• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen pengaruh model pembelajaran (Halaman 172-196)

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

D. Pembahasan

siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran discovery learning berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada materi sistem ekskresi kelas XI MIPA di MAN Lumajang tahun pelajaran 2022/2023.

Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh data yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan sikap ilmiah kelas kontrol dan eksperimen setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada materi sistem ekskresi. Perbedaan itu meliputi skor rata-rata angket sikap ilmiah siswa, standar deviasi, skor tertinggi dan skor terendah. Dimana kelas eksperimen menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dapat terjadi dikarenakan penggunaan model pembelajaran discovery learning berbantuan LKPD kepada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan yang sama sehingga mendapatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen. Hal ini juga dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Patrianingsih, dkk bahwasanya dari hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan perubahan rata-rata sikap

0 50 100 150 200 250

Rata-Rata Standar Deviasi

Skor Maksimum

Skor Minimum

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Gambar 4.1 Diagram Sikap Ilmiah Siswa

ilmiah siswa setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran discovery learning yaitu dari skor 78,4 menjadi 83,19.126

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan distribusi frekuensi perolehan skor sikap ilmiah kelas eksperimen bahwasanya sebanyak 8 siswa atau sekitar 28,57% memperoleh skor sikap ilmiah dengan kategori sangat tinggi; 16 siswa atau sekitar 57,14% memperoleh skor sikap ilmiah dengan kategori tinggi dan empat siswa lainnya atau sekitar 14,29% memperoleh skor sikap ilmiah dengan kategori cukup tinggi. Tidak ditemukan siswa kelas eksperimen yang mendapatkan skor sikap ilmiah dengan kategori rendah dan sangat rendah.

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan distribusi frekuensi perolehan skor sikap ilmiah kelas kontrol, sebanyak 11 siswa atau sekitar 52,38%

memperoleh skor sikap ilmiah dengan kategori tinggi; 10 siswa atau sekitar 47,62% memperoleh skor sikap ilmiah dengan kategori cukup tinggi. Tidak ditemukan siswa kelas kontrol yang mendapatkan skor sikap ilmiah dengan kategori sangat tinggi, rendah dan sangat rendah. Hal tersebut juga turut menjelaskan bahwasanya model pembelajaran discovery learning berbantuan LKPD dapat menunjang pembentukan sikap ilmiah siswa. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Patrianingsih, dkk dalam jurnal penelitiannya bahwasanya model pembelajaran itu adalah salah satu dorongan yang mampu memfasilitasi siswa dalam proses

126 Patrianingsih, B, and S. Kaseng, ―Pengauruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep Biologi Dan Sikap Ilmiah Peserta Didik SMA Negeri 3 Takalar,‖ 40.

pembentukan sikap ilmiahnya. Sikap ilmiah itu dapat terbentuk dengan mengondisikan siswa melalui pengalaman pribadi mereka.127

Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Roheni, dkk dalam jurnal nya menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan sikap ilmiah dan keterampilan sains siswa. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa nilai z2 hitung > z2 daftar. Menurut Roheni, dkk discovery learning merupakan teknik penemuan yang mengajak siswa untuk mengetahui suatu konsep melalui kegiatan penemuan sehingga siswa dituntut untuk mengalami, merasakan dan mengetahui sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah sehingga akan terbentuk suatu sikap ilmiah dan keterampilan proses sains.128

Menurut Hosnan dalam buku Susana menyatakan bahwa discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar karena model pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk bisa memperoleh pengetahuannya secara mandiri melalui berbagai kegiatan seperti percobaan, penyelidikan, membaca literatur dan lain sebagainya. Ketika siswa dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning ini,

127 Patrianingsih, B, and S. Kaseng, 40.

128 Ani Roheni, Yoyon Sutresna, and Nur Ilmiyati, ―Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Dan Keterampilan Proses Sains Siswa,‖ Bioed :

Jurnal Pendidikan Biologi 8, no. 2 (2020): 43,

https://doi.org/10.30870/educhemia.v4i2.6118.

diharapkan siswa mendapatkan pengetahuan yang sifatnya tahan lama karena siswa turut serta aktif dalam proses pemerolehannya.129

Menurut Andi dalam jurnal Pawestri dan Zulfiati mengemukakan bahwa LKPD merupakan bahan ajar cetak yang memuat ringkasan materi, tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa beserta petunjuknya atau bahkan berisi petunjuk praktikum yang bisa dilakukan secara mandiri oleh siswa baik dalam bentuk kerja sendiri atau berkelompok.130 Penggunaan LKPD dalam pembelajaran dengan model discovery learning dapat memudahkan siswa untuk memahami materi, meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, rasa ingin tahu serta kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.131

