• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis2 tindak tutur2 interaksi2 siswa kelas XI SMK Negeri Tapango flk

Lokusi1 - Ilokusi1

Kriteria 11 Fungsi11

2. Jenis2 tindak tutur2 interaksi2 siswa kelas XI SMK Negeri Tapango flk

52

Σ1 61 81 31 21 111 51

1 17,1%1 22,9%1 8,5%1 5,7%1 31,5%1 14,3%1

Tabel 4.1. Data Penggunaan Prinsip Kesantunan Berbahasa siswa kelas XI SMK Negeri Tapangoflk.

Keteranganflk :

A : Maksim Kebijaksanaanflk B : Maksim Kedermawananflk C : Maksim Penghargaanflk D : Maksim Kesederhanaanflk E : Maksim Pemufakatanflk F : Maksim Kesimpatianflk

Tabel 4.1 menunjukkan penggunaan prinsip kesantunan berbahasa siswa kelas XI SMK Negeri Tapangoflk. data terverifikasi sebanyak 35 yang menggunakan prinsip kesantunan dengan persentase 100%. flkPrinsip kesantunan yang dimaksud meliputi: (A) maksim kebijaksanaan sebanyak 6 tuturan atau 17,1%flk; (B) maksim kedermawanan sebanyak 8 tuturan atau 22,9%;flk (C) maksim penghargaan sebanyak 3 tuturan atau 8,5%;flk (D) maksim kesederhanaan sebanyak 2 tuturan atau 5,7%;flk (E) maksim permufakatan sebanyak 11 tuturan atau 31,5%;flk dan (F) maksim kesimpatian sebanyak 5 tuturan atau 14,3%flk. No subjek menunjukkan jumlah tuturan yang terkumpul sebanyak 35 tuturanflk.

2. Jenis2 tindak tutur2 interaksi2 siswa kelas XI SMK Negeri

53

yang tidak waspada. Tindak tutur kekerasan adalah tindak tutur yang dilakukan penutur untuk mempengaruhi mitra tutur agar bertindak, misalnya: menyuruh, menyuruh, mengajak, melarang, meminta penjelasan, memohon, menyarankan, dan sebagainya.

Hal ini sesuai dengan isi argumentasi siswa ketika berinteraksi secara verbal dengan teman sebayanya, yang cenderung meminta penjelasan lebih terkait pembelajaran atau cara menggunakan sesuatu.

Komunikasi antar siswa tidak hanya melibatkan siswa lain, tetapi juga masyarakat sekolah, yang tentu saja mendukung tindak tutur sembrono yang sedang berlangsung seperti memesan makanan.

Berikut ini adalah uraian terkait hasil penelitian tentang jenis- jenis perilaku tutur dalam interaksi tutur pada siswa XI di SMK Negeri Tapango.

a. Lokusi12

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa pola tutur lokatif berkaitan dengan penggunaan prinsip kesantunan dalam interaksi siswa SMK XI SMK Negeri Tapango. Tindak tutur lokal terdapat dalam maksim kearifan, maksim apresiasi, maksim kesederhanaan, dan maksim konsensus.

Tindak tutur penutur adalah tindak tutur yang mengikat penutur pada kebenaran informasi yang dipancarkan. Termasuk dalam tuturan ini mengadu, berbicara, mengakui, mengungkapkan, mengungkapkan, mengemukakan pendapat. Berikut ini penjelasan

54

tambahan tentang tindak tutur lokal yang mengiringi penggunaan prinsip kesantunan berbahasa Indonesia pada siswa kelas XI SMK Negeri Tapango.

Fajriani :“ Sendirian ki ga pulang Ifra, boleh jig a ikut nanti kalau kembali ki?”

“Kamu sendirian pulangnya, saya boleh numpang pulang gak?”

Ifra :“ Iye, bersamaan maki nanti kembali, karna ndak ada ji juga kutemani kembali

“Iya, nanti saya bonceng pulang, karna kebetulan tidak ada yang saya bonceng pulang”

10(01160421) Konteks10:

Interaksi verbal di tempat parkir yaitu1 Fajriani1 dan Ifra1 saat1 mereka bersiap untuk pulang1 sekolah1. Fajriani1 yang1 mengajak Ifra1 ikut, 1disambut1 hangat1 Ifra1 karena ternyata11 tidak1 dibawa pulang.

Pernyataan adalah pernyataan yang mengikuti maksim kebijaksanaan dengan fungsi penentuan posisi. Pernyataan Ifra 'karena saya tidak punya siapa pun untuk pulang bersama saya' memberi tahu ifra bahwa dia siap untuk membawa pulang Fajriani dan mengatakan kepadanya bahwa dia tidak memiliki siapa pun bersamanya.

