• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tindak Pidana

3. Jenis-jenis Tindak Pidana

Pada umumnya para ahli hukum pidana telah mengadakan pembedaan antara berbagai macam jenis tindak pidana (delik). Dibawah ini akan disebut berbagai pembagian jenis delik:

a. Menurut sistem KUHP

1) Kejahatan (Rechtdelicten) Ialah yang perbuatan yang bertentangan dengan keadilan, terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalam suatu undang-undang atau tidak, jadi yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai bertentangan dengan keadilan misal: pembunuhan, pencurian. Delik-delik semacam ini disebut kejahatan.

2) Pelanggaran (Wetsdelicten) Ialah perbuatan yang oleh umum baru disadari sebagai tindak pidana karena undang-undang menyebutkannya sebagai delik, jadi karena ada undang-undang

mengancamnya dengan pidana. Misal: memarkir mobil di sebelah kanan jalan (mala quia prohibita). Delik-delik semacam ini disebut pelanggaran.

b. Menurut cara merumuskannya

1) Delik formil itu adalah delik yang perumusannya dititikberatkan kepada perbuatan yang dilarang. Tindak pidana formil tidak memperhatikan dan atau tidak memerlukan timbulnya suatu akibat tertentu dari perbuatan sebagai syarat penyelesaian tindak pidana, melainkan pada perbuatannya. Misalnya Misal: penghasutan (pasal 160 KUHP)

2) Delik materiil adalah delik yang perumusannya dititikberatkan kepada akibat yang tidak dikehendaki (dilarang). Delik ini baru selesai apabila akibat yang tidak dikehendaki itu telah terjadi.

Kalau belum maka paling banyak hanya ada pencobaan. Misal:

pembakaran (pasal 187 KUHP), penipuan (pasal 378 KUHP), pembunuhan (pasal 338 KUHP).

c. Berdasarkan macam perbuatannya

1) Delik commisionis: delik yang berupa pelanggaran terhadap perintah, ialah tindak melakukan sesuatu yang diperhatikan, yang diharuskan. Misalnya tidak menghadap sebagai saksi di muka pengadilan (pasal 522 KUHP).

2) Delik commisionis per ommisionen commissa: delik yang berupa pelanggaran larangan (dus delik commissionis), akan tetapi dapat

23

dilakukan dengan cara tidak berbuat. Misal: seorang ibu yang membunuh anaknya dengan tidak memberi air susu (pasal 338, 340 KUHP).

d. Berdasarkan bentuk kesalahan

1) Delik dolus ialah delik yang memuat unsur kesengajaan. Misal pasal 197 KUHP.

2) Delik culpa ialah delik yang memuat kealpaan sebagai salah satu unsur misal: pasal 197 KUHP.

e. Dari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan

1) Delik tunggal dan delik berangkai (enkelvoudige en samebge-steld delicten) Delik tunggal: delik yang cukup dilakukan dengan perbuatan satu kali.

2) Delik berangkai: delik yang baru merupakan delik, apabila dilakukan beberapa kali perbuatan, misal: pasal 481 (penandaan sebagai kebiasaan).

f. Delik yang berlangsung dan delik selesai

1) Delik yang berlangsung terus: delik yang mempunyai ciri bahwa keadaan terlarang itu berlangsung terus, misal: merampas kemerdekaan seseorang (pasal 333 KUHP).

2) Delik selesai: biasanya suatu tindak pidana ada saat permulaan dan ada saat berhentinya, oleh karena perbuatan yang dilarang sudah selesai.

g. Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam hal penuntutan

1) Delik aduan ialah delik yang penuntutannya hanya dilakukan apabila ada pengaduan dari pihak yang terkena (gelaedeerde partij) misal: penghinaan (Pasal 310 dst. Jo 319 KUHP) perzinahan (pasal 284 KUHP). Delik aduan dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Delik aduan yang absolut, ialah misal: pasal 332. Delik-delik ini menurut sifatnya hanya dapat dituntut berdasarkan pengaduan.

b) Delik aduan yang relative ialah misal: pasal 367, disebut relative karena delik-delik ini ada hubungan istimewa antara si pembuat dan orang yang terkena.

h. Delik sederhana dan delik yang ada peringatannya

1) Delik yang ada pemberatnya, misal: penganiayaan yang menyebabkan luka berat atau matinya orang (Pasal 351 ayat 2,3 KUHP), pencurian pada waktu malam hari dan sebagainya (pasal 363). Ada delik yang ancaman pidananya diperingan karena dilakukan dalam keadaan tertentu, misal: pembunuhan kanak- kanak (pasal 341 KUHP).

B. Tinjauan Umum Narkotika 1. Pengertian Narkotika

Narkotika dan psikotropika adalah dua zat yang berbeda. Narkotika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan syaraf pusat (SSP) dan mempunyai “efek utama” terhadap perubahan kesadaran atau membuat terjadinya penurunan kesadaran, hilangnya rasa, dan mengurangi

25

sampai menghilangkan rasa nyeri, digunakan untuk analgesik (rasa senang yang berlebihan pada manusia), antitusif (obat yang menekan refleks batuk, digunakan pada gangguan saluran nafas yang tidak produktif dan batuk akibat teriritasi, yang diindikasikan untuk mengurangi frekuensi batuk. Bekerjanya berdasarkan penekanan pusat batuk secara langsung), antispasmodic (obat yang membantu mengurangi atau menghentikan kejang otot di usus.Yang digunakan untuk menurunkan tegangan tinggi jaringan otot polos), premedikasi (suatu tindakan pemberian obat untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar sehingga memungkinkan dimulainya anastesi dan pembedahan, yang bertujuan meredakan kecemasan dan ketakutan), anastesi (peristiwa hilangnya sensasi, perasaan, dan nyeri, bahkan hilangnya kesadaran sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan pembedahan).23

Secara umum yang dimaksud dengan Narkotika adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh pengaruh tertentu bagi orang-orang yang menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke dalam tubuh.

Istilah narkotika yang dipergunakan di sini bukanlah narcotics pada farmacologie (farmasi), melainkan sama artinya dengan "drug", yaitu sejenis zat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh pengaruh tertentu pada tubuh SI pemakai, yaitu:

a. Mempengaruhi kesadaran;

23Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, hlm. 1-2.

b. Memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia;

c. Pengaruh pengaruh tersebut dapat berupa: Penenang, perangsang, menimbulkan halusinasi.

Pada mulanya zat narkotika ditemukan orang yang penggunaannya ditunjukkan untuk kepentingan umat manusia, khususnya di bidang pengobatan. Dengan berkembang pesat industri obat obatan dewasa ini, maka kategori jenis zat-zat narkotika semakin meluas pula seperti halnya yang tertera dalam lampiran Undang-Undang Narkotika No. 22 Tahun 1997. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, makalah obat obat semacam narkotika berkembang pula cara pengolahannya.

Zat-zat narkotika yang semula ditunjukkan untuk kepentingan pengobatan namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya perkembangan teknologi obat-obatan maka jenis jenis narkotika dapat diolah sedemikian banyak seperti yang terdapat pada saat ini, serta dapat pula disalahgunakan fungsinya yang bukan lagi untuk kepentingan di bidang pengobatan, bahkan sudah mengancam kelangsungan eksistensi generasi suatu bangsa.24

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika memberikan pengertian bahwa Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang

Dokumen terkait