• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran guru dalam pelaksanaan program

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "peran guru dalam pelaksanaan program"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KHOTMIL QUR’AN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

NAHDLATUL ULAMA’ 02 BONDOWOSO DESA PECALONGAN KIDUL KALI

KECAMATAN SUKOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Rifqi Ansori NIM : T20151288

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JUNI 2022

(2)

ii

PERAN GURU DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KHOTMIL QUR’AN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

NAHDLATUL ULAMA’ 02 BONDOWOSO DESA PECALONGAN KIDUL KALI

KECAMATAN SUKOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Rifqi Ansori NIM : T20151288

Disetujui Pembimbing

Dr. H. Zainuddin Al Haj, Lc., M.Pd.I NIP. 19740320 200710 1 004

(3)

iii

KECAMATAN SUKOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Hari : Senin Tanggal : 27 Juni 2022

Tim Penguji Ketua

Dr. H. Mustajab, S.Ag, M.Pd.I NIP. 19740905 200710 1 001

Sekretaris

Muhammad Ardy Zaini, M.Pd NIP. 19861212 201903 1 010 Anggota:

1. Dr. Khotibul Umam, M.A ( ) 2. Dr. H. Zainuddin Al Haj, Lc, M.Pd.I ( )

Menyetujui,

Dekan Fakultas Tarbiyan dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I NIP. 19640511 199903 2 001

(4)

iv

MOTTO

❑▪



⧫

⧫◆→



◼





☺⧫

⧫◆⧫



Artinya: “1.(Allah) yang Maha Pengasih 2.yang telah Mengajarkan Al-Qur’an 3.Dia Menciptakan manusia 4.Mengajarnya pandai berbicara”. (Q.S.

Ar-Rahman : 1-4)

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, Q.S. Ar-Rahman (55): 1-4

(5)

v

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis berhasil menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis persembahkan hasil studi ini kepada:

1. Ibunda Tatik dan Ayahanda Sukardi yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, nasehat, dan perjuangan yang tiada hentinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, membesarkan dan membiayai tanpa mengeluh, serta selalu mengalirkan do’a sehingga penulis bisa menyelesaikan studi ini.

2. Saudaraku Zilvi Maula Rahmah yang selalu memberikan semangat dan dukungan moral.

3. Kepala Sekolah SMK NU 02 Bondowoso Ibu Syarifatus Sofia, S.Pd yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian di SMK NU 02 Bondowoso.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian skripsi dapat terselesaikan dengan lancar. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman ilmiah seperti yang kita rasakan saat ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq jember dengan judul “Peran Guru Dalam Pelaksanaan Program Khotmil Qur’an Di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso Desa Pecalongan Kidul Kali Kecamatan Sukosari Kabupaten Bondowoso”.

Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E., MM. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan kepada penulis.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan persetujuan kepada skripsi ini.

(7)

vii

Jember yang dengan sabar dan rendah hati membantu penulis untuk menyelesaikan deretan persiapan menuju sarjana.

4. Ibu Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M.Ag selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah menerima judul skripsi penulis.

5. Bapak Dr. H. Zainuddin Al Haj, Lc., M.Pd.I selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sepenuh hati dan sabar memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Dr. Roni Subhan, M.Pd selaku kepala perpustakaan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan keleluasaan dalam membaca dan memberi referensi buku untuk menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain terima kasih yang sedalam-dalamnya, semoga segala amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis mendapat balasan yang baik dari Allah SWT.

Jember, 30 Juni 2022

Penulis

(8)

viii

ABSTRAK

Rifqi Ansori, 2022: Peran Guru dalam Pelaksanaan Program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso Desa Pecalongan Kidul Kali Kecamatan Sukosari Kabupaten Bondowoso Kata Kunci: Peran Guru, Khotmil Qur’an

Pelaksanaan pendidikan agama Islam tidak terlepas dari pendidikan Al- Qur’an. salah satu contohnya pelaksanaan program khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso. Guru memiliki peranan penting dalam pelaksanaan pendidikan Al-Qur’an karena guru mempunyai tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi siswa.

Fokus masalah dalam penelitian adalah: 1) Bagaimana peran guru khotmil Qur’an sebagai pendidik dalam pelaksanaan program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso? 2) Bagaimana peran guru khotmil Qur’an sebagai pembimbing dalam pelaksanaan program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso? 3) Bagaimana peran guru khotmil Qur’an sebagai pengasuh dalam pelaksanaan program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso?

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) untuk mendeskripsikan peran guru khotmil Qur’an sebagai pendidik dalam pelaksanaan program khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso. 2) untuk mendeskripsikan peran guru khotmil Qur’an sebagai pembimbing dalam pelaksanaan program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso. 3) untuk mendeskripsikan peran guru khotmil Qur’an sebagai pengasuh dalam pelaksanaan program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Penelitian ini menggunakan teknok analisis data secara induktif. Teknik penjamin keabsahan data yang peneliti gunakan adalah triangulasi metode.

Penelitian ini memperoleh kesimpulan: 1) peran guru sebagai pendidik dalam pelaksanaan program khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso adalah guru sebagai teladan yang baik bagi siswa, menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam kegiatan khotmil Qur’an, dan guru sebagai penasehat agar siswa mempunyai perilaku dan karakter yang lebih baik dan terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengan agama 2) peran guru sebagai pembimbing dalam pelaksanaan program khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso adalah

(9)

ix

guru bersikap lemah lembut, penuh kasih sayang, menghindari sikap kasar, tidak pilih kasih, dan tidak mempermalukan siswa.

(10)

x

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Definisi Istilah ... 11

F. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 13

A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Kajian Teori... 24

(11)

xi

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 42

B. Lokasi Penelitian ... 43

C. Subjek Penelitian ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Analisis Data ... 47

F. Keabsahan Data ... 48

G. Tahap-Tahap Penelitian... 49

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 51

A. Gambaran Obyek Penelitian... 51

B. Penyajian Data dan Analisis ... 54

C. Pembahasan Temuan ... 64

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan... 72

B. Saran-saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 18 Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana ... 54

(13)

xiii

Gambar 4.1 Denah Lokasi ... 53

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Hidup didunia ini tidak lepas dari Pendidikan, karena tujuan sesungguhnya manusia bukan hanya sekedar untuk hidup, melainkan ada tujuan yang lebih mulia dan semua itu dapat tercapai melalui Pendidikan.

