BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
B. Kajian Teori
No. Nama dan Judul Persamaan Perbedaan adalah eksperimen
d. Teknik pengumpulan data sikap ilmiah dalam penelitian tersebut menggunakan kuesioner atau angket
penelitian ini
menggunakan quasi experimental design tepatnya nonequivalent group posttest only design
c. Teknik pengumpulan data sikap ilmiah dalam penelitian tersebut adalah lembar observasi sikap ilmiah sedangkan dalam penelitian ini menggunakan angket sikap ilmiah
d. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian tersebut menggunakan cluster random sampling sedangkan dalam
penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling e. Teknik analisis data
dalam penelitian tersebut menggunakan regresi sederhana sedangkan dalam penelitian ini menggunakan Uji independent sample T- test
2) Model pembelajaran memudahkan peserta didik mendapatkan informasi terkait pembelajarannya
3) Model pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan gairah atau minat belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran 4) Model pembelajaran perlu terus dikembangkan karena adanya
perbedaan karakteristik, kepribadian dan kebiasaan-kebiasaan cara belajar peserta didik
5) Kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran beragam sehingga tidak hanya terpaku pada satu model saja 6) Tuntutan bagi guru profesional untuk memiliki semangat terus
melakukan pembaharuan dalam pembelajaran.51
Trianto dalam buku Afandi, dkk menyatakan bahwasanya model pembelajaran adalah perencanaan yang sengaja diatur dalam suatu pembelajaran berkaitan erat dengan pendekatan pembelajaran yang akan dipakai, tujuan-tujuan pembelajaran, tahapan dalam kegiatan belajar mengajar, lingkungan dan pengelolaan kelas.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran yang dapat membantu untuk memudahkan guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran serta berisi strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat penilaian pembelajaran.52
51 Asyafah, ―Menimbang Model Pembelajaran (Kajian Teoritis-Kritis Atas Model Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam)", 20.
52 Afandi et al., Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah, 15-16.
Model pembelajaran dikelompokkan menjadi beberapa model diantaranya: 1) Model interaksi sosial 2) Model pemrosesan informasi 3) Model personal (Personal Models) dan 4) Model modifikasi tingkah laku (Behavioral). Adapun salah satu kategori dalam model pembelajaran adalah model pemrosesan informasi.
Model tersebut merujuk pada cara penerimaan stimulus dari lingkungan. Adapun cara penerimaan stimuli dengan mengorganisasi data, memecahkan masalah dan menemukan konsep. Model tersebut dibagi menjadi model berpikir induktif, latihan inkuiri, inkuiri ilmiah, penemuan konsep dan pertumbuhan kognitif. Salah satu bagian dari rumpun model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran discovery learning.53
Menurut Hosnan dalam buku Susana menjelaskan bahwasanya discovery learning adalah model pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar aktif dengan menemukan dan melakukan penyelidikan sendiri sehingga mendapatkan suatu pengetahuan atau konsep yang diharapkan bisa tahan lama dalam ingatan siswa. Melalui model pembelajaran ini peserta didik juga bisa dilatih berpikir analisis dan belajar memecahkan masalahnya sendiri. Sejalan dengan pendapat Hosnan, Kurniasih juga menjelaskan dalam buku Susana bahwa discovery learning adalah model pembelajaran yang tidak menyajikan materi atau pelajaran
