• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul melalui tes hasil belajar, lembar aktivitas siswa, lembar keterlaksanaan pembelajaran dan angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan kontekstual akan diawali dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif sedangkan untuk pengujian hipotesis digunakan statistik inferensial.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Sugiyono (2013:207) menyatakan bahwa “statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum ataugeneralisasi”.

a. Analisis ketuntasan hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan pemahaman materi matematika siswa setelah diterapkan pendekatan kontekstual. Data mengenai hasil belajar matematika siswa digambarkan mengenai nilai rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi.

Tabel 3.1 Kategorisasi Standar nilai peserta didik sesuai dengan permendikbud No. 81 A Tahun 2013

No Skor Kategori

1 Skor ≤1,33 Kurang

2 1,33<skor≤2,33 Cukup

3 2,33<skor≤3,33 Baik

4 3,33<skor≤4, 00 Sangat baik

Hasil belajar siswa juga diarahkan pada pencapaian hasil belajar secara individual. Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas di kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa apabila memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah yakni 3. Sedangkan suatu kelas disebut telah tuntas belajar bila di kelas tersebut telah terdapat minimal 85% yang telah mencapai tuntas perorangan yakni 3.

Tabel 3.2 Kategorisasi StandarKetuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

Skor Kategorisasi

0≤ <2,8 Tidak Tuntas

2,8≤ ≤4 Tuntas

Rumus skor akhir = 4

b. Analisis data aktivitas siswa

Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dianalisis dengan menggunakan persentase. Persentase pengamatan aktivitas siswa yaitu:

ℎ × 100%

Kriteria keberhasilan aktivitas siswa dalam penelitian ini ditunjukkan dengan sekurang-kurangnya 75% siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran baik aktivitas yang bersifat fisik ataupun mental.

c. Analisis data keterlaksanaan pembelajaran

Analisis dilakukan terhadap hasil penilaian dari seorang observer yang mengamati aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung melalui

penerapan pendekatan kontekstual. Pengamatan dilakukan terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan tiap-tiap komponen dari pendekatan kontekstual. Dari hasil observasi selama 3 kali pertemuan, ditentukan nilai rata-rata kegiatan guru (KG) dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Nilai KG ini selanjutnya dikonfirmasikan dengan interval penentuan kategori kemampuan guru mengelolah pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan kontekstual yaitu:

Tabel 3.3 Kategori Kemampuan Guru Mengelolah Pembelajaran

Interval Kategori

3,5≤KG≤4 2,5≤KG<3,5

1,5≤KG<2,5 KG<1,5

Sangat Baik (SB) Baik (B) Sedang (S) Rendah (R) Sumber: (Farhan, 2013)

Kemampuan guru mengelolah pembelajaran dikatakan efektif jika rata- rata skor dari setiap aspek yang dinilai berada pada kategori baik atau sangat baik.

d. Analisis data respon siswa

Data tentang respon siswa yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan persentase. Persentase dari setiap respon siswa dihitung dengan rumus:

%

100 siswa

seluruh Jumlah

muncul yang

aspek tiap siswa respon Jumlah

Respon siswa dikatakan efektif jika rata-rata jawaban siswa terhadap pernyataan aspek positif diperoleh persentase≥ 80%.

2. Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Teknik statistik ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum menguji hipotesis penelitian, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan uji Anderson Darly atau Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05,

dengan syarat:

Jika Pvalue = 0,05 maka distribusinya adalah normal.

Jika Pvalue≤ α= 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Uji kesamaan dua varians (homogenitas) digunakan untuk menguji apakah kedua data yang diperoleh homogen. Yaitu dengan membandingkan kedua variannya. Dalam artian bahwa apabila data yang diperoleh homogeny maka kelompok-kelompok sampel berasal dari populasi yang sama.

Pengujian ini juga dilakukan untuk mengetahui uji t-test komparatif yang akan digunakan, apakah rumus yang akan digunakan separated varians atau polled varians. Untuk pengujian tersebut digunakan uji F atau uji Levenne.

Jika P > maka data homogen.

