• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertama1 luar biasa pertama dari 1prinsip 1relevansi 1Sperber dan1 Wilson1 adalah1 penerapannya tidak1 hanya1 pada1

komunikasi1 tetapi1 juga1 pada1 domain kognitif secara umum.

2) Kedua dari prinsip1 relevansi1 Sperber1 dan1 Wilson1, yaitu ekspresi karakteristik1 ekonominya, merupakan 1konsekuensi langsung1 dari asal1 kognitif1 prinsip1 tersebut. 1

3) Ketiga1 dari Prinsip1 Relevansi1 Sperber1 dan1 Wilson1 adalah1 kemampuannya untuk membentuk1 kata-kata yang1 disumbangkan1 pembicara untuk komunikasi1 dan untuk mempengaruhi bagaimana1 pendengar1 ucapan-ucapan itu mulai berperilaku, menanganinya.

3. 1Kesantunan 1Berbahasa

19

Berbicara 1tentang 1bahasa, 1tidak 1terlepas dari apa 1yang disebut1 1budaya. 1Banyak 1yang berpendapat bahwa 1bahasa 1adalah bagian1 dari1 1budaya, 1banyak 1juga yang berpendapat 1bahwa 1bahasa 1berbeda 1dengan 1budaya 1tetapi 1saling 1berkaitan 1sehingga 1menjadi 1satu 1kesatuan 1yang 1sangat padu.

Setiap1 daerah1 memiliki1 budaya1 yang1 berbeda1, 1hal 1ini tercermin1 dari 1bahasanya. Kebudayaan antropologis 1sendiri diartikan sebagai1 keseluruhan1 sistem1 1gagasan, 1tindakan, 1dan 1karya manusia1 dalam1 kehidupan1 bermasyarakat1 yang1 menjelma menjadi manusia1 melalui pembelajaran (1Koentjaraningrat, 12009: 10).

Menurut1 Masinambuuw (1via 1Koentjaraningrat, 12009: 1171- 1721), sistem1 kebahasaan berfungsi 1sebagai 1sarana 1interaksi manusia1 yang berkesinambungan dalam1 masyarakat1, jadi ini 1berarti bahwa perilaku kebahasaan harus disertai dengan norma-norma yang berlaku dalam budaya ini terhadap bahasa, perhatian harus dibayar untuk etiket atau sopan santun.

Seseorang tidak dapat bertindak sewenang-wenang saat berkomunikasi. Saat menggunakan bahasa, orang harus mengikuti norma atau aturan masyarakat untuk menciptakan kesantunan berbahasa.

Memang, setiap1 budaya1 masyarakat1 tidak1 akan1 1membiarkan masyarakatnya1 melanggar norma1 atau1 aturan1 kesopanan 1yang berlaku (1Chaer, 2010:51). Setiap1 peserta1 tutur1 harus1 menjaga1 emosi lawan1 bicaranya, yang1 dianggap1 normal dalam budaya 1yang

20

berbeda, meskipun 1ekspresi 1dalam 1satu 1budaya 1mungkin 1berbeda dari prosedur yang lain.Kebiasaan mengungkapkan kesantunan linguistik diadopsi dalam 1budaya 1lain (1Nadar, 12009: 11621).

Tindakan1 kesantunan terutama dimaksudkan 1untuk 1mengurangi 1akibat yang 1tidak 1menyenangkan bagi 1lawan bicara atau1 berusaha menghindari1 konflik1 antara1 penutur1 dan1 1lawan bicara 1dalam komunikasi. Kesopanan berkuasa di masyarakat.

Sedangkan kesantunan sering disebut sebagai etiket 1dan 1diartikan sebagai1 aturan 1yang 1disepakati 1oleh 1masyarakat. 1Kesantunan menunjukkan 1sikap 1dalam berkomunikasi 1sehari1-1hari. 1Seseorang dapat1 dikatakan1 santun1 jika1 nilai1-1nilai kesantunan 1diterapkan dalam1 masyarakat1. Selain1 1itu, orang 1yang 1santun 1harus menyesuaikan1 diri 1dengan 1masyarakat, 1tempat, 1dan keadaan 1yang dihadapinya1.

Kesopanan seorang pria dinilai1 dari cara1 dia berbicara. Saat berkomunikasi1, Anda harus mengikuti 1budaya 1tempat 1atau lingkungan1 Anda. 1Jika 1seseorang 1tidak 1menggunakan norma1- 1norma 1yang 1berlaku di 1masyarakat, ia 1dapat 1dianggap 1sebagai 1orang 1yang 1tidak 1sopan, 1atau 1bahkan 1dinilai 1negatif 1oleh orang- orang di sekitarnya. Tata krama berbicara penting untuk 1dipelajari 1dan dipahami1, 1karena ketika Anda 1mengikuti standar 1yang benar, Anda akan1 mencapai1 kesantunan1 dalam1 berbicara.