53 Nurdyansyah and Fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013, 25-28.
dalam bentuk final melainkan materi disajikan agar peserta didik bisa menemukan konsep materi dengan mandiri.54
Discovery learning merupakan model pembelajaran yang menyajikan materi pembelajaran secara tidak lengkap dengan tujuan agar peserta didik lebih aktif dalam mencari, menemukan serta mengorganisasikan konsep yang ditemukannya dari informasi atau materi yang sudah didapatkan.55 Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengajarkan siswa untuk lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan belajar mengajar karena siswa dituntut untuk mengorganisasikan pemahamannya secara mandiri dari informasi- informasi yang sudah diperoleh. Dalam model pembelajaran ini, siswa tidak hanya diharapkan menjadi konsumen akan tetapi siswa diharapkan untuk dapat berperan aktif dalam pemerolehan suatu konsep dari materi yang diajarkan.56
Menurut Putrayasa dalam jurnal Rosarina bahwasanya model pembelajaran discovery learning menjadikan peserta didik lebih dekat dengan sumber belajarnya, meningkatkan rasa percaya diri karena dia merasa bahwa apa yang dipelajarinya itu berasal dari hasil temuannya sendiri, dapat meningkatkan kerja sama dengan
54 Afria Susana, Pembelajaran Discovery Learning Menggunakan Multimedia
Interaktif, 1st ed. (Bandung: Tata AKbar, 2019),6
https://books.google.co.id/books?id=gDXYDwAAQBAJ.
55 Salmi, ―Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Peserta Didik Kelas XII IPS 2 SMA Negeri 13 Palembang,‖ 5.
56 Risnawati, Sudrajat, and Hayati Rahayu, ―Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Dan Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Wujud Benda,‖
41.
teman dalam mendapatkan konsep materi serta menambah pengalaman bagi peserta didik.57
Berdasarkan pengertian-pengertian yang sudah disampaikan tersebut, maka model pembelajaran discovery learning adalah suatu perencanaan yang sengaja dibuat oleh guru dengan menyajikan materi pembelajaran secara tidak utuh agar peserta didik dapat menemukan konsep atau pengetahuan dari materi yang disampaikan secara mandiri sehingga peserta didik mendapatkan sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran dengan harapan agar pengetahuan tersebut tahan lama dalam ingatan peserta didik.
b. Jenis dan Bentuk Model Pembelajaran Discovery Learning
Adapun jenis dari model pembelajaran discovery learning menurut Suprihatiningrum dalam buku Susana yaitu:
1) Pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) yakni pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan dari guru sehingga siswa bisa dengan bebas menentukan aktivitas belajarnya dalam pembelajaran discovery learning.
2) Pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) yakni pembelajaran penemuan yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya sehingga siswa tidak bisa dengan mudah menentukan aktivitas belajarnya sendiri dalam discovery learning.
57 Gina Rosarina, Ali Sudin, and Atep Sujana, ―Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Wujud Benda,‖
Jurnal Pena Ilmiah 1, no. 1 (2016): 374, https://ejournal.upi.edu.
Berdasarkan penjelasan mengenai jenis model pembelajaran discovery learning, maka discovery learning yang digunakan dalam penelitian ini adalah guided discovery learning. Guided discovery learning merupakan pembelajaran penemuan dengan guru sebagai fasilitator dalam pembelajarannya. Sehingga aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran masih dituntun oleh guru supaya lebih terarah dan sampai pada tujuan pembelajaran.
Oemar Hamalik dalam buku Susana menjelaskan bahwa discovery learning dapat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah atau komunikasi dua arah bergantung pada besarnya kelas.
Adapun penjelasan detail nya sebagai berikut.
1) Sistem satu arah. Pendekatan satu arah yakni melalui penyajian satu arah dari guru. Bentuk penyajiannya dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses discovery di depan kelas.
Guru memberikan masalah kemudian menyelesaikannya melalui langkah-langkah discovery learning.
2) Sistem dua arah. Pendekatan dua arah yakni lebih banyak melibatkan peran dari siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru dan melaksanakan sintak-sintak discovery learning sedangkan guru hanya sebagai pembimbing yang menunjukkan benar atau salah. 58
58 Susana, Pembelajaran Discovery Learning Menggunakan Multimedia Interaktif, 6-7.
Berdasarkan penjelasan mengenai bentuk model pembelajaran discovery learning, maka discovery learning yang digunakan dalam penelitian ini adalah discovery learning dengan sistem dua arah. Dimana lebih banyak melibatkan peran siswa untuk menjawab pertanyaan dan guru tetap melakukan sintaks dari model pembelajaran discovery learning dengan bertindak sebagai pembimbing.
c. Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning
Adapun tujuan dari model pembelajaran discovery learning menurut Hosnan dalam buku Susana sebagai berikut.
1) Untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah bertujuan menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.
2) Untuk memusatkan pembelajaran kepada siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran dan bisa mendapatkan sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran yang sudah dilakukan.
3) Untuk menggabungkan pengetahuan baru yang barusan didapat dan pengetahuan lama yang sudah didapat sebelumnya.59
d. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Model Discovery Learning Discovery learning adalah model pembelajaran yang menjadikan peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran sehingga
59 Susana,8.
mampu menemukan sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran yang dilakukan. Sesuatu yang bermakna tersebut dapat berarti adalah konsep materi yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa melalui model pembelajaran discovery learning.60 Syah dalam buku Panggabean et al., menjelaskan tentang langkah-langkah melaksanakan pembelajaran model discovery learning sebagai berikut.
1) Stimulasi (Stimulation)
Stimulasi adalah tahapan awal dalam pembelajaran dengan model discovery learning. Kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tahap ini mengarah pada proses pemecahan masalah yang nantinya akan dilakukan oleh peserta didik. Kegiatan yang biasanya dilakukan diantaranya adalah mengajukan pertanyaan dan membaca buku ataupun kegiatan yang lainnya yang bisa dilakukan untuk mengarahkan peserta didik pada proses berpikir tentang pemecahan masalah.
2) Identifikasi Masalah (Problem Statement)
Pada tahapan kedua ini, peserta didik diajak untuk menemukan berbagai masalah yang relevan dengan bahan pembelajaran kemudian salah satu dari masalah tersebut dipilih untuk dirumuskan dalam bentuk jawaban sementara (hipotesis).
60 Abigail Josephine K., Heri Sawiji, and Susantiningrum, ―Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran Kelas X Administrasi Perkantoran 3 SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015,‖ Jurnal Informasi Dan Komunikasi Administrasi Perkantoran 1, no. 1 (2016): 14–35, http://jurnal.fkip.uns.ac.id.
3) Pengumpulan Data (Data Collection)
Tahapan selanjutnya dari model discovery learning atau tahap ketiga adalah peserta didik diarahkan untuk mengumpulkan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dengan permasalahan yang diangkat. Informasi tersebut digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang sudah dirumuskan.
4) Pengolahan Data (Data Processing)
Tahapan ini adalah tahap keempat dari model pembelajaran discovery learning dimana dalam tahapan ini terjadi proses mengolah data dan informasi yang sudah diperoleh peserta didik melalui wawancara, observasi dan lain sebagainya.
5) Verifikasi (Verification)
Tahapan ini adalah tahap kelima dari model discovery learning. Pada tahapan ini peserta didik melakukan pemeriksaan dengan cermat untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang dirumuskan dan dihubungkan dengan data-data dan informasi yang sudah didapatkan sebelumnya.
6) Generalisasi (Generalization)
Pada tahapan keenam atau bisa disebut sebagai tahap akhir ini peserta didik akan diajak untuk membuat kesimpulan terkait dengan topik yang sudah dibahas berdasarkan kegiatan-
kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya. Tidak hanya membuat kesimpulan tetapi peserta didik juga diajak untuk menyampaikan kesimpulannya di depan teman-temannya.61 e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery
Learning
Menurut Suherman dalam buku Susana menjelaskan bahwasanya model pembelajaran discovery learning memiliki kelebihan atau keunggulan. Adapun kelebihan model pembelajaran discovery learning sebagai berikut.
1) Pembelajaran dengan model discovery learning menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena mereka harus berpikir dan menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk menemukan hasil akhir.
2) Pembelajaran dengan model discovery learning menjadikan siswa benar-benar memahami bahan pelajarannya karena mereka menemukan sendiri konsep materinya dan mereka turut serta terlibat dalam proses tersebut. Pengetahuan yang didapat dengan pengalaman sendiri diharapkan jauh lebih tertanam kuat di ingatan siswa.
3) Pembelajaran dengan model discovery learning didasari dengan kegiatan menemukan sendiri yang bisa menimbulkan rasa puas.