Jika P < maka data tidak homogen.

c. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui dugaan sementara yang dirumuskan dalam hipotesis penelitian dengan menggunakan uji dua pihak.

H0: B 0 melawan H1: B> 0 Dimana B = post- pre

Keterangan:

pre = Skor rata-rata hasil belajar siswa sebelum menerapkan pendekatan kontekstual.

post = Skor rata-rata hasil belajar siswa setelah menerapkan pendekatan kontekstual.

Untuk pengujian ini digunakan uji t-test untuk dua sampel dengan kriteria:

Terima H0jika P  = 0,05 dan Tolak H0jika P < = 0,05

Jika skala interval dan skala rasio dengan ukuran sampel relatif besar (n > 30) maka statistik parametrik merupakan metode analisis data yang tepat, dengan disertai asumsi bahwa distribusi populasi datanya normal.

Jika tidak menggunakan asumsi normalitas, penggunaan statistik non parametrik merupakan metode analisis yang tepat untuk menganalisis data interval dan rasio. Adapun statistik non parametrik ini merupakan metode yang relevan untuk menganalisis data penelitian yang menggunakan skala nominal dan ordinal.

34 A. Hasil Penelitian

Sebagaimana telah diuraikan pada Bab I bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan pembelajaran matematika melaui pendekatan Kontekstual pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika melalui pendekatan Kontekstual pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa, dilakukan prosedur penelitian eksperimen dan analisis data hasil penelitian dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan teknik analisis inferensial. Hasil analisis dari keduanya diuraikan sebagai berikut:

1. Hasil Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik subjek penelitian sebelum dan sesudah pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan Kontekstual, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan Kontekstual, aktivitas siswa selama proses pembelajaran, serta respons siswa terhadap pendekatan Kontekstual pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

Deskripsi masing-masing hasil analisis tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Deskripsi Hasil Belajar Siswa sebelum Penerapan pendekatan Kontekstual (Pretest)

SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa disajikan secara lengkap pada lampiran D, selanjutnya analisis deskriptif terhadap nilai tes sebelum penelitian yang diberikan pada siswa yang diajar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa

Statistik Skor

Skor Ideal 100

Skor Terendah 50

Skor Tertinggi 67

Rentang Skor 26

Rata-rata Skor 62,16

Standar Deviasi 7,57

Pada Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa sebelum proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Kontekstual adalah 62,16 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100 dengan standar deviasi 7,57. Skor yang dicapai siswa tersebar dari skor terendah 50 sampai dengan skor tertinggi 76 dengan rentang skor 26. Jika hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 4 kategori maka diperoleh distribusi skor seperti pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa

No. Skor Kategori Frekuensi Persentase

1. Skor≤ 1,33 Kurang 0 0

2. 1,33 < skor ≤ 2,33 Cukup 10 32,26

3. 2,33 < skor ≤ 3,33 Baik 21 67,74

4. 3,33 < skor ≤4,00 Sangat Baik 0 0

Jumlah 31 100

yang memperoleh skor pada interval 1,33 < skor ≤ 2,33, 10 siswa (32,26%) dan siswa yang memperoleh skor pada interval 2,33 < skor ≤ 3,33, 21 siswa (67,74%). Setelah skor rata-rata hasil belajar siswa sebesar 62,16 (2,49) di konversi kedalam 4 kategori diatas, maka skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa sebelum diajar dengan menggunakan pendekatan Kontekstual berada dalam kategori cukup.

Selanjutnya data hasil belajar sebelum menggunakan pendekatan Kontekstual (Pretest) dikategorikan berdasarkan kriteria ketuntasan dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Sebelum Diterapkan Pendekatan Kontekstual.

Skor Kategori Frekuensi Persentase

0≤ <2,8 Tidak tuntas 28 90,32

2,8≤ ≤4 Tuntas 3 9,68

Jumlah 31 100

Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki nilai paling sedikit 75 = 3. Dari tabel 4.3 diatas terlihat bahwa jumlah siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan individu adalah sebanyak 28 orang atau 90,32%

dari jumlah siswa, sedangkan siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan individu dari jumlah siswa adalah sebanyak 3 orang atau 9,68%. Berdasarkan deskripsi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa sebelum diterapkan pendekatan Kontekstual tergolong sangat rendah.