Itulah yang membuat perbedaan antara manusia dengan makhluk lain ciptaan Allah SWT, menjadikannya lebih unggul dan lebih mulia. Manusia merupakan makhluk yang sempurna dibandingkan dengan yang lainnya karena manusia diberi kelebihan berupa akal untuk berpikir, dengan akal tersebut manusia diharapkan mampu memanfaatkannya dengan baik sehingga menjadikan manusia seutuhnya.1

Pendidikan merupakan proses belajar yang tak akan ada hentinya.

Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk memperoleh pendidikan yang mana kita biasanya mengetahui bahwa pendidikan identik dengan bangku sekolah. Namun perlu diketahui bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat kita peroleh nilai-nilai pendidikannya. Seperti nasehat dari keluarga, lingkungan sekitar, membaca berbagai literatur, dan lain sebagainya. Macam- macam cara inilah yang membantu proses Pendidikan sehingga menjadikan perubahan secara terus menerus dalam memberi kemajuan.2

1 Zakiyah Darajat, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987), 121.

2 Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: Stain Po Press, 2007), 133.

(15)

Pendidikan menjadi keharusan bagi kehidupan manusia. Pendidikan, terutama Pendidikan Agama sangat diperlukan manusia sebab hal itu merupakan jenjang dan pengumpulan jati diri manusia. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam sebagai satu-satunya jalan untuk menanamkan nilai- nilai Agama Islam hendaknya menjadi prioritas utama bagi kehidupan manusia. Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menciptakan manusia yang berbudi pekerti Islam, beriman, bertaqwa, dan meyakininya sebagai suatu kebenaran serta berusaha dan mampu membuktikan kebenaran tersebut melalui akal, rasa, feeling di dalam seluruh perbuatan dan tingkah laku sehari-hari.3

Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, tidak terlepas dari Pendidikan Al-Qur’an. Pendidikan Al-Qur’an yaitu pembelajaran kepada anak tentang Al-Qur’an, di dalamnya berisi semua tata cara hidup yang sesuai fitrah manusia. Dalam pembelajaran Al-Qur’an, anak didik diarahkan supaya mampu membaca Al-Qur’an, menelaah dan menggali, sehingga nantinya Al-Qur’an bisa menjadi tuntunan bagi kehidupannya.4 Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Alaq ayat 1-5:

⧫



◼◆

⧫◼



⧫◼



 ◼⧫  

⧫

◆◆

⧫





⧫

⧫  ◼⬧

 ⬧➔⧫ ⬧ ⧫ 

3 Zakiyah Darajat, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987), 137.

4 Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah (Bandung: Al Bayan, 2000), 139.

(16)

3

Artinya: “1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan 2.Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 3.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia 4.Yang mengajar (manusia) dengan pena 5.Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.5

Dalam ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan kepada manusia bahwa dalam setiap kegiatan sebaiknya selalu menyebut dan menyertakan Allah SWT. Allah SWT juga memerintahkan untuk membaca, karena membaca merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Terutama membaca Al-Quran karena Al-Qur’an berisi semua tata cara hidup manusia sehingga bisa menjadi tuntunan bagi kehidupannya.

Dalam pelaksanaan pendidikan Al-Qur’an, guru menjadi salah satu komponen yang utama. Guru wajib memberikan suri tauladan dan mengarahkan serta senantiasa membimbing peserta didik dalam pendidikan terutama pendidikan Al-Qur’an. Guru juga harus siap dalam mengajari serta melatih peserta didik dalam belajar membaca Al-Qur’an bagi peserta didik yang belum bisa atau lancar dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini menjadi tugas penting dan menjadi suatu kewajiban bagi para guru di sekolah.

Sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru Pasal 1, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

5 Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, Q.S. Al-Alaq (96): 1- 5

(17)

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.”6

Guru merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan penting bagi pertumbuhan peserta didik. Guru diharapkan menjadi sosok pribadi idaman serta memberikan pengaruh positif terhadap peserta didiknya. Imam Ghazali menyebutkan beberapa syarat menjadi guru yaitu membimbing dengan kasih sayang dan lemah lembut, tidak mengharap upah, pujian, ucapan terima kasih, jujur dan terpercaya bagi murid-muridnya, luhur budi pekerti dan toleransi, tidak merendahkan ilmu lain di luar spesialisasinya, dan memperhatikan perbedaan individu peserta didik. Guru harus mencerminkan kepribadian yang luhur sebagaimana Rosulullah SAW yang berhasil menjadikan Al-Qur’an sebagai pancaran akhlaknya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali Imran ayat 159:

☺⬧

☺◆







⬧

❑⬧◆



→⬧



⬧

❑

⬧  ❑ 

⧫

⧫◆

⚫





➔◆

◼⧫

◆❑⧫⬧

⧫

⬧⬧

⧫    

 ⧫◆❑⧫☺

Artinya: “maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.

Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.

6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang Guru, 4.

(18)

5

Kemudian, apabila engkau telah membuat tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal”.7

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Rosulullah memiliki sifat lemah lembut yang disebabkan karena Rahmat Allah. Karena sikap lemah lembut inilah, orang-orang mencintai Rosulullah dan suka berdekatan dengan beliau.

Dengan kalimat perintah, Allah sekaligus menunjukkan bahwa Rosulullah memiliki akhlaq mulia suka memaafkan dan memohonkan ampun kepada Allah. Rosulullah juga selalu mengedepankan musyawarah dalam berbagai urusan. Dan ketika musyawarah telah menghasilkan keputusan, maka harus dilaksanakan dengan dilandasi tawakkal kepada Allah SWT.

Berbagai contoh di masyarakat yang berhubungan dengan Al-Qur’an diantaranya lomba Musabaqoh Tilawatil Qur’an, tadarus Al-Qur’an, tahfidz Al-Qur’an, dan berbagai praktek lainnya yang bisa kita amati. Pada prakteknya, semua kegiatan tersebut menggunakan Al-Qur’an baik berupa bacaan, seni ataupun media pembelajaran. Begitu halnya dengan Program Khotmil Qur’an yang dilaksanakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso, merupakan salah satu bentuk praktek sosial yang melibatkan Al-Qur’an dan sebagai jalan untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan islam. Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso yang terletak di Desa Pecalongan Kidul Kali Kecamatan Sukosari Kabupaten Bondowoso, merupakan sekolah yang berada dibawah naungan Yayasan Ibnu Tholib Al-Anwar.

7 Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, Q.S. Ali Imran (3):

159.