61 Panggabean et al., Sistem Student Center Learning Dan Teacher Center Learning, 36-37.
Kepuasan batin inilah yang menjadikan ia melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya dapat meningkat.
4) Siswa yang mendapatkan pengetahuan dengan cara menemukan sendiri akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
5) Model pembelajaran ini membuat siswa lebih banyak belajar sendiri.62
Menurut Kurniasih dalam buku Susana menjelaskan bahwasanya model pembelajaran discovery learning juga memiliki kelemahan atau kekurangan. Adapun kekurangan model pembelajaran discovery learning sebagai berikut.
1) Model pembelajaran discovery learning dirasa kurang efisien jika digunakan dalam kelas yang jumlah siswanya banyak.
Karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori pemecahan masalah lainnya.
2) Model pembelajaran ini lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman. Sedangkan untuk mengembangkan keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapatkan perhatian.
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam model pembelajaran ini akan pupus bila guru dan siswa sama-sama terbiasa belajar
62 Susana, Pembelajaran Discovery Learning Menggunakan Multimedia Interaktif, 9-10.
dengan cara-cara lama ataupun model pembelajaran yang sudah biasa dilakukan.63
2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
a. Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Secara umum Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sama hal nya dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). Hanya mengalami perubahan nama menjadi LKPD dalam kurikulum 2013. Menurut Andi dalam jurnal Pawestri dan Zulfiati menjelaskan bahwasanya LKPD sendiri adalah bahan ajar berupa cetak yang berisi ringkasan materi dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik dan mengacu pada kompetensi dasar serta tujuan yang hendak dicapai.64
Berdasarkan pengertian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah tugas-siswa yang disusun dalam bentuk kertas- kertas yang berisi petunjuk ataupun langkah kerja dalam menyelesaikan sebuah tugas. LKPD adalah sarana mempermudah kegiatan belajar mengajar sehingga terbentuk proses interaksi yang baik antara siswa dengan guru dalam kegiatan belajar yang berdampak pada meningkatnya prestasi belajar siswa. Didik dalam jurnal Muslimah menyatakan bahwa LKPD adalah salah satu
63 Susana,10.
64 Elok Pawestri and Heri Maria Zulfiati, ―Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Untuk Mengakomodasi Keberagaman Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas II Di SD Muhammadiyah Danunegaran,‖ TRIHAYU: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an 6, no. 3 (2020): 904, https://jurnal.ustjogja.ac.id.
sumber belajar yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru. Karena LKPD dapat dikembangkan secara mandiri oleh guru, maka guru dapat menyusun LKPD itu disesuaikan dengan kebutuhan siswa.65
Trianto dalam artikel prosiding Danial dan Sanusi menjelakan bahwasanya LKPD memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk memaksimalkan kemampuan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.66 LKPD merupakan lembaran yang digunakan siswa mengerjakan sesuatu yang dipelajarinya. Sesuatu yang dipelajari oleh siswa itu beragam seperti merancang proyek sosial, menyusun rencana kerja atau jadwal kegiatan, melakukan pengamatan, menuliskan atau menggambarkan hasil pengamatannya dan menarik kesimpulan.67
Penggunaan LKPD dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami materi yang bersangkutan. Widjajanti dalam jurnal Andriana, dkk menyatakan bahwa penggunaan LKPD dalam pembelajaran juga dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar,
65 Muslimah, ―Pentingnya LKPD Pada Pendekatan Scientific Pembelajaran Matematika,‖ 1476.
66 Muhammad Danial and Wahidah Sanusi, ―Penyusunan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis Investigasi Bagi Guru Sekolah Dasar Negeri Parangtambung II Kota Makassar,‖ in Prosiding Seminar Nasional Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (Makassar: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2020), 615, https://ojs.unm.ac.id/semnaslpm/article/download/11888/7003.
