i
INTERNALISASI NILAI-NILAI MODERASI BERAGAMA DALAM MENCEGAH TINDAKAN RADIKAL
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NURUL ISLAM JEMBER TAHUN PELAJARAN 2021/2022
SKRIPSI
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh :
MOH. KHOIRUR ROSYID ANSORI NIM. T20191358
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
DESEMBER 2022
ii
INTERNALISASI NILAI-NILAI MODERASI BERAGAMA DALAM MENCEGAH TINDAKAN RADIKAL
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NURUL ISLAM JEMBER TAHUN PELAJARAN 2021/2022
SKRIPSI
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh:
MOH. KHOIRUR ROSYID ANSORI NIM. T20191358
Disetujui Pembimbing
Dr. H. Ubaidillah Nafi’, M.Ag,.
NIP. 196812261996031001
iii
INTERNALISASI NILAI-NILAI MODERASI BERAGAMA DALAM MENCEGAH TINDAKAN RADIKAL
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NURUL ISLAM JEMBER TAHUN PELAJARAN 2021/2022
SKRIPSI
Telah diuji dan diterima Untuk memenuhi salah satu Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa Program Studi Pendidikan Agama Islam
Hari : Kamis
Tanggal : 22 Desember 2022 Tim Penguji
Ketua Penguji Sekertaris
Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M.Ag Fakhriyatus Shofa Alawiyah, M.Pd
NIP. 197508082003122003 NIP. 199310252020122010 Anggota
1. Dr. H. Abd Muhith, S.Ag., M.Pd.I ( )
2. Dr. H. Ubaidillah, M.Ag ( )
Menyetujui
Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Prof. Dr. Hj. Mukni’ah M.Pd.I,.
NIP. 19640511 199903 001
iv MOTTO
....
Artinya: Dan demikianlah kami jadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan Kamu. (Q.S Al-Baqarah [2]: 143).
Kementrian Agama RI, Al-Qur’anul Karim Tafsir Perkata Kode Arab, (Jakarta: Insan Media Pustaka), 21.
v
PERSEMBAHAN
Rasa syukur yang tidak terhingga atas kenikmatan yang telah Allah berikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan sebuah karya tulis dengan judul Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama Dalam Mencegah Tindakan Radikal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Nurul Islam Jember.
Dengan ini saya persembahkan karya tulis ini kepada:
1. Ayahanda Ansori Hasan dan Ibunda Umi Rahma Nurie Fitriana, selaku bapak dan ibu saya tercinta yang telah membesarkan, mendidik dan banyak berkorban untuk saya, baik dari segi moril dan materil serta memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
2. Moh. Abd. Malik Halwan Ansori dan Moh. Khoirur Rizqi Ansori, selaku kakak-kakak saya tersayang, yang telah memberikan dukungan dan do’a kepada saya.
3. Holisatul Maufiyah beserta seluruh letting saya yang telah memberikan dukungan, motivasi dan saran kepada saya.
4. Seluruh teman-teman seperjuangan A8 PAI’19 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatakan kehadirat Allah swt. karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, Perencanaan, pelaksanaan, penyelesaian skripsi ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarja, dapat terselesaikan dengan lancar.
Kesuksesan skripsi ini dapat penulis peroleh karena dukungann dari banyak pihak dan tidak lepas dari bantuan, bimbingan, saran serta motivasi, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kyai Ahmad Shiddiq Jember yang telah mendukung dan memfasilitasi kami selama belajar di lembaga ini.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberi izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.
3. Bapak Dr. Rif’an Humaidi, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa yang telah memberi izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.
4. Ibu Dr. Hj. Fathiyaturrahmah M.Ag selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah memberi izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.
vii
5. Bapak Dr. H. Ubaidillah Nafi’ M.Ag. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banya membimbing dan mengarahkan serta memberi motivasi selama penyusunan skripsi.
6. Bapak Dr. H. Roni Subhan, S.Pd, M.Pd selaku Kepala perpustakaan UIN KHAS Jember beserta karyawan yang telah memberikan pelayanan dan kemudahan fasilitas referensi bagi mahasiswa.
7. Ibu Retno Wulandari, S.Si, selaku Waka Kurikulum di SMA Nurul Islam Jember yang telah memberikan izin dalam proses penelitian dan pembuatan skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis mendapat balasan yang baik dari Allah SWT.
Jember, 05 Desember 2022
Penulis
viii ABSTRAK
Moh. Khoirur Rosyid Ansori, 2022: Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Mencegah Radikal di SMA Nurul Islam Jember Tahun Pelajaran 2021/2022.
Kata Kunci : Nilai-nilai Moderasi Beragama, Mencegah Tindakan Radikal
Nilai moderasi beragama adalah sesuatu yang harus ada dalam diri manusia dengan mengedepankan sikap pertengahan, tidak radikal serta tidak berlebihan dalam menjalankan agama. Penulisan karya ini berangkat dari keprihatinan penulis terhadap maraknya tindakan radikal yang sering terjadi di masyarakat terutama di sekolah. Hal tersebut harus di atasi dengan sikap moderat dalam beragama.
Focus penelitian ini adalah:1) Bagaimana internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember? 2) Bagaimana internalisasi nilai tasamuh dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember? 3) Bagaimana internalisasi nilai al-musawah dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember?
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember 2) Untuk mendeskripsikan internalisasi nilai tasamuh dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember? 3) Untuk mendeskripsikan internalisasi nilai al-musawah dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember?
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualistatif dengan menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) jenis studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal dilaksanakan dengan menggunakan tahap transformasi nilai yaitu siswa diberi pengetahuan bahwa perilaku tidak menghargai pendapat teman, menjustic, mengklaim kebenaran tunggal adalah sikap yang tidak baik. Lalu tahap transaksi nilai yaitu adanya timbal balik antara siswa dan guru dengan guru memberi contoh sehingga siswa paham dengan penjelasan guru. Dan tahap transinternalisasi yaitu siswa dapat menerapkan nilai yang telah dijelaskan oleh guru tanpa paksaan dan dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. 2) internalisasi nilai tasamuh dalam mencegah tindakan radikal dilaksanakan dengan menggunakan tahap transformasi nilai yaitu siswa diberi pengetahuan bahwa perilaku tidak intoleran kepada teman dan guru adalah sikap yang tidak baik. Lalu tahap transaksi nilai yaitu adanya timbal balik antara siswa dan guru dengan guru memberi contoh sehingga siswa paham dengan penjelasan guru. Dan tahap transinternalisasi yaitu siswa dapat menerapkan nilai yang telah dijelaskan oleh guru tanpa paksaan dan dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. 3) internalisasi nilai al-musawah dalam mencegah tindakan radikal dilaksanakan dengan menggunakan tahap transformasi nilai yaitu siswa diberi pengetahuan bahwa perilaku tidak adil kepada teman, peraturan sekolah adalah sikap yang tidak baik. Lalu tahap transaksi nilai yaitu adanya timbal balik antara siswa dan guru dengan guru memberi contoh sehingga siswa paham dengan penjelasan guru. Dan tahap transinternalisasi yaitu siswa dapat menerapkan nilai yang telah dijelaskan oleh guru tanpa paksaan dan dilakukan dalam kegiatan sehari-hari.