Beriku1t ini1 juga1 menyajikan1 tindak1 tutur1 posisional1 yang sesuai1 dengan maksim1 mufakat.

Dewi :“Eh, ada datang1 tadi1 kak1 irwan1 di ruang1 OSIS1 loh

“Eh, kak irwan tadi datang ke ruang OSIS”

55

Dina :“Iya, ketemu1 ka tadi1 pas 1di kantor1

“Iya, saya juga ketemu dengan dia di kantor”

1(02160421) Konteks1 :

Dewi dan Dina tampak sangat akrab dengan kehadiran kakak- kakak wisudawan tersebut.

dialog di atas (02) merupakan tindak tutur lokal yang mengikuti kaidah musyawarah mufakat. Dina berkata, " ketemu ka tadi pas di kantor ". Dalam dialog Dina, ada suatu kebetulan yang tersirat, yaitu melihat seorang kakak kelas yang menjadi mantan murid bernama Irwan dan memberi tahu Dewi bahwa dia bertemu dengan seniornya di kantor.

b. 2Ilokusi2

Tindak tutur ilusif adalah tindak tutur untuk menyatakan atau mengumumkan sesuatu dan digunakan dengan tujuan agar lawan bicara bertindak atas kata-kata penutur. Kata-kata tidak senonoh yang terkandung dalam tuturan jahat meliputi kata-kata yang memaksa, mengajak, menuntut, memerintahkan, menyarankan, menuntut, mendesak, melarang, meminta penjelasan, dan memberi petunjuk.

Berdasarkan hasil penelitian, tindak tutur tidak waspada ditemukan pada maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim konsensus, dan maksim konsensus berbicara tentang empati. Berikut ini akan disebutkan lebih rinci

56 tindak tutur non-revolusioner.

Sabrang :” Mau ki1 Kuantar1 pulang1 nah1?”

“Kamu mau saya antar pulang?”

Fajriani :“Makasih, sama1 ja ifra1 pulang1. Sama maki Ani1 apa1 jalan1 kaki1 itu1 pulang1 kasiang1

“Terimakasih, saya pulang dengan Ifra. Kamu antar saja Ani, kasihan dia pulang Sendiri”

Sabrang :”iya1 pale1 kuantar ani

“oh, iya”

2(03160421) Konteks2 :

Percakapan1 Sabrang1 mengajak1 Fajriani1 pulang tetapi Fajriani dimaksudkan untuk pulang dengan Ifra Dan Sabrang diminta untuk membawa pulang Ani setiap hari.

Pernyataan di atas1 (03) merupakan1 bentuk1 penggunaan1 maksim1 kebijaksanaan1 menurut1 prinsip1 kesantunan dengan tindak1 tutur1 terarah. Ketika1 Sabrang1 menawarkan1 untuk1 membawa pulang Fajriani1, Fajriani1 menolak1 dengan1 alasan1 bahwa dia1 akan1 pulang1 dengan1 Ifra1 dan meminta Sabrang1 untuk1 membawa Ani1 karena1 Ani1 sendirian1 di rumah, yang disetujui Sabrang1. Fungsi tindak tutur yang tidak revolusioner dapat dilihat1 dari tuturan1 Ifra1 “Antar mi Ani”.

Selain1 tuturan1 di atas1, juga dikemukakan tindak1 tutur1 tidak hati-hati di bawah ini, dengan tetap menghormati asas kesantunan dan kaidah kedermawanan.

Rusdi :” Ner,mintol ka ambilkan dulu itu e?,”

“Teman, bisa ambilkan dulu makalah ku itu?”

57 Dimas :”ini ji kah?

“cocok yang ini?”

Rusdi :”iyah Terimakasih na”

“Terimakasih ya”

3(25180421) Konteks3

Hal ini diceritakan oleh Rusdi yang meminta bantuan Dimas untuk mengambil kertas yang dijatuhkan di depan Dimas dengan julukan "Ner" yang artinya teman.

Wacana (25) di atas merupakan pernyataan yang mengikuti kaidah kedermawanan. Rusdi mengatakan " Ner,mintol ka ambilkan dulu itu e ". Ini adalah kalimat yang murah hati karena mengharuskan seseorang untuk menggunakan frasa yang berarti

"mungkin" sehingga pembicara tidak merasa diperintahkan. Apalagi tuturan1 tersebut1 memiliki1 fungsi1 peringatan karena tuturan1 tersebut1 memiliki unsur1 menyuruh1 atau1 meminta1 bantuan untuk1 mengambilkan1 selebaran tersebut.

c. 13Perlokusi13

Tindakan mengungkapkan pendapat adalah suatu bentuk tindakan yang meningkatkan pengaruh penutur, yang ditujukan untuk1 menyatakan1 atau1 mengungkapkan sikap1 psikologis penutur1 terhadap1 suatu1 keadaan1, seperti ucapan terimakasih1, celaan, permintaan maaf1, kesalahan, belasungkawa, dan pujian.

