BAB II. KAJIAN KEPUSTAKAAN
B. Kajian Teori
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh danadana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan lain-lain. Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.33
2. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan maupun pendapatan imbalan/ujroh yang tidak dapat diterima.34 Artinya bank kehilangan kesempatan mendapat ujroh, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total.
NPF merupakan pembiayaan yang menunggak melebihi dari 90 hari. NPF dibagi menjadi tiga yaitu:
33 Lukman Dendawijaya. Manajemen Perbankan. (Jakarta : Ghalia Indonesia,2009)
34Ismail. Akuntansi Bank Teori dan Aplikasi Dalam Rupiah,(Jakarta:Kencana Prenadamedia Group,2014)
a. Pembiayaan Kurang Lancar
Pembiayaan kurang lancar terjadi apabila debitur tidak dapat membayar angsuran pinjaman pokok dan/atau ujroh antara 91 hari sampai dengan 180 hari.
b. Pembiayaan Diragukan
Pembiayaan diragukan terjadi dalam hal debitur tidak dapat membayar angsuran pinjaman pokok dan/ atau pembayaran ujroh antara 181 hari sampai dengan 270 hari.
c. Pembiayaan Macet
Pembiayaan macet terjadi bila debitur tidak mampu membayar berturut-turut lebih dari 270 hari.35
Bank perlu mempertimbangkan secara cermat calon nasabah dalam menganalisa atau menilai sebuah permohonan pembiayaan yang diajukan calon nasabah agar terhindar dari NPF dan bank dapat memperoleh keyakinan bahwa usaha yang dibiayai dengan pembiayaan bank layak untuk dijalankan dengan menganalisis melalui aspek 5C (character, capital, capacity, collateral, dan condition of economy) dan aspek 7P (personality, party, payment, prospect, purpose, profitability, dan protection).36
Untuk menilai tingkat kesehatan bank dengan Non Performing Financing (NPF), maka Bank Indonesia menetapkan kriteria penilaian tingkat kesehatan bank sebagai berikut:
35 Ibid 225
36 Nurul altifah dewi 2019 “Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financial to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional (BOPO) Terhadap Profitabilitas Pada BNI Syariah di Indonesia Peridoe 2015-2018”
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan NPF
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat NPF < 2%
2 Sehat 2% ≤ NPF < 5%
3 Cukup Sehat 5% ≤ NPF < 8%
4 Kurang Sehat 8% ≤ NPF < 12%
5 Tidak Sehat NPF ≥12%
Sumber : www.bi.go.id
3. Financing To Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank.37 FDR menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.38 Artinya seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban bank untuk dapat segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali dananya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan.
Dengan ditetapkan Financing to Deposit Ratio (FDR) maka bank syariah tidak boleh gegabah dalam menyalurkan pembiayaan dengan hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau bertujuan untuk secepatnya membesarkan
37 Lukman Dendawijaya. Manajemen Perbankan,(Jakarta : Ghalia Indonesia 2009),
38 Rivai V dan Arviyan, Islamic Banking:Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
2010.
jumlah asetnya, bilamana dilakukan akan membahayakan bagi kelangsungan hidup bank syariah, yang ada akhirnya akan membahayakan dana simpanan para nasabah penyimpan dan nasabah investor.39
4. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam menunjang kegiatan operasional.40pendapatan bank terdiri dari pendapatan margin, pendapatan operasional lainnya (penerimaan dividen yang berasal dari anak perusahaan) dan pendapatan non-operasional (pendapatan yang berasal dari penjualan aktiva), serta pendapatan atas transaksi valuta asing.41 Pendapatan transaksi valas timbul dari transaksi valuta asing yang berasal dari selisih kurs nilai mata uang antar negara.
39 Shomad, Abdul & Usanti Trisadini, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara,2013)
40 Rivai V dan Arviyan, Islamic Banking:Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
2010.
41 Nurul altifah dewi 2019 “Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financial to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional (BOPO) Terhadap Profitabilitas Pada BNI Syariah di Indonesia Peridoe 2015-2018”
5. Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas bank merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha, termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba perbankan tersebut dapat berupa kecukupan dalam memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan meningkatkan daya tarik investor untuk menawarkan modalnya.42Laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan meminjamkan dengan lebih luas.43
Penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA) sebagai variabel dependen. ROA penting bagi bank karena digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.44
Alasan penggunaan ROA ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang mana sebagian besar dananya berasal dari masyarakat dan nantinya oleh bank juga harus disalurkan kembali kepada masyarakat.45
42 S Munawir, Analisis Lapora Keuangan,( Yogyakarta : Liberty, 2001)
43 Simorangkir. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank, (Bogor : Ghalia Indonesia,2004)
44 Ubaidillah,“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Islam El-Jizya,1(januari –juni 2016), Vol.4
45 Lukman,Dendawijaya. Manajemen Perbankan. (Jakarta : Ghalia Indonesia,2009)