• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

4. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual pertama kali digagas pada tahun 1916 oleh John Dewey, yang kemudian dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20

sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari Enam provinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat malalui Direktorat SLTP Depdiknas.

Menurut Trianto (2008:20), pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (contistruktvism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment).

Menurut Blanchar (Komalasari, 2013:6), bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.

Pada pendekatan kontekstual proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.

Menurut Trianto (2009:111), pembelajaran kontekstual mempunyai tujuh komponen, yaitu:

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme (Constructivism) merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, melainkan siswa mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

Dalam pandangan konstruktivis, ‘strategi memperoleh’ lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.

2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Dalam pembelajarannya, siswa diharapkan aktif terlibat, sehingga keterampilan intelektual, kemampuan dalam memecahkan masalah serta cara berfikir kritis siswa dapat dikembangkan. Untuk itu guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry):

a. Merumuskan masalah

b. Mengamati atau melakukan observasi

c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan hasil karya lainnya

d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain.

3. Bertanya (Questioning)

Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa.

Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi,

mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’

antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.

“Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.

Dalam masyarakat belajar, dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan.

Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.

5. Pemodelan (Modeling)

Dalam suatu pembelajaran selalu ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberikan contoh kepada

siswa cara untuk mengerjakan sesuatu sebelum siswa melaksanakan tugas dan mengkostruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

6. Refleksi (Refllection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa: (a) pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya di hari itu, (b) catatan atau jurnal di buku siswa, (c) kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini, (d) diskusi, (e) hasil karya.

7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat dipastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.

Menurut Trianto (2008:25), secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL di kelas sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarkat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

5. Materi Ajar

a. Konsep Perbandingan Definisi:

Perbandingan adalah hubungan antara ukuran-ukuran atau nilai-nilai dua atau lebih objek dalam satu kumpulan.

Rasio adalah suatu bilangan yang digunakan untuk menyatakan sebuah perbandingan ukuran atau nilai dari dua atau lebih objek.

Contoh :

Jika umur Budi 15 tahun dan umur ayahnya 40 tahun, maka hubungan antara umur Budi dengan umur ayahnya adalah 15 berbanding 40.

Rasio antara umur Budi dengan umur ayahnya adalah 15 : 40.

b. Konsep Perbandingan Senilai

Dikatakan Perbandingan senilai jika nilai suatu barang akan naik/turun sejalan dengan nilai barang yang dibandingkan. Grafik perbandingan senilai berupa garis lurus. Pada perbandingan senilai berlaku:

=

Contoh 1:

Sebuah mobil memerlukan 3 liter bensin untuk menempuh jarak 24 km. Berapa jarak yang ditempuh mobil itu jika menghabiskan 45 liter bensin?

Jawab:

Tabel 2.2: Penyelesaian dengan menggunakan tabel

3 45 =

24

3 = 45 × 24

= 1080 3

= 360

Jadi jarak yang ditempuh dengan 45 liter bensin adalah 360 km.

Contoh 2:

Jika kalian membeli 2 buah permen, kalian membayar dengan harga Rp1.000,00 . Berapa harga yang harus kalian bayar jika kalian membeli 3, 5 dan 6 permen?

Nyatakanlah permasalahan diatas dengan menggunakan tabel dan grafik!

Jawab:

Diketahui: harga 2 permen = 1000

Ditanyakan: Berapa harga 3, 5 dan 6 permen.

Penyelesaian: Misal harga permen = 2

3 =

1000 → 2 = 3 ∙ 1000 → =3000

2 = 1500 Banyak bensin Jarak yang ditempuh

3 liter 24 km

45 liter ...misal a

Tabel 2.3: Penyelesaian Perbandingan Senilai

Gambar 2.1: Grafik Penyelesaian Perbandingan Senilai

Tampak bahwa grafik perbandingan senilai berupa garis lurus. Jika semakin banyak permen yang dibeli, maka harga yang harus dibayar semakin banyak.

c. Perbandingan Berbalik Nilai

Dikatakan perbandingan berbalik nilai jika nilai suatu barang naik maka nilai barang yang dibandingkan akan turun dan sebaliknya. Dalam perbandingan berbalik nilai berlaku:

=

Banyak Permen 1 2 3 4 5 6

Harga (x) 500 1000 1500 2000 2500 3000

Contoh :

Perhatikan tabel berikut yang menunjukkan tentang hubungan antara jarak dan waktu yang dapat ditempuh dan waktu yang diperlukan untuk oleh seorang siswa yang mengendarai sebuah mobil.

Tabel 2.4: Penyelesaian Perbandingan Berbalik Nilai

Gambar 2.2: Grafik Penyelesaian Perbandingan Berbalik Nilai

Tampak bahwa grafik perbandingan berbalik nilai berupa kurva. Jadi, semakin cepat kecepatan kendaraan maka semakin sedikit waktu yang diperlukan dan sebaliknya.

Dokumen terkait