Berdasarkan1 hasil1 penelitian1 ditemukan1 bahwa1 fungsi1

58

peringatan1 yang1 menyertai1 penggunaan1 prinsip1 kesantunan1 adalah maksim1 kedermawanan1, maksim1 penghargaan1, maksim1 persetujuan1, dan maksim1 simpati1. Pada bagian berikut1, tindak tutur yang merugikan akan dibahas secara lebih rinci.

Guru :”Jangki dulu ribut1 anak-anak1

“Kalian jangan ribut anak-anak”

Herfina :” Iyah, jangan ko dulu semua rebut! kasian1 ibu1 menjelaskan1 baru1 ribut 1ki1 semua1

“Iya, kasihan ibu capek menjelaskan baru kalian ribut sendiri”

5(05170421) Konteks5 :

Sambutan guru meminta1 teman-teman1 untuk1 tidak1 ribut 1karena guru sedang1 menjelaskan1 materi1 dan1 didukung1 oleh 1Herfina1. Herfina1 juga1 memarahi1 teman-temannya1 karena menyendiri dan tidak memperhatikan guru yang1 sedang1 menjelaskan1.

Tuturan1 merupakan1 bentuk1 penggunaan1 prinsip1 kesantunan1 simpatik yang maksimal dan1 termasuk1 dalam1 kategori tindak tutur behavioral. Kata-kata Herfina1, ibu1 yang malang, menjelaskan1 bahwa semuanya berisik. “Pernyataan itu termasuk menyalahkan teman-teman sekelasnya yang tidak bisa tenang dengan menerima penjelasan materi dari guru.

59

Selain tuturan di atas, juga disajikan tindak tutur di bawah ini dengan menjunjung asas kesantunan dan kaidah kedermawanan.

Novi :”kerja mi cepat1 tugas1 ta1 teman-teman1, mau1 mi1 jam1 istirahat1 ini e1. Mau1 mi1 ku1

kumpulkan1 di ibu1”

“cepat diselesaikan ya tugasnya teman-teman, soalnya sudah mau jam istirahat. Mau saya kumpul juga di ibu”

Nur Alisa :”Sabar1 dulu1 Novi1, mau1 mi1 selesai1

“Sabar ya Novi, sudah mau selesai kok punyanya teman-teman”

6(10170421) Konteks6 :

Novi mengatakan1 dia1 meminta1 teman-temannya1 untuk1 menyelesaikan1 tugas1 guru1 sesegera1 mungkin1 karena1 dia ingin1 membayarnya kepada1 guru1 yang terlibat.

percakapan (10) 1 merupakan1 bentuk1 penggunaan1 maksim1 sopan1 santun1 kedermawanan1, yang berfungsi sebagai tindak1 tutur1 peringatan. Kisah Nur1 Alisa1, saya ingin ini berakhir, teman-teman. “Pidato Anisa mencerminkan1 maksim1 kedermawanan1 dan1 berfungsi1 sebagai peringatan karena1 tersirat1 pidato Anisa1 akan1 memiliki efek1 memotivasi teman-temannya1 untuk1 menyelesaikan1.

Ini1 adalah tabel1 jenis1 perilaku pidato siswa1 kelas1 XI1 SMK1 Negeri1 Tapango1 yang disebutkan1.

60

Data1 Jenis1 Tindak17 Tutur17 Siswa1 Kelas1 XI1 SMK1 Negeri1 Tapango17

No1 Subjek7

Jenis1 Tindak1 Tutur7

Lokusi7 7Ilokusi Perlokusi7

017 17

027 17

037 17

047 17

057 17

067 17

077 17

087 17

097 17

107 17

117 17

127 17

137 17

147 17

157 17

167 17

177 17

187 17

197 17

20 17

217 17

227 17

237 17

247 17

257 17

267 17

277 17

287 17

297 17

307 17

317 17

327 17

337 17

347 17

357 17

Σ7 77 217 77

7 20,9%7 60%7 20%7

61

Tabel 4.27Data7 Jenis1 Tindak1 Tutur1 Siswa1 Kelas1 XI SMK1 Negeri1 Tapango17

Tabel 2.21 menunjukkan1 hasil1 penelitian1 tentang1 pola perilaku berbicara siswa kelas XI di SMK Negeri Tapango1. Jenis1 perilaku bicara yang ditemukan meliputi: 7 atau 20% posisi; Halusinasi hingga 21 atau 60%; Pesan palsu hingga 7 atau 20% dan total yang dipancarkan hingga 351 dengan1 persentase1 1001%.