67 K.P.P.S.F.I.S.U.N.Y.F.M.S.D.I. Yogyakarta, Instrumen Penilaian Keterampilan Mata Pelajaran Sosiologi SMA LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) (UNY Press, 2020), 11, https://books.google.co.id/books?id=LKQPEAAAQBAJ.
meningkatkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu serta meningkatkan kemampuan problem solving (memecahkan masalah). Selain itu, LKPD juga seharusnya tidak hanya berisi latihan soal saja, tetapi juga berisi rangkuman materi, petunjuk langkah-langkah percobaan yang harus dilakukan siswa untuk menemukan konsep dan soal-soal produktif sebagai latihan siswa secara mandiri.68
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka LKPD merupakan bahan ajar berbentuk lembaran kertas yang berisi materi, tugas dan langkah kerja dalam melakukannya yang dikerjakan oleh siswa dan bertujuan untuk memudahkan dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
b. Komponen Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Komponen LKPD itu bisa bermacam-macam . Meskipun tidak sama persis tapi inilah komponen LKPD menurut Prastowo dalam jurnal Lase dan Zai sebagai berikut.
1) Judul LKPD. Judul LKPD dapat ditentukan dengan melihat Kompetensi Dasar (KD), materi pokok atau pengalaman belajar.
Judul boleh diambil dari satu KD jika KD tidak terlalu besar cakupan materinya. Namun, bila dirasa KD terlalu besar
68 Ecep Andriana, Trian Pamungkas Alamsyah, and Injilya Tambun,
―Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Saintifik Kontekstual Materi Peristiwa Alam Beserta Mitigasi Bencana,‖ Jurnal Ilmiah Kependidikan 10, no. 2 (2020): 163–71, http://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE.
cakupan materi nya maka bisa menggunakan submateri yang lebih spesifik.
2) Petunjuk belajar. Petunjuk belajar disini yang dimaksud adalah langkah-langkah yang dilakukan peserta didik untuk mengerjakan LKPD tersebut.
3) Kompetensi yang hendak dicapai. Kompetensi yang hendak dicapai dalam LKPD dapat ditulis dengan bentuk KD dan indikator pencapaian.
4) Informasi pendukung dan materi terkait. Materi yang dimasukkan dalam LKPD adalah materi yang disesuaikan dengan pokok pembahasan yang akan disampaikan kepada peserta didik. Semisal LKPD untuk satu sub materi maka materi yang disertakan juga hanya satu sub materi saja begitu seterusnya.
5) Tugas dan langkah kerja. Tugas yang dimasukkan dalam LKPD adalah tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik baik secara individu maupun berkelompok. 69
c. Manfaat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Adapun manfaat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dalam pembelajaran sebagai berikut.
69 Natalia Kristiani Lase and Nurlina Zai, ―Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Contextual Teaching and Learning Pada Materi Sistem Ekskresi Manusia Di Kelas VIII SMP Negeri 3 Idanogawo,‖ Jurnal Pendidikan Minda 3, no. 2 (2022):
102,
http://www.ejurnal.universitaskarimun.ac.id/index.php/mindafkip/article/view/462%0Ahttp://
www.ejurnal.universitaskarimun.ac.id/index.php/mindafkip/article/download/462/412.
1) Menjadikan peserta didik aktif dalam pembelajaran.
2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
3) Membantu serta melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
4) Sebagai pedoman yang lebih memudahkan guru dan peserta didik dalam pembelajaran.
5) Membantu peserta didik mendapatkan catatan dan informasi dalam kegiatan belajar mengajar.70
d. Fungsi LKPD
Adapun fungsi LKPD menurut Prastowo dalam buku Novelia sebagai berikut.
1) Sebagai bahan ajar yang dapat meminimalkan peran pendidik dan memaksimalkan peran peserta didik dalam proses pembelajaran.
2) Sebagai bahan ajar yang dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran.
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan dilengkapi dengan tugas untuk menjadi bahan latihan mandiri peserta didik.