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Konteks Penelitian ... 1
B. Focus Penelitian ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Definisi Istilah ... 12
F. Sistematika Pembahasan ... 15
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 16
A. Penelitian Terdahulu ... 16
B. Kajian Teori ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 54
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 54
B. Lokasi Penelitian ... 55
C. Subyek Penelitian ... 55
D. Teknik Pengumpulan Data ... 57
E. Teknik Analisis Data ... 63
x
F. Keabsahan Data ... 65
G. Tahap-tahap Penelitian ... 66
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 69
A. Gambaran Obyek Penelitian ... 69
B. Penyajian Data dan Analisis... 74
C. Pembahasan Temuan ... 103
BAB V KESIMPULAN... 114
A. Simpulan ... 114
B. Saran-Saran ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 116 LAMPIRAN
1. Keaslian Tulisan 2. Matrik Penelitian 3. Pedoman Penelitian
4. Jurnal Kegiatan Dokumentasi 5. Dokumentasi Penelitian 6. Struktur Organisasi 7. Surat izin Penelitian 8. Surat selesai Penelitian 9. Biodata Penulis
xi
DAFTAR TABEL
No. Uraian Hal
2.1 Penelitian terdahulu persamaan dan perbedaan ... 20
2.2 Perbandingan Konsep Tahap-tahap Internalisasi Nilai ... 28
3.1 Subyek Penelitian ... 56
3.2 Wawancara ... 59
3.3 Observasi ... 61
3.4 Dokumentasi ... 63
4.1 Pembahasan Temuan ...102
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Hal
4.1 Visi SMA Nurul Islam Jember ...71
4.2 Misi SMA Nurul Islam Jember ...72
4.3 Struktur Organisasi SMA Nurul Islam Jember ...73
4.4 Proses pembelajaran kitab sulam taufiq ...81
4.5 Proses pembelajaran kitab bidayatul hidayah ...86
4.6 Pembinaan oleh Guru BK ...92
4.7 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (tasamuh) ...95
4.8 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (al-musawah) ...101
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian
Sekolah Menengah Atas Nurul Islam Jember adalah sekolah yang terletak di sebuah pondok pesantren di Jl. Pangandaran No. 48 Antirogo Jember. Sekolah ini didirikan setelah sukses berdirinya SMP Nurul Islam Jember. Tujuan sekolah adalah untuk mempelajari berbagai mata pelajaran, terutama studi agama dan ilmu umum.1
Di Sekolah Menengah Atas Nurul Islam juga banyak sekali siswa yang berasal dari berbagai daerah, sehingga tidak memungkinkan jika mereka memiliki watak yang sama. Berasal dari keberagaman suku, ras dan budaya yang dimiliki oleh siswa itu sangat memungkinkan jika di SMA Nurul Islam Jember menerapkan dan menanamkan nilai moderasi beragama untuk mencegah tindakan radikalisme kepada masing-masing peserta didik.
Radikalisme dapat dikatakan sebagai konsep atau cara berpikir yang menjadi dasar untuk melakukan gerakan kriminal atau teror, meskipun kita tahu bahwa sejarah radikalisme itu positif. Dalam dunia pendidikan, ada fenomena kekerasan yang tak terbantahkan yang mengarah pada fakta bahwa pendidikan tidak sempurna. Radikalisme dapat muncul dari berbagai unsur pendidikan.2
Dalam buku Pembelajaran Kontekstual oleh M.Saekan Muchith yang dikutip dalam jurnal Addin menjelaskan bahwa fakta atau fenomena
1 Observasi di SMA Nurul Islam Jember, 17 Februari 2022.
2 Addin, Radikalisme Dalam Dunia Pendidikan Vol. 10. 1, Februari 2016, 173.
kekerasan yang dapat dipahami sebagai bentuk radikalisme dapat dilihat dalam banyak kasus diantaranya; di Magelang, siswa SD di tempeleng gurunya hanya gara-gara siswa menyela pembicaraan guru yang sedang memberi pengumuman acara pertunjukan sulap. Di Tanjung Pinang ada oknum guru olahraga menendang siswanya saat pembelajaran dengan alasan mendidik. Di kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, para guru melakukan pemogokan setelah salah satu guru agama di sekolah itu dijatuhi hukuman enam bulan karena memukuli murid-muridnya. Aksi tersebut dimaksudkan sebagai bentuk protes atas pembebasan mantan guru yang dipenjara/mantan guru.3
Bentuk radikalisme dalam dunia pendidikan tidak selalu memanifestasikan dirinya sebagai tindakan kekerasan, tetapi juga dapat berbentuk ucapan dan sikap yang dapat menciptakan kekerasan terhadap standar pendidikan.
Peneliti memilih lokasi penelitian di SMA Nurul Islam Jember yang merupakan pendidikan formal yang bercita-cita membangun serta mencerdaskan kehidupan bangsa secara merata. Selain itu, SMA Nurul Islam Jember mengadakan kegiatan pembelajaran agama dan umum. Jadi meskipun sekolah tersebut berbasis pesantren, namun kegiatan-kegiatan yang ada tidak hanya hal-hal yang berkaitan dengan agama saja, namun juga ada pembelajaran umum, bahkan siswa-siswa di SMA Nurul Islam berhasil meraih juara di bidang olimpiade-olimpiade umum ataupun agama.
3 Addin, Radikalisme Dalam Dunia Pendidikan Vol. 10. 1, Februari 2016, 173.
Peneliti memilih lokasi di SMA Nurul Islam Jember juga dikarena ada beberapa siswa yang melakukan tindakan radikalisme dalam pendidikam atau melanggar norma yang telah ditentukan oleh lembaga. Adapun bentuk radikal yang ada di SMA Nurul Islam Jember bukan mengarah kepada tindakan atau gerakan terorisme. Radikalisme itu sendiri dapat diartikan sebagai arah pemikiran, yang mana hal tersebut juga bukan harus dilawan dengan tindakan kekerasan. Bentuk konkrit pemikiran radikal yang ada di SMA Nurul Islam Jember yaitu adanya siswa-siswa yang melakukan tindakan intoleran dan melakukan tindakan diluar batas norma atau tata tertib yang telah ditentukan oleh lembaga. Bentuk intoleran yang ada di SMA Nurul Islam Jember adalah mengejek dan mengucilkan teman karena ada beberapa perbedaan mengenai latar belakang suku dan budaya mereka masing-masing yang dikarenakan mereka masih baru tinggal dipesantren dan harus beradaptasi dengan lingkungan barunya. Sedangkan tindakan siswa yang melakukan tindakan radikalisme diluar batas norma atau tata tertib lembaga adalah keluar dengan lawan jenis dan bermalam.4
Dengan adanya hal tersebut, pihak pimpinan sekolah menanamkan nilai-nilai moderasi beragama dalam mencegah tindakan radikalisme. Karena jika nilai-nilai itu tidak ditanamkan dengan baik, maka siswa-siswi yang berada di lingkungan sekolah tersebut akan bertingkah dengan semaunya dan
4 Diana Retno Wulandari, Diwawancarai oleh penulis, Jember, 03 April 2022.
tidak mengikuti tata tertib yang ada serta tidak akan mengikuti dan memenangkan kejuaraan-kejuaraan yang telah diikuti.5
Dengan adanya pendalaman ilmu agama dan ilmu umum, hal itu menunjukkan bahwa di SMA Nurul Islam telah menanamkan dan menerapkan nilai-nilai moderasi beragama dalam mencegah tindakan radikalisme kepada peserta didik.