21

Kemahiran bahasa berasal dari belajar berbicara suatu bahasa.

Tidak1 ada1 jaminan1 bahwa seseorang1 dengan kedudukan1 1sosial yang tinggi1 dapat1 berbicara dengan1 santun1, 1karena 1kemampuan berbahasa1 yang santun1 ditentukan1 oleh1 budaya1, bukan1 kedudukan dan1 pangkat1 (1Chaer, 12010: 120).

Sebenarnya1, prosedur linguistik adalah1 hal1 yang1 1paling penting1 dalam1 komunikasi, tetapi dalam1 praktiknya sering1 1diabaikan.

Saat kita 1berbicara, 1kita harus memperhatikan 1waktu, 1keadaan, jenis bahasa1 yang1 digunakan1, cara1 menyela1, jenis suara1 yang1 1kita gunakan1, 1gerak tubuh 1agar 1lawan bicara 1tidak 1tersinggung, 1dan kapan1 memulai1 dan1 mengakhiri1. . percakapan. Untuk1 itu1 1perlu dikaji dan1 dipahami 1norma 1budaya, 1karena prosedur kebahasaan yang1 sesuai dengan 1norma 1budaya 1menghasilkan 1kesantunan berbahasa1.

Leech1 (11993: 1126-11271) 1menganggap 1kesantunan 1sebagai 1sesuatu 1yang 1tidak 1bisa dianggap enteng. 1Ada 1tiga aturan untuk terlihat sopan. 1Hal 1ini ditunjukkan 1oleh 1Chaer (12010:

110-1111), 1ketiga 1kaidah 1tersebut 1adalah 1 (1) 1formalitas (bentuk) yang1 berarti tuturan1 harus formal1 dan tidak1 dipaksakan, (121) ragu- ragu, jangan berbicara 1terlalu 1tegas 1agar 1tuturan 1tidak 1kaku, 1dan (131) 1kesamaan 1atau keakraban (fairness), 1penutur harus memperlakukan 1lawan 1tutur 1sebagai teman agar tuturannya nyaman.

Dengan menilai seseorang bersikap sopan atau tidak berdasarkan standar

22

yang ditetapkan oleh1 kelompok1 masyarakat1 tertentu1 dalam1 1situasi tertentu1.

4. 1Prinsip 1Kesantunan 1Leech

Prinsip1 kesantunan1 menurut1 Leech1 (119931) berkaitan erat antara1 peserta1 1komunikasi, 1yaitu pembicara 1dan 1pendengar. Jadi mereka1 menggunakan1 strategi1 dalam1 mengajar cara berbicara dengan1 tujuan1 bersikap sopan tanpa menyinggung pendengar. 1dalam percakapan1.

Kesantunan1 berbahasa1 diperoleh1 dengan mempelajari bahasa. Tidak1 ada1 jaminan1 bahwa seseorang1 yang1 berkedudukan tinggi1 dapat1 berbicara dengan1 sopan karena1 kemampuan1 berbicara yang santun1 ditentukan1 oleh1 kepribadian yang1 menjadi1 kebiasaan1 sistem budaya1 lingkungannya1, bukan1 oleh1 gelar dan1 pangkat1.

Prinsip kesantunan dalam1 bertutur1 perlu diperhatikan 1agar tuturan1 diterima1 dan1 dianggap1 sopan. Leech1 (11993: 1206-12191) memberikan kajian1 tentang prinsip1-1prinsip 1kesantunan 1dalam pragmatik1 meliputi 1enam 1maksim, 1yaitu 1maksim 1kebijaksanaan, maksim1 kedermawanan1, maksim1 hormat, 1maksim 1kesederhanaan, maksim1 konsensus, 1dan 1maksim simpati. 1Berikut 1penjelasan dari keenam1 peribahasa1 tersebut.

a) 1Maksim 1Kebijaksanaan

Pepatah 1ini diungkapkan dengan kata-kata yang menindas dan sentimental. Pepatah ini didasarkan 1pada 1aturan, mengurangi

23

kerugian1 orang1 lain1, menguntungkan 1orang 1lain. Pepatah bijak ini1 menyoroti kebijaksanaan1 membuat1 keuntungan1 sebanyak mungkin bagi1 orang1 lain1 dan1 menyatakan bahwa lawan1 1bicara harus membuat1 kerugian1 sebesar1 mungkin1 untuk dirinya sendiri, dan bukan sebaliknya. Artinya, maksim ini memungkinkan lawan bicara puas dengan kata-kata yang diucapkan kepadanya.

