BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
B. Kajian Teori
Kajian teori adalah serangkaian definisi, konsep, dan juga perspektif tentang sebuah hal yang tersusun secara rapi. Bagian ini berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai pisau analisis dalam melakukan penelitian. Pembahasan teori secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.13
1. Peran Guru
a. Pengertian Peran
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran diartikan sebagai bagian yang dimainkan dalam suatu kegiatan dalam adegan film, sandiwara dengan berusaha bermain baik dalam semua yang dibebankan kepadanya. Selain itu peran juga diartikan sebagai sebuah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam sebuah peristiwa.
Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat
13 Tim Penyusun UIN KHAS Jember, Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah, (Jember, UIN KHAS Jember Press, 2021), 46.
25
serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya.14
Peran menurut Ilmu Sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu.
Dengan menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya kaena posisi yang didudukinya tersebut. Artinya bahwa lebih memperlihatkan konotasi aktif dinamis dari fenomena peran. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia mmenjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisah dari status yang disandangnya.15
Sedangkan menurut Sarlito, peran merupakan perpaduan antara berbagai teori, orientasi maupun displin ilmu yang digunakan dalam dunia Sosiologi, peran merupakan istilah yang biasanya digunakan dalam dunia teater yang mana seorang actor harus bermain sebagai tokoh tertentu dan membawakan sebuah perilaku tertentu. Dalam hal ini, posisi seorang actor tersebut disamakan dengan posisi seorang masyarakat dan keduanya memiliki posisi yang sama.16
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh sekelompok orang dan/atau lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang individu, kelompok, organisasi, atau lembaga yang karena status atau
14 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 212-213.
15 Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), 7.
16 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: Rajawali, 2015), 215.
kedudukan yang dimiliki akan memberikan pengaruh pada sekelompok orang dan/atau lingkungan tersebut.
b. Pengertian Guru
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, menyerahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.17
Guru atau pendidik adalah tenaga kependidikan yang berasal dari anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menjunjung penyeleggaraan pendidikan. Menurut Ngalih Purwanto mengatakan bahwa guru adalah orang yang memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau kelompok.18
Menurut Hadari, guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak didik mencapai kedewasaan. Sedangkan menurut Soegarda dan harapan menyatakan bahwa guru merupakan seseorang
17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang Guru, 4.
18 Latifa Husien, Profesi Kependidikan Menjadi Guru Professional (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2017), 21.
27
yang memberi dan melaksanakan tugas pendidikan atau tugas mendidik.19
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga profesional yang memberikan ilmu dan mendidik peserta didik untuk mecapai tujuan pendidikan serta ikut bertanggung jawab dalam membantu peserta didik mencapai kedewasaan.
c. Peranan Guru
Seorang ahli bernama Prey Katz meyatakan bahwa, peranan guru yaitu sebagai kominikator, teman yang bisa memberikan nasihat- nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi beserta dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai- nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.20
Peran guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya tampil lagi sebagai pengajar saja, seperti fungsinya yang menonjol selama ini.
Melainkan juga sebagai pelatih, pembimbing, dan manager belajar. Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan.21
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dismpulkan bahwa peran guru adalah keseluruhan tingkah laku atau tindakan yang dilakukan oleh seorang guru dalam memberikan ilmu pengetahuan dan mendidik peserta didik. Seorang guru dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang
19 Syarifuddin Nurdin, Andrianto, Profesi Keguruan (Depok: Rajawali Press, 2019), 135.
20 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Edidi 1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), 143.
21 Latifah Husein, Profesi Keguruan Menjadi Guru Professional (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2017), 43.
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari status yang disandangya yaitu sebagai guru.
Menurut E. Mulyasa, peran guru dalam proses pembelajaran yaitu:
1) Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh arena itu guru yang juga sebagai pendidik harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa mandiri, disiplin agar guru berpotensi menjadi tenaga pendidik yang professional.
2) Guru sebagai pengajar
Mengajar adalah saah satu cara mentransfer ilmu terhadap peserta didik . sebagai pengajar guru harus memiliki tujuan yang jelas untuk membuat keputusan secara rasional agar peserta didik memahami keterampilan-keterampilan yang dituntut dalam pembelajaran. Guru senantiasa berusaha membuat sesuatu menjadi lebih jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam pembentukan kompetensi peserta didik. 22
3) Guru sebagai pembimbing
Bimbingan merupakan proses yang berkelanjutan.