Berdasarkan argumen di atas, keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai tujuannya tidak hanya ditentukan oleh kelimpahan sumber daya alam dan kekayaan alam, tetapi tujuan ini dapat dicapai jika sumber daya manusianya bersifat baik. Bahkan ada yang mengatakan bahwa "bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter rakyat".6
Moderasi adalah jalan tengah. Banyak forum diskusi yang sering berdiskusi dan yang menengahi adalah moderator, yaitu orang-orang yang menengahi proses diskusi, tidak mendukung siapa pun atau pendapat apa pun.
adil dengan semua pihak yang terlibat dalam percakapan. Moderasi juga berarti "yang terbaik dari sesuatu." Sesuatu di antaranya biasanya berada di antara dua hal buruk. Contohnya adalah keberanian. Sifat berani dianggap baik karena terletak di antara kecerobohan dan ketakutan. Sifat murah hati juga baik karena berada di antara mewah dan sengsara.7
Moderasi beragama berarti jalan tengah agama sesuai dengan pengertian moderasi sebelumnya. Dengan moderasi beragama, seseorang
5 Diana Retno Wulandari, diwawancarai oleh peneliti, Jember, 03 April 2022.
6 Abdul Majid dan Diyan Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 1.
7 Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tanya Jawab Moderasi Beragama, (Jakarta:
Kementrian Agama RI, 2019), 1.
tidak ekstrem dan tidak melebih-lebihkan dalam melaksanakan ajaran agamanya. Orang yang mempraktikkan ini disebut moderat.8
Moderasi Islam adalah pandangan atau sikap yang selalu menempatkan masyarakat sebagai pusat untuk mengambil sikap terhadap perbedaan di masyarakat. Perilaku yang selalu mengambil posisi tengah daripada sebaliknya dan ekstrim adalah moderasi Islam. Islam mengajarkan saling menghormati, toleransi dan memelihara nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban. Islam diyakini mengandung ajaran-ajaran moderat, yang sering disebut dengan moderasi Islam. Islam selalu memadukan dua ekstrem yang berlawanan dalam struktur ajarannya.9
Masyarakat Indonesia di Negara Kesatuan Republik Indonesia beraneka ragam, meliputi beberapa suku bangsa, bahasa, agama, budaya, dan kedudukan sosial. Keanekaragaman dapat menjadi kekuatan pemersatu yang mengikat masyarakat bersama-sama, tetapi juga dapat menyebabkan konflik antara budaya, ras, etnis, agama dan nilai-nilai. individu dan kelompok dengan perilaku budaya yang berbeda memiliki cara hidup yang berbeda dan spesifik.
Terkait interaksi horizontal antarkomunitas, Mulyana mengatakan, bentrokan antaretnis terus terjadi di berbagai bidang mulai dari stereotipe dan
8 Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tanya Jawab Moderasi, 1.
9 Koko Adya Winata, dkk. Moderasi Islam Dalam Pembelajaran PAI Melalui Pembelajaran Kontekstual, (Vol. 3 No 2, 2020), 83.
prasangka antaretnik belaka, diskriminasi hingga konflik publik dan pembantaian suku yang merenggut nyawa manusia.10
Persaingan suku tidak hanya terjadi di antara masyarakat tetapi juga di antara elit politik bahkan akademisi untuk memperebutkan posisi di berbagai instansi. Keberagaman suku, ras, agama, perbedaan bahasa dan nilai-nilai kehidupan di Indonesia seringkali menimbulkan berbagai konflik.
Konflik sosial yang membabi buta akibat kekerasan antargolongan yang meledak di berbagai pelosok Indonesia menunjukkan betapa rapuhnya rasa memiliki terhadap negara bangsa Indonesia, betapa kentalnya prasangka antargolongan, dan rendahnya saling pengertian. Konflik kekerasan di Indonesia seringkali menimbulkan bencana kemanusiaan yang berkembang dan meluas baik jenis maupun pelakunya. Oleh karena itu, penyelesaian konflik memakan waktu lama dan menimbulkan kerugian sosial, ekonomi, dan politik yang besar. Berdasarkan permasalahan yang silih berganti tersebut, Indonesia dapat menghadapi krisis yang kompleks.
Kajian moderasi Islam dikaji secara bersamaan dengan pembahasan pluralisme dan multikulturalisme dalam konteks meningkatnya kekerasan agama. Pada saat yang sama, kajian terorisme dan radikalisme juga menjadi topik yang tidak banyak dibicarakan tidak hanya di kalangan umat beragama, tetapi juga di kalangan umat beragama. Oleh karena banyaknya kasus radikal di Indonesia, maka pemerintah mengeluarkan UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme menjadi Undang-undang.
10 Agus Akhmadi, Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious Moderation In Indonesia’S Diversity, Vol. 13 No 2 2019, 45.
Dalam pasal 13 A dijelaskan bahwa setiap orang yang memiliki hubungan Terorisme dengan sengaja menyebarlan ucapan, sikap, atau perilaku, tulisan atau tampilan dengan tujuan menghasut orang atau kelompok orang untuk melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan yang dapat mengakibatkan Tindak Pidana Terorisme dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.11
Sedangkan dalam dunia pendidikan tindakan radikal yang biasanya dilakukan oleh peserta didik dapat di cegah melalui nilai-nilai moderasi beragama. Seperti yang dijelaskan dalam KMA No 95 Tahun 2022 tentang pedoman penyelenggaran penguatan moderasi berama bagi pegawai Negeri Sipil Kementerian Agama. dalam SK tersebut dijelaskan bahwa Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap atau pandangan dalam beragama dengan cara mengejawatahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umat berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.12
Kata moderat berarti sikap tengah, sikap yang menghindari atau meminimalkan ekstrim. Wasathiyah adalah kekuatan perlawanan terhadap ekstremis. Konsep radikalisme yang disebabkan oleh pemahaman yang keliru terhadap teks-teks agama dapat dilunakkan dengan pemahaman Islam yang moderat. Moderasi beragama berasal dari kata moderat yang berarti rata-rata, dikenal juga dengan wasathiyah dalam bahasa Arab. Kata wasath terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 143
11 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2018, 10.
12 Keputusan menteri Agama No. 93 Tahun 2022, 4.
Artinya: Dan demikianlah kami jadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan Kamu.
Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sungguh Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.
(Q.S Al-Baqarah [2]: 143).13
Menurut Quraish Shibab, Surat Al Baqarah ayat 143 merupakan penjelasan terkait dengan gambaran Allah swt. tentang umat yang wasat (pertengahan), dalam artian tidak memihak ke kiri dan ke kanan, sehingga manusia dapat berlaku adil dan dapat diteladani, dan yang dapat dilihat dari berbagai penjuru karena dia berada pada posisi tengah. Menjadi umat Wasatan yang menempuh jalan tengah, menerima hidup di dalam kenyataan. Percaya kepada akhirat, lalu beramal di dalam dunia ini. Quraish Syihab juga menafsirkan bahwa menjadi saksi atas perbuatan manusia dipahami juga dalam arti kaum muslimin akan menjadi saksi dimasa akan datang atas baik buruknya perbuatan manusia.