(19)

Khotmil Qur’an adalah upacara menamatkan Al-Qur’an. An-Nawawi berpendapat bahwa cara membaca Al-Qur’an yang utama ialah membacanya sesuai dengan urutan mushaf yang ada saat ini. Dimulai dari surat al-fatihah (surah pertama), kemudian al-baqarah (surah kedua), kemudian ali-imran (surah ketiga), dan seterusnya hingga surah terakhir, yaitu an-Nas yang merupakan surah ke 114. Membaca Al-Qur’an dilakukan secara rutin dan tekun, halaman demi halaman, surah demi surah, dan juz demi juz hingga akhirnya khatam (tamat).8

Pola pada kegiatan Khotmil Qur’an juga dibagi menjadi dua pola. Pola yang pertama adalah membaca Al-Qur’an dengan urut mulai dari surah Al- Fatihah hingga surah An-Naas. Pembacanya oleh satu orang dan disimak oleh yang lainnya dan dilakukan secara bergantian. Pola Khotmil Qur’an seperti ini disebut dengan pola sima’an. Pola seperti ini membutuhkan waktu yang lama.

Pola khotmil Qur’an yang kedua adalah membaca secara serentak atau dalam waktu bersamaan dengan membagi rata juz pada Al-Qur’an sesuai dengan jumlah peserta Khotmil Qur’an. Pola ini disebut juga Khotmul Barqi, khataman kilat. 9

Dalam pelaksanaan program khotmil Qur’an yang diikuti oleh semua guru dan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso ini, siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Kelompok laki-laki dalam pelaksanaan khotmil Qur’an

8 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), 95.

9 https://www.nusantaramengaji.com/mengenal-pola-khataman-al-quran, diakses pada tanggal 2 Januari 2022

(20)

7

dengan cara juz 1, juz 2, juz 29, dan juz 30 dibaca dengan menggunakan pengeras suara oleh beberapa siswa yang sudah ditunjuk oleh guru secara bergantian sampai selesai. Sementara dari juz 3 sampai juz 28 dibagi kepada masing-masing siswa dan dibaca secara bersamaan. Kelompok perempuan dalam pelaksanaan khotmil Qur’an dengan cara juz 1 sampai juz 30 dibagi kepada masing-masing siswi dan dibaca secara bersamaan. Sementara siswi yang berhalangan dibuat menjadi kelompok lain dan membaca sholawat nariyah.10

Pelaksanaan program khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso dilaksanakan secara rutin setiap hari sabtu dimulai setelah sholat dhuha sampai tiba waktu sholat dzuhur. Pelaksanaan khotmil Qur’an diakhiri dengan sholat dzuhur berjemaah yang dipimpin oleh guru yang sudah terjadwal setiap hari sabtunya. Dalam pelaksanaan khotmil Qur’an, guru memiliki peran yang sangat penting. guru bertugas untuk mengarahkan dan membimbing semua peserta didik dalam pelaksanaan khotmil Qur’an dari awal sampai akhir acara. Guru juga bertugas untuk menunjuk beberapa siswa yang akan meengaji menggunakan pengeras suara dan membagikan setiap juz kepada masing-masing peserta didik.11

Berangkat dari fenomena yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti atas peran guru dalam pelaksanaan program khotmil Qur’an. Menurut penulis fenomena ini sangat menarik karena tidak banyak Sekolah Menengah Kejuruan

10 Haifin Yayik, Wawancara, Bondowoso 11 Januari 2022

11 Haifin Yayik, Wawancara, Bondowoso 11 Januari 2022

(21)

yang menjadikan kegiatan khotmil Qur’an sebagai kegiatan keagamaan rutinan. Salah satu penelitian terdahulu yang meneliti tentang peran guru adalah penelitian oleh Elawati Manik tahun 2019 yang berjudul Peran Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Pembinaan Kegiatan Keagamaan di SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak”. Isi dari penelitian ini yaitu peran guru pendidikan agama islam terhadap pembinaan kegiatan keagamaan di SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dan meneliti tentang peran guru yang berkaitan dengan pembinaan kegiatan keagamaan. Namun peneliti merasa penelitian ini masih bisa diteliti lebih khusus lagi terkait pembinaan kegiatan keagamaan, sehingga peneliti mengkhususkan kegiatan keagamaannya kepada pelaksanaan program khotmil Qur’an.

Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian:

“Peran Guru dalam Pelaksanaan Program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso Desa Pecalongan Dusun Kidul Kali Kecamatan Sukosari Kabupaten Bondowoso”.

B. Fokus Penelitian

Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui proses penelitian.12

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka fokus penelitiannya adalah:

12 Tim Penyusun UIN KHAS Jember, Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah, (Jember, UIN KHAS Jember Press, 2021), 44.

(22)

9

1. Bagaimana peran guru khotmil Qur’an sebagai pendidik dalam pelaksanaan Program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso?

2. Bagaimana peran guru khotmil Qur’an sebagai pembimbing dalam pelaksanaan Program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso?

3. Bagaimana peran guru khotmil Qur’an sebagai pengasuh dalam pelaksanaan program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penulisan pasti ada tujuan penulisan penelitian itu sendiri.

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan peran guru khotmil Qur’an sebagai pendidik dalam pelaksanaan Program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso

2. Untuk mendeskripsikan peran guru khotmil Qur’an sebagai pembimbing dalam pelaksanaan Program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso

3. Untuk mendeskripsikan peran guru khotmil Qur’an sebagai pengasuh dalam pelaksanaan program Khotmil Qur’an di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama’ 02 Bondowoso

(23)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan.

Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi yang berguna bagi dunia pendidikan dan memberikan khazanah keilmuan yang berkaitan dengan peran guru dan program Khotmil Qur’an 2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan motivasi bagi peserta didik agar lebih meningkatkan semangat dalam melaksanakan kegiatan keagamaan khotmil Qur’an.

b. Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan guru selaku pendidik dan lembaga pendidikan untuk mengupayakan pelaksanaan dan pengembangan serta mempertahankan kecintaan siswa terhadap Al- Qur’an.

c. Dapat menambah cakrawala berfikir bagi peneliti dan mendapatkan pengalaman praktis dalam memperkaya ilmu pengetahuan khususnya di bidang Pendidikan Agma Islam.

(24)

11

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.

1. Peran guru

Peran guru adalah semua tindakan yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk memberikan ilmu pengetahuan dan wawasannya kepada peserta didik. Semua tindakan tersebut dimaksudkan untuk menjalakan hak dan kewajibannya sebagai seorang guru atau pendidik.