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu
22 E Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 38.
29
agar individu dapat berkembang secara optimal sesuai lingkungannya. Bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah. guru sebagai pembimbing harus memberikan bimbingan, bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
4) Guru sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, karena tanpa pelatihan seorang peserta didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
5) Guru sebagai penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. 23
6) Guru sebagai pembaharu (innovator)
Guru harus berperan sebagai innovator, yaitu orang yang harus mempunyai suatu ide, produk, metode dan seterusnya yang
23 E Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 43.
dirasakan sebagai suatu yang baru dan diterapkan dalam proses pembelajaran. Sebagai innovator guru bisa juga menciptakan sesuatu yang dirasakan sebagai hal yang baru oleh seseorang atau masyarakat, sehingga dapat bermanfaat bagi peserta didik dan masyarakat lain.
7) Guru sebagai model dan teladan
Guru sebagai model dan teladan bagi peserta didik dan semua orang terutama warga belajar di sekolah menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan tentu saja guru mempunyai pribadi yang baik dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakui dia sebagai guru.
8) Guru sebagai pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat. 24
9) Guru sebagai peneliti
Guru sebagai peneliti dalam pendidikan, seorang guru adalah praktisi dalam dunia pendidikan. Melaksanakan serangkaian proses pembelajaran, di dalam ruang maupun di luar ruangan kelas.
24 E Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 48.
31
Proses itu dimulai dari sebuah perencanaan dan diakhiri dengan penilaian atau evaluasi.
10) Guru sebagai pendorong kreatifitas
Pembelajaran kreatif merupakan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas dengan memanfaatkan potensi yang ada.
Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreatifitas merupakan yang universal dan semua kegiatan ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik.
11) Guru sebagai pembangkit pandangan
Guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada peserta didiknya. Fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik.
12) Guru sebagai pekerja rutin
Guru bekerja kebiasaan tertentu dan kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya. 25
13) Guru sebagai pemindah kemah
Guru membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami.
25 E Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 53.
14) Guru sebagai pembawa cerita
Guru harus mampu membawa peserta didik memiliki pandangan yang rasional terhadap sesuatu.
15) Guru sebagai aktor
Guru menguasai materi standar dalam bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, memperbaiki dan mengembangkan keterampilan untuk mentransfer bidang studinya.
16) Guru sebagai emansipator
Guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan, dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan budak kebudayaan.
17) Guru sebagai evaluator
Evaluator atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena banyak melibatkan latar belakang dan hubungan serta variabel lain yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.
18) Guru sebagai pengawet
Guru harus berusaha mengawetkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam pribadinya, dalam arti guru harus berusaha menguasai materi standar yang akan disajikan kepada siswa. 26
26 E Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 62.
33
19) Guru sebagai kulminator
Guru yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kuliminasi, yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya.27
2. Khotmil Qur’an
a. Pengertian Khotmil Qur’an
Secara etimologi, kata Al-Qur’an berasal dari kata Qoro’a - yaqro’u – Qur’anan yang berarti bacaan/yang dibaca .28 Sedangkan pengertian Al-Qur’an secara terminologi al-Qur’an ialah Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril, menjadi mu’jizat atas kenabiannya, tertulis dalam bahasa Arab yang sampai kepada kita dengan jalan mutawattir, dan membacanya merupakan ibadah.29
Khotmil Qur’an adalah upacara menamatkan Al-Qur’an. An- Nawawi berpendapat bahwa cara membaca Al-Qur’an yang utama ialah membacanya sesuai dengan urutan mushaf yang ada saat ini. Dimulai dari surat al-fatihah (surah pertama), kemudian al-baqarah (surah kedua), kemudian ali-imran (surah ketiga), dan seterusnya hingga surah terakhir, yaitu an-Nas yang merupakan surah ke 114. Membaca Al-
27 E Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 64.
28 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, 1984), 1184.
29 Abdul Jalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 6.
Qur’an dilakukan secara rutin dan tekun, halaman demi halaman, surah demi surah, dan juz demi juz hingga akhirnya khatam (tamat).30
Khotmil Qur’an sendiri dibagi menjadi dua jenis. Pertama, Khotmil Qur’an dengan model Bil Ghoib, pembaca Al-Qur’an membaca tanpa melihat teks Al-Qur’an dan bisa juga disebut dengan hafalan. Sementara model kedua adalah model Bin Nadzor, Pembaca Al-Qur’an membaca dengan melihat teks Al-Qur’an.
Pola pada kegiatan Khotmil Qur’an juga dibagi menjadi dua pola. Pola yang pertama adalah membaa Al-Qur’an dengan urut mulai dari surah Al-Fatihah hingga surah An-Naas. Pola Khotil Qur’an seperti ini disebut dengan pola sima’an. Pembacanya oleh satu orang dan disimak oleh yang lainnya. Pembaca bisa dilakukan secara bergantian.
