• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kajian Teori

1. Pendekatan Pembelajaran Saintifik

a. Pengertian pendekatan pembelajaran Saintifik

Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah (Musfiqon,dkk, 2015:51). Menurut Abdul Majid dalam Taat Wulamdari (2016: 84), proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam menganal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang dalam sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”(Daryanto dalam Rasyid, 2018:15).

Dalam pandangan Barringer, et al. (2010) pembelajaran proses saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berfikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Model pembelajaran pendekatan

saintifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Guna mampu melaksanakan kegiatan ini, siswa harus dibina kepekaannya terhadap fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan, dilatih ketelitiaanya dalam mengumpulkan data, dikembangkan kecermatannya dalam mengolah data untuk menjawab pertanyaan, serta dipandu dalam membuat simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukannya (Pahrudin,dkk, 2019:38-39). Secara konsep pendekatan saintifik lebih mengarah pada model pendidikan humanis, yaitu pendidikan yang memberikan ruang kepada siswa untuk berkembang sesuai potensi kecerdasan yang dimilikinya. Siswa menjadi pusat belajar, tidak menjadi obyek pembelajaran sehingga karakter, keterampilan, dan kognisinya dapat berkembang secara lebih optimal (Suju, 2019:2).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik atau ilmiah memusatkan kegiatannya pada peserta didik agar mampu mengkonstruk konsep secara mandiri yang berlandaskan pada fakta yang bersifat obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik akan mendorong

peserta didik untuk berpikir kritis dan meningkatkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik (Wulandari,dkk, 2016:87).

b. Tujuan pendekatan pembelajaran saintifik

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Menurut Daryanto dalam Nur Alfiah Rasyid (2018:21) Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:

1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

2) Untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana peserta didik merasa belajar itu merupakan suatu kebutuhan

4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5) Untuk melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6) Untuk mengembangkan karakter peserta didik

Tujuan utama dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah adanya pengaruh terhadap peserta didik untuk lebih tertatik terhadap sebuah pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan-tujuan lainnya seperti meningkatkan intelek peserta didik, tingginya hasil belajar dan lain sebagainya (Alfiah Rasyid, 2018:20-21).

2. Pendekatan Pembelajaran Saintifik TPACK a. Saintifik TPACK

Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) merupakan salah satu jenis pengetahuan baru yang harus dikuasai guru untuk dapat mengintregasikan teknologi dengan baik dalam pembelajaran (Koehler & Mishra dalam Rahmadi, 2019:67). TPACK merupakan sebuah kerangkan kerja dalam mendesain model pembelajaran baru dengan menggunakan tiga aspek utama yaitu teknologi, pedagogi, dan konten (materi pengetahuan) (Purnawati, dkk, 2020:127). TPACK merupakan sebuah sintesis pengetahuan yang bertujuan untuk memasukkan teknologi informasi dan komunikasi serta teknologi pendidikan ke dalam proses pembelajaran di kelas (Coban et al dalam Herawati, 2021:14). Menurut Suryawati dalam Ima Ulin Nuha, dkk (2020:14) TPACK adalah sebuah kerangka konseptual yang memperlihatkan hubungan antara tiga pengetahuan yang harus dikuasai oleh guru yaitu pengetahuan teknologi, pegdagogi, dan konten agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efesien. TPACK adalah dasar dari pembelajaran yang efektif menggunakan teknologi, yang dapat memperbaiki permasalahan siswa dimana konsep materi pembelajaran yang sulit ataupun mudah dapat dipahami oleh siswa serta dapat membangun pengtahuan siswa dengan mengembangakn metode pembelajaran atau memperkuat pengetahuan yang lama (Nofrion et al dalam Herawati, 2021:14-15).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TPACK merupakan kerangka pembelajaran yang terdiri dari tiga komponen yaitu teknologi, pedagogi dan juga konten (materi pembelajaran) yang mana ketiganya didesain dalam model pembelajaran sehingga menjadikan proses pembelajaran lebih aktif dan mempermudah siswa dalam memahami konsep materi sehingga bisa memperoleh tujuan dari pembelajaran .