2. Khotmil Qur’an

Khotmil Qur’an adalah kegiatan membaca Al-qur’an yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang secara bersamaan dari surah pertama yaitu Al-Fatihah sampai surah terakhir yaitu An-Naas dengan cara dibaca secara berurutan.

Dari definisi istilah tersebut, yang dimaksud dengan peran guru dalam pelaksanaan program khotmil Qur’an adalah semua tindakan yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik dalam menjalankan tugas dan kewajibannya di dalam pelaksanaan kegiatan khotmil Qur’an yang diikuti oleh guru dan peserta didik, yakni peran guru sebagai pendidik yang meliputi guru menjadi teladan, guru menjadi penasihat dan guru menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam.

Peran guru sebagai pembimbing yang meliputi guru menjalin hubungan yang baik dengan siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

(25)

mengkongkonsultasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, dan memberikan bimbingan serta bantuan terhadap siswa yang belum lancar dalam membaca Al-Qur’an. Peran guru sebagai pengasuh yang meliputi bersikap lemah lembut, tidak pilih kasih, dan tidak mempermalukan siswa.

F. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini akan disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

Bab I memuat tentang pendahuluan yang terdiri dari konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.

Bab II memuat tentang kajian kepustakaan yang meliputi penelitian terdahulu dan kajian teori yang terbagi menjadi dua sub pokok bahasan, yang pertama peran guru dan yang kedua khotmil Qur’an.

Bab III memuat tentang metode penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahapan-tahapan penelitian.

Bab IV memuat tentang penyajian data dan analisis yang meliputi gambaran obyek penelitian, penyajian dan analisis data, dan pembahasan temuan.

Bab V memuat tentang penutup yang meliputi kesimpulan dari pokok permasalahan kajian skripsi ini dan saran-saran dari penulis yang sifatnya membangun.

(26)

13

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

Berkaitan dengan khotmil Qur’an, banyak peneliti terdahulu yang membahasnya, penulis telah menelusuri kajian-kajian yang pernah diteliti oleh peneliti terdahulu agar tidak terjadi kesamaan pembahasan dengan skripsi ini.

Selanjutnya hasil penelusuran ini akan menjadi acuan untuk tidak mengangkat fokus penelitian yang sama sehingga diharapkan kajian ini tidak terkesan plagiat dari kajian yang telah ada. Dari beberapa karya yang penulis telusuri tentang khotmil Qur’an diantaranya adalah:

1. Junhayana, 2021, Pembinaan Cinta Al-Qur’an melalui Kegiatan Khotmil Qur’an di Pondok Pesantren Salafiyah Riyadul Awamil, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif lapangan yang bersifat deskriptif dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Isi dari penelitian ini yaitu pembinaan cinta al-qur’an melalui kegiatan khotmil Qur’an. Persamaan dengan penelitian yang peneliti buat adalah sama-sama penelitian yang berkaitan dengan khotmil Qur’an dan jenis penelitian yang digunakan sama-sama penelitian kualitatif deskriptif.

Sedangkan perbedaanya adalah dalam penelitian yang penulis buat meneliti tentang peran guru, sedangkan penelitian ini meneliti tentang pembinaan cinta Al-Qur’an.

(27)

Hasil dari penelitian ini adalah, pembinaan cinta Al-Qur’an melalui kegiatan khotmil Qur’an di Pondok Pesantren Salafiyah Riyadul Awamil telah terlaksana dengan maksimal dan sangat efektif sehingga pembinaan ini berhasil memberikan banyak perubahan terhadap santri seperti santri membiasakan membaca Al-Qur’an tiap waktu dan gemar untuk membaca Al-Qur’an sebagai generasi umat Islam.

2. Miftahul Huda, 2020, Tradisi Khotmil Qur’an (Studi Living Qur’an Pemaknaan Khotmil Qur’an di Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Ponorogo, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Isi dari penelitian ini yaitu studi living Qur’an pemaknaan khotmil Qur’an. Persamaan dengan penelitian yang penulis buat adalah sama-sama penelitian yang berkaitan dengan khotmil Qur’an dan jenis penelitian yang digunakan sama yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan perbedaanya adalah dalam penelitian yang penulis buat meneliti tentang peran guru, sedangkan penelitian ini meneliti tentang studi living Qur’an pemaknaan khotmil Qur’an.

Hasil dari penelitian ini adalah kegiatan khotmil Qur’an di Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Ponorogo dilakukan dengan dua sistem, yaitu pertama sistem khotmil Qur’an dibagi sesuai juz dan peserta atau sering disebut khotmil Qur’an cegatan. Kedua sistem khotmil Qur’an dengan

(28)

15

membaca Al-Qur’an secara berurutan dari juz 1 sampai juz 30. Santri Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Ponorogo digolongkan pada kategori makna fungsi eksprersif, diantaranya ketenangan batin, mudah dalam berfikir dan memahami pelajaran, usaha dalam meraih cita-cita, serta sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.

3. Muhammad Yusuf, 2019, Makna Tradisi Khatmil Qur’an Berjamaah Studi Pada Jamaah Bapak-Bapak Masjid Al Ishlah Ringinawe Ledok Kota Salatiga, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif. Dan untuk memperoleh data mengenai kegiatan serta apa saja yang terkait dengan kegiatan khatmil qur’an berjamaah tersebut, penulis menggunakan metode serta langkah-langkah yang penulis lakukan secara berurutan dan berkesinambungan, yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Isi dari penelitian ini yaitu makna tradisi khotmil Qur’an berjemaah.

Persamaan dengan penelitian yang peneliti buat adalah sama-sama berkaitan dengan khotmil Qur’an dan jenis penelitian yang digunakan sama yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan perbedaanya adalah dalam penelitian yang penulis buat meneliti tentang peran guru, sedangkan penelitian ini meneliti tentang akna tradisi khotmil Qur’an berjemaah.

Hasil dari penelitian ini adalah, makna tradisi yang muncul dari tradisi khatmil qur’an berjamaah ini terdiri dari makna ekspresif dan makna ekspektatif. Makna ekspresif antara lain ialah khatmil qur’anberjamaah sebagai sebuah ibadah, syiar, thalabul ilmi, ketentraman hati, dan

(29)

silaturrahmi. Adapun makna ekspektatif antara lain ialah menjaga istiqamah, menguatkan keimanan, meraih kemakmuran, memotivasi keluarga, meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur‟an, mengharapkan pahala, dan memperoleh keberkahan.

