• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Matematika"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROSES BERPIKIR MATEMATIS SISWA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) TUNARUNGU DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA KELAS VII DI SMPLB NEGERI BONDOWOSO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Matematika

Oleh:

Zuhrotus Sofiyatul Lailiyah NIM: T20177055

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JUNI 2022

(2)

ii

PROSES BERPIKIR MATEMATIS SISWA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) TUNARUNGU DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA KELAS VII DI SMPLB NEGERI BONDOWOSO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Matematika

Oleh:

Zuhrotus Sofiyatul Lailiyah NIM: T20177055

Disetujui Pembimbing

Anas Ma’ruf Annizar M.Pd NIP. 199402162019031008

(3)

iii

PROSES BERPIKIR MATEMATIS SISWA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) TUNARUNGU DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA KELAS VII DI SMPLB NEGERI BONDOWOSO

SKRIPSI

telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Matematika

Hari : Kamis

Tanggal : 16 Juni 2022

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Fikri Apriyono, S.Pd, M.Pd Afifah Nur Aini, M.Pd NIDN. 2001048802 NIP. 198911272019032008 Anggota:

1. Dr. Hj. Umi Farihah, M.M, M.Pd ( )

2. Anas Ma’ruf Annizar, M.Pd ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I NIP. 1964051119990320001

(4)

iv MOTTO

مِلْسُم ِّلُك ىَلَع ٌةَضْيِرَف ِمْلِعْلا ُبَلَط

Laki Maupun Perempuan -

Mencari Ilmu Itu Wajib Bagi Setiap Muslim Laki (HR. Muslim)

(5)

v

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, sosok yang mampu memberikan suri tauladan terbaik sepanjang masa dengan harapan bisa mendapatkan syafa’at beliau hingga yaumul qiyamah. Persembahan ini sebagai rasa hormat dan terimakasih kepada orang orang yang sangat berarti dalam hidup saya.

1. Kedua orang tua saya Bapak Amin dan Ibu Arwani yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang dan memberikan semangat tiada henti.

2. Adik saya Farzab Ahza Argani yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

3. Guru-guru saya mulai dari TK hingga kuliah yang tak bisa saya sebut satu persatu, terimakasih atas ilmu, jasa dan pengorbanannya.

4. Sahabat-sahabat terbaikku terimakasih atas dukungan, dan juga Diki Candra yang selalu memberikan motivasi.

5. Keluarga besar matematika 2 angkatan 17 terimakasih atas dukungan, bantuan dan kebersamaannya.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segenap puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan jenjang S1 di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, dapat terselesaikan dengan lancar. Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor UIN KHAS Jember yang telah memfasilitasi semua kegiatan akademik.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni'ah M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang memberikan izin dan fasilitas lainnya dalam menyelesaikan karya tulis ini.

3. Ibu Dr. Indah Wahyuni, M.Pd selaku ketua jurusan Pendidikan dan Sains yang telah meluangkan waktunya untuk menyetujui hasil skripsi.

4. Bapak Fikri Apriyono, S.Pd, M.Pd selaku koordinator ketua Program Studi Tadris Matematika yang telah mendukung dan memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

5. Bapak Anas Ma’ruf Annizar, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Siti Fauziyah, S.Pd selaku guru matematika di SMPLB Negeri Bondowoso yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

vii

7. Segenap jajaran Bapak/Ibu dosen Tadris Matematika yang telah memberikan ilmu dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan ketulusan.

8. Validator yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam proses validasi instrumen pada penelitian ini.

9. Segenap jajaran staf akademik yang telah meluangkan waktu dan mempermudah jalannya proses administrasi.

10. Dan semua yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini dari awal hingga akhir.

Semoga segala amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis mendapat balasan yang baik dari Allah SWT. Kritik dan saran semua pihak sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dibidang pendidikan matematika dan juga bermanfaat bagi semua pembaca.

Jember, 12 Juni 2021

Penulis

(8)

viii ABSTRAK

Zuhrotus Sofiyatul Lailiyah, 2022: Proses Berpikir Matematis Siswa Anak Berkebutuhan Khusus ABK Tunarungu dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Kelas VII di SMPLB Negeri Bondowoso.

Kata Kunci: Berpikir Matematis, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Tunarungu, Soal Cerita Matematika.

Pendidikan merupakan suatu proses yang menciptakan suatu perubahan positif dan berperan penting untuk meningkatkan kualitas diri manusia secara merata. Berdasarkan UUD 1945, BAB XIII, pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Dalam artian pendidikan harus dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, tak terkecuali anak berkebutuhan khusus (ABK) tunarungu yang juga berhak memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya dalam memperoleh pendidikan, sehingga dapat diketahui proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu.

Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah 1) Bagaimana proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu yang memiliki kemampuan matematika tinggi dalam menyelesaikan soal cerita matematika di SMPLB Negeri Bondowoso? 2) Bagaimana proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu yang memiliki kemampuan matematika sedang dalam menyelesaikan soal cerita matematika di SMPLB Negeri Bondowoso? 3) Bagaimana proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu yang memiliki kemampuan matematika rendah dalam menyelesaikan soal cerita matematika di SMPLB Negeri Bondowoso.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan mengambil 3 subjek penelitian dari siswa ABK tunarungu kelas VIII di SMPLB Negeri Bondowoso yang sesuai dengan kriteria penelitian. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes dan wawancara. Setiap hasil tes dianalisis berdasarkan indikator berpikir matematis dengan menggunakan teknik analisis data Miles dan Huberman. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperiksa keabsahannya menggunakan triangulasi metode.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Proses berpikir matematis S1 dalam menyelesaikan masalah cerita matematika yaitu diawali dengan membaca soal terlebih dahulu, kemudian menuliskan informasi yang terdapat pada soal, menuliskan permisalan yang terdapat pada soal, mengaitkan informasi yang terdapat pada soal dengan pengetahuannya, menemukan ide penyelesaian, lalu melakukan perhitungan sederhana. 2) Proses berpikir matematis S2 dalam menyelesaikan masalah cerita matematika yaitu membaca soal, kemudian menemukan ide penyelesaian berdasarkan pengetahuannya, dan melakukan perhitungan sederhana. 3) Proses berpikir matematis S3 dalam menyelesaikan masalah cerita matematika yaitu membaca soal, selanjutnya mencari ide penyelesaian masalah, lalu melakukan perhitungan sederhana berdasarkan ide pengetahuan yang S3 miliki.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

MOTTO ...iv

PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR ...vi

ABSTRAK ...viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Fokus Penelitian ...8

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...9

E. Definisi Istilah ...10

F. Sistematika Pembahasan ...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...13

A. Penelitian Terdahulu ...13

B. Kajian Teori ...19

BAB III METODE PENELITIAN ...27

(10)

x

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...27

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ...28

C. Teknik Pengumpulan Data ...30

D. Instrumen Pengumpulan Data ...32

E. Teknik Analisis Data ...35

F. Keabsahan Data ...38

G. Tahap-tahap Penelitian ...39

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ...46

A. Gambaran Objek Penelitian ...46

B. Penyajian Data dan Analisis...49

BAB V PENUTUP ...110

A. Kesimpulan ...110

B. Saran ...112

DAFTAR PUSTAKA ...113

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Peneliti Terdahulu dengan Peneliti ...17

Tabel 3.1 Indikator Berpikir Matematis ...32

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Validator Ahli ...34

Tabel 4.1 Jurnal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian Skripsi di SMPLB Negeri Bondowoso ...49