Menurut Syah dalam buku Panggabean et al., menyatakan bahwa discovery learning dalam membimbing siswa mendapatkan konsep dan memahami materi melalui enam langkah yakni stimulasi, identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi dan menarik kesimpulan.132

Tahapan stimulasi adalah tahapan dimana guru berusaha membawa peserta didik untuk memecahkan masalah melalui kegiatan membaca literatur, mengamati gambar atau video dan mengajukan pertanyaan

129 Susana, Pembelajaran Discovery Learning Menggunakan Multimedia Interaktif, 6.

130 Pawestri and Zulfiati, ―Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Untuk Mengakomodasi Keberagaman Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas II Di SD Muhammadiyah Danunegaran,‖ 904.

131 Andriana, Pamungkas Alamsyah, and Tambun, ―Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Saintifik Kontekstual Materi Peristiwa Alam Beserta Mitigasi Bencana,‖ 164.

132 Panggabean et al., Sistem Student Center Learning Dan Teacher Center Learning, 36-37.

kepada siswa. Tahapan kedua adalah identifikasi masalah yakni di tahap ini guru bersama siswa berusaha untuk menguraikan berbagai masalah yang kaitannya dengan materi yang akan disampaikan. Masalah tidak hanya berasal dari guru tetapi siswa diajak juga terlibat dalam setiap kegiatan. Kemudian permasalahan tersebut akan difokuskan pada masalah tertentu yang menjadi pembahasan sesuai dengan pokok materi sehingga akan dibuat sebuah hipotesis atau jawaban sementara.

Tahapan ketiga dan keempat adalah pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap ini siswa, diminta peran aktif nya untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan permasalahan yang dikaji untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang sudah dibuat.

Dilanjutkan dengan tahap pengolahan data yang diisi dengan kegiatan siswa berdiskusi bersama teman sekelompok untuk menyusun dan mengolah serta memastikan kebenaran dari data yang sudah diperoleh.

Peran guru disini adalah sebagai fasilitator siswa apabila menemui kesulitan dan meluruskan data yang didapatkan sementara.

Tahapan kelima dan keenam adalah verifikasi dan pembuatan kesimpulan. Setelah siswa selesai mengolah data, dilanjutkan dengan tahap verifikasi yaitu mengecek kebenaran dari hipotesis yang sudah dibuat dengan data yang diperoleh siswa. Tahapan ini bisa diwujudkan dalam kegiatan presentasi baik secara individu maupun kelompok di depan kelas.

Selanjutnya adalah tahapan generalisasi atau menarik kesimpulan. Siswa diminta untuk membuat sebuah kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari

sehingga guru dapat melihat apakah siswa berhasil menemukan konsep yang diharapkan dari pembelajaran dengan model discovery learning ini.

2. Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Setelah Dibelajarkan Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada Materi Sistem Ekskresi Kelas XI MIPA di MAN Lumajang Tahun Pelajaran 2022/2023.

Data hasil belajar biologi siswa didapat melalui tes pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal. Berdasarkan hasil posttest belajar siswa menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yaitu 85,00; standar deviasi sebesar 8,607; nilai tertinggi sebesar 100,00 dan nilai terendah sebesar 70,00. Kelas kontrol memiliki nilai rata-rata yaitu 76,90; standar deviasi sebesar 8,437; nilai tertinggi sebesar 90,00 dan nilai terendah sebesar 60,00. Perbedaan hasil belajar biologi siswa dapat dilihat pada diagram berikut.

Gambar 4.2

Diagram Hasil Belajar Biologi Siswa 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Rata-Rata Standar Deviasi

Nilai Maksimum

Nilai Minimum

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa kelas kontrol dan eksperimen setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada materi sistem ekskresi. Perbedaan itu dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa, standar deviasi, skor tertinggi dan skor terendah. Kelas eksperimen memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terjadi disebabkan adanya penggunaan model pembelajaran discovery learning berbantuan LKPD di kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol tidak ada perlakuan yang sama sehingga memperoleh hasil yang lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen.

Tabel 4.6 menunjukkan distribusi frekuensi perolehan nilai hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen bahwa sebanyak 23 siswa atau sekitar 82,14% memperoleh nilai hasil belajar biologi dengan kategori sangat tinggi; 5 siswa atau sekitar 17,86% memperoleh nilai hasil belajar biologi dengan kategori tinggi dan 0% siswa yang memperoleh nilai hasil belajar biologi dengan kategori cukup tinggi, rendah dan sangat rendah.