Hal ini membuthakan waktu yang lama. Pola khotmil Qur’an yang kedua adalah membaca secara serentak atau dalam waktu bersamaan dengan membagi rata juz pada Al-Qur’an sesuai dengan jumlah peserta Khotmil Qur’an. Pola ini disebut juga Khotmul Barqi, khataman kilat. 31 b. Metode Membaca Al-Qur’an
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditemukan. Metode juga dapat diartikan sebagai suatu jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.32 Metode
30 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), 95.
31 https://www.nusantaramengaji.com/mengenal-pola-khataman-al-quran, diakses pada tanggal 2 Januari 2022
32 Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: Stain Po Press, 2007), 139.
35
mambaca Al-Qur’an di hadapan ulama’ mengacu pada kebiasaan Rosulullah SAW yang senantiasa membaca Al-Qur’an di hadapan malaikat Jibril stiap bulan Ramadhan. Dalam mempelajari Al-Qur’an sebaiknya tidak hanya mengandalkan pembacaan seorang guru, tetapi harus ada timbal balik dari anak didik melalui pembacaan Al-Qur’an di hadapan guru.33
Tata cara (metode) membaca Al-Qur’an menurut para ulama’
terbagi menjadi empat macam, yaitu:
1) Tahqiq : mambaca Al-Qur’an dengan memberikan hak-hak setiap huruf secara tegas, jelas dan teliti seperti memnajangkan mad, menyempurnakan harakat, pelan-pelan, memperhatikan Panjang pendek, waqaf dan ibtida’.
2) Tartil : maknanya hamper sama dengan Tahqiq. Tartil dalam membaca Al-Qur’an adalah membaguskan bacaan hurufnya satu- persatu dengan terang, teratur, perlahan-lahan, dan tidak terburu- buru.
3) Tadwir : yakni membaca Al-Qur’an dengan memanjangkan, hanya tidak sampai penuh. Tadwir ini merupakan cara membaca Al- Qur’an di bawah Tartil dan di atas Hadr.
4) Hadr : ialah membaca Al-Qur’an dengan cepat, ringan, dan pendek, namun tetap dengan menegakkan awal dan akhir kalimat serta meluruskannya. Cepatnya bacaan Al-Qur’an itu terbatas,
33 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, terj.
Sihabuddin (Jakarta: Gema Insani, 2004), 275.
karena wajib menggunakan tajwid, dan wajib menjaga hak-haknya bacaan, seperti bacaan mad, ghunnah, idzhar, waqaf, washol, dan ibtida’nya.34
c. Adab membaca Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah. Tuhan yang maha mulia, sudah sepantasnya bahkan seharusnya kita semua menghormati dan mengagungkan Al-Qur’an melebihi kitab-kitab yang lain.35 Adab-adab itu sudah diatur dengan sangat baik untuk penghormatan dan mengagungkan Al-Qur’an.
Di antara adab-adab membaca Al-Qur’an yang terpenting ialah sebagai berikut:
1) Disunnatkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci dan bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Mengambil Al-Qur’an hendaknya dengan menggunakan tangan kanan.
2) Disunnatkan membaca Al-Qur’an di tempat yang bersih dan suci, seperti di masjid, rumah, musholla, surau, dan di tempat-tempat lain yang dianggap bersih dan suci.
3) Disunnatkan membaca Al-Qur’an menghadap kiblat, membacanya dengan khusyu’ dan tenang, dan juga sebaiknya dengan berpakaian yang pantas.36
34 Maftuh Bastuhul Birri, Standar Tajwid Bacaan Al-Qur’an (Kediri: Madratsah Murottilil Qur’an), 123.
35 Mahbub Junaedi, Menghafal Al-Qur’an itu Mudah (Lamongan: CV Angkasa Solo, 2006), 208.
36 Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 144.
37
4) Duduk dengan sopan, tenang, tentram, dan tidak boleh disibukkan oleh suatu apapun, seperti radio, televisi dan lain sebagainya.
5) Disunnatkan membaca Ta’awudz dan Basmalah sebelum memulai membaca ayuat-ayat Al-Qur’an.
6) Dianjurkan membaguskan suaranya dan membaca dengan Tartil (pelan-pelan).
7) Disunnatkan membersihkan mulut dengan wangi-wangian dan paling utamanya adalah siwak.
