak 62 orang dan pada

50

tahun 2020 jumlah penerima remisi sebanyak 90 orang dan adapun pada tabel remisi umum susulan, dapat dilihat pada tahun 2018 jumlah penerima remisi sebanyak 15 orang, pada tahun 2019 jumlah penerima remisi sebanyak 7 orang dan pada tahun 2020 jumlah penerima remisi sebanyak 3 orang. Berdasarkan dari kedua data remisi tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah penerima remisi umum terjadi peningkatan penerima remisi sedangkan pada remisi umum susulan terjadi penurunan penerima remisi.

Tabel 7. Kalkulasi Penerima Remisi 3 Tahun Terakhir

Dasar Hukum 2018 2019 2020

PP 99 Tahun 2012 16 70 166

PP 99 Tahun 2012 Pasal 34 A

53 133 189

Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa Berdasarkan tabel 7 pemberian remisi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 , jumlah penerima remisi pada tahun 2018 sebanyak 16 orang, pada tahun 2019 sebanyak 70 orang dan pada tahun 2020 sebanyak 166 orang. Dan pemberian remisi sesuai PP 99 Tahun 2012 Pasal 34 A Ayat (1) jumlah penerima remisi pada tahun 2018 sebanyak 53 orang, pada tahun 2017 sebanyak 133 orang, dan pada tahun 2020 penerima remisi sebanyak 189 orang. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerima remisi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 dan Peraturan Pemerintah Nmomor 99 Tahun 2012 Pasal 34 A Ayat (1) pada 3 tahun terakhir terjadi peningkatan.

51

Pemberian remisi yang paling sering di berikan yaitu Remisi Umum yang mana diberikan pada warga binaan setiap Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus, kemudian Remisi Khusus yang diberikan pada warga binaan setiap perayaan Hari Besar Keagamaan.

Pemberian remisi dilembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa yang diatur pada PP Nomor 99 Tahun 2012 yang masa pidananya 5 tahun ke atas, jika mempunyai justice collabolator (surat keterangan bersedia bekerja sama dengan penegak hukum) maka bisa mendapatkan remisi secara normal, dalam arti di usulkan oleh pejabat lembaga pemasyarakatan. Namun jika tidak memiliki justice maka warga binaan bisa mendapatkan remisi setelah menjalani 1/3 masa pidana dari hukuman yang di jatuhkan, jika justice ditolak oleh penyidik maka warga binaan tidak berhak untuk mendapatkan remisi pada waktu itu. Terkait juga dengan waktu dan jumlah pemberian remisipun dilaksanakan sesuai Kepres Nomor 174 Tahun 1999 tentang remisi yang dimana pembagian besaran jumlah dan waktu pemberian remisi diatur secara diatur secara kompleks.

Dalam hal pemberian remisi juga terdapat konsekuensi bagi warga binaan yang melakukan pelanggaran yaitu dengan diberikan hukuman biasa (isolasi/sel merah) dan diterbitkan register F ( surat pelanggaran) setelah 9 bulan. Jika dalam pembinaan warga binaan melakukan pelanggaran maka tidak akan diusulkan remisi, namun setelah Register F berakhir maka akan diusulkan kembali.

Warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa setelah dilakukan wawancara mengenai pemberian remisi, terdapat

52

beberapa hal yang penulis dapatkan dari penjelasan 3 orang warga binaan tersebut. Warga binaan dengan inisial HP dan KAR memahami tentang remisi merupakan pengurangan masa tahanan, serta mengetahui prosedur pemberian remisi. Adapun MJ mengetahui remisi hanya sekedar proses yang terdapat di Lembaga Pemasyarakatan, tanpa mengetahui secara utuh tentang apa itu remisi dan bagaimana syarat untuk mendapatkan remisi.

Adapun mengenai sosialisasi oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan tentang pemberian remisi kepada warga binaan telah dilakukan kepada warga binaan pada saat warga binaan tersebut di terima oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa, selama masa tahanan yang dijalani warga binaan, pihak Lembaga Pemasyarakatan tetap mengadakan sosialisasi tentang pemberian remisi kepada warga binaan dan juga terdapat papan informasi seputar remisi beserta syarat dan prosedur pemberian remisi yang sengaja di pasang di wartel (warung telpon) yang berada di dalam kawasan area warga binaan berkumpul dan selalu di kunjungi agar warga binaan dengan mudah melihat informasi tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat pemberian remisi sebagaimana yang telah diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 telah terpenuhi dan dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. Pengusulan remisi dilakukan oleh subseksi registrasi lembaga pemasyarakatan dan tim pengamat lembaga pemasyarakatan dalam hal ini Kepala Lembaga Pemasyarakatan Perempuan

53

menyetujui usulan pemberian remisi tersebut, sebagaimana dimaksud terhitung sejak tanggal usulan remisi diterima oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa. Kemudian Kepala Lembaga Pemasyarakatan Perempuan menyampaikan usulan pemeberian remisi kepada Direktur Jendral dengan tembusan Kepala Kantor Wilayah. Setelah usulam pemberian remisi di verifikasi oleh Kepala Kantor Wilayah lalu diteruskan kepada Direktur Jendral. Setelah usulan pemberian remisi diverifikasi oleh Direktur Jendral dan disetujui kemudian Direktur Jendral atas nama Menteri menetakan keputusan pemberian remisi yang kemudian di kembalikan kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan untuk diberitahukan kepada warga binaan pemasyarakatan melalui tembusan Kepala Kantor Wilayah.