(Posttest)

Data hasil belajar siswa setelah penerapan pendekatan Kontekstual pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa (disajikan secara lengkap pada lampiran D), selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa Setelah Penerapan pendekatan Kontekstual.

Statistik Skor

Skor Ideal 100

Skor Terendah 66

Skor Tertinggi 100

Rentang Skor 34

Rata-rata Skor 80,74

Standar Deviasi 8,091

Pada tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Kontekstual adalah 80,74 dari skor ideal 100 yang mungkin dicapai oleh siswa, dengan standar deviasi 8,091.

Skor yang dicapai oleh siswa tersebar dari skor terendah 66 sampai dengan skor tertinggi 100 dengan rentang skor 34. Jika hasil belajar matematika siswa dikelompokkan kedalam 4 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut:

Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa

No. Skor Kategori Frekuensi Persentase

1. Skor≤ 1,33 Kurang 0 0

2. 1,33 < skor ≤ 2,33 Cukup 0 0

3. 2,33 < skor ≤ 3,33 Baik 20 64,52

4. 3,33 < skor ≤ 4,00 Sangat Baik 11 35,48

Jumlah 31 100

Pada tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 31 siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa, 20 siswa (64,52%) yang memperoleh skor pada interval 2,33 < skor ≤ 3,33 dan 11 siswa (35,48%) yang memperoleh skor pada interval 3,33 < skor ≤ 4,00. Jika skor rata-rata hasil belajar siswa sebesar 80,74 (3,23) dikonversi kedalam 4 kategori, maka skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa setelah diajar dengan menggunakan pendekatan Kontekstual berada dalam kategori Baik.

Kemudian untuk melihat persentase ketuntasan belajar matematika siswa setelah diterapkan pendekatan Kontekstual dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkan Pendekatan Kontekstual

Skor Kategori Frekuensi Persentase 0≤ <2,8 Tidak tuntas 3 9,68

2,8≤ ≤4 Tuntas 28 90,32

Jumlah 31 100

Dari tabel 4.6 diatas terlihat bahwa siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang (9,68%), sedangkan siswa yang memiliki kriteria ketuntasan individu

hasil belajar siswa maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat Kabupaten Gowa setelah diterapkan pendekatan Kontekstual sudah memenuhi indikator ketuntasan hasil belajar secara klasikal yaitu≥ 85% atau terdapat minimal 85% mencapai tuntas perorangan.

c. Deskripsi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Hasil pengamatan aktivitas siswa dengan menggunakan pendekatan Kontekstual selama 5 kali pertemuan dinyatakan dalam persentase sebagai berikut:

Tabel 4.7 Persentase Aktivitas Siswa yang Belajar melalui Pendekatan Kontekstual.

No Aktivitas Siswa

Pertemuan ke

Rata- rata

Persen tase I II III IV V (%)

Aktivitas Aktif 1.

Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman.

P R E T E S T

21 23 23

P O S T T E S T

23,3 72,04

2.

Siswa yang bertanya atau menyampaikan pendapat/ide kepada guru atau teman (Bertanya dan Konstruktivisme)

10 15 15 13,33 43

3.

Siswa yang dapat memberikan contoh materi (perbandingan) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (Pemodelan)

4 5 8 5,67 18,29

4.

Siswa yang menyelesaikan masalah atau menemukan cara penyelesaian masalah kontekstual dengan benar (Inquiry)

4 7 9 6,67 21,52

5.

Siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok misalnya diskusi, menyampaikan ide/pendapat, dll.

(Masyarakat belajar)

19 20 21 20 64,52

No Aktivitas Siswa

rata tase I II III IV V (%)

Aktivitas Aktif 6.

Siswa yang memberanikan diri mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

7 10 10 9 29,03

7.

Siswa yang menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur (Refleksi)

8 13 13 11,33 36,55

Jumlah 284,94

Rata-rata persentase 91,92

Aktivitas Pasif 8.

Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran berlangsung (ribut, bermain, dll).

11 8 8 9 29,03

Jumlah 29,03

Rata-rata persentase 9,37

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa aktivitas aktif siswa yaitu Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman pada pertemuan ke-2 sebanyak 21 siswa, pertemuan ke-3 sebanyak 23 siswa, dan pertemuan ke-4 sebanyak 23 siswa dengan rata-rata persentase 72,04%. Siswa yang bertanya atau menyampaikan pendapat/ide kepada guru atau teman (Bertanya dan Konstruktivisme) pada pertemuan ke-2 sebanyak 10 siswa, dan pertemuan ke-3 sebanyak 15 siswa, dan pertemuan ke-4 sebanyak 15 siswa dengan rata-rata persentase 43%. Siswa yang dapat memberikan contoh materi (perbandingan) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (Pemodelan) pada pertemuan ke-2 sebanyak 4 siswa, pertemuan ke-3 sebanyak 5 siswa, dan pertemuan ke-4 sebanyak 8 siswa dengan rata-rata persentase 18,29%. Siswa yang menyelesaikan masalah atau menemukan cara penyelesaian masalah kontekstual

sebanyak 7 siswa, dan pertemuan ke-4 sebanyak 9 siswa dengan rata-rata persentase 21,52%. Siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok misalnya diskusi, menyampaikan ide/pendapat, dll. (Masyarakat belajar) pada pertemuan ke-2 sebanyak 19 siswa, pertemuan ke-3 sebanyak 20 siswa, dan pertemuan ke-4 sebanyak 21 siswa dengan rata-rata persentase 65,52%. Siswa yang memberanikan diri mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas pada pertemuan ke-2 sebanyak 7 siswa, pertemuan ke-3 sebanyak 10 siswa, dan pertemuan ke-4 sebanyak 10 siswa dengan rata-rata persentase 29,03%. Siswa yang menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur (Refleksi) pada pertemuan ke-2 sebanyak 8 siswa, pertemuan ke-3 sebanyak 13 siswa, dan pertemuan ke-4 sebanyak 13 siswa dengan rata-rata persentase 36,55%. Sehingga rata-rata persentase aktivitas aktif siswa melalui penerapan pendekatan Kontekstual adalah 91,92%.

Berdasarkan tabel 4.7 diatas juga dapat dilihat bahwa rata-rata persentase aktivitas pasif siswa adalah 9,37% dimana siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran berlangsung (ribut, bermain, dll) pada pertemuan ke-2 sebanyak 11 siswa, pertemuan ke-3 sebanyak 8 siswa, dan pertemuan ke-4 sebanyak 8 siswa dengan rata-rata persentase 29,03%. Hal ini berarti aktivitas siswa melalui penerapan pendekatan Kontekstual dikatakan efektif karena telah memenuhi kriteria aktivitas siswa secara klasikal yaitu≥ 75% siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran diambil dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama empat kali pertemuan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.8 Pengamatan Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran melalui Pendekatan Kontekstual.

ASPEK YANG DIAMATI PERTEMUAN

I II III IV V

A. KEGIATAN AWAL

1. Guru Membuka pelajaran dengan mengucapkan

salam 4 4 4

2. Guru meminta ketua kelas untuk mengajak teman-temannya berdoa sebelum memulai pelajaran

4 4 4

3. Guru bertanya mengenai kondisi dan kabar siswa

pada hari ini, serta mengecek kehadiran siswa 4 4 4 4. Guru melakukan apersepsi kepada siswa terkait

materi sebelumnya yang akan dikoneksikan pada pelajaran hari ini

3 3 4

5. Guru memotivasi siswa dengan menjelaskan pentingnya materi tersebut untuk dipelajari dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

4 4 4

B. KEGIATAN INTI

1. Guru menjelaskan materi dengan contoh- contohnya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. (Langkah kontekstual dengan konstruktivisme)

3 4 4

2. Guru menunjukkan sebuah ilustrasi kepada siswa mengenai materi yang sedang dipelajari.

(Langkah kontekstual dengan pemodelan)

4 3 4

3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. (Langkah kontekstual dengan bertanya)

4 4 4

4. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan memberikan LKS kepada setiap kelompok untuk diselesaikan dan didiskusikan.

