BAB II TINJUAN PUSTAKA
E. Narkotika Dalam Perspektif Islam
47
2. Imam Abu Daud meriwayatkan dari Ummu Salamah mengatakan,
"Rasulullah SAW melarang segala sesuatu yang memabukkan dan melemahkan (menjadikan lemah)." (HR Abu Daud).
Dalam hadist ini disebut dengan istilah al-mufattir, yaitu sesuatu yang menjadikan tubuh loyo atau tidak bertenaga. Larangan dalam hadis ini untuk mengharamkan karena itulah hukum asal bagi suatu larangan. Selain itu, juga disebabkan dirangkaikannya antara yang memabukkan yang telah disepakati keharamannya dan mufattir.
Alasan selanjutnya, jika benda-benda tersebut seandainya tidak termasuk dalam kategori memabukkan dan melemahkan, ia termasuk dalam jenis khabaits (sesuatu yang buruk) dan membahayakan. Islam mengharamkan memakan sesuatu yang buruk dan membahayakan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-A`raf ayat 157 yang berbunyi sebagai berikut:
ٱ ٱ ٱ ٱ ٱ ۥ ٱ ٱ ٱ ٱ ٱ ٱ ٱ ٱ ٱ ۦ ٱ ٱ ٱ ۥ ٱ
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. Memuliakan nya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Rasulullah SAW juga bersabda: “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh memberi bahaya (mudarat) kepada orang lain." (HR Ahmad, Ibnu Majah). Dalam surat An-Nisa 29 juga menjelaskan yang berbunyi:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.”
Dan surat Al-Baqarah ayat 195 juga menjelaskan yang berbunyi:
49
Artinya: “Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Pelaku dan pengedar narkoba lebih layak mendapatkan hukuman qishash dibandingkan orang yang membunuh seorang atau dua orang manusia.
Ibnu Taimiyah pernah ditanya mengenai apa yang wajib diberlakukan terhadap orang yang mengisap ganja dan orang yang mendakwakan bahwa semua itu jaiz, halal, dan mubah. Memakan (mengisap) ganja yang keras ini terhukum haram, ia termasuk seburuk-buruk benda kotor yang diharamkan. Sama saja hukumnya, sedikit atau banyak, tetapi mengisap dalam jumlah banyak dan memabukkan adalah haram menurut kesepakatan kaum Muslim, jelas Ibnu Taimiyah.
Sedangkan, orang yang menganggap bahwa ganja halal, menurut Ibnu Taimiyah, maka dia terhukum kafir dan diminta agar bertobat. Jika ia bertobat maka selesailah urusannya, tetapi jika tidak mau bertobat maka dia harus dibunuh sebagai orang kafir murtad, yang tidak perlu dimandikan jenazahnya, tidak perlu dishalati, dan tidak boleh dikubur di pemakaman kaum Muslim.
Sebagian orang salaf pernah ada yang berprasangka bahwa khamar itu mubah bagi orang-orang tertentu karena menakwilkan firman Allah SWT, dalam surat Al-Maidah ayat 93
ࣖ
Artinya: "Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman dan mengerjakan amalan- amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan." (QS al-Ma'idah [5]: 93).
Ketika kasus ini dibawa kepada Umar bin Khattab dan dimusyawarahkan dengan beberapa orang sahabat, sepakatlah Umar dengan Ali dan para sahabat lainnya bahwa apabila orang yang meminum khamar masih mengakui sebagai perbuatan haram, mereka dijatuhi hukuman dera. Tetapi, jika terus saja meminumnya karena menganggapnya halal, mereka dijatuhi hukuman mati.
Demikian pula dengan ganja, barang siapa yang berkeyakinan bahwa ganja haram tetapi ia menghisapnya, ia dijatuhi hukuman dera dengan cemeti sebanyak 80 kali atau 40 kali, dan ini merupakan hukuman yang tepat.
Sebagian fuqaha memang tidak menetapkan hukuman dera karena mereka mengira bahwa ganja dapat menghilangkan akal, tetapi tidak memabukkan, seperti al-banj (jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat membius), dan sejenisnya yang dapat menutup akal, tetapi tidak memabukkan. Meskipun demikian, semua itu adalah haram menurut kesepakatan kaum Muslim.
51
Barang siapa menghisapnya dan memabukkan, maka ia dijatuhi hukuman dera seperti meminum khamar, tetapi jika tidak memabukkan maka penghisapnya dijatuhi hukuman takzir yang lebih ringan daripada hukuman jald (dera). Tetapi, orang yang menganggap hal itu halal, maka dia adalah kafir dan harus dijatuhi hukuman mati.
Hal yang benar, ganja itu memabukkan seperti minuman keras karena pengisapnya menjadi kecanduan terhadapnya dan terus memperbanyak (mengisapnya banyak-banyak). Berbeda dengan al-banj dan lainnya yang tidak menjadikan kecanduan dan tidak digemari. Kaidah syariat menetapkan bahwa barang-barang haram yang digemari nafsu, seperti khamar dan zina, maka pelakunya dikenai hukum had, sedangkan yang tidak digemari oleh nafsu, seperti bangkai, maka pelakunya dikenai hukum takzir.
Ganja ini termasuk barang haram yang digemari oleh pengisapnya dan sulit untuk ditinggalkan. Nas-nas Alquran dan sunnah mengharamkan atas orang yang berusaha memperoleh sesuatu yang haram sebagaimana terhadap barang lainnya. Menghisap ganja sedikit akan mendorong si penghisap untuk meraih lebih banyak lagi seperti halnya minuman yang memabukkan dan orang yang sudah terbiasa menghisap ganja akan sangat sulit untuk meninggalkannya, bahkan lebih sulit daripada meninggalkan khamar. Karena itu, bahaya ganja dari satu segi lebih besar daripada bahaya khamar. Maka para fuqaha bersepakat
bahwa pengisap ganja wajib dijatuhi hukum had (hukuman yang pasti bentuk
dan bilangannya) sebagaimana halnya khamar.37
37https://republika.co.id/berita/no0x0828/narkotika-dalam-fikih-islam/diakses tanggal 25 Juli jam 19:12 WIB
52