Umat Islam adalah ummat wasathan, yaitu ummat yang mendapat petunjuk dari Allah untuk menjadi ummat yang shalih dan terpilih yang
13 Kementerian Agama RI, Al-Qur’anul Karim Tafsir Perkata Kode Arab, (Jakarta: Insan Media Pustaka), 21.
menyaksikan kemaksiatan orang-orang kafir. Umat Islam harus selalu membela kebenaran dan keadilan serta membela yang benar dan menghilangkan yang salah. Mereka dalam segala persoalan hidup di antara orang-orang yang mementingkan materi dalam hidupnya dan di antara orang- orang yang hanya mementingkan ukhraw. Dengan demikian, umat Islam menjadi saksi yang terpilih bagi mereka yang mengandalkan materi, mengabaikan hak-hak ilahi dan berusaha memuaskan nafsu mereka.14
Mereka juga menjadi saksi bagi mereka yang terlalu berlebihan dalam urusan agama sehingga mereka memisahkan diri dari segala kesenangan fisik, menahan diri dari kehidupan yang benar. Umat Islam menjadi saksi bagi mereka semua karena karena sifat mereka yang saleh dan terpilih, mereka selalu memilih jalan tengah dalam kesehariannya. Demikian pula Nabi SAW bersaksi kepada ummatnya bahwa ummat Rasulullah adalah sebaik-baik ummat yang diciptakan untuk membimbing umat manusia melalui perintah ma'ruf Nah munkar.15
Berdasarkan konteks penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti memiliki minat yang besar untuk melakukan penelitian yang berjudul “Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Mencegah Tindakan Radikal Di Sekolah Menengah Atas Nurul Islam Jember Tahun Pelajaran 2021/2022” dengan berfokus pada nilai tawassuth, nilai tasamuh dan nilai al-musawah. Peneliti memilih nilai tersebut karena pada saat
14 Sirajuddin, Literasi Moderasi Beragama Di Indonesia, (Bengkulu: Ziegi Utama 2019), 132.
15 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), 224.
penelitian berlangsung nilai-nilai tersebut lebih sering muncul dan lebih dominan daripada nilai moderasi beragama yang lain.
B. Fokus Penelitian
Sesuai dengan judul di atas, berikut ini adalah permasalahan yang akan dicari jawabannya oleh penulis. Penulis merumuskannya pada berikut ini:
1. Bagaiamana internalisasi nilai tawasuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember Tahun Pelajaran 2021/2022?
2. Bagaimana internalisasi nilai tasamuh dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember Tahun Pelajaran 2021/2022?
3. Bagaiamana internalisasi nilai al-musawah dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember Tahun Pelajaran 2021/2022?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah gambaran tentang arah kemana penelitian itu diarahkan. Tujuan penelitian harus berhubungan dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan internalisasi nilai tawasuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember Tahun Pelajaran 2021/2022.
2. Untuk mendeskripsikan internalisasi tahap transaksi nilai tasamuh dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember Tahun Pelajaran 2021/2022.
3. Untuk mendeskripsikan internalisasi tahap trans-internalisasi nilai al- musawah dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember Tahun Pelajaran 2021/2022.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian meliputi kontribusi yang dilakukan peneliti setelah penelitian selesai. Adapun kegunaannya dapat bersifat teoretis maupun praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan. Kegunaan penelitian juga harus realistis
Secara umum manfaat penelitian menggambarkan Internalisasi Nilai- nilai Moderasi Beragama Dalam Mencegah Tindakan Radikal di SMA Nurul Islam Jember untuk memperoleh gambaran yang komprehensif yang dapat ditingkatkan.
Dalam Selain manfaat umum di atas, peneliti menyampaikan manfaat penelitian baik secara teoritis maupun praktis.16
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khazanah keilmuan di bidang pendidikan khususnya tentang Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama Dalam Mencegah Tindakan Radikal.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis
Kajian ini dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama Dalam Mencegah Tindakan Radikal karena peneliti merupakan calon guru dan dapat menjadi peneliti awal bagi peneliti selanjutnya. Bagi Lembaga yang diteliti
16 Tim penyusun, Pedoman Penulisan, 45.
b. Lembaga yang di teliti
Diharapkan peneliti ini dapat memberikan masukan kepada pesantren sebagai bahan referensi dan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama Dalam Mencegah Tindakan Radikal.
c. Bagi UIN KHAS Jember
Dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang hasil penelitian tentang Internalisasi Nilai-niali Moderasi Beragama Dalam Mencegah Tindakan Radikal di SMA Nurul Islam Jember.
d. Bagi pembaca
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan dan mempertahankan pendidikan karakter yang sesuai dengan akhlaq Islam dimanapun pembaca berada.
Penelitian ini juga harus menginformasikan bidang pendidikan, khususnya tentang Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama Dalam Mencegah Tindakan Radikal.
E. Definisi Istilah
Pengertian istilah ini meliputi tentang istilah-istilah penting yang menjadi fokus dalam judul penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang makna istilah yang dimaksud oleh peneliti.
1. Internalisasi Nilai
Penanaman merupakan proses, cara, perbuatan menanam, menanami atau menanamkan. Sedangkan nilai adalah sesuatu yang abstrak dan harus ada dalam diri seseorang
Adapun tahapan yang dilakukan dalam menginternalisasikan nilai adalah yang pertama tahap transformasi nilai, kedua tahap transaksi nilai, dan ketiga tahap trans-internalisasi nilai.
2. Moderasi Beragama
Moderasi beragama adalah sikap atau cara pandang yang selalu mengambil jalan tengah, tidak bertindak ekstrem serta adil dan seimbang.
Nilai-nilai moderasi beragama adalah sikap atau pandangan yang dimiliki seseorang ketika tidak berperilaku ekstrim atau selalu bersikap adil dan moderat atau seimbang.
3. Tindakan Radikal
Tindakan radikalisme merupakan suatu perilaku atau pemikiran yang berkembang dalam masyarakat yang menuntut perubahan sosial, agama dan politik dengan cara kekerasan.
Dari diskusi definisi-definisi istilah diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud internalisasi nilai-nilai moderasi beragama dalam mencegah tindakan radikalisme adalah sebuah proses atau cara menanamkan padangan, pemikiran atau tindakan dalam beragama di posisi tengah-tengah agar seseorang tidak bertindak atau berperilaku radikal. Peneliti membatasi
penelitian ini hanya berfokus pada penanaman nilai-nilai moderasi beragama untuk mencegah tindakan radikalisme yang meliputi:
a. Nilai Tawassuth
Nilai tawasuth merupakan nilai yang berlandaskan sikap tengah- tengah seseorang tidak memihak dan memilih antara kanan atau kiri suatu pendapat, golongan, dan lain-lain.
b. Nilai Tasamuh
Nilai tasamuh merupakan nilai toleransi antar sesama manusia yang tidak membedakan dari latar belakang, suku, ras, budaya.
c. Nilai al-musawah
Nilai al-musawah merupakan nilai kesetaraan hak yang harus dimiliki oleh setiap manusia agar terciptanya rasa yang adil dan tentram.
4. Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Mencegah Tindakan Radikal
Internalisasi nilai-nilai moderasi beragama dalam mencegah tindakan radikalisme adalah sebuah proses menanamkan padangan, pemikiran atau tindakan dalam beragama di posisi tengah-tengah atau tidak radikal. Dalam hal ini peneliti mengkalisifikasikan nilai-nilai moderasi beragama dalam mencegah tindakan radikalisme pada tiga nilai, yaitu nilai tawasuth,nilai tasamuh dan nilai al-musawah.
Peneliti memilih nilai tersebut karena di SMA Nurul Islam Jember lebih banyak atau dominan menginternalisasikan nilai-nilai kepada siswanya agar mereka mengetahui bagaimana perilaku yang harus
dilakukan dalam bersosialisasi di lingkungan madrasah dan bagaimana perilaku yang radikal dan harus dihindari dalam bersosialisasi di lingkungan madrasah.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan memuat gambaran tentang alur pembahasan skripsi Sistematika pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab Satu, Bab ini berisi tentang latar belakang, fokus penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.
Bab Dua, Bab ini membahas tentang penelitian terdahulu yan terkakit dengan penelitian yang akan dilakukan dan kajian teori yang dijadikan pijakan dalam melakukan penelitian.
Bab Tiga, Bab ini membahas tentang metode penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, serta tahap-tahap penelitian.
Bab Empat, Bab ini membahas tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis, serta pembahasan temuan yang diperoleh di lapangan.
Bab Lima, Bab ini meliputi kesimpulan dan saran-saran.
16 BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini peneliti mencantumkan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Berikut adalah penelitian- penelitian sebelumnya yang telah dilakukan sehubungan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Saddam Husain, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2020 meneliti tentang “Nilai-nilai Moderasi Islam Di Pesantren (Studi Kasus pada Ma’had Aly As’adiyah Sengkang Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan)”. Penelitian ini menggunakan penelitian field Research dengan jenis penelitian studi kasus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pengenalan nilai-nilai moderasi Islam di Ma'had Aly As'adiyah dilakukan dengan beberapa metode yaitu Madrasah/kelas formal, metode halaqah atau peta kecenderungan pesantren, kurikulum tersembunyi. (2) Peran Ma'had Aly As'adiyah dalam membangun dan mengembangkan moderasi di Sulawesi Selatan sebagai mubaligh dan cendikiawan muda Muslim Bugi lulusan pondok pesantren Ma'had Aly As'adiyah tersebar di beberapa daerah.
Dakwah Ma'had Aly As'adiyah mudah diterima oleh masyarakat karena ajaran agama As'adiyah yang diwarnai oleh penyebaran Ahlu al-sunnah
Wa al-jama'ah dan metode akidah, fiqh, tasawuf atau dakwahnya moderat pada prinsipnya.17
2. Holisatul Maufiyah, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program studi Pendidikan Agama Islam UIN Kiai Haji Ahmad Shiddiq Jember, tahun 2021 yang meneliti tentang “Penerapan Nilai-nilai Religius Berbasis Moderasi Beragama di Pondok Pesantren Islam Darussalam Jember”. Fokus penelitian ini yaitu terletak pada penerapan nilai-nilai religius berbasis moderasi beragama yang di orientasikan kepada empat nilai, yaitu nilai tawasuth, nilai tawazun, nilai tasamuh, dan nilai al-adil.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian field research dengan pendekatan studi kasus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penerapan nilai-nilai tawasuth berbasis moderasi beragama dilakukan dengan mempelajari kitab-kitab ta'limul muta'alim dan bidayatul hidayah melalui pengajaran langsung yang memberikan pemahaman kepada santri atau pimpinan.
untuk bertindak di tengah berbagai keadaan. (2) Berdasarkan moderasi beragama, dilaksanakan nilai-nilai tawazun melalui kegiatan shalat Dhuha dan kegiatan muhadharah dengan mengadakan lomba-lomba umum dan keagamaan. (3) penerapan nilai tasamuh pada moderasi beragama dilakukan melalui kerja bakti atau gotong royong sehingga kegiatan tersebut membutuhkan sikap saling menghargai dan menghargai karena melibatkan siswa yang berbeda sikap, watak dan karakter. (4) penerapan
17 Saddam Husain, Nilai-nilai Moderasi Islam Di Pesantren (Studi Kasus pada Ma’had Aly As’adiyah Sengkang Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan), (Tesis, UIN Syarif Hidayatullah, 2020), v.
nilai al-adil berbasis moderasi beragama dilakukan melalui takziran (hukuman) bagi santri atau pengurus yang tidak mengikuti pengajian kitab dan kegiatan sholat berjamaah..18
3. Habiburrohman NS di UIN Raden Intan Lampung pada tahun 2021 yang berjudul “Upaya Membentuk Sikap Moderasi Beragama Mahasiswa di UPT Ma’had Al-Jamiah UIN Raden Intan Lampung”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian field Research dan pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah difokuskan pada pengupayaan yang dilakukan Ma’had Al-Jami’ah dalam membentuk sikap moderasi beragama di UPT Ma’had Al-Jami’ah Raden Intan Lampung.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung dalam mengembangkan sikap moderasi beragama mahasiswa didasarkan pada pembekalan ilmu agama yang komprehensif, pemilihan dosen dan adaptasi budaya setempat.19
4. Ikhsan Nur Fahmi di Institut Agama Islam Negeri Purwokerto pada tahun 2021 meneliti tentang “Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Islam Dalam Pembelajaran PAI dan Implikasinya Terhadap Sikap Sosial Siswa Di SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen Kabupaten Banyumas”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan menggunakan paradigma postpositivisme. Fokus dalam penelitian
18 Holisatul Maufiyah, Penerapan Nilai-nilai Religius Berbasis Moderasi Beragama di PPI Darussalam Jember, (Skripsi, UIN KHAS Jember, 2021), viii.
19 Habiburrahman NS, Upaya Membentuk Sikap Moderasi Beragama Mahasiswa di UPT Ma’had Al-Jamiah UIN Raden Intan Lampung, ( Skripsi, UIN Raden Intan, 2021, x.
ini adalah bagaimana internalisasi nilai-nilai moderasi Islam dalam Pembelajaran PAI di SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen.