Menurut hasil1penelitian1 yang1 didukung1 oleh data kuantitatif, tampak bahwa prinsip-prinsip1 kesantunan1 yang digunakan antara lain: maksim1 kebijaksanaan1, maksim1 kebijaksanaan1, maksim1 kedermawanan1, maksim1 kesederhanaan1, maksim apresiasi1, maksim konsensus1, maksim simpati1. Jenis-jenis perilaku tutur1 yang1 ditemukan1 adalah1 peringatan, kurangnya kewaspadaan, dan1 peringatan. Berikut1 ringkasan hasil penelitian tentang penggunaan prinsip1 kesantunan1 berbahasa1 Indonesia1 pada siswa kelas1 XI SMK1 Negeri1 Tapango1.

8Data Tabel1 Silang1 Penggunaan1 Tindak1 Tutur1 8 dan1 Prinsip1 Kesantunan1 8 Berbahasa1 8 Indonesia1 Siswa1 Kelas1

XI1 SMK1 Negeri1 Tapango1 8 No

1 8

Prinsip1 Kesantuna n8

Jenis1 Tindak1 Tutur1 8 Frekuen si8 Lokusi

8

Ilokusi 8

Perlokus i8 1 Kebijaksanaan

8

18 58 -88 68

2 Kedermawana n8

-8 68 28 88

3 Penghargaan8 18 18 18 38

62 4 Kesederhanaa

n8

28 -8 -8 28

58 Permufakatan8 38 78 18 118

68 Kesimpatian8 -8 28 38 58

Σ8 78 218 78 358

Tabel1 4.31 8. Data1 Tabel8 Silang1 Penggunaan1 Tindak8 Tutur8 dan1 Prinsip1 Kesantunan8 Berbahasa8 Indonesia1 Siswa1 Kelas1 XI1 SMK1 Negeri1 Tapango1 8

Tabel1 di atas1 menunjukkan1 penggunaan1 prinsip1 kesantunan1 dan jenis perilaku tutur1 bahasa Indonesia1 oleh siswa1 kelas1 XI1 SMK1 Negeri1 Tapango1. Semua data1 yang dikumpulkan adalah 351. Penggunaan1 maksim1 yang bijak adalah 61 ucapan termasuk 1 tindakan berbicara dengan hati-hati dan 5 tindakan berbicara tanpa peringatan. Penghargaan tersebut terdiri dari 3 pernyataan yang meliputi 1 tindak tutur lokal, 1 tindak tutur sembrono dan 1 tindak tutur peringatan. Cara penggunaan maksim sederhana adalah 2 ucapan, termasuk 2 tindak tutur pemosisian, kurang kewaspadaan dan 1 tindak tutur peringatan. 3.

. pepatah kebijaksanaan, pepatah penghargaan, pepatah kesederhanaan, pepatah konsensus. Tindak tutur tidak setia terdapat pada maksim1 kebijaksanaan1, maksim1 kedermawanan1, maksim1 penghargaan1, maksim1 konsensus1, dan1 maksim1 simpati1. Tindak tutur destruktif terdapat pada maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim persetujuan, dan maksim simpati.

63

B. 5Pembahasan5

Hasil1 penelitian1 menunjukkan1 bahwa1 prinsip-prinsip 1 kesantunan1 yang digunakan1 yaitu1: maksim1 kebijaksanaan1, maksim1 kedermawanan1, maksim1 penghargaan1, maksim1 kesederhanaan1, maksim1 konsensus1 dan maksim1 simpati1. Maksim1 yang paling1 banyak1 digunakan1 adalah1 maksim1 konsensus1. Hal1 ini menunjukkan1 bahwa penutur1 dan1 mitra1 tutur1 dalam interaksi1 memaksimalkan1 kesesuaian1 tujuan1 atau pendapat1 dalam1 interaksi1. Sedangkan1 maksim1 yang digunakan1 paling1 tidak dalam1 tuturan1 siswa1 SMK1 Negeri1 Tapango1 adalah maksim1 kesederhanaan1. Hasil1 penelitian1 dengan1 menggunakan1 prinsip1 kesantunan1 siswa1 kelas XI SMK1 Negeri1 Tapango1 didukung1 oleh1 uraian1 berikut1.