b. Penerapan pemdekatan saintifik TPACK dalam Pembelajaran Biologi Biologi merupakan bagian dari sains, sehingga apa yang berlaku pada bidang sains juga berlaku pada bidang biologi. (Paidi dalam Slamet, 2018:19). Amanat kurikulum 2013 tentang pendekatan saintifik sejalan dengan hakekat Biologi sebagai sains (Surachman et al dalam Joko Slamet, 2018:20), sehingga pembelajaran biologi harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berpikir ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Joko Slamet, 2018:20).

1) Mengamati

Kegiatan ini bertujuan agar pembelajaran Biologi berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati mencakup kegiatan yang memaksimalkan penggunaan seluruh indera untuk mencari

informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.

Objek yang diamati adalah materi faktual (yang berbentuk fakta), yaitu fenomena atau beristiwa yang dapat diamati secara langsung atau dalam bentuk gambar, film, video, dan sebagainya (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Joko Slamet, 2018:21). Kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru (Suharto dalam Joko Slamet 201:21). Kegiatan mengamati juga bermanfaat untuk menumbuhkan ketelitian, kedisiplinan pemanfaatan waktu, dan kesabaran siswa dalam melihat suatu konteks (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Joko Slamet 2018:21).

2) Menanya

Pada kurikulum 2013, kegiatan menanya diharapkan muncul dari siswa. Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati, atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati, yang dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik (Suharto dalam Joko Slamet, 2015:21). Proses menanya dilakukan

melalui kegiatan diskusi atau kerja kelompok untuk membangun pengetahuan faktual, konseptual, prosedural tentang suatu hukum maupun teori hingga berfikir metakognitif. Melalui kegiatan menanya siswa dapat mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, dan kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membangun critical minds. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Joko Slamet 2018:21).

3) Mencoba

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik untuk memperkuat penguasaan konsep, prinsip, dan prosedur dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melakukan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin komputasi dan automasi sangat disarankan dalam kegiatan ini. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Joko Slamet, 2018:21-22). Siswa akan memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik dengan mencoba atau melakukan percobaan terutama untuk materi atau substansi yang sesuai dan terlatih bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari (Suharto dalam Joko Slamet, 2018:22), serta mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir

sistematis (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Joko Slamet 2018:22).

4) Mengasosiasi

Mengasosiasi dilakukan melalui berbagai aktivitas, antara lain; menganalisis data, mengelompokkam, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dan menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut, kemampuan menerapkan prosedur dan berfikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Kegiatan ini juga melatih siswa mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Joko Slamet, 2018:22).

5) Mengkomunikasikan

Mengomunikasikan dilakukan dalam bentuk kegiatan publikasi atau menyampaikan hasil konseptualisasi tentang pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini melatih siswa menumbuhkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Joko Slamet 2018:22).

Pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013 merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep. Carin dalam Sudarisman (2015:31) menyatakan bahwa sains (biologi) pada hakikatnya mengandung 4 unsur yaitu: proses (scientific processes), produk (scientific knowledge), sikap (scientific attitudes), dan teknologi.

Teknologi dalam sains dimaknai sebagai aplikasi dari sains yang berperan sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian untuk merancang pembelajaran biologi diperlukan berbagai alat dukung seperti: penggunaan media pembelajaran, sarana laboratorium, dll) (Sudarisman, 2015:32-33).

LKPD adalah lembaran-lembaran berisi materi, ringkasan, dan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik (Anggraini dkk dalam Ariani dkk, 2020:14). LKPD juga merupakan sarana yang dapat mempermudah terbentuknya interaksi antara guru dengan peserta didik. LKPD sangat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan LKPD efektif meningkatkan hasil belajar, pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik (Ariani, dkk, 2020:14).