Contoh1:

A: Biarkan saya1 mengantarmu1 pulang1!

B: Tidak1 usah1, terima kasih!.

Jelas1 bahwa kebijaksanaan1 Orang A1 menyarankan 1untuk meninggalkan Orang B sendirian di rumah. Hal ini dilakukan untuk memastikan B sampai di rumah dengan1 selamat1.

b) 1Maksim 1Kedermawanan

Maksim1 kedermawanan 1disebut 1juga 1dengan 1maksim kedermawanan. Prinsip1 dasar dari 1maksim 1kedermawanan mengharapkan1 peserta1 untuk meminimalkan 1keuntungan mereka sendiri1 dan1 memaksimalkan1 kerugian1 mereka 1atau mengorbankan diri1 mereka 1sendiri. Jika maksim 1kebijaksanaan berpusat1 pada1 orang1 1lain, maka pepatah 1kedermawanan berpusat1 pada1 diri1 1sendiri.

Contoh1:

A: 1Saya mengundang Anda ke1 rumah1 saya 1untuk 1makan siang1.

24 B: 1Terima 1kasih.

Dengan1 kata1 lain1, 1menurut pepatah 1ini, 1orang yang dianggap1 sopan 1dalam 1bertutur kata 1selalu 1berusaha untuk menyukai 1orang 1lain. 1Dengan 1maksim 1ini 1diharapkan para peserta1 tutur tidak1 menertawakan, menghina atau meremehkan mereka.

c) Maksim1 Penghargaan1 (1Generocity1 Maxim1)

Menurut1 maksim1 penghargaan1, orang1 dapat1 dikatakan sopan jika1 menghormati orang1 lain1. Dengan1 maksim1 apresiasi, diharapkan1 para peserta1 tidak1 saling1 meremehkan 1atau menyinggung satu sama lain. Karena mengejek adalah tindakan 1tidak 1sopan 1dan 1harus 1dihindari secara bersamaan. 1Maksim 1ini menuntut 1setiap 1peserta 1tutur untuk 1memaksimalkan 1rasa hormat1 terhadap orang1 lain1, atau1 dengan1 kata1 lain1, meminimalkan penghinaan terhadap 1orang 1lain 1dan memaksimalkan1 pujian1 terhadap 1orang 1lain. 1Jika 1seseorang tidak1 menghormati 1orang 1lain, itu 1berarti dia 1tidak menghormati pepatah 1ini 1dan 1tidak memiliki 1kesantunan 1berbahasa 1yang baik1.

Contoh1:

A: Suaramu merdu1 1sekali!

B: Yah, itu 1biasa. Thanks

25

Dalam peribahasa ini, setiap penutur diharapkan dapat menghargai pola perilaku baik lawan bicaranya. Sehingga dapat menciptakan keharmonisan interaksi1 1sosial.

d) 1Maksim 1Kerendahan 1Hati (1Modesty Maxim1)

Menurut1 maksim1 kesederhanaan1 atau1 1maksim kesopanan, seorang penutur 1dapat 1bersikap 1rendah 1hati dengan1 mengurangi1 pujian1 terhadap1 diri1 sendiri1 dan1 memaksimalkan1 rasa jijik pada1 diri1 sendiri1, sehingga penutur tidak dianggap sombong. Pembicara harus rendah hati agar fokus pada dirinya sendiri1.

Contoh :

A1: 1kamu 1sangat 1pintar, 1ya1!

B1: 1Tidak juga. Saya1 masih1 perlu1 banyak1 belajar1 1 lagi.

Dengan kata-kata ini, pembicara 1dapat 1membuat 1lawan bicaranya lebih1 reseptif. 1Karena 1kerendahan 1hati 1akan selalu1 membuat1 setiap1 orang1 yang1 bergaul 1dengan 1kita bahagia.

e) Maksim1 Permufakatan1

Maksim1 mufakat atau1 maksim1 kecocokan1 1menekankan pada kesesuaian 1antara 1penutur 1dan 1lawan tutur. 1Peserta dan1 lawan bicara harus sopan jika disepakati. Jangan memenggal kepala dan secara langsung bertentangan dengan

26

orang yang berbicara. Banyak faktor yang dapat dipertimbangkan seperti usia, posisi atau status1 1sosial. 1Dengan 1kata 1lain, peserta1 berbicara 1memaksimalkan kompatibilitas 1dan meminimalkan ketidaksesuaian 1antara pembicara. 1Contoh1:

A1: Rumah 1ibu 1Harni 1deka1t!

