• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kajian Teori

1. Berpikir Matematis

Berpikir selalu dihubungkan dengan permasalahan, baik masalah yang timbul saat ini, masa lampau dan mungkin masalah yang belum terjadi. Menurut walgito, berpikir merupakan proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respon. Menurut Masykur, berpikir adalah

suatu kegiatan mental yang melibatkan otak.22 Sedangkan menurut Kuswana, berpikir merupakan suatu istilah yang digunakan dalam menggambarkan aktivitas mental, baik yang berupa tindakan yang disadari sepenuhnya dalam kejadian sehari-hari sebagai tindakan rutin, tetapi memerlukan perhatian langsung untuk bertindak kearah lebih sadar secara sengaja dan refleksi atau membawa ke aspek-aspek tertentu atas dasar pengalaman.23 Jadi, berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang melibatkan kesadaran seseorang dalam melakukan suatu tindakan pemikiran atau ide-ide atas dasar pengalaman.

Menurut Dienes, berpikir matematis berkenaan dengan penyelesaian himpunan-himpunan unsur matematika, dan himpunan-himpunan ini menjadi unsur-unsur dari himpunan-himpunan baru membentuk himpunan- himpunan baru yang lebih rumit dan seterusnya.24 Dengan kata lain, berpikir matematis berhubungan dengan struktur-struktur super yang secara tetap terbentuk dari apa yang sudah terbentuk sebelumnya. Sehingga berpikir matematis dapat dikatakan sebagai kegiatan mental, yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi dan atau generalisasi.25

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir matematis adalah kegiatan berpikir yang secara praktis dengan memahami

22 Rany Widyastuti, Jurnal Proses berfikir siswa SMPA dalam Menyelesaikan masalah matematika berdasarkan langkah-langkah Polya Ditinjau dari Sdversity Quotient, dalam https://media.neliti.com/media/publications/118554-ID-proses-berpikir-siswa-smp-dalamdaknya- menyeles.pdf, diakses pada tanggal 2 april 2018, 241.

23 Herlingga Putuwita Nan mumpuni, Peningkatan Keterampilan berfikr siswa dalam pelajaran matematika dengan pemetaad visul (Yogyakarta: FMIPA UNY, 2013), 2.

24 Mumpuni, Peningkatan Keterampilan berfikr, 2.

25 Herman Hudojo, Pengembanagan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika, (Malang: UM Pess, 2005), hal.65

simbol, aturan, ide-ide dan konsep matematika, memecahkan masalah, menghubungkan serta menalar konsep-konsep matematika yang bersifat matematis.

Adapun aspek berpikir matematis yang digunakan pada penelitian ini yaitu meliputi: pemahaman matematis dengan indikator membaca soal serta menuliskan yang diketahui dan ditanyakan pada soal; pemecahan masalah matematis dengan indikator menulis permisalan dari soal dan dapat membuat model matematika; koneksi matematis dengan indikator dapat mengaitkan informasi soal dengan pengetahuannya dan dapat menemukan ide untuk menyelesaikan berdasarkan pengetahuannya; serta penalaran matematis dengan indikator dapat menggunakan metode untuk menyelesaikan soal dan dapat menerapkan suatu perhitungan sederhana.26 2. Proses Berpikir Matematis

Menurut Walgito berpikir adalah interaksi intelektual yang terjadi antara aksi dan reaksi.27 Seperti yang disampaikan oleh Masykur, berpikir adalah gerakan psikologis yang didominasi oleh otak besar.28 Sementara itu Kuswana berpendapat bahwa berpikir adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gerakan mental yang disadari sepenuhnya dalam kejadian sehari-hari sebagai tindakan rutin dan didasarkan pada pengalaman. Jadi berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang

26 Wahyudin Zarkasy, Penelitian Pendidikan Matematika, Karawang: PT. Refika Aditama, 2017, 114

27 I Wayan Candra, dkk, Psikologi (Yogyakarta: ANDI, 2017), 169.

28 Uswah Wardana, Psikologi Umum (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), 132.

melibatkan kesadaran seseorang dalam melakukan suatu tindakan pemikiran atau ide-ide atas dasar pengalaman.

Pada saat siswa berpikir dalam memecahkan dan menyelesaikan suatu masalah, maka akan terjadi proses berpikir sampai menemukan solusi permasalahan yang tepat. Proses berpikir merupakan suatu kegiatan mental atau suatu proses yang terjadi di dalam pikiran siswa pada saat siswa dihadapkan pada suatu pengetahuan baru atau permasalahan yang sedang terjadi, serta mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut.29 Proses berpikir biasanya akan terjadi sampai siswa berhasil memperoleh jawaban yang benar.30. Oleh sebab itu dalam proses berpikir yang berkaitan dengan matematika diperlukan latihan-latihan sehingga dapat membentuk pemahaman konsep, membentuk pendapat dan membentuk kesimpulan akhir yang merupakan solusi penyelesaiannya.31

Sedangkan dalam proses berpikir matematis, siswa dituntut untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi dengan baik dan tepat dengan cara dengan memberikan berbagai permasalahan kontekstual yang familiar dengan kehidupan siswa untuk diselesaikan secara optimal siswa dalam konteks pembelajaran matematika yang menarik bagi siswa.32 Fajri menyatakan bahwa berpikir matematis merupakan proses mengembangkan