Penerapan pembelajaran yang berbasis saintifik dan mampu menumbuhkan komunikasi, kolaborasi dan inovatif dalam membangun pola pikir yang kritis, sangatlah dibutuhkan pada masa sekarang ini. Paradigma pembelajaran abad 21 saling terpaut pada

pemecahan strategi pembelajaran melalui Techological, Pedagogical, Content Knowledge (TPACK). TPACK adalah salah satu framework yang mengintegrasikan antaran pengetahuan Teknologi (Technological Knowledge), pengetahuan Pedagogi (Pedagogy Knowledge), dan pengetahuan Konten (Content Knowledge) dalam mendesain model pembelajaran baru dengan menggabungkan tiga aspek utama yaitu teknologi, pedagogi dan konten/materi pengetahuan (ontologis).

Gambar 2.1

Kerangka Kerja TPACK a) Technological Knowledge (TK)

Technological Knowledge (TK) atau pengetahuan teknologi merupakan pengetahuan tentang berbagai jenis teknologi sebagai alat, proses, maupun sumber (Rahmadi, 2019:68). Technological Knowledge (TK) adalah pengetahuan tentang apa dan bagaiman teknologi, software, atau aplikasi

yang dapat digunakan dalam pembelajaran. TK juga meliputi kemampuan untuk mengadaptasi dan mempelajari teknologi baru (Sintawati, dkk, 2021:15).

b) Pedagogical Knowledge (PK)

Pedagogical Knowledge (PK) atau pengetahuan pedagogic yaitu pengetahuan tentang teori dan praktik dalam perencanaan, proses, dan evaluasi pembelajaran (Rahmadi, 2019:68). Menurut H. Chung, dalam Sintawati (2021:16) menyatakan bahwa Pedagogical Knowledge (PK) adalah pengetahuan mandalam mengenai proses dan praktik didalam pembelajaran dan pengajaran, meliputi rencana pendidikan, tujuan, nilai dan strategi. Pengetahuan yang berhubungan dengan proses pengajaran dan mentransformasikan materi pelajaran kedalam pembelajaran merupakan kumpulan keterampilan yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh seorang guru agar dapat mengelola dan mengorganisasikan aktivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan (Rosyid dalam Sintawati, 2021:16).

c) Content Knowledge (CK)

Content Knowledge (CK) atau pengentahuan konten adalah pengetahuan tentang konten atau materi pelajaran yang harus dipelajari oleh guru dan diajarkan kepada siswa (Rahmadi, 2019:68). Sedangkan menurut Sintawati (2021:16)

menyatakan bahwa Content Knowledge (CK) adalah pengetahuan penguasaan guru terhada materi pelajaran atau substansi materi menggunakan teknologi. Guru harus mengetahui apa konten yang akan diajarkan dan bagaimana pengetahuan dasar dikemas dengan berbagai jenis konten.

Shulman menjelaskan konten termasuk pengetahuan tentang konsep, teori, ide, kerangkan organisasi, metode pembuktian serta praktik dan pendekatan menuju pengembangan pengetahuan tersebut di dalam disiplin ilmu (Harris et al dalam Sintawati, 2021:16).

d) Pedagogical Content Knowledge (PCK)

Pedagogical Content Knowledge (PCK) atau pengetahuan pedagogik konten merupakan pengetahuan pedagogik yang berhubungan dengan konten khusus (Shulman dalam Rahmadi, 2019:68). Menurut Misha & Koehler dalam Wilda Purnawati, dkk, 2020:131). Pedagogical Content Knowledge (PCK) yakni pengetahuan terhadap cara memadukan antara materi pelajaran dengan pedagogik untuk mengembangkan proses pembelajaran yang lebih baik. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik 5M adalah observing (mengamati), questioning (menanya), mengumpulkan informasi / eksperimen, mengasosiasikan / mengolah informasi, mengkomunikasikan. Dengan

mengoptimalkan kemampuan berpikir ilmiah, siswa dapat meyelesaikanberbagai kesulitan dalam pembelajaran (Wilda Purnawati, dkk, 2020:131).