Tabel 4.2 Hasil Validasi Soal ...50

Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara ...51

Tabel 4.4 Klasifikasi subjek penelitian ...52

Tabel 4.5 Pemahaman matematis S1 ...56

Tabel 4.6 Pemecahan Masalah Matematis ...58

Tabel 4.7 Koneksi Matematis ...60

Tabel 4.8 Penalaran Matematis ...62

Tabel 4.9 Pemahaman matematis S1 ...63

Tabel 4.10 Pemecahan Masalah Matematis ...65

Tabel 4.11 Koneksi Matematis ...67

Tabel 4.12 Penalaran Matematis ...68

Tabel 4.13 Proses Berpikir Matematis S1 dalam Menyelesaikan Soal Cerita ....70

Tabel 4.14 Pemahaman matematis ...72

Tabel 4.15 Pemecahan Masalah Matematis ...73

Tabel 4.16 Koneksi Matematis ...75

Tabel 4.17 Penalaran Matematis ...77

Tabel 4.18 Pemahaman matematis S2 ...78

(12)

xii

Tabel 4.19 Pemecahan Masalah Matematis ...80

Tabel 4.20 Koneksi Matematis ...81

Tabel 4.21 Penalaran Matematis ...83

Tabel 4.22 Proses Berpikir Matematis S2 dalam Menyelesaikan Soal Cerita ....86

Tabel 4.23 Pemahaman matematis S3 ...87

Tabel 4.24 Pemecahan Masalah Matematis ...89

Tabel 4.25 Koneksi Matematis ...91

Tabel 4.26 Penalaran Matematis ...93

Tabel 4.27 Pemahaman matematis S3 ...94

Tabel 4.28 Pemecahan Masalah Matematis ...96

Tabel 4.29 Koneksi Matematis ...98

Tabel 4.30 Penalaran Matematis ...100

Tabel 4.31 Proses Berpikir Matematis S3 dalam Menyelesaikan Soal Cerita ....102

Tabel 4.32 Rekap Proses Berpikir Siswa dengan Indikator Berpikir Matematis 102 Tabel 4.33 Proses Berpikir Matematis S1 dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika ...103

Tabel 4.34 Proses Berpikir Matematis S2 dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika ...104

Tabel 4.35 Proses Berpikir Matematis S3 dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika ...104

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Tahapan Penentuan Subjek Penelitian ...29

Gambar 3.2 Tahapan Analisis Data Menurut Miles & Huberman...35

Gambar 3.3 Prosedur penelitian ...45

Gambar 4.1 Pemahaman matematis S1 tehadap Soal no.1 ...55

Gambar 4.2 Panjang ...56

Gambar 4.3 Lebar...56

Gambar 4.4 Pemecahan Masalah Matematis S1 tehadap Soal no.1 ...57

Gambar 4.5 Keliling ...58

Gambar 4.6 Koneksi Matematis S1 terhadap Soal no.1...59

Gambar 4.7 Penalaran Matematis S1 terhadap Soal no.1 ...61

Gambar 4.8 Pemahaman matematis S1 tehadap Soal no.2 ...63

Gambar 4.9 Pemecahan Masalah Matematis S1 tehadap Soal no.2 ...64

Gambar 4.10 Sisi ...65

Gambar 4.11 Luas ...65

Gambar 4.12 Koneksi Matematis S1 terhadap Soal no.2...66

Gambar 4.13 Penalaran Matematis S1 terhadap Soal no.2 ...67

Gambar 4.14 Pemahaman matematis S2 terhadap Soal no.1 ...71

Gambar 4.15 Pemecahan Masalah Matematis S2 terhadap Soal no.1 ...72

Gambar 4.16 Koneksi Matematis S2 terhadap Soal no.1...74

Gambar 4.17 Penalaran Matematis S2 terhadap Soal no.1 ...76

Gambar 4.18 Pemahaman matematis S2 tehadap Soal no.2 ...78

Gambar 4.19 Pemecahan Masalah Matematis S2 tehadap Soal no.2 ...79

(14)

xiv

Gambar 4.20 Koneksi Matematis S2 terhadap Soal no.2...80

Gambar 4.21 Penalaran Matematis S2 terhadap Soal no.2 ...82

Gambar 4.22 Pemahaman matematis S3 tehadap Soal no.1 ...86

Gambar 4.23 Pemecahan Masalah Matematis S3 tehadap Soal no.1 ...88

Gambar 4.24 Koneksi Matematis S1 terhadap Soal no.1...89

Gambar 4.25 Penalaran Matematis S3 terhadap Soal no.1 ...92

Gambar 4.26 Pemahaman matematis S3 tehadap Soal no.2 ...93

Gambar 4.27 Pemecahan Masalah Matematis S3 tehadap Soal no.2 ...95

Gambar 4.28 Koneksi Matematis S3 terhadap Soal no.2...96

Gambar 4.29 Penalaran Matematis S3 terhadap Soal no.2 ...99

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Keaslian ...115

Lampiran 2 Matrik Penelitian ...116

Lampiran 3 Soal ...118

Lampiran 4 Kunci Jawaban ...119

Lampiran 5 Pedoman Wawancara ...120

Lampiran 6 Validasi ...121

Lampiran 7 Bukti Pendukung Subjek Penelitian merupakan ABK ...129

Lampiran 8 Lembar Jawaban ...132

Lampiran 9 Transkip Wawancara ...135

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian...139

Lampiran 11 Jurnal Penelitian ...140

Lampiran 12 Surat Selesai Penelitian ...141

Lampiran 13 Dokumentasi ...142

Lampiran 14 Biodata Penulis ...145

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses yang menciptakan suatu perubahan positif dan berperan penting untuk meningkatkan kualitas diri manusia.

Sebuah hadist yang mengungkapkan mecari ilmu yang diriwayatkan oleh H.R.Ibnu Abdul Barri:

Artinya: “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, karena mencari ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Sesungguhnya malaikat mengembangkan sayapnya kepada penuntut ilmu, merasa senang terhadap ilmu yang dituntutnya”.

Demikian pentingnya pendidikan dan sangat dianjurkan dalam agama.

Berdasarkan Depdiknas, Pendidikan bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini menyiratkan bahwa pendidikan harus selaras dengan perkembangan teknologi, serta mampu menanamkan nilai dan karakter siswa yang berkualitas sesuai nilai-nilai Islam1. Pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu proses upaya atau usaha berupa pengajaran yang dapat mengubah perilaku seseorang maupun

1 Nurkholis, Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi, Jurnal Kependidikan Vo. 1 No. 1 November 2013, 101.

(17)

2

kelompok menjadi lebih berkualitas2. Selain itu pendidikan juga merupakan suatu upaya dalam membina manusia, guna mengembangkan karakter manusia yang berkualitas secara lahir dan batin3. Oleh sebab itu, pendidikan memegang peranan yang penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang unggul, dalam upaya menghadapi tantangan perubahan zaman yang semakin meningkat tajam4. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul bisa mencetak sumber daya manusia yang berkualitas secara merata. Dalam artian pendidikan harus dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Sebagaimana yang terdapat pada undang-undang dasar 1945, BAB XIII, pasal 31 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”5. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkelainan khusus (ABK) juga berhak memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (anak normal) dalam memperoleh pendidikan.6 Sehingga potensi yang dimilki ABK dapat berkembang dengan baik, serta berbagai kesulitan yang dialami oleh siswa ABK dapat diatasi secara optimal dalam memahami berbagai ilmu pengetahuan melalui lembaga pendidikan yang berfokus untuk menangani siswa ABK yaitu SLB atau sekolah luar biasa.