8) Pembaca Al-Qur’an disunnatkan untuk memperhatikan arti dan maksud kandungan Al-Qur’an, serta mambaca do’a Khotmil Qur’an.37
d. Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Al-Qur’an diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW adalah untuk dibaca, dipelajari dan diamalkan kandungannya, karena fungsi Al-Qur’an adalah sebagai hidayah (petunjuk) kepada umat manusia seluruhnya. Al-Qur’an akan berfungsi sebagai Syafi’ (penolong) pada hari akhir (kiamat) nanti bagi orang- orang yang gemar membaca Al-Qur’an, mempelajari dan mengamalkannya.38
Dalam Syarah Riyadus Salikhin dijelaskan pula tentang keutamaan membaca Al-Qur’an bagi mereka yang membaca,
37 M. Misbahul Munir, Pedoman Lagu-lagu Tilawatil Al-Qur’an dengan Tajwid dan Qasidah (Surabaya: Apollo, 1997), 19.
38 Husaini A. Madjid Hasyim, Syarah Riyadhus Shalikhin 3 (Surabaya: PT Bima Ilmu Offset, 2003), 332.
memahami, mempelajari, dan mengamalkan kandungannya. Dalam Al- Qur’an terkandung petunjuk-petunjuk untuk umat yang merupakan aturan-aturan baik yang mengatur manusia dengan Khaliqnya, bahkan antara manusia dengan lingkungannya. Jika aturan-aturan ini dipahami oleh manusia dan ditaati benar-benar maka akan terjamin keselamatan dan kesejahteraan hidupnya di dunia dan akhirat. Hidup perlu pedoman dan satu-satunya pedoman itu adlah Al-Qur’an.39
Membaca Al-Qur’an termasuk ibadah yang paling utama, yang dijadikan sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagaimana firmannya:
⧫
❑➔⧫
❑⬧◆
⧫
❑→◆ ◼❑◼
◆ ◆◆ ☺
❑⧫ ◆⧫◆
◆❑⬧
⧫
➔◆❑
◆◆❑
➔⧫◆
⬧
❑→
❑→
Artinya: “sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari Karunia-nya. Sesungguhnya Allah Maha Peengampun Lagi Maha Mensyukuri.”40
39 Husaini A. Madjid Hasyim, Syarah Riyadhus Shalikhin 3 (Surabaya: PT Bima Ilmu Offset, 2003), 334.
40 Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, Q.S. Faathir (35):
29-30.
39
Allah memuji kepada orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut di atas. Dari sifat-sifat itu yang pertama kali disebut adalah bahwasanya mereka senantiasa membaca kitab Allah, yang berarti bahwa mereka selalu mambaca Al-Qur’an dan memperbanyak bacaannya demi mencari pahala, balasan, dan mengharap janji Allah SWT kemudian mengamalkannya.41
Selain keutamaan di atas, terdapat keutamaan-keutamaan lain, yaitu:
1) Nilai Pahala
Di dalam membaca Al-Qur’an akan mendapat pahala, per- satu hurufnya dinilai satu kebaikan dan satu kebaikan ini dapat dilipat gandakan hingga sepuluh kebaikan. Bayangkan bila satu ayat atau satu surah saja mengandung puluhan aksara Arab. Hal ini merupakan sebuah anugerah dari Allah SWT yang agung.
2) Obat (terapi) Jiwa yang Gundah
Membaca Al-Qur’an tidak hanya sebagai amal ibadah, namun juga bisa menjadi obat dan penawar jika gelisah, pikiran kusut, hati tidak tentram, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan para ulama’ ahli terapi hati. Mereka menyebutkan salah satu obat hati yang utama adalah membaca Al-Qur’an dengan khusyu’ seraya merenungkan makna kandungannya di samping
41 Sholih bin Fauzan, Haya Al-Rosyid, Keajaiban Membaca Al-Qur’an (Solo: Al- Qowam, 2008), 137.
lima hal yang lain, yaitu berteman dengan orang saleh, dzikir di waktu sunyi, sholat malam, dan berpuasa.
Dalam ilmu jiwa (psikologi) modern dinyatakan bahwa berkomunikasi dengan orang lain sangat efektif untuk mengurangi beban berat yang ditanggung jiwa. Para psikolog menyarankan orang-orang yang jiwanya tengah menanggung beban yang berat hendaknya berkomunikasi dengan orang lain, bicara dari hati ke hati agar terkurangi bebannya. Sementara membaca Al-Qur’an ibaratnya adalah berkomunikasi dengan Allah. Secara otomatis dengan komunikasi itu, orang yang membaca Al-Qur’an jiwanya akan menjadi tenang dan tentram, lebih-lebih bila dihubungkan bahwa malaikat akan turun memberikan ketenangan kepada orang yang tengah membaca Al-Qur’an. 42
3) Memberikan Syafa’at
Disaat umat manusia diliputi kegelisahan pada hari kiamat, Al-Qur’an memberikan pertolongan bagi orang-orang yang senantiasa membacanya Ketika di dunia.
4) Menjadi nur (cahaya) di dunia dan menjadi simpanan di akhirat Dengan membaca Al-Qur’an, maka seorang muslim akan ceria dan tampak berseri-seri. Ia tampak anggun dan bersahaja karena akrab bergaul dengan kalam tuhannya.
42 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), 45-49.