4 4 4

5. Guru memberikan kesempatan kepada salah satu siswa mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan jawaban berdasarkan hasil diskusi kelompok. (Langkah kontekstual dengan inquiry dan masyarakat belajar)

4 4 4

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat pada kegiatan awal yaitu (1) Guru Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam pada pertemuan ke-2 sampai pertemuan ke- memperoleh skor 4. (2) Guru meminta ketua kelas untuk mengajak teman-temannya berdoa sebelum memulai pelajaran pada pertemuan ke-2 sampai pertemuan ke-4 memperoleh skor 4. (3) Guru bertanya mengenai kondisi dan kabar siswa pada hari ini, serta mengecek kehadiran siswa pada pertemuan ke-2 sampai pertemuan ke-4 memperoleh skor 4. (4) Guru melakukan apersepsi kepada siswa terkait materi sebelumnya yang akan dikoneksikan pada pelajaran hari ini pada pertemuan ke-2 dan ke-3 memperoleh skor 3 serta pertemuan ke-4 memperoleh skor 4. (5) Guru memotivasi siswa dengan menjelaskan pentingnya materi tersebut untuk dipelajari dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada pertemuan ke-2 sampai pertemuaan ke-4 memperoleh skor 4.

I II III IV V

6. Guru memberikan penilaian secara objektif terhadap hasil presentasi setiap kelompok.

(Langkah kontekstual dengan penilaian sebenarnya)

3 4 4

7. Guru dan siswa secara bersama-sama melakukan refleksi dengan cara menarik kesimpulan dari hasil diskusi kelompok. (Langkah kontekstual dengan refleksi)

3 3 4

C. KEGIATAN AKHIR

1. Guru memberikan soal pekerjaan rumah 4 4 4

2. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari

pada pertemuan berikutnya. 4 4 4

Jumlah 52 53 56

Rata- rata 3,71 3,79 4

Total 3,83

Kategori SANGAT BAIK (SB)

contoh-contohnya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. (Langkah kontekstual dengan konstruktivisme) pada pertemuan ke-2 memperoleh skor 3 dan pertemuan ke-3 sampai pertemuan ke-4 memperoleh skor 4. (2) Guru menunjukkan sebuah ilustrasi kepada siswa mengenai materi yang sedang dipelajari (langkah kontekstual dengan pemodelan) pada pertemuan ke-2 dan pertemuan ke-4 memperoleh skor 4, dan pertemuan ke-3 memperoleh skor 3. (3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas (langkah kontekstual dengan bertanya) pada pertemuan ke-2 sampai pertemuan ke-4 memperoleh skor 4. (4) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan memberikan LKS kepada setiap kelompok untuk diselesaikan dan didiskusikan pada pertemuan ke-2 sampai pertemuan ke-4 memperoleh skor 4. (5) Guru memberikan kesempatan kepada salah satu siswa mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan jawaban berdasarkan hasil diskusi kelompok. (Langkah kontekstual dengan inquiry dan masyarakat belajar) pada pertemuan ke-2 sampai pertemuan ke-4 memperoleh skor 4. (6) Guru memberikan penilaian secara objektif terhadap hasil presentasi setiap kelompok (langkah kontekstual dengan penilaian sebenarnya) pada pertemuan ke-3 dan pertemuan ke-4 memperoleh skor 4, serta pertemuan ke-2 memperoleh skor 3. (7) Guru dan siswa secara bersama-sama melakukan refleksi dengan cara menarik kesimpulan dari hasil diskusi kelompok (langkah kontekstual dengan refleksi) pada pertemuan ke- 2 dan ke-3 memperoleh skor 3 serta pertemuan ke-4 memperoleh skor 4.

pada pertemuan ke-2 sampai pertemuan ke-4 memperoleh skor 4. (2) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya pada pertemuan ke-2 sampai pertemuan ke-4 memperoleh skor 4.