Sekolah bagi anak yang berkebutuhan khusus biasa disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Dalam sistem pendidikan nasional tahun 1993

2 Suhartono, Suparlan, Filsafat Pendidikan (Yogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2007) 34.

3 Haryanto, Pengertian Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasinya (Kudus: IAIN Kudus, 2012), 23.

4 Ulfa Maria, Amalia Rizki, Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus(Autisme) Di Sekolah Inklusif, Journal On Teacher Education, Vol. 1 No. 2 2020, 9-9.

5 UUD 1945

6 Yoga Galih Krisna, Kecerdasan Logis Matematis ABK Tuna Rungu Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika, Jurnal Edumath, Vol. 6, 2020, 93.

(18)

3

menyatakan bahwa lembaga pendidikan SLB adalah lembaga pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental, perilaku dan sosial agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. Satuan SLB disebut juga sistem segregasi, yaitu sekolah yang dikelola berdasarkan jenis ketunaannya, namun terdiri dari beberapa jenjang.7

Salah satu sekolah SLB tingkat menengah pertama yang memiliki berbagai macam prestasi adalah sekolah luar bisa (SLB) yang berada tepat di tengah-tengah kota Bondowoso. Dari observasi awal yang dilakukan, dapat diketahui bahwa SMPLB Negeri Bondowoso merupakan sekolah penyelenggara pendidikan sekolah luar biasa yang telah terakreditas B. Di SMPLB Negeri Bondowoso juga memiliki beberapa jenis pendidikan luar biasa yang meliputi: SLB-A bagi peserta didik Tunanetra, SLB-B bagi peserta didik Tunarungu, SLB-C bagi peserta didik Tunagrahita, SLB-D bagi peserta didik Tunadaksa, SLB-E bagi peserta didik Tuna Laras, pada saat ini telah berkembang pula sekolah untuk anak autis. Dari hasil observasi, menunjukkan bahwa peserta didik ABK yang paling banyak adalah peserta didik ABK tunarungu. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMPLB Negeri Bondowoso ditemukan bahwa sebagian besar peserta didik

7 Mangunsong, frierda dkk, Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa (Jakarta: LPSP3, 1998), 47

(19)

4

ABK tunarungu memiliki kemampuan matematis yang rendah dalam menyelesaikan soal cerita. Hal ini dibuktikan dengan nilai rerata tugas dan ulangan harian matematika peserta didik ABK tunarungu yan masih di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 70 sehingga pada penelitian ini akan berfokus untuk mengetahui proses berpikir matematis ABK Tunarungu.

Salah satu mata pelajaran yang menjadi dasar di setiap jenjang suatu pendidikan adalah matematika. Matematika adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan pola, pemecahan masalah, berpikir logis dengan tujuan untuk meningkatkan berpikir logis dalam memahami dunia. Matematika merupakan ilmu dasar yang memuat aspek terapan dan penalaran, sehingga sangat berperan penting dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan juga budaya8. Matematika adalah suatu ilmu untuk menemukan informasi dari pengalaman dan pengetahuan tentang menghitung. matematika merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat universal serta menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan lainnya seperti ilmu sosial, ilmu alam, teknologi dan lain sebagainya.9

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tentu memiliki peran dalam mencapai tujuan pendidikan yang diamanahkan Undang-Undang. Tujuan pembelajaran matematika yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan dalam: (1) memahami konsep matematika,

8 Anas M A., Sisworo, dan Sudirman, Pemecahan Masalah menggunakan Model IDEAL pada Siswa Kelas X Berkategori Fast-Accurate (Malang: UIN Malang, 2018) 634-640.

9 Muhammad Daut Siagian, Kemampuan Koneksi Matematik dalam Pembelajaran Matematika, Journal of Mathematich Education and Science, Vol. 2, No.1, 2016, 5.

(20)

5

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam memecahkan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah10. Pada proses pembelajaran matematika perlu adanya proses berpikir matematis untuk menyelesaikan persoalan-persoalan matematika dikarenakan kemampuan berpikir matematis berperan sebagai suatu konsep mendasar bagi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematisnya.11

Proses berpikir matematis adalah proses berpikir secara praktis terhadap konsep-konsep dan penyelesaian matematika yang bersifat matematis yang berkenaan dengan penyelesaian himpunan-himpunan unsur matematika yang menjadi unsur-unsur dari himpunan-himpunan baru yang lebih rumit dan

10 Radiusman, Studi Literasi: Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran Matematika, Jurnal.umj.ac.id, Vol. 6, No. 1, 2020, 5.

11 Muhammad Fajri, Kemampuan Berfikir Matematis dalam Konteks Pembelajaran Abad 21 di sekolah dasar, Jurnal matematika, vol. 3 no. 2, 3.

(21)

6

seterusnya12. Dengan kata lain, berpikir matematis berhubungan dengan struktur-struktur super yang secara tetap terbentuk dari apa yang sudah terbentuk sebelumnya. Sehingga berpikir matematis dapat dikatakan sebagai kegiatan mental, yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi atau generalisasi. Proses berpikir matematis dilaksanakan dengan memberikan berbagai permasalahan kontekstual yang familiar dengan kehidupan siswa untuk diselesaikan secara optimal oleh siswa dalam konteks pembelajaran matematika yang menarik bagi siswa. Dalam proses berpikir matematis, siswa mampu untuk menganalisis permasalahan yang dihadapkan dengan baik dan tepat.13 Salah satu permasalahan matematika yang memerlukan kemampuan berpikir matematis adalah soal cerita matematika.

Soal cerita matematika adalah soal-soal matematika yang dinyatakan dalam kalimat-kalimat bentuk cerita yang perlu diterjemahkan menjadi kalimat matematika atau persamaan matematika. 14 Soal cerita yang diajarkan diambil dari hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sekitar dan pengalaman siswa. Di samping itu, soal cerita berguna untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sebelumnya. Penyelesaian soal cerita merupakan kegiatan pemecahan masalah. Pemecahan masalah dalam suatu soal cerita matematika merupakan suatu proses yang berisikan langkah-langkah yang benar dan logis untuk mendapatkan penyelesaian. Dalam menyelesaikan suatu

12 Herlingga Putuwita Nan Mumpuni, Peningkatan Keterampilan berfikr siswa dalam pelajaran matematika dengan pemetaad visul (Yogyakarta: FMIPA UNY, 2013), 2.

13 Muhammad Fajri, Kemampuan Berfikir Matematis, 5.

14 Siti Subaidah, Kemampuan Siswa SMP Kelas VIII Di Kota Malang Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ditinjau Dari Tahapan Analisis Kesalahan Newman (Malang: Universitas Negeri Malang, 2010), 9.

(22)

7

soal cerita matematika tidak sekedar memperoleh hasil berupa jawaban dari hal yang ditanyakan, tetapi yang lebih penting adalah siswa harus mengetahui dan memahami proses berpikir atau langkah-langkah untuk mendapatkan jawaban tersebut.15 Oleh sebab itu, melalui soal cerita matematika, dapat diketahui proses berpikir matematis siswa secara jelas sesuai dengan indikator berpikir matematis yang meliputi pemahaman matematis, pemecahan masalah matematis, koneksi matematis, serta penalaran matematis.