29 Sudarman, Proses Berpikir Siswa Climber dalam Menyelesaikan Masalah Matematika, Jurnal PDII-LIPI, Vol. 10, No. 1, 5.

30 Sudarman, Proses Berpikir Siswa, 23.

31 Sudarman, Proses Berpikir Siswa, 24.

32 Herman Hudojo, Pengembanagan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika (Malang: UM Pess, 2005), 65.

perspektif matematis serta untuk memahami konsep-konsep matematika.33 Berpikir matematis juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan berpikir yang bertujuan untuk mengenal dan memahami konsep, sifat, aturan ataupun simbol-simbol dalam matematika.34

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses berpikir matematis adalah suatu proses berpikir secara praktis dengan memahami simbol, aturan, ide-ide dan konsep matematika, memecahkan masalah, menghubungkan serta menalar konsep-konsep matematika yang bersifat matematis.

3. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Syarifan Nurjan, Kirk dan Galleger menyatakan bahwa, Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK dulunya juga disebut sebagai anak cacat atau anak tidak mampu. Anak ABK dicirikan sebagai anak yang menyimpang dari standar umum anak normal, baik dari segi fisik, mental, maupun sosial sehingga untuk mengembangkan kemampuannya, diperlukan perlakuan yang lebih khusus.35Dalam buku Mohammad Efendi, dkk menyampaikan bahwa anak ABK tidak sama dengan anak normal pada umumnya, karena ada masalah dalam kemampuan berpikir, melihat, mendengar, bergaul, dan bergerak.36

33 Muhammad Fajri, Kemampuan Berfikir Matematis, 6.

34 Herlingga, Peningkatan Keterampilan Berfikir, 2.

35 Syarifan Nurjan, Perkembangan Peserta Didik Perspektif Islam (Yogyakarta: Titah Surga, 2017), 105.

36 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2008), 2.

Anak Berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan atau penyimpangan dalam proses pertumbuhan atau perkembangan baik berupa fisik, mental, dan emosional.37 ABK merupakan anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum lainnya.

Dalam arti lain, anak dapat dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya sehingga memerlukan penanganan khusus terkait dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialaminya. Mereka yang digolongkan sebagai anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan gangguan atau kelainan pada aspek fisik/motorik, kognitif, bahasa dan bicara, pendengaran, pengelihatan, serta sosial dan emosi.38

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah istilah yang menunjukkan pada anak yang memiliki perbedaan dari anak normal pada umumnya dari segi fisik, mental, sosial, emosi, dan kecerdasan sehingga memerlukan penanganan dan bantuan yang lebih khusus dalam pembelajaran.

4. Tunarungu

Salah satu anak yang memelukan penanganan khusus adalah tunarugu. Tunarugu berasal dari dua kata yaitu tuna yang berarti kurang

37 Nurul Aini, Pola Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus (Tunanetra) di Panti Asuhan Tunanetra TerpaduAisyiyah Ponorogo, (Ponorogo: Program Studi Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Ponorogo, 2012), 20.

38 Efendi, Pengantar Psikopedagogik, 3.

dan rungu yang berarti dengar. Istilah tunarungu mengacu pada pengertian kurang atau tidak dapat mendengar informasi dari bunyi.39

Permadi Somad menyatakan bahwa tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar, baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari.40 Tunarungu diakibatkan oleh rusaknya organ telinga bagian luar, organ telinga bagian tengah, dan organ telinga bagian dalam sehingga organ tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.41

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tunarungu merupakan istilah untuk seseorang yang kehilangan fungsi pendengarannya, sehingga menyebabkan terganggunya proses perolehan informasi atau bahasa yang merupakan alat komunikasi

5. Soal Cerita Matematika

Soal cerita biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam belajar berpikir matematis. Adapun yang dimaksud dengan soal cerita matematika adalah soal-soal matematika yang dinyatakan dalam kalimat-kalimat bentuk cerita yang perlu diterjemahkan menjadi kalimat matematika ataupun persamaan matematika.42 Soal cerita matematika

39 Efendi, Pengantar Psikopedagogik, 5.

40 Aini, Pola Pembinaan Anak 20.

41 Bambang Putranto, Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus (Yogyakarta:

DIVA Pres, 2015), 95.

42 Subaidah, Kemampuan siswa, 9.

disajikan dalam bentuk cerita di kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam simbol dan relasi matematika.43

Soal cerita berguna untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sebelumnya.44 Penyelesaian soal cerita merupakan kegiatan pemecahan masalah.45 Oleh sebab itu dalam menyelesaikan soal cerita matematika tidak hanya sekedar memperoleh hasil berupa jawaban dari hal yang ditanyakan, tetapi yang lebih penting adalah siswa harus mengetahui dan memahami proses berpikir atau langkah-langkah untuk mendapatkan jawaban tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa soal cerita matematika adalah soal yang di sajikan dalam bentuk kalimat-kalimat cerita yang memuat operasi hitung bilangan, aturan matematika, persamaan, ide dan konsep matematika serta pemecahan masalah yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan dan pengalaman di kehidupan sehari-hari.

43 Mardjuki, Pembelajaran Soal Cerita dalam Matematika (Yogyakarta: FMIPA UNY), 29.

44 Marsudi, Pembelajaran Soal Cerita, 30.

45 Marsudi, Pembelajaran Soal Cerita, 31.

27

Dokumen terkait