Sehingga kemampuan guru matematika dalam mengelola pembelajaran dikelas dengan menggunakan pendekatan Kontekstual memperoleh nilai 3,83.

Dalam kriteria kemamuan guru yang telah dipaparkan pada bab III, penilaian tersebut berada pada interval 3,5≤KG≤4 yang berkategori sangat baik sehingga dapat dikatakan efektif.

e. Deskripsi Respons Siswa terhadap Pembelajaran

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data respons siswa adalah angket respons siswa terhadap pembelajaran diukur dengan pemberian angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Kontekstual. Dengan ketentuan kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah ≥ 80% siswa yang memberi respons positif terhadap pembelajaran yang diisi oleh 31 orang siswa yang dinyatakan dalam tabel berikut:

Tabel 4.9 Persentase Respons Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual

No Uraian Pertanyaan Siswa Yang

Menjawab Ya

Persentase (%) 1. Apakah Anda menyukai pelajaran matematika

dengan menggunakan pendekatan Kontekstual? 29 93,55 2. Apakah Anda menyukai cara mengajar yang

diterapkan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Kontekstual?

31 100

3. Apakah dengan pendekatan Kontekstual dapat membantu dan mempermudah Anda

memahami materi pelajaran matematika?

31 100

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa secara umum rata-rata siswa memberi respons positif terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Kontekstual, dimana 93,55% atau 29 siswa menyukai pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Kontekstual, 100% atau seluruh siswa (31) siswa menyukai cara mengajar yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Kontekstual, 100% atau seluruh siswa (31) siswa merasa dibantu dan dimudahkan dalam memahami pelajaran matematika dengan pendekatan Kontekstual, 100% atau seluruh siswa (31) siswa menyukai LKS yang digunakan pada saat pembelajaran melalui pendekatan Kontekstual, 100% atau seluruh siswa (31) siswa menyukai proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan Kontekstual, 93,55% atau 29 siswa merasa percaya dirinya meningkat dalam mengeluarkan ide/ pendapat pada Menjawab Ya (%) 4. Apakah Anda menyukai LKS yang digunakan

pada saat pembelajaran melalui pendekatan Kontekstual?

31 100

5. Apakah Anda menyukai proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan Kontekstual?

31 100

6. Apakah rasa percaya diri Anda meningkat dalam mengeluarkan ide/ pendapat pada kegiatan berbagi (Sharing)?

29 93,55

7. Apakah anda termotivasi untuk belajar matematika setelah diterapkan pendekatan Kontekstual?

26 83,87

8. Apakah anda merasakan ada kemajuan setelah

diterapkan pendekatan Kontekstual? 30 96,77

Jumlah 767,74

Rata-rata 95,97

matematika setelah diterapkan pendekatan Kontekstual dan 96,77% atau 30 siswa merasakan ada kemajuan setelah diterapkan pendekatan Kontekstual. Sehingga rata-rata persentase respons siswa terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan Kontekstual adalah 95,97%. Dengan demikian respons siswa yang diajar dengan model ini dapat dikatakan efektif karena telah memenuhi kriteria respons siswa yakni≥ 80% memberi respons positif.

2. Hasil Analisis Inferensial

Analisis statistik inferensial pada bagian ini digunakan untuk pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pada bab II yaitu: terdapat perbedaan signifikan antara skor pretest dan skor posttest dalam pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan Kontekstual pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bajeng Barat. Hipotesis penelitian tersebut dapat dituliskan dalam bentuk hipotesis statistik sebagai berikut:

H0: B

0 melawan H1: B> 0 Dimana B= post- pre

Keterangan:

pre = Skor rata-rata hasil belajar siswa sebelum menerapkan pendekatan Kontekstual.

post = Skor rata-rata hasil belajar siswa setelah menerapkan pendekatan Kontekstual.

Berdasarkan hasil perhitungan komputer dengan bantuan program SPSS versi 20,0 (Lampiran D) diperoleh hasil sebagai berikut:

Dokumen terkait