Tabel 4.7 menunjukkan distribusi frekuensi perolehan nilai hasil belajar biologi siswa kelas kontrol bahwasanya sebanyak 10 siswa atau sekitar 47,62% memperoleh nilai hasil belajar biologi dengan kategori sangat tinggi; 11 siswa atau sekitar 52,38% memperoleh nilai hasil belajar biologi dengan kategori tinggi dan sebesar 0% siswa yang mendapatkan nilai hasil belajar biologi dengan kategori cukup tinggi, rendah dan sangat

rendah. Berdasarkan pemaparan hasil distribusi frekuensi tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran discovery learning berbantuan LKPD bisa membantu siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Indriani bahwasanya siswa kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning memiliki nilai rata-rata hasil belajar biologi sebesar 83,71 sedangkan siswa kelas kontrol yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning mendapatkan nilai rata-rata hasil belajar biologi sebesar 69,69. Hal itu berarti bahwa dengan dibelajarkan menggunakan model pembelajaran discovery learning, siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih bagus.133

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Indriani, penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Asmaniza dengan model pembelajaran discovery learning melalui media wordsquare dan crossword terhadap hasil belajar siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit di kelas X MAS Babun Najah Banda Aceh. Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah didapatkan bahwasanya diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning mengalami perubahan dari nilai pretest 45,67 menjadi 81,67 (posttest). Sedangkan pada kelas kontrol mendapatkan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang sebelumnya 47,67 pada pretest menjadi 66,00

133 Indriani, ―Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kognitif Materi Virus Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Makassar,‖ 44.

pada posttest. Kelas eksperimen memperoleh rentang selisih antara nilai rata-rata pretest dan posttest sebesar 36,00 sedangkan kelas kontrol memperoleh rentang selisih antara nilai rata-rata pretest dan posttest sebesar 18,33. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran discovery learning dapat membantu siswa memperoleh hasil belajar yang lebih bagus dari sebelumnya.134

Sebagaimana pendapat Rusman dalam bukunya yang menyatakan bahwasanya hasil belajar siswa itu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari luar. Faktor eksternal diantaranya adalah kurikulum, sarana dan guru. Faktor eksternal guru dalam hal ini dapat diartikan juga sebagai metode ataupun model pembelajaran yang dipakai guru sebagai sarana untuk memudahkan dalam menyampaikan materi kepada siswa.135

3. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) terhadap Sikap Ilmiah Siswa pada Materi Sistem Ekskresi Kelas XI MIPA di MAN Lumajang Tahun Pelajaran 2022/2023.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran discovery learning berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik

134 Asmaniza, ―Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Melalui Media Word Square Dan Crossword Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit Di Kelas X MAS Babun Najah Banda Aceh,‖ 45-46.

135 Rusman, Belajar & Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 36- 37.

(LKPD) terhadap sikap ilmiah siswa pada materi sistem ekskresi kelas XI MIPA di MAN Lumajang tahun pelajaran 2022/2023. Adanya pengaruh dapat dilihat dari hasil uji independent sample T-test pada lampiran 32 dengan rincian sebagaimana pada Tabel 4.15 berikut.

Tabel 4.15

Rekapitulasi Hasil Uji Analisis Variabel Sikap Ilmiah Kelas Rata-Rata ttabel thitung Sig.

(2-tailed) Keterangan Eksperimen 193,57

2,01174 3,361 0,002

Ada perbedaan signifikan Konrol 172,14

(Sumber: Diolah di SPSS, 2023 Lampiran 32 Hal. 499)

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa jumlah skor rata- rata sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning berbantuan LKPD di kelas eksperimen sebesar 193,57 dan di kelas kontrol sebesar 172,14. Skor rata-rata sikap ilmiah lebih tinggi di kelas eksperimen dibandingkan di kelas kontrol. Selain menggunakan rata-rata, adanya perbedaan skor rata-rata sikap ilmiah juga dapat dijelaskan melalui uji independent sample T-test.