Hasil penelitian ini adalah (1) bentuk penanaman nilai-nilai moderasi Islami dalam pendidikan PAI diwujudkan melalui pendidikan PAI di kelas melalui kegiatan keagamaan, muatan lokal sekolah. Nilai- nilai moderasi Islam yang tercakup dalam ajaran PAI adalah nilai keadilan (a'dalah), keseimbangan (tawazun) dan toleransi (tasamuh). (2) proses internalisasi nilai-nilai moderat Islam melalui tiga tahapan yaitu: tahapan transformasi nilai, tahapan transaksi nilai dan tahapan transinternalisasi nilai. (Strategi yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai moderasi Islam adalah: pengenalan, pembiasaan, keteladanan dan pengalaman. (3) Efek penanaman nilai-nilai moderasi Islam digunakan untuk menyembah guru dan teman, hormat, kepedulian sosial, toleransi , disiplin, tanggap terhadap lingkungan dan mengikuti perintah.20
5. Lailatul Chairun Ummah, di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2022 meneliti tentang “Penanaman Nilai-nilai Moderasi Beragama Pada Pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Pasuruan”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian field research dan menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus (case study). Fokus penelitian ini difokuskan pada 1) Nilai-nilai Moderasi apa saja yang ditanamakan pada pembelajaran akidah akhlak di MTs N 4 pasuruan, 2) bagaimana penanaman nilai-nilai moderasi beragama di MTs N 4
20 Ikhsan Nur Fahmi, Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Islam Dalam Pembelajaran PAI dan Implikasinya Terhadap Sikap Sosial Siswa Di SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen Kabupaten Banyumas, (Skripsi, IAIN Purwokerto, 2021), vii.
Pasuruan, 3) apa dampak penanaman nilai-nilai moderasi beragama di MTs N 4 Pasuruan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengenalan nilai-nilai moderasi di MTs N Pasuruan mempengaruhi: (1) nilai-nilai moderasi agama yang diperkenalkan dalam ajaran moral aqidah adalah tasamuh atau toleransi, atau kesalehan dan muwatanah. (2) mendorong nilai-nilai moderasi beragama dalam pembelajaran prinsip-prinsip akhlak yaitu nilai tasamuh diwujudkan melalui pembelajaran, nilai-nilai kebajikan diwujudkan melalui keteladanan guru akhlak aqidah, nilai-nilai muwatanah diwujudkan melalui persepsi. Menurut guru akidah akhlak, pegawai lain di Madrasah melakukan pengenalan nilai-nilai tersebut melalui beberapa kegiatan (3), penanaman nilai-nilai moderasi beragama dalam pembelajaran akhlak aqidah masih mempengaruhi sebagian siswa dan dapat melihat penerapan nilai-nilai yang tertanam dalam diri siswa.21
Tabel 2.1
Perbedaan dan Persaaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
No Nama Peneliti, Tahun dan
Judul Penelitian
Persamaan Perbedaan Orisinalitas
1. Saddam husain, 2020,
“Nilai-nilai Moderasi Islam di Pesantren (Studi kasus
a. Sama-sama meneliti tentang moderasi beragama b. Sama-sama
Perbedaan penelitian terdahulu adalah hasil
penelitiannya dilakukan dengan
a. Internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal b. Internalisasi nilai
tasamuh dalam
21 Lailatul Chairun Umma, Penanamana Nilai-nilai Moderasi Beragama Pada Pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Pasuruan, (Skripsi, UIN Malang, 2022), viii.
Pada Ma’had Aly As’adiyah Sengkang Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan)”.
menggunaka n jenis penelitian field research.
c. Sama-sama menggunaka n tela’ah dokumentasi , interview dan
observasi.
menggunakan metode madrasy, halaqah dan hidden curriculum.
Selain itu peneliti terdahulu meneliti di lembaga pesantren.
Sedangkan penelitian ini mengambil tempat di lembaga sekolah.
mencegah tindakan radikal c. Internalisasi nilai
al-al-musawah dalam mencegah tindakan radikal
2. Holisatul
Maufiyah, 2021,
“Penerapan Nilai-nilai Religius Berbasis Moderasi Beragama di PPI Darussalam Jember”.
a. Sama-sama meneliti tentang moderasi beragama b. Sama-sama
menggunakan jenis
penelitian field research c. Teknik
pengumpulan data sama- sama
menggunakan dokumentasi, wawancara dan observasi.
Perbedaannya adalah pada focus penelitian terdahulu menggali tentang
penerapan nilai religius berbasis moderasi
beragama dengan
membatasi nilai tawassuth, tasamuh, tawazun dan al- adil
a. Internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal
b.Internalisasi nilai tasamuh dalam mencegah tindakan radikal
c. Internalisasi nilai al-al-musawah dalam mencegah tindakan radikal
3. Habiburrohman NS, 2021.
“Upaya Membentuk Sikap Moderasi Beragama Mahasiswa di
a. Sama-sama meneliti tentang moderasi beragama b. Sama-sama
Perbedaan penellitian terdahulu adalah hasil penelitian yang difokuskan pada
pengupayaan
a. Internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal b. Internalisasi nilai
tasamuh dalam
UPT Ma’had Al-Jamiah UIN Raden Intan Lampung”.
menggunaka n jenis penelitian field research.
c. Sama-sama menggunaka n tela’ah dokumentas, interview dan observasi.
yang dilakukan Ma’had Al- Jami’ah dalam membentuk sikap moderasi beragama di UPT Ma’had Al-Jami’ah Raden Intan Lampung.
mencegah tindakan radikal c. Internalisasi nilai
al-musawah dalam mencegah tindakan radikal
4. Ikhsan Nur Fahmi, 2021.
“Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Islam Dalam
Pembelajaran PAI dan Implikasinya Terhadap Sikap Sosial Siswa Di SMA Ma’arif NU 1
Kemranjen Kabupaten Banyumas”
a. Sama-sama menggunaka n jenis penelitian field research b. Teknik
pengumpula n data sama- sama menggunaka n
dokumentasi , wawancara dan
observasi.
c. Sama-sama menggunaka n jenis penelitian studi kasus
Perbedaan penelitian terdahulu adalah terletak pada fokus penelitian yang menggali informasi
tentang internalisasi nilai-nilai
moderasi Islam dalam
pembelajaran
PAI dan
implikasinya terhadap sikap sosial siswa.
a. Internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal b. Internalisasi nilai
tasamuh dalam mencegah tindakan radikal c. Internalisasi nilai
al-musawah dalam mencegah tindakan radikal
5. Lailatul Chairun Umma,
“Penanaman Nilai-nilai Moderasi Beragama Pada Pembelajaran akidah akhlak di Madrasah
a. Sama-sama meneliti tentang moderasi beragama.
b. Teknik pengumpula n data sama-
Perbedaan penelitian terdahulu adalah berfokus pada penanaman dan proses
penanaman nilai-nilai moderasi
a. Internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal b. Internalisasi nilai
tasamuh dalam mencegah tindakan radikal
Tsanawiyah Negeri 4 Pasuruan"
sama dilakukan dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi .
c. Jenis penelitian sama-sama menggunaka n field research.
beragama pada pembelajaran akidah akhlak, serta dampak dari penanaman nilaimoderasi beragama di sekolah
c. Internalisasi nilai al-musawah dalam mencegah tindakan radikal
Berdasarkan perbandingan kelima hasil penelitian terdahulu diatas, penelitian ini merupakan penelitian lanjutan karena penelitian terdahulu hanya membahas tentang moderasi beragama dalam pembelajaran dikelas saja. Penelitian ini juga merupakan suatu penelitian baru karena mengkaji tentang internalisasi nilai moderasi beragama dalam mencegah tindakan radikal yang mana pada penelitian terdahulu tidak dibahas, penelitian ini juga berfokus pada nilai tawassuth, nilai tasamuh dan nilai al- musawah yang dilakukan di SMA Nurul Islam Jember.