Pada penelitan Yoga dengan judul “Kecerdasan Logis Matematis ABK Tuna Rungu Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika tahun 2017 hanya menjelaskan prosentase kecerdasan logis matematis siswa ABK tunarungu dalam menyelesaikan masalah matematika.16 Oleh sebab itu masih diperlukan penelitian untuk mengetahui lanjutan yakni proses berpikir matematis siswa ABK yang nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi dalam meminimalisir kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa ABK dalam memahami materi matematika.

Maka salah satu upaya untuk mengetahui kesulitan peserta didik ABK tunarungu dalam menyelesaikan masalah matematika adalah dengan mengetahui proses berpikir matematis mereka, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam memperbaiki metode pembelajaran yg lebih tepat untuk peserta didik ABK tunarungu. Oleh sebab itu peneliti merasa penting untuk mendeskripsikan proses berpikir matematis peserta didik ABK tunarungu. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi

15 Marsudi Raharjo, Astuti Waluyati, Pembelajaran Soal Cerita Operasi Hitung Campur di SD (Yogyakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, 2011), 25.

16 Yoga Galih Krisna, Kecerdasan, 92.

(23)

8

perantara dalam meminimalisir berbagai kesulitan yang dihadapi peserta didik ABK tunarungu dalam memahami soal-soal matematika. Berdasarkan pemaran di atas, peneliti mengambil judul “Proses Berpikir Matematis Siswa Anak Berkebutuhan Khusus ABK Tunarungu dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Kelas VII di SMPLB Negeri Bondowoso.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dikemukakan fokus penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu yang memiliki kemampuan matematika tinggi dalam menyelesaikan soal cerita matematika di SMPLB Negeri Bondowoso?

2. Bagaimana proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu yang memiliki kemampuan matematika sedang dalam menyelesaikan soal cerita matematika di SMPLB Negeri Bondowoso?

3. Bagaimana proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu yang memiliki kemampuan matematika rendah dalam menyelesaikan soal cerita matematika di SMPLB Negeri Bondowoso?

C. Tujuan Penelitian

Penelitin ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. Proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu yang memiliki kemampuan matematika tinggi dalam menyelesaikan soal cerita matematika di SMPLB Negeri Bondowoso

(24)

9

2. Proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu yang memiliki kemampuan matematika sedang dalam menyelesaikan soal cerita matematika di SMPLB Negeri Bondowoso

3. Proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu yang memiliki kemampuan matematika rendah dalam menyelesaikan soal cerita matematika di SMPLB Negeri Bondowoso.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terdiri dari:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam memperkaya wawasan keilmuan terkait dengan proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu dalam menyelesaikan soal cerita matematika di SMPLB Negeri Bondowoso.

2. Manfaat praktis a. Bagi Guru

Untuk mengetahui proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu dalam menyelesaikan soal cerita matematika, sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih metode yang tepat untuk siswa ABK tunarungu dalam proses pembelajaran.

b. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman bagi peneliti dan membantu memahami proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu dalam menyelesaikan soal cerita matematika, sehingga dapat mengantisipasi dan lebih

(25)

10

mempersiapkan agar proses pembelajaran dapat dipahami dengan optimal oleh siswa ABK, khususnya siswa tunarungu.

c. Bagi Siswa

Mengetahui proses berpikir matematis yang dimiliki, sehingga siswa lebih termotivasi untuk lebih rajin berlatih mengerjakan soal-soal cerita matematika yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa.

E. Definisi Istilah

Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran terhadap maksud dari penelitian ini maka peneliti mendefinisikan beberapa istilah yaitu :

1. Proses berpikir matematis adalah suatu proses berpikir secara praktis dengan memahami simbol, aturan, ide-ide dan konsep matematika, memecahkan masalah, menghubungkan serta menalar konsep-konsep matematika yang bersifat matematis.

2. Anak berkebutuhan khusus atau ABK adalah istilah yang menunjukkan pada anak yang memiliki perbedaan dari anak normal pada umumnya dari segi fisik, mental, sosial, emosi, dan kecerdasan sehingga memerlukan penanganan dan bantuan yang lebih khusus dalam pembelajaran.

3. Tunarungu dapat didefinisiskan untuk seseorang yang kehilangan fungsi pendengarannya, sehingga menyebabkan terganggunya proses perolehan informasi atau bahasa yang merupakan alat komunikasi.

4. Soal cerita matematika adalah soal yang di sajikan dalam bentuk kalimat- kalimat cerita yang memuat operasi hitung bilangan, aturan matematika,

(26)

11

persamaan, ide dan konsep matematika serta pemecahan masalah yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan dan pengalaman di kehidupan sehari-hari.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematika pembahasan adalah dalam bentuk deskriptif naratif.

Skripsi yang akan peneliti tulis terdiri dari lima bab, yang secara garis besarnya akan diuraikan di bawah ini.

Bab satu pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.

Bab dua berisi tentang kajian kepustakaan yang berisi tentang penelitian terdahulu tentang literatur yang sesuai dengan penelitian, selanjutnya berisi tentang kerangka teoritik.

Bab tiga berisi tentang penyajian metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Di dalamnya berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan terakhir adalah tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Bab empat berisi tentang penyajian data yang terdiri dari gambaran objek penelitian, penyajian data dan analisis, serta diakhri dengan pembahasan temuan.

(27)

12

Bab lima atau bab terakhir adalah penutup yang di dalamnya berisi tentang kesimpulan dan saran-sara

(28)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang telah mengkaji tentang proses berpikir matematis, diantaranya:

1. Alfian Nur Aziz, tahun 2015, dengan judul penelitian “Analisis Proses Pembelajaran Matematika pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learner di Kelas Inklusif SMP Negeri 7 Salatiga”. Dalam skripsi tersebut berisikan mengenai pengamatan, pendeskripsian, serta menganalisis cara paling umum dalam memahami matematika pada anak berkebutuhan khusus (ABK) slow learner agar keberhasilan dalam belajar pada kelas inklusif SMP Negeri 7 Salatiga dapat tercapai. Dalam skripsi tersebut, menggunakan jenis pendekatan kualitatif deskripstif. Untuk subjek penelitiannya yaitu terdiri dari guru mata pelajaran matematika, dan guru pendamping Siswa Berkebutuhan Khusus serta Siswa Berkebutuhan Khusus. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa (1) Guru mata pelajaran matematika sudah memiliki kesiapan dalam memahami karakterstik siswa slow learner secara umum dan merencanakan pembelajaran yang tertuang di dalam RPP bagi siswa reguler dan siswa slow learner dengan tetap memperhatikan karakteristik siswa slow

(29)

learner. (2) Pelaksanaan pembelajaran dilakukan seperti yang sudah di rencanakan di dalam RPP. Guru mengkondisikan dan mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis. Penggunaan model, metode, media pembelajaran disamakan antara siswa reguler dan slow learner. Dalam pelaksanaannya, ada metode yang sudah dapat mengakomodir siswa reguler dan siswa slow learner, namun masih ada metode yang membuat siswa slow learner mengalami hambatan dalam belajar.(3) Dalam evaluasi dan tindak lanjut, guru melakukan evaluasi harian setiap selesai materi dan merencanakan kegiatan tindak lanjut bersama Guru Pembimbing Khusus (GPK) dalam bentuk pengayaan yang dilaksanakan dalam bimbingan khusus.17

2. Nurain Suryadinata dan Nurul Farida, tahun 2016 dengan judul ”Analisis Proses Berpikir Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Menyelesaikan Masalah Matematika di SMP Inklusi Kota Metro”. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan proses menangani masalah matematika terhadap subjek penelitian yang tidak memiliki kemampuan ilmiah.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan subjek penelitian siswa kelas 8 di SMPN 5 Metro. Sedangkan teknik analisis data meliputi: (1) pengklasifikasian data, (2) penyajian data, serta (3) penginputan data.