e) Technological Pedagogi Knowledge (TPK)

Technological Pedagogical Knowledge (TPK) adalah serangkaian pemehaman bagaimana perubahan pembelajaran terjadi dengan memanfaatkan teknologi yang digunakan untuk mendukung pembelajaran secara aktif (Purnawati, dkk, 2020:131). Technological Pedagogical Knowledge (TPK) atau pengetahuan teknologi pedagogik adalah pengetahuan tentang berbagai teknologi dapat digunakan untuk memfasilitasi belajar dan pembelajaran.

f) Technological Content Knowledge (TCK)

Technological Content Knowledge (TCK) yakni pengetahuan tentang cara teknologi menciptakan repsentasi baru dari suatumateri sedemikian hingga merubah cara siswa dalam memahami suatu konsep dari materi pelajaran melalui penggunaan teknologi (Purnawati, dkk, 2020:131).

g) Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) Tehnological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) adalah pengetahuan yang kompleks yang saling mempengaruhi diantara tiga komponen dasar (CK, PK, TK) ketika guru mengajar didalam proses pembelajaran, konten

yang digunakan sesuai dengan metode pedagogi dan teknologi, sehingga menjadi dasar untuk menggunakan teknologi yang efektif (Herawati, 2021:18). Secara sederhana TPACK dapat dideskripsikan sebagai pengetahuan guru tentang kepan, dimana, dan bagaimana menggunakan teknologi, sementara membimbing siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam bidang studi tertentu (Rahayu dalam Herawati, 2021:18). Salah satu bentuk aplikasi TPACK dalam pembelajaran adalah pemanfaatan teknologi oleh guru dalam mengajarkan materi pembelajaran tertentu (Agustin et al dalam Herawati, 2021:18).

3. Hasil Belajar

Hasil belajar ialah pengalaman yang telah didapatkan siswa setelah siswa menerima pembelajaran (Fauhah, 2021:326). Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan pengetahuan yang dicapai siswa dalam pengikuti program belajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan (Purwati, 2016:24). Menurut aliran psiklogi kognitif yang dikemukakan oleh Brunner dalam Budiningsih dalam Humaira, dkk (215:64) hasil belajar adalah kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternative secara simultan, memilih tindakan yang tepat dan dapat memberikan prioritas yang tepat dalam berbagai situasi.

Sedangkan menurut Rusman dalam Homroul Fauhah (2021:326- 327) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan sejumblah pengalaman

yang diperoleh siswa yang mencangkup ranah kognitif, efektif dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono dalam Rambu Ery Ana Awang (2016:29) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Sudjana dalam Nonik Purwati (2016:26) mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencangkup bidang kognitif, efektif, dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengerjaan sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Lebih lanjut Bloom dalam Degeng dalam Nonik Purwati (2016:26) mengklasifikasikan ranah kognitif menjadi enam. Keenam klasifikasi ranah kognitif Bloom adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Klasifikasi yang menekankan pada mengingat, apakah dengan mengungkapkan atau mengenal kembali sesuatu yang telah atau pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

b. Pemahaman

Klasifikasi ini menekankan pada pengubahan informasi kebentuk yang lebih mudah dipahami.

c. Penerapan

Menggunakan abstraksi pada situasi tertentu dan konkret.

Tekanannya adalah untuk memecahkan suatu masalah.

d. Analisis

Memilih informasi ke dalam satuan-satuan bagian yang lebih rinci sehingga dapat dikenali fungsinya, kaitannya dengan yang lebih besar, serta organisasi keseluruhan bagian.

e. Sintesis

Penyatuan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan baru yang unik.

f. Penilaian

Pertimbangan-pertimbangan tentang nilai dari sesuatu untuk tujuan tertentu.