4. Himmatul Mufidah, 2019, Khotmil Qur’an dalam Tradisi Peleretan (Studi Living Qur’an di Desa Bedanten Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan cara pendekatan model etnografi dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Isi dari penelitian ini yaitu khotmil Qur’an dalam tradisi peleretan.

Persamaan dengan penelitian yang peneliti buat adalah sama-sama penelitian tentang khotmil Qur’an dan jenis penelitian yang digunakan sama-sama penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan perbedaanya adalah dalam penelitian yang penulis buat berkaitan dengan peran guru, sedangkan penelitian ini berkaitan dengan tradisi peleretan.

Hasil dari penelitian ini adalah khotmil Qur’an dalam tradisi pleretan memiliki tiga tipe esensi. Esensi pertama yaitu pembaca yang meliputi keberkahan, ketenangan jiwa, kesejukan hati, kejernihan pikiran, bertambahnya rizki dan bertambahnya pahala. Esensi kedua yaitu pendengar yang meliputi ketenangan jiwa, pengaruh untuk lebih baik (mendapat hidayah), dan merasakan suasana bulan ramadhan. Esensi ketiga adalah mereka yang tidak membaca maupun yang tidak mendengarkan, yaitu

(30)

17

tercegah dari hal-hal yang dilarang Allah SWT Esensi khotmil Qur’an secara menyeluruh bagi masyarakat Desa Bedanten berupa bertambahnya rasa syukur, lebih dekatnya persaudaraan, lebih dekat dengan Al-Qur’an, merasakan ketenangan dan mencegah dari kemungkaran.

5. Fazat Laila, 2017, Praktek Khataman Al-Qur’an Berjemaah di Desa Suwaduk Wedarijaksa Pati (Kajian Living Hadis), Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif lapangan yang bersifat deskriptif dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Isi dari penelitian ini yaitu makna dan pelaksanaan hadis Khataman Al-Qur’an. Persamaan dengan penelitian yang penulis buat adalah sama- sama penelitian tentang Khotmil Qur’an dan jenis penelitian yang digunakan sama-sama penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan perbedaanya adalah dalam penelitian yang penulis buat berkaitan dengan peran guru, sedangkan penelitian ini berkaitan dengan makna dan pelaksanaan hadits khotmil Qur’an.

Hasil dari penelitian ini yaitu makna khataman berjemaah bagi masyarakat Desa Suwaduk adalah sebagai bentuk mengharap sebuah sayafaat dan barokah dari khataman Al-Qur’an serta sebagai bentuk agar tali silaturrahmi sesama warga Desa Suwaduk menjadi semakin erat. Khataman Al-Qur’an berjemaah di Desa Suwaduk merupakan hasil dari pelaksanaan hadis tentang perkumpulan orang yang membaca Al-Qur’an secara bersama- sama di bait min buyutillah (masjid). Namun para anggota khataman Al-

(31)

Qur’an Desa Suwaduk memahami kalimat tersebut tidak harus di masjid- masjid saja. Mereka melakukan khataman di rumah warga sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah yang mengundang dan sebagai alat keharmonisan sessama warga Desa Suwaduk.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama,

Tahun Judul Persamaan Perbedaan Hasil

1. Junhayana, 2021, Universitas Islama Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Pembinaan Cinta Al- Qur’an melalui Kegiatan Khotmil Qur’an di Pondok Pesantren Salafiyah Riyadul Awamil

− Sama- sama meneliti tentang khotmil Qur’an

− Jenis penelitian yang digunakan sama yaitu penelitian kualitatif deskriptif

Dalam penelitian ini

berkaitan dengan pembinaan cinta Al- Qur’an sedangkan dalam penelitian yang

penulis buat berkaitan dengan peran guru

pembinaan cinta Al- Qur’an melalui kegiatan khotmil Qur’an di Pondok Pesantren Salafiyah Riyadul Awamil telah terlaksana dengan maksimal dan sangat efektif sehingga pembinaan ini berhasil memberikan banyak perubahan terhadap santri seperti santri membiasakan membaca Al- Qur’an tiap waktu dan gemar untuk membaca Al- Qur’an sebagai generasi umat Islam.

(32)

19

2. Miftahul Huda, 2020, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Tradisi Khotmil Qur’an (Studi Living

Qur’an Pemaknaan Khotmil Qur’an di Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Ponorogo

− Sama- sama meneliti tentang khotmil Qur’an

− Jenis penelitian yang digunakan sama yaitu penelitian kualitatif deskriptif

Dalam penelitian ini

berkaitan dengan pemaknaan khotmil qur’an sedangkan dalam penelitian yang

penulis buat berkaitan dengan peran guru

kegiatan khotmil Qur’an di Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Ponorogo dilakukan dengan dua sistem, yaitu pertama sistem khotmil

Qur’an dibagi sesuai juz dan peserta atau sering disebut khotmil Qur’an cegatan.

Kedua sistem khotmil

Qur’an dengan membaca Al- Qur’an secara berurutan dari juz 1 sampai juz 30. Santri Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Ponorogo digolongkan pada kategori makna fungsi eksprersif, diantaranya ketenangan batin, mudah dalam berfikir dan

memahami pelajaran, usaha dalam meraih cita-

(33)

cita, serta sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.

3. Muhammad Yusuf, 2019, Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Makna Tradisi Khotmil Qur’an Berjemaah Studi pada Jamaah Bapak-bapak Masjid Al Ishlah Ringinawe Ledok Kota Salatiga

− Penelitian sama- sama berkaitan dengan khotmil Qur’an

− Jenis penelitian yang digunakan sama yaitu penelitian kualitatif deskriptif

Dalam penelitian ini meneliti tentang makna tradisi khotmil Qur’an sedangkan dalam penelitian yang

penulis buat meneliti tentang peran guru dalam kegiatan khotmil Qur’an

− Makna ekspresif antara lain ialah khotmil Qur’an berjemaah sebagai sebuah ibadah, syi’ar,

tholabul ilmi, ketentraman hati dan silaturrahmi

− Makna ekspektatif antara lain ialah menjaga istiqomah, menguatkan keimanan, meraih kemakmuran, memotivasi keluarga, meningktkan kualitas bacaan Al- Qur’an, menghrapkan pahala dan memperoleh keberkahan.