Hasil dari penelitian tersebut berupa proses berpikir siswa ABK yakni (1) siswa ABK bisa menyusun konsep pada proses berpikir; (2)

17 Alfian Nur Aziz, Analisis Proses Pembelajaran Matematika pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learner di Kelas Inklusif SMP Negeri 7 Salatiga, Journal UNNES, 2015, 1.

(30)

siswa ABK tidak memiliki kemampuan dalam berasumsi dan menyesuaikan dengan prosedur dalam mengatasi problem numerik; (3) siswa ABK tidak bisa membuat kesimpulan.18

3. Galih Krisna Yoga, Siti Khoiriyah, dan Hidayatulloh, tahun 2020 dengan judul “Kecerdasan Logis-Matematis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunarungu dalam Menyelesaikan Masalah Matematika”. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan deskriptif dengan subjek penelitian siswa kelas VIII di SLB Negeri Pingsewu. Pada penelitian tersebut instrumennya berupa tes dan pedoman wawancara.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa tingkat kecerdasan logis matematis anak berkebutuhan khusus (ABK) tuli dalam menyelesaikan masalah matematika berbeda-beda. Pada soal nomor 1 dan 4 siswa mampu berhitung secara matematis karena perhitungannya tergolong mudah yang meliputi operasi penjumalahan dan operasi perkalian. Tetapi untuk soal nomor 2 dan 3 kebanyakan siswa tidak mampu dalam menghitung matematis dikarenakan operasi hitung yang terdapat di nomor 2 dan 3 tergolong sulit yaitu tentang operasi bagi dan operasi perkalian.19

4. Muma Yizatun, tahun 2020 dengan judul “Analisis Kesulitan Siswa Tunarungu Dalam Memecahkan Masalah Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Kelas Vii Sekolah Luar Biasa (SLB) B Yakut Purwokerto.

18 Nurain Suryadinata dan Nurul Farida, Analisis Proses Berpikir Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Menyelesaikan Masalah Matematikad di SMP Inklusi Kota Metro, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5 No. 1, 2016, 95.

19 Yoga Galih Krisna, Kecerdasan, 95.

(31)

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan deskriptif dengan subjek penelitian Kelas Vii Sekolah Luar Biasa (SLB) B Yakut Purwokerto.

Teknik pengumpuan data yang digunakan adalah observasi, tes pemecahan masalah matematika, wawancara, dan dokumentasi. Setiap data dan informasi yang diperoleh dianalisis dalam bentuk deskriptif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami oleh siswa tunarungu dalam memecahkan masalah adalah: 1) kesulitan dalam mentransfer pengetahuan; 2) memiliki pemahaman bahasa matematika yang kurang; 3) kesulitan dalam menghitung; 4) kesulitan dalam persepsi visual. Kesulitan yang dialami oleh siswa dilihat berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Martini.20

5. Nungki Anditiasari, tahun 2020 dengan judul “Analisis Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Penelitian tersebut menggunakan pendekatan deskriptif dengan subjek penelitian ini menggunakan 2 anak berkebutuhan khusus, dengan karakteristik tunarungu. Pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara, tes dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian anak berkebutuhan khusus dapat memahami soal cerita dengan menerapkan metode bermain peran dan problem solving, karena pembelajaran menjadi sangat menyenangkan dan siswa dapat dengan mudah menyelesaikan soal cerita. Selain itu siswa mengalami beberapa kesulitan belajar yaitu kesulitan dalam memahami

20 Muma Yizatun, Analisis Kesulitan Siswa Tunarungu Dalam Memecahkan Masalah Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Kelas Vii Sekolah Luar Biasa (SLB) B Yakut Purwokerto (Skripsi, IAIN Purwokerto, 2020)

(32)

soal, kesulitan konsep dasar matematika, dan kesulitan memahami bahasa yang disampaikan.21

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Peneliti Terdahulu dengan Peneliti

No Penelitian Perbedaan Persamaan

1 2 3 4

1. Penelitian yang dilakukan oleh Alfian Nur Aziz pada tahun 2015 yang berjudul

“Analisis Proses Pembelajaran

Matematika pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learner di Kelas Inklusif SMP Negeri 7 Salatiga”.

1. Pada penelitian terdahulu

menganalisis proses dalam pembelajaran matematika,

sedangkan pada peneltian ini mendeskripsikan proses berpikir matematis

2. Pada penelitian terdahulu memakai subjek penelitian ABK Slow Learner, sedangkan pada penelitian ini memakai subjek ABK tunarungu

3. Pada penelitian terdahulu memakai subjek penelitian kelas 7 SMP, sedangkan pada penelitian ini memakai subjek penelitian kelas 8 SMPLB

1. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif.

21 Nungki Anditiasari, Analisis Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 2, 2020, 185.

(33)

1 2 3 4 2. Penelitian yang

dilakukan oleh Nurain Suryadinata dan Nurul Farida pada tahun 2016 yang berjudul

”Analisis Proses Berpikir Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) dalam

Menyelesaikan

Masalah Matematika di SMP Inklusi Kota Metro”.

1. Pada penelitian terdahulu

menggunakan

instrumen tes masalah matematika

secara umum,

sedangkan pada penelitian ini menggunakan

instrumen tes berupa

soal cerita

matematika

2. Subjek penelitian pada penelitian terdahulu adalah siswa disabilitas intelektual,

sedangkan pada penelitian ini menggunakan subjek

siswa ABK

tunarungu

1. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif

2. Mendeskripsikan proses berpikir 3. Subjek penelitian

ABK jenjang SMP

3. Penelitian yang dilakukan oleh Galih Krisna Yoga, Siti Khoiriyah, dan Hidayatulloh pada tahun 2020 yang berjudul “Kecerdasan Logis-Matematis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunarungu dalam Menyelesaikan Masalah

Matematika”.

a) Pada penelitian terdahulu

mendeskripsikan kecerdasan logis matematis ABK tunarungu, sedangkan pada penelitian ini mendeskripsikan proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu

b) Instrumen tes yang digunakan pada penelitian terdahulu berupa elaborasi pertanyaan,

sedangkan pada penelitian ini berupa soal cerita matematika

1. Metode penelitian menggunakan deskriptif

2. Subjek penelitian ABK Tunarungu kelas 7 SMPLB

(34)

1 2 3 4 4. Penelitian yang

dilakukan oleh Muma Yizatun pada tahun 2020 yang berjudul

“Analisis Kesulitan Siswa Tunarungu Dalam Memecahkan Masalah Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Kelas Vii Sekolah Luar Biasa (SLB) B Yakut Purwokerto

1. Pada penelitian terdahulu

mendeskripsikan kesulitan yang dialami siswa tunarungu dalam memecahkan masalah penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat kelas VII SLB-B Yakut Purwokerto.