Sebelum mengidentifikasi adanya perbedaan melalui hasil Uji independent sample T-test, yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah mengetahui nilai ttabel. Nilai ttabel diperoleh dari melihat tabel distribusi nilai t dengan memperhatikan nilai df atau degree of free dan taraf signifikansi yang digunakan. Degree of free atau derajat kebebasan ini memiliki rumus yaitu n-2, dimana setiap nilai n menunjukkan total jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian. Kemudian setelah df diketahui selanjutnya

adalah memperhatikan hipotesis penelitian untuk menentukan apakah hipotesis yang digunakan adalah hipotesis satu arah atau dua arah. Maka diketahui bahwa taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5% atau 0,05 dengan df = 47 dan hipotesis penelitian merupakan hipotesis dua arah. Karena hipotesis penelitian adalah hipotesis dua arah, maka untuk menentukan nilai ttabel diperhatikan pada titik temu antara df dengan taraf signifikansi (alpha) pada baris kedua. Sehingga diperoleh ttabel yaitu 2,01174.

Berdasarkan pada tabel 4.15 diketahui bahwasanya uji independent sample T-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan nilai thitung sebesar 3,361 dan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,002 dengan df = 47.

Oleh karena nilai thitung (3,361) > ttabel (2,01174) dan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,002 < 0,05 maka H01 ditolak dan Ha1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sikap ilmiah siswa kelas kontrol dan eksperimen setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning berbantuan LKPD pada materi sistem ekskresi kelas XI MIPA di MAN Lumajang tahun pelajaran 2022/2023.

Sebelum diberikan perlakuan pada kedua sampel, kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal sikap ilmiah yang sama.

Hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata hasil belajar pada ulangan harian sebelum materi sistem ekskresi di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas ini memiliki nilai rata-rata hasil belajar yang hampir sama sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut memiliki

kemampuan yang hampir sama baik dalam sikap ilmiah maupun hasil belajarnya. Untuk detail perolehan nilai rata-rata hasil belajar ulangan harian sebelumnya kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat di lampiran 26 dengan rinciannya sebagaimana Tabel 4.16 berikut.

Tabel 4.16

Nilai Rata-Rata UH Bab Respirasi

Kelas Jumlah

Siswa

Nilai Rata- Rata Kelas

Eksperimen 28 72,14

Kelas Kontrol 21 76,67

(Sumber: Dokumentasi, 2023 Lampiran 26 Hal. 444)

Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui bahwa pada Ulangan Harian (UH) bab sebelumnya, kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-rata sebesar 72,14 dan kelas kontrol mendapatkan nilai rata-rata sebesar 76,67.

Kedua nilai ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen maupun kontrol memiliki kemampuan awal yang sama baik dalam sikap ilmiah ataupun hasil belajarnya. Sikap ilmiah ini memiliki korelasi atau hubungan yang erat dengan hasil belajar. Sehingga apabila siswa memiliki hasil belajar tinggi maka kemampuan sikap ilmiahnya juga memiliki skor yang tinggi.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Musta’in, dkk dalam jurnalnya bahwasanya dari penelitian yang sudah dilakukan didapatkan hasil bahwa sikap ilmiah itu berhubungan erat dengan hasil belajar atau prestasi belajar. Penelitian yang dilakukannya mendapatkan nilai sig. (2-tailed) sebesar (0,000 ≤ 0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ilmiah dengan prestasi dan hasil belajarnya.

Adapun koefisien korelasi yang diperoleh yakni sebesar 0,065 dan telah menunjukkan korelasi yang cukup tinggi antara sikap ilmiah dengan hasil belajar biologi.136

Terdapat perbedaan yang signifikan sikap ilmiah antara kelas kontrol dan eksperimen setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran discovery learning berbantuan LKPD pada materi sistem ekskresi siswa kelas XI MIPA di MAN Lumajang tahun pelajaran 2022/2023. Adanya perbedaan tersebut menjadi indikasi adanya pengaruh yang signifikan model pembelajaran discovery learning terhadap sikap ilmiah siswa pada materi sistem ekskresi di kelas XI MIPA di MAN Lumajang tahun pelajaran 2022/2023.

Model pembelajaran discovery learning berbantuan LKPD dapat mempengaruhi sikap ilmiah siswa sebagaimana hasil penelitian yang sudah didapatkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiadnyana, dkk dalam jurnal penelitiannya menyatakan bahwa model pembelajaran discovery learning dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap sikap ilmiah siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitiannya yang mendapatkan nilai F = 11,013 dengan p = 0,002. Karena F = 11,013 dan p < 0,05 maka nilai F itu signifikan dan H0 ditolak serta H1 diterima.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat

136 Nasrul Mustain, Hirza, and A Siroj, ―Analisis Korelasi Sikap Ilmiah Dan Hasil Belajar Biologi,‖ 123.

pengaruh yang signifikan model pembelajaran discovery learning terhadap sikap ilmiah siswa.137