4. Himmatul Mufidah, 2019, Universitas Islam

Khotmil Qur’an dalam Tradisi Peleretan

− Sama- sama meneliti tentang khotmil

Dalam penelitian ini

berkaitan dengan

khotmil Qur’an dalam tradisi

pleretan memiliki tiga

(34)

21

Negeri Syarif Hidayatulla h Jakarta

(Studi Living Qur’an di Desa Bedanten Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik),

Qur’an

− Jenis penelitian yang digunakan sama yaitu penelitian kualitatif deskriptif

tradisi pleretan sedangkan penelitian yang

penulis buat berkaitan dengan peran guru dalam kegiatan khotmil Qur’an

tipe esensi.

Esensi

pertama yaitu pembaca yang meliputi keberkahan, ketenangan jiwa, kesejukan hati, kejernihan pikiran, bertambahnya rizki dan bertambahnya pahala. Esensi kedua yaitu pendengar yang meliputi ketenangan jiwa, pengaruh untuk lebih baik (mendapat hidayah), dan merasakan suasana bulan ramadhan.

Esensi ketiga adalah mereka yang tidak membaca maupun yang tidak

mendengarkan , yaitu

tercegah dari hal-hal yang dilarang Allah SWT Esensi khotmil Qur’an secara menyeluruh bagi

masyarakat

(35)

Desa Bedanten berupa

bertambahnya rasa syukur, lebih dekatnya persaudaraan, lebih dekat dengan Al- Qur’an, merasakan ketenangan dan mencegah dari

kemungkaran.

5. Fazat Laila, 2017, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Praktek Khataman Al-Qur’an Berjemaah di Desa

Suwaduk Wedarijaksa Pati (Kajian Living Hadis)

− Sama- sama meneliti tentang khotmil Qur’an

− Jenis penelitian yang digunakan sama yaitu penelitian kualitatif deskriptif

Penelitian ini

berkaitan dengan makna dan pelaksanaan hadis khotmil Qur’an, sedangkan penelitian yang

penulis buat berkaitan dengan peran guru dalam kegiatan khotmil Qur’an

makna khataman berjemaah bagi

masyarakat Desa Suwaduk Wedarijaksa Pati adalah sebagai bentuk mengharap sebuah sayafaat dan barokah dari khataman Al- Qur’an serta sebagai bentuk agar tali

silaturrahmi sesama warga Desa

Suwaduk menjadi semakin erat.

Khataman Al- Qur’an berjemaah di Desa

(36)

23

Suwaduk merupakan hasil dari pelaksanaan hadis tentang perkumpulan orang yang membaca Al- Qur’an secara bersama-sama di bait min buyutillah (masjid).

Namun para anggota khataman Al- Qur’an Desa Suwaduk memahami kalimat tersebut tidak harus di masjid- m,asjid saja.

Mereka melakukan khataman di rumah warga sebagai bentuk

penghormatan kepada tuan rumah yang mengundang dan sebagai alat

keharmonisan sessama warga Desa Suwaduk.

(37)

B. Kajian Teori

Kajian teori adalah serangkaian definisi, konsep, dan juga perspektif tentang sebuah hal yang tersusun secara rapi. Bagian ini berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai pisau analisis dalam melakukan penelitian. Pembahasan teori secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.13

1. Peran Guru

a. Pengertian Peran

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran diartikan sebagai bagian yang dimainkan dalam suatu kegiatan dalam adegan film, sandiwara dengan berusaha bermain baik dalam semua yang dibebankan kepadanya. Selain itu peran juga diartikan sebagai sebuah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam sebuah peristiwa.

Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat

13 Tim Penyusun UIN KHAS Jember, Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah, (Jember, UIN KHAS Jember Press, 2021), 46.

(38)

25

serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya.14

Peran menurut Ilmu Sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu.

Dengan menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya kaena posisi yang didudukinya tersebut. Artinya bahwa lebih memperlihatkan konotasi aktif dinamis dari fenomena peran. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia mmenjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisah dari status yang disandangnya.15

Sedangkan menurut Sarlito, peran merupakan perpaduan antara berbagai teori, orientasi maupun displin ilmu yang digunakan dalam dunia Sosiologi, peran merupakan istilah yang biasanya digunakan dalam dunia teater yang mana seorang actor harus bermain sebagai tokoh tertentu dan membawakan sebuah perilaku tertentu. Dalam hal ini, posisi seorang actor tersebut disamakan dengan posisi seorang masyarakat dan keduanya memiliki posisi yang sama.16

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh sekelompok orang dan/atau lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang individu, kelompok, organisasi, atau lembaga yang karena status atau

14 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 212-213.

15 Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), 7.

16 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: Rajawali, 2015), 215.

(39)

kedudukan yang dimiliki akan memberikan pengaruh pada sekelompok orang dan/atau lingkungan tersebut.

b. Pengertian Guru

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, menyerahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.17

Guru atau pendidik adalah tenaga kependidikan yang berasal dari anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menjunjung penyeleggaraan pendidikan. Menurut Ngalih Purwanto mengatakan bahwa guru adalah orang yang memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau kelompok.18

Menurut Hadari, guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak didik mencapai kedewasaan. Sedangkan menurut Soegarda dan harapan menyatakan bahwa guru merupakan seseorang

17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang Guru, 4.

18 Latifa Husien, Profesi Kependidikan Menjadi Guru Professional (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2017), 21.

(40)

27

yang memberi dan melaksanakan tugas pendidikan atau tugas mendidik.19

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga profesional yang memberikan ilmu dan mendidik peserta didik untuk mecapai tujuan pendidikan serta ikut bertanggung jawab dalam membantu peserta didik mencapai kedewasaan.

c. Peranan Guru

Seorang ahli bernama Prey Katz meyatakan bahwa, peranan guru yaitu sebagai kominikator, teman yang bisa memberikan nasihat- nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi beserta dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai- nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.20

Peran guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya tampil lagi sebagai pengajar saja, seperti fungsinya yang menonjol selama ini.

Melainkan juga sebagai pelatih, pembimbing, dan manager belajar. Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan.21

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dismpulkan bahwa peran guru adalah keseluruhan tingkah laku atau tindakan yang dilakukan oleh seorang guru dalam memberikan ilmu pengetahuan dan mendidik peserta didik. Seorang guru dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang

19 Syarifuddin Nurdin, Andrianto, Profesi Keguruan (Depok: Rajawali Press, 2019), 135.

20 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Edidi 1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), 143.