4. Sistem Reproduksi

Pada manusia, reproduksi sama dengan yang ada pada mamalia yang lain. Tujuannya untuk melangsungka keturunan. Untuk memulai kehidupan baru, satu sperma harus membuahi satu sel telur (Suwarno, 2009:163).

a. Gametogenesis

Proses pembentukan gamet (sel kelamin) disebut gametogenesis. Sel kelamin pria dinamakan sperma sedangkan sel kelamin wanita disebut ovum (Suwarno, 2009:163).

Gambar 2.2

Perbandingan pembentukan sperma dan sel telur Gametogenesis ada dua yaitu:

a) Spermatogenesis

Yaitu proses pembentukan sperma. Spermatogenesis terjadi di dalam testis atau buah zakar atau pelir.

b) Oogenesis

Yaitu proses pembentukan ovum. Oogenesis terjadi di ovarium (Suwarno, 2009:163).

Pada Spermatogenesis

1) Spermatogenium (2n) membelah secara mitosis menjadi spermatosit primer atau spermatosit I.

2) Spermatosit I membelah secara meiosis menghasilkan 2 sel spermatosit sekunder atau spermatosit II (n).

3) Setiap spermatosit II membelah menghasilkan spermatid (n).

4) Spermatid akan mengalami pematangan menjadi spermatozoa (sperma) (Suwarno, 2009:163).

b. Pada Oogenesis

1) Oogenesis membelah secara mitosis menjadi oosit primer atau oosit I.

2) Oosit I membelah secara meiosis menghasilkan satu oosit sekunder.

3) Oosit sekunder membelah menghasilkan sebuah ootid yang akan berdegenerasi.

4) Badan kutub I membelah menghasilkan badan kutub II yang juga akan mengalami degenerasi.

5) Oogonium membelah secara mitosis menjadi oosit primer atau oosit I (Suwarno, 2009:164).

c. Ala-alat Reproduksi

1) Alat-alat reproduksi pria

Alat-alat reproduksi pria terdiri atas testis, saluran pengeluaran, kelenjar aksesotis dan penis (Suwarno, 2009:164).

Gambar 2.3

Alat Reproduksi Laki-laki

a) Testis berjumblah sepasang dan berbentuk oval. Didalam testis tedapat tubulus seminiferous yang berfungsi mengahsilkan sel-sel sperma.

b) Saluran pengeluaran (ductus ekskresi) terdiri atas:

(1) Vasdeferensi: saluran penghubung tubulus semineferus dengan epidermis.

(2) Epidermis: saluran berkelok-kelok yang berfungsi sebagai penyimpan sperma sampai sperma matang.

(3) Vas defernsi: saluran lanjutan epididymis.

(4) Saluran ejaculatorius atau saluran pemancatan terdirri atas sepasang dan merupakan bagian dari vas deferens yang berfungsi memancarkan semen eke uretra.

c) Kelenjar aksesoris terdiri atas:

(1) Vasika seminalis atau saluran mani: kelenjar yang berkelok- kelok dan terletak di belakang kandung kemih. Sekretnya

mengandung fruktosa dan prostaglandin yang akan menjadi bagian dari semen.

(2) Kelenjar prostat melingkari uretra bagian atas dan terletak di bawah kandung kemih. Sekretnya mengandung kolestrol, garam, dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup spermatozoa.

(3) Kelenjar cowper atau glandula bulbouretralis: saluran yang langsung menuju uretra. Sekretnya berupa lendir alkalis dan berperan pada waktu awal ejakulasi dan terdiri atas sepasang.

(4) Penis terdiri atas tiga rongga berbentuk silinder yaitu dua terletak di bagian atas yang disebut korpus cavernosum penis dan satu di bagian bawah yang disebut korpus cavernosum uretra. Dibagian tengah terdapat uretra yang merupakan mauara dari saluran kencing dan kelamin (Suwarno, 2009:164-165).