4) Memudahkan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.71
70 Muslimah, ―Pentingnya LKPD Pada Pendekatan Scientific Pembelajaran Matematika,‖ 1476.
71 Rika Novelia, Dewi Rahimah, and Muhammad Fachruddin Syukur, ―Penerapan Model Mastery Learning Berbantuan LKPD Untuk Mneingkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Di Kelas VIII.3 SMP NEGERI 4 Kota Bengkulu,‖ Jurnal Penelitian
e. Tujuan Penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Prastowo dalam buku Novelia menjelaskan bahwasanya ada empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKPD sebagai berikut.
1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik berinteraksi dengan materi yang diberikan.
2) Menyajikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan.
3) Melatih kemandirian belajar peserta didik.
4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.72
f. Macam-Macam LKPD
Menurut Prastowo dalam artikel prosiding Danial dan Sanusi menjelaskan bahwa LKPD berdasarkan tujuan penyusunannya dapat dikategorikan menjadi lima macam bentuk yaitu:
1) LKPD yang membantu peserta didik untuk menemukan konsep.
2) LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan.
3) LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar.
4) LKPD yang berfungsi sebagai penguatan.
5) LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum atau percobaan.73
Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS) 1, no. 1 (2017): 20–25, https://doi.org/10.33369/jp2ms.1.1.20-25.
72 Novelia, Rahimah, and Syukur,22.
g. Langkah-Langkah Penyusunan LKPD
Adapun langkah-langkah dalam menyusun LKPD menurut Prastowo dalam jurnal Lase dan Zai sebagai berikut.
1) Melakukan analisis kurikulum. Langkah awal dalam penyusunan LKPD adalah analisis kurikulum. Analisis kurikulum ini dimaksudkan untuk menentukan materi mana saja yang membutuhkan bahan ajar LKPD. Analisis kurikulum ini dapat dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar dan materi yang akan diajarkan lalu dicermati kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam materi tersebut.
2) Menyusun peta kebutuhan LKPD. Peta kebutuhan LKPD ini nantinya akan ditulis agar sesuai dengan kurikulum dan kompetensi yang seharusnya dimiliki peserta didik. Untuk dapat menyusun peta kebutuhan LKPD, maka bisa dimulai dari menganalisis kurikulum seperti SK, KD, indikator serta menganalisis sumber belajar yakni teori singkat tentang materi yang akan disampaikan sehingga bisa diketahui berapa banyak LKPD yang akan dibuat dalam satu materi.
3) Menentukan judul LKPD. Judul LKPD ditentukan dari Kompetensi Dasar (KD), materi pokok atau pengalaman belajar yang ada dalam kurikulum.
73 Danial and Sanusi, ―Penyusunan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis Investigasi Bagi Guru Sekolah Dasar Negeri Parangtambung II Kota Makassar,‖
651.
4) Penulisan LKPD. Adapun langkah yang dilakukan dalam penulisan LKPD diantaranya:
a) Merumuskan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar (KD) adalah penjabaran dari Standar Kompetensi (SK). SK, KD dan indikator diturunkan dari silabus.
b) Menentukan alat penilaian. Alat tes yang dipakai disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan materi yang digunakan.
c) Menyusun materi LKPD. Materi dalam LKPD dapat berupa informasi pendukung yaitu gambaran umum atau ruang lingkup materi yang akan disampaikan.
d) Memperhatikan struktur LKPD agar benar dan sesuai dengan ketentuan. 74
h. Syarat-Syarat Penyusunan LKPD
Prosedur penyusunan LKPD menurut Prastowo Andi dalam jurnal Muslimah ada 3 macam antara lain:
1) Syarat Didaktik
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu sarana yang berfungsi sebagai pedoman dalam proses pembelajaran antara pendidik dengan peserta didik untuk
74 Natalia Kristiani Lase and Nurlina Zai, ―Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Contextual Teaching and Learning Pada Materi Sistem Ekskresi Manusia Di Kelas VIII SMP Negeri 3 Idanogawo,‖ Jurnal Pendidikan Minda 3, no. 2 (2022):
101-102
http://www.ejurnal.universitaskarimun.ac.id/index.php/mindafkip/article/view/462%0Ahttp://
www.ejurnal.universitaskarimun.ac.id/index.php/mindafkip/article/download/462/412.