Jenis1 tindak1 tutu1r yang paling1 banyak1 ditemukan1 pada pernyataan siswa1 kelas1 XI1 SMK1 Negeri1 Tapango1 adalah1 tindak1 tutur1 tidak sadar yang1 digunakan1 untuk membuat pendengar1 melakukan sesuatu1 yang1 diharapkan1 pembicara. Hasil1 penelitian1 tentang pola perilaku berbicara siswa XI1 SMK1 Negeri1 Tapango1 didukung1 oleh1 data1 sebagai berikut.

Dari1 data1 tersebut1 terlihat1 bahwa1 tuturan1 siswa1 menghormati1 maksim1 kesantunan1 yang ada1. Kesantunan1 lisan siswa1 lebih dari sekedar mengikuti maksim prinsip kesantunan1.

Kesantunan1 berbahasa1 siswa1 dibangun1 oleh1 budaya11 dan1

64

norma1 yang1 mengikat1 mereka1 dalam1 budaya1 Mandar1. Maksim1- maksim1 yang1 ada1 tentunya1 menggambarkan1 cara1 hidup1 masyarakat1 yang1 tersirat dalam1 tuturan tersebut.

Berbeda1 dengan1 penelitian1 Mia1 Nurdaniah11(201). 1Dalam penelitian1 ini, pernyataan yang sesuai dengan maksim sopan santun Leech tidak dijelaskan secara rinci. Penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak yang dapat dilakukan dalam belajar membaca fiksi. Namun penelitian1 yang1 dilakukan1 oleh1 Mia1 Nurdaniah1 memiliki1 kesamaan1 dengan1 hasil1 yang diperoleh1, yaitu1 baik perolehan hasi1l maupun maksim1 dominan1 menggunakan maksim1 konsensus. Hal1 ini1 menunjukkan1 bahwa dalam narasi novel yang dipelajari oleh1 Mia1 Nurdaniah1 dan pidato para1 siswa1 yang dipelajari oleh1 penulis1, sama-sama1 memaksimalkan 1kesesuaian1 pendapat1 dan tujuan1.

Perbandingan1 kedua antara hasil1 yang1 diperoleh dengan hasil1 penelitian yang1 dilakukan1 oleh1 Try1 Setia1 Hidayati1 (20151) 1 terletak1pada1 kesamaan1 maksim1 yang1 terdapat pada percakapan1 seseorang1. Try1 Setia1 Hidayati1, yang1 telah mempelajari kesantunan1 dalam1 iklan1 radio1, menemukan bahwa1 tuturan1 yang1 mengikuti prinsip1 konsensus maksim1 kesantunan lebih1 diutamakan daripada tujuan1 periklanan1, yaitu1 untuk1 menarik1 perhatian1 konsumen1 dengan1 memberikan1 percakapan1 atau1 pidato1 yang memaksimalkan1 kesesuaian1 pendapat1. dan1 preferensi untuk produk1 yang1 ditawarkan1. Dengan demikian, pendengar1 1akan terdorong untuk

65

1menggunakan 1produk yang1 bersangkutan. Hasil1 ini1 sesuai dengan1

hasil1 penelitian1 yang1 diperoleh1 untuk menguji kesantunan1 berbahasa1 siswa1. Maksim1 dominan1 tampaknya menjadi maksim1 konsensus. Maksim1 konsensus lebih1 dominan1 dalam1 wacana siswa1 karena1 siswa1 berusaha1 memaksimalkan1 kesesuaian pendapat1 dan1 tujuan1 dalam1 proses1 pembelajaran. 1

Tidak1 hanya1 kesamaan1 hasil1 yang1 diperoleh1 penulis1 Setia Hidayati1 dalam1 kajian1 maksim1 sopan santun, tetapi juga1 dalam hasil1 penelitian tentang 1jenis-jenis 1tindak 1tutur 1yang 1digunakan.

1Tindak 1tutur 1yang 1dominan 1muncul 1dalam 1hasil 1penelitian 1Try 1Setia 1Hidayati 1adalah 1tindak 1tutur kesia-siaan penutur untuk

mempengaruhi tindakan lawan tutur, misalnya: memerintah, menyuruh, mengajak, melarang, meminta penjelasan, meminta, menyarankan atau permohonan

Menurut studi teoritis, pidato promosi dianggap sebagai pidato persuasif dan pidato menghasut. Pidato persuasif dan pidato menghasut adalah pidato yang dimaksudkan 1untuk 1mempengaruhi 1pendengar 1agar 1tertarik 1dengan 1apa 1yang dikatakan dan sesuai dengan tujuan

yang dimaksudkan.