21 Latifah Husein, Profesi Keguruan Menjadi Guru Professional (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2017), 43.

(41)

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari status yang disandangya yaitu sebagai guru.

Menurut E. Mulyasa, peran guru dalam proses pembelajaran yaitu:

1) Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh arena itu guru yang juga sebagai pendidik harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa mandiri, disiplin agar guru berpotensi menjadi tenaga pendidik yang professional.

2) Guru sebagai pengajar

Mengajar adalah saah satu cara mentransfer ilmu terhadap peserta didik . sebagai pengajar guru harus memiliki tujuan yang jelas untuk membuat keputusan secara rasional agar peserta didik memahami keterampilan-keterampilan yang dituntut dalam pembelajaran. Guru senantiasa berusaha membuat sesuatu menjadi lebih jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam pembentukan kompetensi peserta didik. 22

3) Guru sebagai pembimbing

Bimbingan merupakan proses yang berkelanjutan.

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu

22 E Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 38.

(42)

29

agar individu dapat berkembang secara optimal sesuai lingkungannya. Bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah. guru sebagai pembimbing harus memberikan bimbingan, bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.

4) Guru sebagai pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, karena tanpa pelatihan seorang peserta didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.

5) Guru sebagai penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. 23

6) Guru sebagai pembaharu (innovator)

Guru harus berperan sebagai innovator, yaitu orang yang harus mempunyai suatu ide, produk, metode dan seterusnya yang

23 E Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 43.

(43)

dirasakan sebagai suatu yang baru dan diterapkan dalam proses pembelajaran. Sebagai innovator guru bisa juga menciptakan sesuatu yang dirasakan sebagai hal yang baru oleh seseorang atau masyarakat, sehingga dapat bermanfaat bagi peserta didik dan masyarakat lain.

7) Guru sebagai model dan teladan

Guru sebagai model dan teladan bagi peserta didik dan semua orang terutama warga belajar di sekolah menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan tentu saja guru mempunyai pribadi yang baik dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakui dia sebagai guru.

8) Guru sebagai pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat. 24

9) Guru sebagai peneliti

Guru sebagai peneliti dalam pendidikan, seorang guru adalah praktisi dalam dunia pendidikan. Melaksanakan serangkaian proses pembelajaran, di dalam ruang maupun di luar ruangan kelas.

24 E Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 48.

(44)

31

Proses itu dimulai dari sebuah perencanaan dan diakhiri dengan penilaian atau evaluasi.

10) Guru sebagai pendorong kreatifitas

Pembelajaran kreatif merupakan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas dengan memanfaatkan potensi yang ada.

Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreatifitas merupakan yang universal dan semua kegiatan ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik.

11) Guru sebagai pembangkit pandangan

Guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada peserta didiknya. Fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik.

12) Guru sebagai pekerja rutin

Guru bekerja kebiasaan tertentu dan kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya. 25

13) Guru sebagai pemindah kemah

Guru membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami.

25 E Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 53.

(45)

14) Guru sebagai pembawa cerita

Guru harus mampu membawa peserta didik memiliki pandangan yang rasional terhadap sesuatu.

15) Guru sebagai aktor

Guru menguasai materi standar dalam bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, memperbaiki dan mengembangkan keterampilan untuk mentransfer bidang studinya.

16) Guru sebagai emansipator

Guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan, dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan budak kebudayaan.

17) Guru sebagai evaluator

Evaluator atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena banyak melibatkan latar belakang dan hubungan serta variabel lain yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.

18) Guru sebagai pengawet

Guru harus berusaha mengawetkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam pribadinya, dalam arti guru harus berusaha menguasai materi standar yang akan disajikan kepada siswa. 26

26 E Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 62.

(46)

33

19) Guru sebagai kulminator

Guru yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kuliminasi, yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya.27

2. Khotmil Qur’an

a. Pengertian Khotmil Qur’an

Secara etimologi, kata Al-Qur’an berasal dari kata Qoro’a - yaqro’u – Qur’anan yang berarti bacaan/yang dibaca .28 Sedangkan pengertian Al-Qur’an secara terminologi al-Qur’an ialah Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril, menjadi mu’jizat atas kenabiannya, tertulis dalam bahasa Arab yang sampai kepada kita dengan jalan mutawattir, dan membacanya merupakan ibadah.29

Khotmil Qur’an adalah upacara menamatkan Al-Qur’an. An- Nawawi berpendapat bahwa cara membaca Al-Qur’an yang utama ialah membacanya sesuai dengan urutan mushaf yang ada saat ini. Dimulai dari surat al-fatihah (surah pertama), kemudian al-baqarah (surah kedua), kemudian ali-imran (surah ketiga), dan seterusnya hingga surah terakhir, yaitu an-Nas yang merupakan surah ke 114. Membaca Al-

27 E Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 64.

28 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, 1984), 1184.

29 Abdul Jalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 6.

(47)

Qur’an dilakukan secara rutin dan tekun, halaman demi halaman, surah demi surah, dan juz demi juz hingga akhirnya khatam (tamat).30

Khotmil Qur’an sendiri dibagi menjadi dua jenis. Pertama, Khotmil Qur’an dengan model Bil Ghoib, pembaca Al-Qur’an membaca tanpa melihat teks Al-Qur’an dan bisa juga disebut dengan hafalan. Sementara model kedua adalah model Bin Nadzor, Pembaca Al-Qur’an membaca dengan melihat teks Al-Qur’an.

Pola pada kegiatan Khotmil Qur’an juga dibagi menjadi dua pola. Pola yang pertama adalah membaa Al-Qur’an dengan urut mulai dari surah Al-Fatihah hingga surah An-Naas. Pola Khotil Qur’an seperti ini disebut dengan pola sima’an. Pembacanya oleh satu orang dan disimak oleh yang lainnya. Pembaca bisa dilakukan secara bergantian.

Hal ini membuthakan waktu yang lama. Pola khotmil Qur’an yang kedua adalah membaca secara serentak atau dalam waktu bersamaan dengan membagi rata juz pada Al-Qur’an sesuai dengan jumlah peserta Khotmil Qur’an. Pola ini disebut juga Khotmul Barqi, khataman kilat. 31 b. Metode Membaca Al-Qur’an

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditemukan. Metode juga dapat diartikan sebagai suatu jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.32 Metode

30 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), 95.

31 https://www.nusantaramengaji.com/mengenal-pola-khataman-al-quran, diakses pada tanggal 2 Januari 2022

32 Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: Stain Po Press, 2007), 139.