1. Jenis penelitian ini adalah penelitian

lapangan yang bersifat

deskriptif

2. Kualitatif dengan subjek penelitian siswa kelas VII SLB-B Yakut Purwokerto tahun 2019/2020 yang berjumlah 6 siswa

5. Penelitian yang dilakukan oleh Nungki Anditiasari pada tahun 2020 yang berjudul “Analisis Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika”

1. Pada penelitian terdahulu

mendeskripsikan kesulitan belajar anak berkebutuhan khusus (tunarungu) kelas 3 dalam menyelesaikan soal cerita materi jual beli.

1. Jenis penelitian ini adalah penelitian

lapangan yang bersifat

deskriptif

2. Dengan subjek penelitian

Kesulitan Belajar Anak

Berkebutuhan Khusus Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika B. Kajian Teori

1. Berpikir Matematis

Berpikir selalu dihubungkan dengan permasalahan, baik masalah yang timbul saat ini, masa lampau dan mungkin masalah yang belum terjadi. Menurut walgito, berpikir merupakan proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respon. Menurut Masykur, berpikir adalah

(35)

suatu kegiatan mental yang melibatkan otak.22 Sedangkan menurut Kuswana, berpikir merupakan suatu istilah yang digunakan dalam menggambarkan aktivitas mental, baik yang berupa tindakan yang disadari sepenuhnya dalam kejadian sehari-hari sebagai tindakan rutin, tetapi memerlukan perhatian langsung untuk bertindak kearah lebih sadar secara sengaja dan refleksi atau membawa ke aspek-aspek tertentu atas dasar pengalaman.23 Jadi, berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang melibatkan kesadaran seseorang dalam melakukan suatu tindakan pemikiran atau ide-ide atas dasar pengalaman.

Menurut Dienes, berpikir matematis berkenaan dengan penyelesaian himpunan-himpunan unsur matematika, dan himpunan-himpunan ini menjadi unsur-unsur dari himpunan-himpunan baru membentuk himpunan- himpunan baru yang lebih rumit dan seterusnya.24 Dengan kata lain, berpikir matematis berhubungan dengan struktur-struktur super yang secara tetap terbentuk dari apa yang sudah terbentuk sebelumnya. Sehingga berpikir matematis dapat dikatakan sebagai kegiatan mental, yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi dan atau generalisasi.25

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir matematis adalah kegiatan berpikir yang secara praktis dengan memahami

22 Rany Widyastuti, Jurnal Proses berfikir siswa SMPA dalam Menyelesaikan masalah matematika berdasarkan langkah-langkah Polya Ditinjau dari Sdversity Quotient, dalam https://media.neliti.com/media/publications/118554-ID-proses-berpikir-siswa-smp-dalamdaknya- menyeles.pdf, diakses pada tanggal 2 april 2018, 241.

23 Herlingga Putuwita Nan mumpuni, Peningkatan Keterampilan berfikr siswa dalam pelajaran matematika dengan pemetaad visul (Yogyakarta: FMIPA UNY, 2013), 2.

24 Mumpuni, Peningkatan Keterampilan berfikr, 2.

25 Herman Hudojo, Pengembanagan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika, (Malang: UM Pess, 2005), hal.65

(36)

simbol, aturan, ide-ide dan konsep matematika, memecahkan masalah, menghubungkan serta menalar konsep-konsep matematika yang bersifat matematis.

Adapun aspek berpikir matematis yang digunakan pada penelitian ini yaitu meliputi: pemahaman matematis dengan indikator membaca soal serta menuliskan yang diketahui dan ditanyakan pada soal; pemecahan masalah matematis dengan indikator menulis permisalan dari soal dan dapat membuat model matematika; koneksi matematis dengan indikator dapat mengaitkan informasi soal dengan pengetahuannya dan dapat menemukan ide untuk menyelesaikan berdasarkan pengetahuannya; serta penalaran matematis dengan indikator dapat menggunakan metode untuk menyelesaikan soal dan dapat menerapkan suatu perhitungan sederhana.26 2. Proses Berpikir Matematis

Menurut Walgito berpikir adalah interaksi intelektual yang terjadi antara aksi dan reaksi.27 Seperti yang disampaikan oleh Masykur, berpikir adalah gerakan psikologis yang didominasi oleh otak besar.28 Sementara itu Kuswana berpendapat bahwa berpikir adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gerakan mental yang disadari sepenuhnya dalam kejadian sehari-hari sebagai tindakan rutin dan didasarkan pada pengalaman. Jadi berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang

26 Wahyudin Zarkasy, Penelitian Pendidikan Matematika, Karawang: PT. Refika Aditama, 2017, 114

27 I Wayan Candra, dkk, Psikologi (Yogyakarta: ANDI, 2017), 169.

28 Uswah Wardana, Psikologi Umum (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), 132.

(37)

melibatkan kesadaran seseorang dalam melakukan suatu tindakan pemikiran atau ide-ide atas dasar pengalaman.

Pada saat siswa berpikir dalam memecahkan dan menyelesaikan suatu masalah, maka akan terjadi proses berpikir sampai menemukan solusi permasalahan yang tepat. Proses berpikir merupakan suatu kegiatan mental atau suatu proses yang terjadi di dalam pikiran siswa pada saat siswa dihadapkan pada suatu pengetahuan baru atau permasalahan yang sedang terjadi, serta mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut.29 Proses berpikir biasanya akan terjadi sampai siswa berhasil memperoleh jawaban yang benar.30. Oleh sebab itu dalam proses berpikir yang berkaitan dengan matematika diperlukan latihan-latihan sehingga dapat membentuk pemahaman konsep, membentuk pendapat dan membentuk kesimpulan akhir yang merupakan solusi penyelesaiannya.31

Sedangkan dalam proses berpikir matematis, siswa dituntut untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi dengan baik dan tepat dengan cara dengan memberikan berbagai permasalahan kontekstual yang familiar dengan kehidupan siswa untuk diselesaikan secara optimal siswa dalam konteks pembelajaran matematika yang menarik bagi siswa.32 Fajri menyatakan bahwa berpikir matematis merupakan proses mengembangkan

29 Sudarman, Proses Berpikir Siswa Climber dalam Menyelesaikan Masalah Matematika, Jurnal PDII-LIPI, Vol. 10, No. 1, 5.

30 Sudarman, Proses Berpikir Siswa, 23.

31 Sudarman, Proses Berpikir Siswa, 24.

32 Herman Hudojo, Pengembanagan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika (Malang: UM Pess, 2005), 65.

(38)

perspektif matematis serta untuk memahami konsep-konsep matematika.33 Berpikir matematis juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan berpikir yang bertujuan untuk mengenal dan memahami konsep, sifat, aturan ataupun simbol-simbol dalam matematika.34

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses berpikir matematis adalah suatu proses berpikir secara praktis dengan memahami simbol, aturan, ide-ide dan konsep matematika, memecahkan masalah, menghubungkan serta menalar konsep-konsep matematika yang bersifat matematis.

3. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Syarifan Nurjan, Kirk dan Galleger menyatakan bahwa, Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK dulunya juga disebut sebagai anak cacat atau anak tidak mampu. Anak ABK dicirikan sebagai anak yang menyimpang dari standar umum anak normal, baik dari segi fisik, mental, maupun sosial sehingga untuk mengembangkan kemampuannya, diperlukan perlakuan yang lebih khusus.35Dalam buku Mohammad Efendi, dkk menyampaikan bahwa anak ABK tidak sama dengan anak normal pada umumnya, karena ada masalah dalam kemampuan berpikir, melihat, mendengar, bergaul, dan bergerak.36

33 Muhammad Fajri, Kemampuan Berfikir Matematis, 6.

34 Herlingga, Peningkatan Keterampilan Berfikir, 2.

35 Syarifan Nurjan, Perkembangan Peserta Didik Perspektif Islam (Yogyakarta: Titah Surga, 2017), 105.

36 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2008), 2.