Prinsip1 1kesantunan1Leech1 (1993) 1dapat digunakan untuk 1mengkaji1penggunaan1bahasa 1dalam 1masyarakat1tertentu. 1Yang 1dimaksud 1disini 1adalah 1siswa 1kelas 1XI 1SMK 1Negeri 1Tapango.

Kesantunan 1suatu1 masyarakat 1dapat 1dinilai 1dari 1budaya 1yangi

66

junjungnya, 1termasuk 1dengan 1melihat 1bahasanya, 1karena 11bahasa merupakan 1alat 1identifikasi 1diri. 1Bahasa 1setiap 1daerah 1pasti 1berbeda 1karena 1memiliki 1latar 1belakang 1sosial 1dan 1adat 1istiadat 1yang 1berbeda, 1sehingga 1bahasa 1tersebut 1menjadi 1beragam.

Percakapan 1siswa 1yang 1mengungkapkan 1keinginannya 1dengan 1menyampaikan 1maksud permintaan secara tidak langsung

terutama merupakan bentuk kebijaksanaan verbal. Kebijaksanaan ini tentunya menghindarkan setiap siswa dari perasaan terbebani atau tidak nyaman mengungkapkan penolakan keinginan lawan bicara.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kohesif yang 1menuntut 1siswa 1memiliki 1pandangan 1dan 1tujuan 1yang 1sama, 1yaitu 1menjadi 1alumni 1yang 1baik 1dan 1sukses. 11Hal ini ditunjukkan 1dengan 1banyaknya pernyataan maksim konsensus. Kesesuaian sudut

pandang 1dan 1kesamaan 1tujuan mendorong 1siswa untuk lebih 1menghormati 1keserasian 1demi keseragaman11 dalam tindak1 tutur1 1mereka.

Siswa selain 1berperan 1sebagai 1akademisi, siswa 1juga merupakan 1pelaku 1budaya, 1yang 1tentunya dituntut 1untuk 1menghormati 1norma budaya1 yang1 dianutnya1. Keberagaman1 1suku

bangsa1 di Kecamatan1 1Tapango merupakan 1salah 1satu kekayaan1 faktor pendukung berkembangnya maksim apresiasi dan empati yang diwujudkan dalam perilaku berbicara siswa.

67

Minat siswa yang besar terhadap teman sebaya merupakan bentuk kesadaran akan 1nilai 1budaya 1gotong 1royong. 1Membantu 1setiap orang tua 1dan 1orang 1tua 1yang 1membutuhkan 1bantuan. Tentu saja 1hal ini 1tidak 1akan terjadi 1jika tidak ada rasa iba di hati setiap siswa

atas penderitaan 1teman-temannya1, 1yang diwakili oleh 1tuturan 1yang mengikuti1 maksim1 kasih sayang. 1Serta 1menyampaikan 1sesuatu 1dengan 1terang, 1lugas 1dan 1santun 1membuat 1tuturan 1siswa 1lebih 1direspon 1oleh 1temannya. 1Sehingga 1fungsi 1setiap1 1indikator1 1tindak1 1tutur1 1dan 1maksim1 1kesantunan11 dapat11 terwujud11

dalam11 keharmonisan11 perakapan11 siswa-siswi11.

Berkaitan1 dengan1 kesantunan1 berbahasa1 dapat digunakan1 dalam1 situasi1 sosial1, berikut1 adalah beberapa1 situasi1 sosia1l yang dapat1 siswa1 terapkan1. dikutip1 dari1 A1 Study1 Dictionary1 Of1 Social1 English1. Siswa1 dapat1 menggunakan1 kesantunan1 berbahasa1 untuk1 menyatakan1 kemampuan1 atau ketidakmampuannya1 dalam mengerjakan1 sesuatu1 (ability1 / inability1), ketika1 siswa1 memberi1 nasehat1 kepada1 teman1 sebayanya1 atau adiknya1 (advising1), saat1 siswa1 menyatakan1 kesetujuannya1 atau ketidak1 setujuannya1 dalam1 kegiatan1 diskusi1 di kelas1 atau1 berdiskusi1 dengan1 keluarga1 (agreeing1/disagreeing1), saat1 siswa1 meminta1 maaf1 saat1 melakukan1 kesalahan1 (apolozing1 / making1 excuses1), saat1 siswa1 memberikan1 apresiasi1 (appreciation1), saat1 siswa1 menanyakan1 suatu1 informasi1 kepada1 mitra1 tutur1 (asking1