B. Kajian Teori
1. Internalisasi Nilai-nilai
a. Pengertian Internalisasi Nilai-nilai
Internalisasi adalah penghayatan suatu ajaran, ajaran atau nilai sehingga menjadi keyakinan dan kesadaran akan kebenaran ajaran atau nilai yang terkandung dalam perilaku. Menurut Saifullah Internalisasi adalah penghayatan, pendalaman, penguasaan secara
mendalam melalui binaan, bimbingan dan sebagainya. Dengan demikian internalisasi merupakan suatu proses penanaman sikap ke dalam diri pribadi seseorang agar ego menguasai secara mendalam suatu nilai serta menghayati sehingga dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai dengan standar yang dihJadi Internalisasi merupakan proses mendalam untuk menghayati nilai-nilai agama yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak peserta didik.22
Nilai adalah gagasan seseorang atau kelompok tentang sesuatu yang dipandangya baik, benar, indah, bijaksana sehingga gagasan itu berharga dan berkualitas untuk dijadikan pegangan atau pedoman dalam bersikap dan bertindak.23 Nilai merupakan sesuatu yang penting dan berguna bagi manusia. Nilai digunakan sebagai rujukan atau keyakinan dalam memilih sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan suatu hal penting yang harus ada dalam diri manusia, karena keberadaanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan yang dihadapinya.
Jurnal penelitian tentang pendidikan Islam mengatakan bahwa proses penanaman nilai terjadi ketika orang menerima pengaruh ini dan bersedia mengikuti aturan yang ada. Proses internalisasi juga
22Saifullah, Internalisasi Nilai dalam Pendidikan: Konsep dan Kerangka Pembelajaran dalam Pendidikan Islam (Yogyakarta: Darussalam Publishing, 2017),35.
23 Kama Abdul Hakam dan Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-nilai Untuk Memodifikasi Perilaku Berkarakter (Bandung: Maulana Media Grafika, 2016),1.
harus berlangsung secara terus menerus yaitu pengenalan nilai secara terus menerus dan terus menerus, karena internalisasi nilai secara terus menerus membekali siswa dengan pengalaman spiritual sedemikian rupa sehingga terbentuk kebiasaan yang utuh, permanen dan konsisten.24
Internalisasi nilai adalah pengakuan akan adanya nilai-nilai eksternal yang dianggap dimiliki oleh seseorang. Pentingnya internalisasi nilai bersumber dari keyakinan bahwa nilai-nilai lahiriah itu mulia, dan penting untuk menjadi nilai seseorang atau lembaga.
Nilai intrinsik dapat berupa nilai yang sama sekali baru atau nilai yang merupakan nilai sebenarnya dari setiap individu tetapi telah menjadi nilai kelompok yang harus dihayati kembali oleh anggota kelompok.25 b. Tahapan Internalisasi Nilai-nilai
Muhaimin mengatakan bahwa ada tiga tahapan dalam proses pembinaan batin santri, yaitu sebagai berikut:
1) Tahap transformasi nilai
Pada tahap ini guru memberikan pengetahuan yang baik dan buruk yang semata-mata merupakan komunikasi verbal, seperti intoleran merupakan tindakan yang tidak baik dan harus dihindari.
24 Rini Setianingsih, Kebijakan Internalisasi Nilai-nilai Islam dalam pembentukan kultur Religius Mahasiswa (Vol.12, No.1, Februari 2017), 70.
25 Kama Abdul Hakam dan Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-nilai, 6
2) Tahap transaksi nilai
Pada tahap ini terjadi komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik yang didalamnya terdapat hubungan timbal balik antara keduanya. Namun komunikasi yang terjadi dalam tahap ini hanya terbatas pada komunikasi secara fisik saja, belum terjalin komunikasi batin antara guru dengan peserta didik.
3) Tahap trans-internalisasi
Pada tahap ini terjadi komunikasi verbal mental dan kepribadian karena dalam tahap ini guru dan peserta didik memiliki peran aktif dalam pross penanamanya. Dalam artian tahap ini jauh daripada sekedar transaksi melainkan kepada sikap mentalnya atau kepribadianya.
Adapun tahap-tahap internalisasi nilai menurut David R Krathwohl yang dikutip oleh Ssoeditarjo dalam bukunya, menjelaskan tahap internalisasi nilai sebagai berikut:26
1) Menyimak (Receiving)
Pada tahap menyimak, peserta didik mulai terbuka menerima rangsangan, berupa penyandaran, keinginan menerima pengaruh dan selesktif terhadap pengaruh tersebut. Dalam tahap menyimak nilai belum terbentuk melainkan masih dalam proses penerimaan dan pencarian nilai.
26 Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 145-146.
2) Menanggapi (Responding)
Pada tahap menanggapi, peserta didik mulai memberikan tanggapan terhadap rangsangan afektif yang meliputi:
Complaince (pemenuhan), secara aktif memberikan perhatian dan satisfiction in respons (puas dalam menanggapi). Pada tahap menanggapi peserta didik sudah mulai aktif dalam menanggapi nilai-nilai yang berkembang di luar dan meresponnya.
3) Memberi Nilai (Valuing)
Dalam tahap memberi nilai, peserta didik memberikan penilaian atas dasar nilai-nilai yang termuat dalam dirinya sendiri seperti; tingkatan kepercayaan terhadap nilai yang diterima, merasa terikat dengan nilai-nilai yang diyakini dan memiliki keterkaitan batin (comitment) untuk mempertahankan nilai-nilai yang diterima dan diyakininya.
4) Mengorganisasikan Nilai (Organization)
Dalam tahap ini, peserta didik mengorganisasikan berbagi nilai yang telah diterima, meliputi: menetapkan kedudukan atau hubungan suatu nilai dengan nilai lainnya.
5) Penyaturagaan nilai-nilai
Tahap penyaturagaan nilai-nilai dalam suatu sistem nilai yang konsisten meliputi: generalisasi nilai sebagai landasan acuan dalam melihat dan memandang masalah-masalah yang dihadapi,
serta tahap karakterisasi yaitu mengkarakterkan nilai tersebut dalam diri sendiri.
Menurut Kelman sebagaimana dikutip oleh Azwar, internalisasi merupakan satu dari tiga proses sosial yang berperan dalam proses perubahan sikap seseorang. Kelmen mengemukakan bahwa ada tiga proses sosial yang berpengaruh dalam perubahan sikap seseorang.