Penelitian mengenai model pembelajaran discovery learning dengan salah satu variabel terikat yang berbeda juga sudah dilakukan oleh Patrianingsih, dkk dalam jurnal penelitiannya. Dalam jurnal penelitian yang ditulis oleh Patrianingsih, dkk menjelaskan bahwa hasil analisis deskriptif sikap ilmiah peserta didik sebelum dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning menunjukkan rata-rata sikap ilmiah sebesar 78,04. Setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran tersebut menunjukkan rata-rata sikap ilmiah sebesar 83,19. Sedangkan kelompok peserta didik yang lain sebelum dibelajarkan dengan model direct instruction atau pembelajaran langsung menunjukkan rata-rata sikap ilmiah sebesar 75,61. Kemudian setelah dibelajarkan dengan model tersebut menunjukkan rata-rata sikap ilmiah sebesar 80,06. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan juga menunjukkan nilai F = 6,782; Sig (0,011<0,05). Jadi, nilai F adalah signifikan, artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan sikap ilmiah peserta didik yang dibelajarkan dengan model discovery learning dan direct instruction.138

Model pembelajaran discovery learning berbantuan LKPD mendukung pembentukan sikap ilmiah siswa dalam kegiatan

137 Widiadnyana, Sadia, and Suastra, ―Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep IPA Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP,‖ 7.

138 Patrianingsih, B, and S. Kaseng, ―Pengauruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep Biologi Dan Sikap Ilmiah Peserta Didik SMA Negeri 3 Takalar,‖ 36-39.

pembelajaran. Karena dalam pembelajaran dengan model discovery learning berbantuan LKPD dapat memenuhi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap ilmiah siswa. Menurut Yafie dan Sutama dalam skripsi Sholikhah dijelaskan bahwasanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran diantaranya kegiatan diskusi, percobaan dan simulasi atau kegiatan di lapangan.139

Model pembelajaran discovery learning berbantuan LKPD seringkali menggunakan kegiatan diskusi yang bertujuan untuk membantu siswa fokus pada pokok materi yang dipelajari. Kegiatan diskusi ini juga dilakukan hampir di setiap tahapan atau sintaks dalam model pembelajaran discovery learning. Karena pada model pembelajaran ini siswa diharapkan aktif dan terlibat banyak dalam kegiatan pembelajaran. Tidak hanya diskusi, kegiatan percobaan juga bisa dilakukan dalam model pembelajaran ini. Kegiatan percobaan bisa dilakukan dengan tujuan mengumpulkan data yang akan digunakan untuk menentukan kebenaran dari hipotesis yang sudah dibuat sebelumnya. Mengumpulkan data atau data collection merupakan sintaks ketiga dalam model pembelajaran discovery learning.140

139 Nur Sholikhah, ―Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Sikap Ilmiah Peserta Didik Pada Sub Materi Sistem Pernapasan Manusia Kelas XI MIPA Di SMAN 3 Jember Pada Tahun Pelajaran 2021/2022,‖ 45-46.

140 Panggabean et al., Sistem Student Center Learning Dan Teacher Center Learning, 36-37.

4. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Ekskresi Kelas XI MIPA di MAN Lumajang Tahun Pelajaran 2022/2023.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran discovery learning berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem ekskresi kelas XI MIPA di MAN Lumajang tahun pelajaran 2022/2023. Adanya pengaruh dapat dilihat dari hasil uji independent sample T-test pada lampiran 32 dengan rincian sebagaimana pada Tabel 4.17 berikut.

Tabel 4.17

Rekapitulasi Hasil Uji Analisis Variabel Hasil Belajar Biologi Kelas Rata-Rata ttabel thitung

Sig.

(2-tailed) Keterangan Eksperimen 85,00

2,01174 3,286 0,002

Ada perbedaan signifikan Konrol 76,90

(Sumber: Diolah di SPSS, 2023 Lampiran 32 Hal. 499)

Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa nilai rata-rata posttest yang dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning berbantuan LKPD di kelas eksperimen sebesar 85,00 sedangkan nilai rata- rata posttest di kelas kontrol sebesar 76,90. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih besar dibandingkan nilai rata-rata posttest kelas kontrol.

Selain menggunakan nilai rata-rata posttest, adanya perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kontrol juga dapat dijelaskan dengan uji independent sample T-test.

Dalam dokumen pengaruh model pembelajaran (Halaman 172-196)

Dokumen terkait