68

for1 information1), saat1 siswa1 menarik1 perhatian1 mitra1 tuturnya1 (attracting1 someone’s1), saat1 siswa1 mengoreksi1 temannya1 dalam1 segala1 hal1 (correcting1), saat1 siswa1 mengambil1 kesimpulan1 (deducting1, drawing1 a1 conclusions1), saat1 siswa1 menyangkal11 atau1 mengakui1 apa1 yang1 mitra1 tuturnya1 katakana1 (denying1 / admitting1), saat1 siswa1 menyatakan1 kekecewaannya1 (disappointment1), saat1 siswa1 menunjukan1 rasa1 khawatir1 (fearing1, expressing1 worry1, anxiety1), saat1 siswa1 mengidentifikasi1 mitra1 tuturnya1 (identifying1), saat1 siswa1 menyatakan1 kesukaannya1 ataupun1 ketidaksukaannya1 kepada1 mitra1 tutur1 (liking1 / disliking1), saat1 siswa1 bersimpati1 ataupun1 tidak1 bersimpati1 terhadap1 mitra1 tuturnya1 (sympathizing1 / not sympathizing1), saat1 siswa1 memuji1 mitra1 tuturnya1 (praising) 1 saat siswa1 berterimakasih11 kepada1 lawan1 bicaranya (thanking) 1.3 Jadi1, kesantunan1 berbahasa1 dapat1 digunakan1 dalam1 berbagai1 situasi1 sosial1 agar1 komunikasi1 tetap1 terjaga1 tanpa1 menyakiti1 hati1 mitra1 tutur1

69 4BAB V4 4PENUTUP4 A. 4Simpulan4

Berdasarkan1 dari hasil penelitian dan pembahasan kesantunan1 berbahasa1 Indonesia1 pada siswa kelas XI1 SMK1 Negeri Tapango1 dapat disimpulkan jika:

Kesantunan1 berbahasa bagi siswa kelas XI1 SMK1 Negeri Tapango memaksimalkan interaksi sasaran atau opini. Hal ini dipengaruhi oleh akulturasi budaya oleh beberapa suku untuk memberikan pemahaman kepada setiap penutur untuk menggunakan bahasa yang santun agar tidak menyinggung lawan bicara. Namun, kesantunan berbahasa siswa tidak hanya tercermin dalam pilihan kalimat yang digunakan penutur dan lawan tutur untuk berkomunikasi, tetapi juga pada ekspresi dan gerak tubuh penutur dan lawan tutur.

Sementara itu, tindak tutur yang paling1 umum tindak1 tutur1 ofensif. Hal1 ini1 sesuai1 dengan1 isi1 tuturan1 siswa ketika berkomunikasi secara verbal1 dengan1 temannya,1 yang cenderung1 meminta penjelasan lebih dalam mempelajari dan menggunakan1 sesuatu1. Interaksi verbal antar siswa tidak sebatas siswa1, tetapi juga komunitas sekolah, yang tentu saja mendukung perilaku speech-directed seperti memesan makanan dari kantin.

70 B. 4Saran4

Berdasarkan1 kesimpulan1 penelitian1 tentang penggunaan1 prinsip1 kesantunan1 dan jenis perilaku1 tutur, saran yang dapat diberikan adalah sebagai1 berikut1.

1. Bagi peneliti lain, meneliti kesenjangan kesantunan untuk menemukan perbandingan antara berapa kali menggunakan aturan kesantunan dan kesenjangan kesantunan dalam tindak tutur di depan umum plus sangat baik1.

2. Bagi para pembaca, semoga dapat menjadi b ahan referensi, sekaligus menambah khazanah problematika bahasa di masyarakat.

71

DAFTAR PUSTAKA

Aryastini, N.M., Made, N., Anita, A., & Anggraeny, R. 2017. Praanggapan dalam Novel Nijushi no Hitomi Karya Sakae Tsuboi. Humanis, 21(1), 103–109.

Aslinda dan Leni Syafyahya. 20007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung:

Refika Aditama.

Baisu, L. 2015. Praanggapan tindak tutur dalam persidangan di kantor pengadilan negeri kota palu. e-Jurnal Bahasantodea, Volume 3(ISSN : 2302-2000), 129–143.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantuanan Berbahasa. Jakarta : Rineka Cipta.

Cummings, Luis. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darma, Aliah Yoce. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: CV. Yama Widya.

Djajasudarma, Faticvmah. 2010. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: PT. Refika Aditama.

Emzir. 2010. Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.

Febriasari, D. 2018. Kesantunan Berbahasa Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Dasar. KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, 2(1), 141–156.