2) Alat-alat reproduksi wanita

Alat reproduksi wanita dikelompokkan menjadi alat reproduksi luar dan alat reproduksi dalam.

Gambar 2.4 Alat Repeoduksi Wanita 1. Alat reproduksi luar terdiri atas:

a. Mons pubis

b. Labia mayora, merupakan lipatan kulit yang berfungsi melindungi vagina (dapat disamakan dengan skrotum pada pria).

c. Labia minora, merupakan lipatan kulit di antara labia mayora.

d. Klitosis, adalah organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada pria. Banyak terkandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.

e. Kelenjar Bartholini, terletak di tepi lubang vagina dan berfungsi untuk mensekresi lendir (Suwarno, 2009:165).

2. Alat-alat reproduksi dalam terdiri atas:

a. Ovarium, terdiri atas sepasang dan berfungsi menghasilkan sel telur dan hormone estrogen dan progesterone.

b. Oviduk atau tuba fallopi, berjumblah sepasang dengan panjang sekitar 10 cm, berfungsi menyalurkan sel telur dari ovarium menuju Rahim dan menyediakan lingkungan yang cocok untuk pembuahan dan perkembangan sel telur sebelum pembuahan. Pada ujung tuba fallopi terdapat infundibulum yang berbentuk corong dan mempunyai umbai (fimbriae) untuk menangkap sel telur yang dilepas ovarium (proses evolusi).

c. Uterus, berfungsi memberi tempat untuk berkembangnya janin.

d. Vagina, berbentuk saluran dengan panjang 8-10 cm yang berhubungan dengan Rahim. Bagian dalam vagina berlipat-lipat pada ujungnya terdapat selaput dara (hymen) . (Suwarno, 2009:165).

d. Hormon yang Berperan Dalam Menstruasi, Kelahiran dan Persalinan 1) Menstruasi

Gambar 2.5 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi terdiri atas empat fase yaitu:

a) Minggu pertama

Dinding Rahim yang menebal yang siap untuk memberi makan telur yang dibuahi, pecah dan hilang sebagai aliran darah keluar vagina (menstruasi).

b) Minggu kedua

Sebuah telur masuk dekat permukaan salah satu indung telur untuk menjadi folikel De graaf. Dinding mulai tumbuh dan menebal kembali.

c) Minggu ketiga

Telur menembus pembungkusnya (folikel) dan bergerak sepanjang saluran telur oleh pjitan otot-otot dan dorongan rambut-rambut halus cilia yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop di dinding saluran telur.

d) Minggu keempat

Telur mencapai Rahim, telur ini belum bergabung dengan sperma hingga dinding Rahim yang kaya dengan darah tidak diperlukan dan siklus dimulai kembali.

Dari keempat siklus menstruasi ini yang mempengaruhi adalah FSH, LH, estrogen, dan progesterone (Suwarno, 2009:166)..

2) Kehamilan

Telur yang sudah dibuahi membagi diri menjadi dua sel, kemudian menjadi mepat lalu delapan demikian seterusnya setiap beberapa jam. Akibatnya ratusan hingga ribuan sel secara bertahap akan mengelompok dan berubah menjafi beberapa tipe jaringan seperti otot, saraf, dan sel-sel darah. Lima minggu sesudah pembuaha, embrio ukurannya lebih kecil dari sebutir kacang goreng, tetapi lengan dan tungkainya telah berkembang (Suwarno, 2009:166).

Gambar 2.6 Perkembangan Janin Perkembangan janin

a) Dua bulan, Bayi lebih kecil dari pada kacang kenari, dan laki- laki serta jari-jari kecil tumbuh. Kehailan telah terjadi.

b) Tiga bulan, Lebih kurang panjangnya 70 mm, bayi dapat menggunakan kepala dan anggota gerak. Sang ibu belum dapat merasakannya.

Dokumen terkait