B1: 1iya, 1dekat sekali!.

Kita1 dapat melihat 1dalam 1percakapan bahwa 1B sepenuhnya mendukung1 argumen 1A 1dengan mengatakan "iya, dekat sekali" 1dan menegaskannya 1dengan 1kata "dekat sekali".

Hal1 ini1 menunjukkan interaksi1 yang1 baik1 dengan1 1maksim konsensus di dalamnya.

f) 1Maksim 1Kesimpatian

Menurut1 maksim1 empati, pembicara harus1 1memaksimalkan empati 1dan meminimalkan1 keengganan 1lawan bicara. 1Masyarakat menghargai 1simpati 1terhadap 1orang 1lain, sementara 1seseorang 1yang 1sinis dipandang 1tidak 1sopan.

1Ketika 1orang 1lain dalam 1kesulitan, mereka harus dibantu, 1dan ketika1 orang1 lain1 berhasil, mereka harus dipuji. Contoh :

A: Nilai ujian saya menurun!

B: baiklah, besok kita belajar lagi.

Pepatah ini menunjukkan sikap simpatik B terhadap 1A 1dengan 1memberikan 1motivasi 1belajar. 1Dengan 1prinsip kesantunan1, 1penutur harus menghormati 1dan 1mampu

27

menggunakan1 bahasa1 dengan1 santun1. Sehingga1 tidak1 terjadi salah paham antara pihak-pihak yang terlibat yang 1dapat menimbulkan1 1perselisihan. Berbicara 1santun 1tentunya 1tidak akan1 memisahkan keadaan 1dan 1kondisi. Seorang pembicara 1yang 1baik 1harus 1tahu bagaimana beradaptasi dengan lawan bicaranya, apakah dia 1lebih 1muda, 1seusia 1atau 1lebih 1tua.

B. 11Kerangka 11Pikir

Berdasarkan1 permasalahan1 di1 atas1, penelitian1 ini11 1termasuk 1kajian 1pragmatik.. 1Bidang 1kajian 1pragmatik 1terdiri 1dari 1tindak 1tutur, 1Implikatur 1percakapan, 1praanggapan, 1deiksis, 1dan 1relevansi. 1Dari 1ke 1enam 1bidang 1kajian 1pragmatik 1di 1atas, 1peneliti 1menfokuskan 1pada 1dua 1bidang 1yaitu 1tindak 1tutur 1dan 1prinsip 1kesantunan 1yang 1dikemukakan 1oleh 1Leech 1 (1993).

1Secara 1umum 1ada 1tiga 1macam 1tindak 1tutur 1dalam 1penggunaan 1bahasa, 1yaitu 1 (1) 1lokusi 1adalah 1tindak 1bertutur 1dengan 1kata, 1frasa, 1dan 1kalimat 1sesuai 1dengan 1makna 1yang 1dikandung 1dalam 1kata, 1frasa, 1dan 1kalimat 1itu, 1 (2) 1tindak 1tutur 1ilokusi 1adalah 1tindak 1melakukan 1sesuatu 1dengan 1maksud 1dan 1fungsi 1tertentu, 1 (3) 1tindak 1tutur 1perlokusi 1adalah 1tindak 1menumbuhkan 1pengaruh 1kepada 1mitra 1tutur. 1Sedangkan 1prinsip 1kesantunan 1yang 1dikemukakan 1oleh 1Leech 1ada 1enam 1yaitu 1maksim 1kebijaksanaan, 1maksim 1penerimaan, 1maksim 1penghargaan, 1maksim 1kesederhanaan, 1maksim 1permufakatan, 1dan 1maksim

28

1kesimpatian. 1Prinsip 1Leech 1digunakan 1sebagai 1alat 1untuk 1menunjukan 1kesantunan 1percakapan 1pada 1data 1penelitian 1ini.

1Untuk 1memperjelas 1kerangka 1pikir 1dalam 1penelitian 1ini 1akan 1ditampilkan 1dalam 1bentuk 1gambar. 1Berikut 1disajikan 1bagan 1kerangka 1pikir:

29 PRAGMATIK1

Praanggapan 1

Bagan I : Kerangka Pikir Deiksis

1

Tindak1 1Tutur

Implikatur1 1Percakapan

Prinsip1 Kesantunan1 Maksim1 Kebijaksanaan1 Maksim1Kedermawanan1 Maksim1Penghargaan1 Maksim1Kerendahan1Hati Maksim1Pemufakatan Maksim Kesimpatian Prinsip1

Kesantunan1 Leech1 (1993)

Relevansi 1

Temuan

-

Lokusi1