(39)

Anak Berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan atau penyimpangan dalam proses pertumbuhan atau perkembangan baik berupa fisik, mental, dan emosional.37 ABK merupakan anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum lainnya.

Dalam arti lain, anak dapat dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya sehingga memerlukan penanganan khusus terkait dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialaminya. Mereka yang digolongkan sebagai anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan gangguan atau kelainan pada aspek fisik/motorik, kognitif, bahasa dan bicara, pendengaran, pengelihatan, serta sosial dan emosi.38

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah istilah yang menunjukkan pada anak yang memiliki perbedaan dari anak normal pada umumnya dari segi fisik, mental, sosial, emosi, dan kecerdasan sehingga memerlukan penanganan dan bantuan yang lebih khusus dalam pembelajaran.

4. Tunarungu

Salah satu anak yang memelukan penanganan khusus adalah tunarugu. Tunarugu berasal dari dua kata yaitu tuna yang berarti kurang

37 Nurul Aini, Pola Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus (Tunanetra) di Panti Asuhan Tunanetra TerpaduAisyiyah Ponorogo, (Ponorogo: Program Studi Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Ponorogo, 2012), 20.

38 Efendi, Pengantar Psikopedagogik, 3.

(40)

dan rungu yang berarti dengar. Istilah tunarungu mengacu pada pengertian kurang atau tidak dapat mendengar informasi dari bunyi.39

Permadi Somad menyatakan bahwa tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar, baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari.40 Tunarungu diakibatkan oleh rusaknya organ telinga bagian luar, organ telinga bagian tengah, dan organ telinga bagian dalam sehingga organ tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.41

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tunarungu merupakan istilah untuk seseorang yang kehilangan fungsi pendengarannya, sehingga menyebabkan terganggunya proses perolehan informasi atau bahasa yang merupakan alat komunikasi

5. Soal Cerita Matematika

Soal cerita biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam belajar berpikir matematis. Adapun yang dimaksud dengan soal cerita matematika adalah soal-soal matematika yang dinyatakan dalam kalimat-kalimat bentuk cerita yang perlu diterjemahkan menjadi kalimat matematika ataupun persamaan matematika.42 Soal cerita matematika

39 Efendi, Pengantar Psikopedagogik, 5.

40 Aini, Pola Pembinaan Anak 20.

41 Bambang Putranto, Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus (Yogyakarta:

DIVA Pres, 2015), 95.

42 Subaidah, Kemampuan siswa, 9.

(41)

disajikan dalam bentuk cerita di kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam simbol dan relasi matematika.43

Soal cerita berguna untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sebelumnya.44 Penyelesaian soal cerita merupakan kegiatan pemecahan masalah.45 Oleh sebab itu dalam menyelesaikan soal cerita matematika tidak hanya sekedar memperoleh hasil berupa jawaban dari hal yang ditanyakan, tetapi yang lebih penting adalah siswa harus mengetahui dan memahami proses berpikir atau langkah-langkah untuk mendapatkan jawaban tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa soal cerita matematika adalah soal yang di sajikan dalam bentuk kalimat-kalimat cerita yang memuat operasi hitung bilangan, aturan matematika, persamaan, ide dan konsep matematika serta pemecahan masalah yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan dan pengalaman di kehidupan sehari-hari.

43 Mardjuki, Pembelajaran Soal Cerita dalam Matematika (Yogyakarta: FMIPA UNY), 29.

44 Marsudi, Pembelajaran Soal Cerita, 30.

45 Marsudi, Pembelajaran Soal Cerita, 31.

(42)

27 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian deskriptif adalah kegiatan penelitian yang mengumpulkan data untuk menjawab suatu pertanyaan pada waktu tertentu dengan terperinci46. Oleh sebab itu pendekatan ini dipilih, karena peneliti ingin mendeskripsikan proses berpikir matematis ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) tunarungu dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif guna menemukan data informasi dengan detail berdasarkan data yang didapat terkait proses berpikir matematis ABK tunarungu dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mendeskripsikan fakta data yang relevan dari kondisi alamiah untuk mengungkap suatu kondisi tertentu.47 Oleh sebab itu dari uraian di atas, peneliti bermaksud menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk menggali informasi secara mendalam dan mendeskripsikan proses berpikir matematis ABK tunarungu dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

46 Hikmat, Metode Penelitian (Yogyakara: Graha Ilmu, 2011), 51.

47 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: ALFABETA, 2013), 64.

(43)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMPLB Negeri Bondowoso, karena sekolah tersebut memiliki berbagai macam prestasi dan telah terakreditas B.

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMPLB Negeri Bondowoso ditemukan bahwa sebagian besar peserta didik ABK tunarungu disana memiliki matematis yang rendah dalam menyelesaikan soal cerita, dan dibuktikan dengan nilai rerata tugas dan ulangan harian matematika peserta didik ABK tunarungu yang masih di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 70.

Subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan purposive sampling berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah ditentukan. Adapun pertimbangan penentuan subjek pada penelitian ini yaitu berdasarkan beberapa hal:

1. Didasarkan pada nilai ulangan semester matematika siswa ABK tunarungu semester ganjil untuk mengklasifikasikan subjek tinggi, sedang, dan rendah.

2. Siswa ABK tunarungu kelas VII.

3. Kesediaan siswa ABK tunarungu untuk menjadi subjek penelitian.

(44)

Berikut adalah alur atau tahapan penentuan subjek penelitian:

Keterangan

: : pilihan atau pertanyaan : kegiatan

: hasil

: urutan kegiatan : siklus jika diperlikan

Gambar 3.1. Tahapan penentuan subjek penelitian 1 subjek

tinggi

1 subjek sedang

1 subjek rendah Penetapan kriteria pemilihan subjek

Pemilihan subjek berdasarkan rata-rata nilai ulangan matematika, yaitu :

1. 1 subjek tinggi 2. 1 subjek sedang 3. 1 subjek rendah

Apakah sesuai dengan kriteria?

Subjek penelitian

Jika iya

Jika tidak

(45)

Berdasarkan gambar 3.1 dapat diketahui bahwa subjek penelitian adalah 3 siswa ABK tunarungu kelas VIII yang terdiri dari 1 subjek dengan kemampuan matematika tinggi, 1 subjek dengan kemampuan matematika sedang, dan 1 subjek dengan kemampuan matematika rendah.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini ada tiga teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Tes Tulis

Tes adalah alat yang berupa pertanyaan atau soal untuk mengukur dan menilai pemahaman subjek yang diteliti.48 Tes yang digunakan oleh peneliti berupa tes tulis yaitu soal cerita matematika yang dimodifikasi dari buku tematik yang digunakan di sekolah tersebut (SMPLB Negeri Bondowoso), sehingga peneliti perlu memvalidasi soal tersebut. Soal cerita matematika dipilih karena telah menjadi acuan sekolah untuk mengukur kemampuan berpikir matematis siswa ABK. Pemberian tes dilakukan secara offline (secara langsung) dan memerlukan keterlibatan guru agar siswa ABK tunarungu dapat memahami petunjuk pengerjaan dengan baik. Tes tulis yang diberikan kepada siswa terdiri dari 2 soal uraian atau essay dan setiap langkah dalam menyelesaikan soal tersebut menunjukkan cara berpikir matematis siswa, sehingga dari hasil tes berupa soal cerita matematika tersebut, peneliti dapat mengetahui proses berpikir matematis subjek penelitian yaitu siswa ABK tunarungu.