Pertama, kesediaan (comlaince) yaitu ketika seseorang bersedia menerima pengaruh dari luar dirinya dikarenakan dia berharap untuk memperoleh respons atau tanggapan positif dari pihak lain. kedua, indentifikasi (identification) adalah ketika seseorang meniru perilaku atau sikap orang lain dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan yang menyenangkan antara dirinya dan pihak yang di maksud. Ketiga, internalisasi (internalization) yakni ketika seseorang menerima pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh tersebut dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang diyakini dan dianutnya.27
Tabel 2.2
Perbandingan Konsep Tahap-tahap Internalisasi Nilai No. Nama
Pakar
Tahap-tahap Internalisasi Nilai 1. Hakam dan
Nurdin
Transformasi Nilai
Transaksi Nilai
Transinternalisasi Nilai
2. David R Krathwohl
Receiving, Responding, Valuing
Organization Penyaturagaan nilai-nilai 3. Kelman kesediaan
(comlaince)
indentifikasi (identification)
internalisasi (internalization)
27 Azwar, Membangun Kecerdasan Moral, (Jakarta: Gramedia, 2008), 55-57.
c. Pendekatan Internalisasi Nilai
Pendekatan Internalisasai Nilai ditinjau dari pendekatan penanaman nilai-nilai, menurut Aris Shoimin ada beberapa pendekatan penanaman nilai yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, pendekatan tersebut di antaranya:28
1) Pendekatan pengalaman: Pendekatan ini merupakan sebuah proses penanaman nilai-nilai yang diberikan kepada peserta didik melalui pembelajaran pengalaman langsung. Pendekatan ini memberikan kesempatan langsung kepada peserta didik agar mengalami pengalaman spiritual baik secara individu ataupun kelompok.
2) Pendekatan pembiasaan: Pendekatan ini adalah suatu tingkah laku tertentu yang bersifat otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Dengan pembiasaan pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan konsep ajaran nilai-nilai yang universal, baik secara individu ataupun kelompok dalam kehidupan.
3) Pendekatan emosional: Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosional siswa dalam menyikapi konsep ajaran nilai-nilai yang universal serta dapat merasakan mana yang benar atau tidak.
28 Aris Shoimin, Guru Berkarakter untuk Implementasi Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Gava Media, 2014), 69.
4) Pendekatan rasional: Pendekatan rasional adalah pendekatan yang menggunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran nilai-nilai universal yang ditanamkan.
5) Pendekatan fungsional: Pengertian fungsional adalah usaha menanamkan nilai-nilai yang menekankan pada sisi kemanfaatan nilai bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya.
6) Pendekatan keteladanan: Pendekatan keteladanan yakni memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang harmonis antar warga sekolah yang mencerminkan sikap dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai universal, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.
2. Moderasi Beragama
a. Pengertian moderasi beragama
Kata moderasi beragama berasal dari bahasa latin moderasio yang artinya moderasi (tidak berlebihan dan tidak kekurangan).29 Dalam pengertian Wasathiyah berarti nilai-nilai Islam yang dibangun di atas cara berpikir yang lugas dan moderat. Jangan berlebihan dalam hal-hal tertentu. Ungkapan “ummatan wasatha” dalam surat al- Baqarah: 183 artinya orang-orang yang saleh dan terpilih/terpilih, yang artinya umat Islam adalah orang-orang yang sempurna
29 Babun Suharto, Moderasi Beragama, 22.
agamanya, paling baik akhlaknya, paling utama amalnya, paling sempurna amalnya. . dan orang-orang saleh yang berada di hari kiamat agar seluruh umat manusia dapat menyaksikan.30
Wasathiyah juga berarti istiqamah (lurus), manhaj pikiran dan perbuatan (Shirat al-Mustaqim) dalam arti lurus, jalan yang benar berada di tengah-tengah jalan yang lurus dan tidak jauh dari salah niat.
Itulah sebabnya Islam mengajarkan manusia untuk selalu berdoa agar selalu berada di jalan yang benar. Jalan yang menghindari jalan orang yang murka kepada Allah (Yahudi), bukan jalan orang yang sesat (Nasrani).31
Salah satu prinsip dasar kehati-hatian beragama adalah selalu menjaga keseimbangan antara dua hal, seperti keseimbangan antara akal dan wahyu, antara jasmani dan rohani, antara hak dan kewajiban, antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat, antara tugas dan kewajiban. kehendak bebas, ijtihad antara teks agama dan tokoh agama, idealisme antara ide dan realitas, dan keseimbangan antara masa lalu dan masa depan.32
Prinsip kedua, keseimbangan, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan cara pandang, sikap, dan komitmen untuk selalu berpihak pada keadilan, kemanusiaan, dan kesetaraan. Menjadi seimbang bukan berarti dia tidak punya pendapat. Sikap seimbang
30 M. Quraish Shihab, (ed.), Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata (Jakarta: PSQ & Yayasan Paguyuban, 2007), 1071.
31 Maimun dan Mohammad Kosim, Moderasi Islam Di Indonesia, (Yogyakarta: LkiS, 2019), 23.
32 Kementrian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Kementria Agama RI, 2019), 19.
berarti tegas, tetapi tidak kasar, karena mereka selalu berpihak pada keadilan, tujuannya tidak hanya untuk merugikan hak orang lain.
Keseimbangan dapat dianggap sebagai bentuk cara pandang untuk melakukan sesuatu dengan cukup, tidak berlebihan dan tidak kurang, tidak konservatif dan tidak liberal.
b. Nilai-nilai Moderasi beragama
Nilai-nilai moderasi beragama yang difokuskan dalam penelitian ini adalah antara lain: tawassuth, tasamuh dan al-musawah .
1) Nilai Tawasuth
Tawasuth adalah pemahaman dan amalan yang tidak ifrath (kelebihan dalam beragama) dan tafrith (ketidaktahuan akan ajaran agama). Tawazun dalam segala aspek kehidupan, seperti antara sekuler dan ukhraw, serta silaturahmi dalam menunaikan kewajiban dan hak. Ketiga kata ini memiliki arti yang hampir sama (mutaradif). Satu sikap tegas memilih jalan tengah untuk menciptakan keseimbangan antara dua kutub yang berseberangan.
Misalnya, antara sifat ketuhanan dan kemanusiaan, antara aspek jasmani dan rohani, antara sifat kepentingan duniawi dan akhirat, antara wahyu dan akal, antara sejarah masa lalu dan aspirasi masa depan, antara cita-cita dan realitas, antara individu dan masa depan. kepentingan kelompok. , antara hak dan kewajiban, antara
yang abadi dan berhala (berubah), antara statis dan dinamis, antara teks dan ijtihad.33
Tawasuth adalah pemahaman dan pengamalan agama yang tidak ifrath yaitu berlebihan dalam beragama dan tafrith yaitu pengurangan ajaran agama. Tawasuth adalah posisi di tengah atau di antara dua posisi, yaitu tidak terlalu ke kanan (fundamentalis) dan tidak terlalu ke kiri (liberal). Dengan sikap tawasuth ini, Islam mudah diterima di semua lapisan masyarakat. Sifat tawasut dalam Islam adalah titik tengah antara kedua ujung tersebut dan merupakan kebaikan yang diperintahkan Allah SWT sejak awal.
Nilai Tawasuth yang telah menjadi prinsip Islam harus diterapkan di segala bidang sehingga agama Islam dan ekspresi keagamaan umat Islam menjadi saksi yang mengukur kebenaran semua sikap dan perilaku.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan tawasuth adalah pertama-tama dalam menyebarkan agama, bukan ekstrim.
Kedua, tidak mudah mengebiri sesama umat karena perbedaan pemahaman agama. ketiga, integrasi ke dalam kehidupan sosial, selalu mengikuti prinsip persaudaraan (ukhuwah) dan toleransi, atau tasamuh, hidup berdampingan dengan umat Islam dan warga
33 Kementerian Agama RI, Implementasi Moderasi Beragama Dalam Pendidikan Islam, 1.