B. Hambatan pemberian Remisi terhadap Narapidana Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Muhammad Fitrah Hannis62 selaku Staf Subseksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa dalam pemberian remisi terdapat juga hal-hal yang menghambat pemberian remisi pada warga binaan narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa yaitu:

1. Tidak melengkapi berkas-berkas prosedur dalam pengajuan usulan pemberian remisi, yaitu:

a. Fotokopi putusan hakim dalam putusan pengadilan

62Wawancara dengan Bapak Muhammad Fitrah bagian stap sub seksi registrasi pada tanggal 24 November 2020

54

b. Berita acara pelaksanaan putusan pengadilan c. Surat Penahanan Awal

d. Surat Justice Collabolator (JC) keterangan bersedia bekerjasama untuk membantu membongkar tindak pidana yang dilakukannya yang ditetapkan oleh instansi penegak hukum (khusus warga binaan yang terjerat PP 99 Tahun 2012 Pasal 34A )

e. Surat keterangan tidak sedang menjalani kurungan pengganti denda f. Surat keterangan tidak sedang menjalani Cuti Menjelang Bebas

g. Laporan perkembangan pembinaan yang di tanda tangani oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan

2. Terbit Surat Register F , yaitu surat pelanggaran yang dilakukan oleh warga binaan.

3. Surat daftar perubahan (rincian remisi yang pernah diterima)

Serta penulis juga melakukan wawancara dengan Bapak Wawan Adiputra selaku Pelaksana Sub Bidang Pembinaan Teknologi Informasi dan Kerjasama Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 21 Desember 202063, mengatakan terkait dengan pengusulan remisi yang diajukan oleh Lembaga Pemasyarakatan ke Direktur Jenderal melalui tembusan Kantor Wilayah bahwa setiap pengusulan yang diajukan oleh Lembaga Pemasyarakatan 2 bulan sebelum pemberian remisi karena masih harus melalui proses yang panjang, pengusulan remisi yang diajukan oleh pihaka Lembaga Pemasyarakatan akan di verifikasi di Kantor Wilayah terlebih dahulu, jika ternyata berkas-berkas

63 Wawancara dengan bapak Wawan Adi Putra Bagian Sub Bidang Pembinaan Teknologi Informasi dan Kerjasama pada tanggal 21 Desember 2020

55

pengusulan tidak lengkap maka dibuatkan pernyataan bahwa berkas salah/tidak lengkap lalu di teruskan ke Direktur Jenderal , kemudian Direktur Jenderal memverifikasi lagi berkas yang telah dikirim oleh pihak Kantor Wilayah, apakah berkas yang dikirim benar tidak lengkap atau sudah benar/lengkap. Setelah melalui verifikasi Direktur Jenderal maka di kembalikan ke Lembaga Pemasyarakatan melalui tembusan Kantor Wilayah. Bapak wawan juga menyebutkan berkas yang harus di lengkapi dalam pengusulan remisi yaitu sebagai berikut:

1. Kutipan Putusan Hakim dalam Putusan Pengadilan 2. Berita Acara Pelaksanaan Putusan Pengadilan 3. Surat Penahanan Awal

4. Surat keteranagn tidak sedang menjalani kurungan pengganti denda 5. Surat keterangan tidak sedang menjalani Cuti Menjelang Bebas 6. Keterangan Ekspirasi

7. Salinan Register F (Surat Pelanggaran)

8. Salinan Daftar Perubahan (rincian remisi yang telah diterima)

9. Laporan perkembangan pembinaan yang di tanda tangani oleh Kepala Lembag Pemasyaakatan

10. Surat Justice Collabolator (JC) atau keteranagn bersedia untuk bekerjasama untuk membantu membongkar tindak pidana yang dilakukan yang ditetapkan oleh Instansi Penegak Hukum (khusus Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Pasal 34A)

11. Surat Keterangan Operator (tidak mutlak)

56

Syarat-syarat pengusulan remisi dilakukan melalui Sistem Database Pemasyarakatan (SDP). Pihak Kanwil juga kadang memberi kelonggaran pada pihak Lapas untuk memperbaiki kelengkapan berkas yang dinyatakan tidak lengkap lalu diusulkan kembali.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa dengan adanya pemberian remisi diharapkan dapat menjadi pemicu sekaligus sebagai motivasi bagi para warga Binaan Masyarakat yang masih menjalani pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan, yang dimana ini juga merupakan salah satu fasilitas pembinaan yang diberikan kepada warga binaan pemasyarakatan dalam rangka mencapai tujuan pemasyarakatan dan juga mempersingkat masa penahanan warga binaan. Terkait mengenai hambatan dalam pemberian remisi, pihak Lembaga Pemasyarakatan dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sul-Sel telah menjalankannya sesuai dengan alur pemberian remisi tanpa adanya diskriminasi, dan untuk pihak Lembaga Pemasyarakatan agar lebih detail dalam mengirim berkas pengajuan pengusulan remisi warga binaan. .

57 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:

1. Pelaksanakan hak narapidana narkotika berupa remisi di lembaga pemasyarakatan berpedoman pada peraturan perundangan-perundangan yang berlaku sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan Pelaksanaan pemberian remisi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sungguminasa telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Narapidana narkotika yang diusulkan untuk mendapatkan remisi disetujui permohonannya selama narapidana tersebut telah menjalani masa pidana selama 6 bulan, berkelakuan baik dan bersedia membatu penegak hukum dalam membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya

2. Faktor penghambat dalam pemberian remisi di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa, berkaitan dengan kelengkapan berkas- berkas dalam pengusulan pemberian remisi dan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh warga binaan pemasyarakatan selama menjalani masa pidana.

Dalam dokumen analisis pemberian remisi pada narapidana (Halaman 52-66)

Dokumen terkait