48 Lestari dan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika (Bandung : PT. Refika Aditama, 2015), 23-50.

(46)

2. Wawancara

Pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, yakni wawancara berdasarkan pedoman wawancara, namun juga menambahkan beberapa pertanyaan spontan yang dapat mendukung penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditujukan agar diperoleh proses berpikir matematis subjek penelitian secara mendetail.

Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan bantuan guru setelah siswa ABK tunarungu yang merupakan subjek penelitian menyelesaikan tes tulis yang diberikan, dengan tujuan agar peneliti mendapatkan informasi yang jelas mengenai bagaimanakah proses berpikir matematis siswa ABK tunarungu.

3. Dokumentasi

Pada penelitian ini digunakan teknik dokumentasi yang digunakan sebagai alat bantu atau sebagai pelengkap penelitian ini. Data yang ingin diperoleh pada metode ini yaitu:

a. Data berupa rata-rata nilai ulangan matematika siswa ABK tunarungu kelas VII di SMPLB Negeri Bondowoso.

b. Data hasil tes tulis yakni soal cerita matematika yang sudah dikerjakan oleh subjek penelitian.

c. Data hasil wawancara setelah subjek penelitian menyelesaikan soal yang diberikan oleh peneliti.

(47)

d. Angket atau lebar validasi yakni lembar uji validitas yang dilakukan kepada guru SMPLB Negeri bondowoso dan Dosen Matematika UIN Khas Jember

D. Instrumen Pengumpulan Data 1. Instrumen Primer

Instrumen primer pada penelitian kualitatif ini yaitu peneliti sendiri yang merupakan instrumen utama.

2. Instrumen Sekunder a. Lembar Tes Tulis

Lembar tes tertulis diberikan kepada subjek penelitian sesuai dengan pokok penelitian ini, yaitu soal cerita matematika. Soal cerita matematika yang dibuat terdiri dari 2 soal essay dengan waktu pengerjaan 30 menit. Kemudian dilakukan validasi oleh 1 orang dosen matematika UIN KHAS Jember dan 1 Guru Matematika di SMPLB Negeri Bondowoso. Validasi soal ini dilakukan untuk mengetahui apakah soal ini valid untuk diberikan kepada subjek penelitian.

b. Indikator Berpikir Matematis Tabel 3.1

Indikator Proses Berpikir Matematis

No Aspek Indikator

1 Pemahaman matematis a) Siswa dapat membaca soal

b) Siswa dapat menuliskan yang diketahui dan ditanyakan pada soal

2 Pemecahan masalah matematis

c) Siswa menulis permisalan dari soal a) Siswa dapat membuat model matematika 3 Koneksi Matematis a. Siswa dapat mengaitkan informasi soal

dengan pengetahuannya

b. Siswa dapat menemukan ide untuk

menyelesaikan berdasarkan

(48)

pengetahuannya

4 Penalaran Matematis b) Siswa dapat menggunakan metode untuk menyelesaikan soal

c) Siswa dapat menerapkan suatu perhitungan sederhana

Sumber: M. Wahyudin Zarkasy, (2017).

c. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara merupakan daftar pertanyaan yang mendukung dalam pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan kepada subjek penelitian untuk mengetahui lebih dalam tentang proses berpikir matematis anak berkebutuhan khusus dalam meyelesaikan soal cerita matematika.

d. Lembar Validasi

Lembar validasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian layak digunakan atau tidak.

Perhitungan tingkat validasi dilakukan setelah validator melakukan penilaian terhadap instrumen penelitian pada lembar validasi.

Validator menilai dan memberi masukan menggunakan lembar validasi yang telah disediakan. Instrumen yang akan divalidasi berupa instrumen tes soal cerita matematika dan pedoman wawancara.

Instrumen yang sudah valid akan digunakan sebagai alat pengumpulan data.

Berdasarkan nilai yang telah diberikan oleh validator selanjutnya ditentukan nilai rerata untuk semua soal ( ). Nilai Va ditentukan untuk melihat tingkat kevalidan instrumen tes. Tahap untuk menentukan sebagai berikut :

(49)

1) Menentukan rata-rata hasil validasi dari semua validator untuk setiap pernyataan ( ) dengan persamaan :

Keterangan :

= Data nilai dari validator ke-j terhadap indikator ke-i v = Banyaknya validator

2) Setelah diperoleh nila , kemudian ditentukan nilai rerata total untuk pernyataan dengan persamaan:

Keterangan :

= Nilai rerata total untuk semua pernyataan

= Rerata nilai untuk soal ke-i N = Banyaknya aspek

Selanjutnya nilai atau nilai rerata total untuk semua soal diberikan kategoti berdasarkan tabel 3.2 Untuk menentukan tingkat kevalidan instrumen soal tes.

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Validator Ahli

Skor Rata-Rata Penilaian Kriteria Penilaian

3 ≤ Va < 4 Valid

2 ≤ Va < 3 Cukup Valid 1 ≤ Va < 2 Kurang Valid 0 ≤ Va < 1 Tidak Valid Sumber : Rahmawati (2020)

N

Gambar

Gambar 3.1. Tahapan penentuan subjek penelitian 1 subjek
Gambar 3.2.Tahapan Analisis Data Menurut Miles &amp; Huberman   Adapun penjelasan bagan gambar 3.2 adalah sebagai berikut:
Gambar 3.3 Prosedur penelitian
Tabel 4.2  Hasil Validasi Soal  No  Aspek yang dinilai  Penilaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian terdahulu juga ikut menjadi acuan terhadap penelitian yang akan peneliti lakukan dengan judul hubungan husnudzon dengan resiliensi pada

vi ABSTRAK Fathma Auliyah, 2023 : Pengembangan Media Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Kotak Belajar Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa SMP Negeri 30 Sidayu Kata kunci :

Skripsi yang ditulis oleh Suwandri 2021 jurusan Pendidikan Agama Islam PAI Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Penerapan Strategi Active Learning Dengan

Dari ke delapan wilayah pesisir yang berada di kabupaten Jember peneliti mengambil pesisir pantai payangan yang akan dijadikan tempat penelitian, alasan peneliti mengambil lokasi di

Hal ini terjadi dimungkinkan karena tidak dapat dilakukan dengan orang lain ataupun dengan kata lain, pemahaman kepribadian yang sama sehingga para penyandang 2Dicky Maulidhany,

Definisi Istilah Tujuan diperlukan sebuah definisi istilah dalam penelitian adalah supaya tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana yang dimaksud oleh

viii ABSTRAK Asya Fikriyatun Nihaya, 2022 : Analisis Bahan Ajar IPA pada Topik Klasifikasi Materi dan Perubahannya Kelas VII SMP/MTs Kurikulum 2013 Berdasarkan Aspek Komponen

2 Pembalgian materi Menurut Broussealu dkk, belaljalr Cooperaltive Script merupalkaln sallalh saltu model pembelaljalraln yalng eksplisit alntalral guru dengaln siswal daln siswal