(48)

35

mambaca Al-Qur’an di hadapan ulama’ mengacu pada kebiasaan Rosulullah SAW yang senantiasa membaca Al-Qur’an di hadapan malaikat Jibril stiap bulan Ramadhan. Dalam mempelajari Al-Qur’an sebaiknya tidak hanya mengandalkan pembacaan seorang guru, tetapi harus ada timbal balik dari anak didik melalui pembacaan Al-Qur’an di hadapan guru.33

Tata cara (metode) membaca Al-Qur’an menurut para ulama’

terbagi menjadi empat macam, yaitu:

1) Tahqiq : mambaca Al-Qur’an dengan memberikan hak-hak setiap huruf secara tegas, jelas dan teliti seperti memnajangkan mad, menyempurnakan harakat, pelan-pelan, memperhatikan Panjang pendek, waqaf dan ibtida’.

2) Tartil : maknanya hamper sama dengan Tahqiq. Tartil dalam membaca Al-Qur’an adalah membaguskan bacaan hurufnya satu- persatu dengan terang, teratur, perlahan-lahan, dan tidak terburu- buru.

3) Tadwir : yakni membaca Al-Qur’an dengan memanjangkan, hanya tidak sampai penuh. Tadwir ini merupakan cara membaca Al- Qur’an di bawah Tartil dan di atas Hadr.

4) Hadr : ialah membaca Al-Qur’an dengan cepat, ringan, dan pendek, namun tetap dengan menegakkan awal dan akhir kalimat serta meluruskannya. Cepatnya bacaan Al-Qur’an itu terbatas,

33 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, terj.

Sihabuddin (Jakarta: Gema Insani, 2004), 275.

(49)

karena wajib menggunakan tajwid, dan wajib menjaga hak-haknya bacaan, seperti bacaan mad, ghunnah, idzhar, waqaf, washol, dan ibtida’nya.34

c. Adab membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah. Tuhan yang maha mulia, sudah sepantasnya bahkan seharusnya kita semua menghormati dan mengagungkan Al-Qur’an melebihi kitab-kitab yang lain.35 Adab-adab itu sudah diatur dengan sangat baik untuk penghormatan dan mengagungkan Al-Qur’an.

Di antara adab-adab membaca Al-Qur’an yang terpenting ialah sebagai berikut:

1) Disunnatkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci dan bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Mengambil Al-Qur’an hendaknya dengan menggunakan tangan kanan.

2) Disunnatkan membaca Al-Qur’an di tempat yang bersih dan suci, seperti di masjid, rumah, musholla, surau, dan di tempat-tempat lain yang dianggap bersih dan suci.

3) Disunnatkan membaca Al-Qur’an menghadap kiblat, membacanya dengan khusyu’ dan tenang, dan juga sebaiknya dengan berpakaian yang pantas.36

34 Maftuh Bastuhul Birri, Standar Tajwid Bacaan Al-Qur’an (Kediri: Madratsah Murottilil Qur’an), 123.

35 Mahbub Junaedi, Menghafal Al-Qur’an itu Mudah (Lamongan: CV Angkasa Solo, 2006), 208.

36 Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 144.

(50)

37

4) Duduk dengan sopan, tenang, tentram, dan tidak boleh disibukkan oleh suatu apapun, seperti radio, televisi dan lain sebagainya.

5) Disunnatkan membaca Ta’awudz dan Basmalah sebelum memulai membaca ayuat-ayat Al-Qur’an.

6) Dianjurkan membaguskan suaranya dan membaca dengan Tartil (pelan-pelan).

7) Disunnatkan membersihkan mulut dengan wangi-wangian dan paling utamanya adalah siwak.

8) Pembaca Al-Qur’an disunnatkan untuk memperhatikan arti dan maksud kandungan Al-Qur’an, serta mambaca do’a Khotmil Qur’an.37

d. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW adalah untuk dibaca, dipelajari dan diamalkan kandungannya, karena fungsi Al-Qur’an adalah sebagai hidayah (petunjuk) kepada umat manusia seluruhnya. Al-Qur’an akan berfungsi sebagai Syafi’ (penolong) pada hari akhir (kiamat) nanti bagi orang- orang yang gemar membaca Al-Qur’an, mempelajari dan mengamalkannya.38

Dalam Syarah Riyadus Salikhin dijelaskan pula tentang keutamaan membaca Al-Qur’an bagi mereka yang membaca,

37 M. Misbahul Munir, Pedoman Lagu-lagu Tilawatil Al-Qur’an dengan Tajwid dan Qasidah (Surabaya: Apollo, 1997), 19.

38 Husaini A. Madjid Hasyim, Syarah Riyadhus Shalikhin 3 (Surabaya: PT Bima Ilmu Offset, 2003), 332.

(51)

memahami, mempelajari, dan mengamalkan kandungannya. Dalam Al- Qur’an terkandung petunjuk-petunjuk untuk umat yang merupakan aturan-aturan baik yang mengatur manusia dengan Khaliqnya, bahkan antara manusia dengan lingkungannya. Jika aturan-aturan ini dipaham

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................
Gambar 4.1 Denah Lokasi .........................................................................
Tabel 2.1   Penelitian Terdahulu  No  Nama,

Referensi

Dokumen terkait

Dengan bekal tersebut diharapkan tenaga pendidik di sekolah menengah kejuruan dalam bidang agribisnis tidak hanya terpancang pada jenis pekerjaan yang ada, tetapi juga

Penelitian yang akan dilakukan ini berjudul : “ Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Dalam Mewujudkan Profesionalisme Guru di Sekolah Menengah Kejuruan Ma’Arif

Sejatinya, guru sebagai tenaga pendidik memiliki peran dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dengan begitu kondisi tersebut memberikan penjelasan bahwa

Penelitian ini mengemukakan tentang peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kreativitas siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdatul Ulama Pekauman,

Berdasarkan sejarah, Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama‟ 1 Karanggeneng Lamongan ini merupakan salah satu sekolah yang terkenal di daerah Lamongan area tengah lebih

Siti Khusnul Shoffiyah, Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Pada Peserta Didik kelas X dan XI di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Siang Tulungagung,

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas V untuk memperoleh informasi mengenai peran guru dalam membangun karakter kepercayaan diri siswa di SD Sambiroto 02

Mencermati tuntutan akan sertifikasi guru yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi profesional bagi guru, khususnya guru pendidikan menengah kejuruan, terdapat hal-hal