Hidayati. 2015. Analisis Penggunaan Kesantunan Berbahasa Iklan Radio Analisis Penggunaan Kesantunan Berbahasa Iklan Radio Purbalingga (Kajian Pragmatik). Jurnal, i–82.

Indrowaty, S. A. 2015. Praanggapan Dan Perikutan Dalam Bahasa Inggris Dan Bahasa Jepang Presupposition And Entailments. DIGLOSIA, 5(2), 139–146.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

72

Moleong, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nadar, F. X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Nur, S. 2019. Kesantunan Berbahasa Mahasiswa Pada Pesan WhatsApp Kepada Dosen. Indonesian Language Education and Literature, 5(2), 198–208.

Nurdaniah, Mia. 2014. Prinsip Kesantunan “Berbahasa Menurut Leech Pada Novel Pertemuan Dua Hati Karya N.H Dini Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA. Journal Volume 1. Kesantunan bahasa. Jakarta : FITK

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.

Rani, Abdul. dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.

Ruhendi, Saefullah. 2003. Pragmatik dari Morris sampai Van Dijk dan Perkembangannya di Indonesia. Jurnal Artikulasi Volume 3.

Bandung: FPBS.

Safruddin. 2017. Membangun Bahasa Santun. Yogyakarta: Dialektika.

Sugeng, A. D. 2016. Analisis Praanggapan Pada Percakapan Tayangan

“Sketsa” Di Trans Tv. BASASTRA, 2(3), 1–16.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:

Angkasa.

Verhaar, J. W. M. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

68

73

Warida, Ernawati. 2009. EYD dan Seputar Kebahasaan Indonesia.

Jakarta: Kawan Pustaka.

.

74 Lampiran

Lampiran I : Kartu Data Tuturan siswa kelas XI SMK Negeri Tapango

No. Kode

Data Konteks Peristiwa Tutur Indikator Maksim

Jenis Tindak

Tutur

1 0116042 1

Percakapan dua siswa yaitu fajriani dan ifra saat hendak pulang sekolah.

Fajriani yang minta dibonceng kepada Ifra sangat disambut baik oleh Ifra.

Fajriani :“Sendiri ki pulang, Bisa ka nbeng nanti pulang na?”

Ifra : “Iya, sama paki pulang nanti, karna tidak ada juga kutemani pulang”

Penggunaan maksim kebijaksanaan

ditunjukan pada kalimat tanya”Iya, sama paki pulang nanti, karna tidak ada juga kutemani pulang (Iya, nanti saya bonceng pulang, karna kebetulan tidak ada yang saya bonceng pulang). Tuturan ifra sangat bijak karena mendahulukan bertanya sebelum iya menyampaikan maksudnya untuk ikut pulang ifra naik motornya.

Ilokusi

2 0216042 1

Kehadiran kakak kelas yang telah lulus sedang dibicarakan oleh Dewi dan Dina yang kelihatannya sangat akrab.

Dewi :“Eh, datang tadi kak irwan di ruang OSIS”

Dina :“Iyah, ketemu ja juga tadi pas di kantor”

Penggunaan maksim pemufakatan pada tuturan ini ditunjukan pada kalimat “Iyah, ketemu ja tadi pas di kantor (...Iya, saya juga ketemu tadi dikantor)”.

Jawaban Dina sesuai dengan informasi yang dimaksud Dewi sehingga keduanya memaksimalkan kecocokannya.

Lokusi

3 0316042 1

Percakapan antara Sabrang yang mengajak pulang Fajriani namun Fajrianisudah mempunyai rencana pulang bersama Ifra Dan Sabrang diminta untuk mengantar Ani yang pulang berjalan kaki setiap hari.

Sabrang :” Mau ko Kuantar pulang?”

Fajriani :“Terimakasih, sama ka ifra pulang. Antar mi ani apa jalan kaki itu pulang kasiang”

Sabrang :”Oh, iya pale”

Penggunaan maksim kebijaksanaan

ditunjukan oleh kalimat Fajriani “antar mi ani apa jalan kaki itu pulang kasian (antar saja Ani, kasian dia jalan kaki kalau pulang)”. Saran Fajriani ini memaksimalkan keuntungan kepada ani dan memberikan informasi bermanfaat kepada Sabrang.

Ilokusi

4 0417042 1

Percakapan teman sebangku yang sedang bertanya

Ifra :”Mu tau mi cara kerjanya ini ee”

Fajriani :”Yap, mudah ji.

Penggunaan maksim kebijaksanaan ditandai dengan tuturan Fajriani

Yap, mudah ji ini. Sisa ini mu klik (...Yap,

Ilokusi