• Tidak ada hasil yang ditemukan

Internalisasi Nilai Tawassuth Dalam Mencegah Tindakan Radikal di SMA Nurul Islam Jember Tahun Ajaran 2021/2022

C. Pembahasan Temuan

1. Internalisasi Nilai Tawassuth Dalam Mencegah Tindakan Radikal di SMA Nurul Islam Jember Tahun Ajaran 2021/2022

tahun ajaran 2021/2022?

Tindakan tidak menyamaratakan hak antar siswa dapat dicegah penanaman nilai al-al-musawah dalam mencegah tindakan radikal melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan oleh guru dengan cara memberi contoh untuk memperlakukan siswa samarata dan adil tanpa memandang suku, ras, budaya, warna kulit dan jabatan orang tua.

transformasi nilai, yakni pendidik memberikan informasi secara verbal kepada peserta didik mengenai seuatu yang moderat dan tidak moderat.

Selanjutnya adalah tahap transaksi nilai, yakni dalam sebuah proses pembelajaran terjadi hubungan timbal balik antara pendidik dengan peserta didik yang sesuai dengan perilaku realita sehari-hari. Ketiga yaitu tahap trans-internalisasi nilai pada tahap ini bukan hanya memberikan informasi pengetahuan atau hanya timbal balik kepada peserta didik akan tetapi peserta didik dapat menerapkan sikap yang sudah di ajarkan dan dicontohkan oleh guru dalam kehidupan sehari-hari secara tanpa paksaan, dengan artian mereka dapat menanamkan nilai yang sudah dijelaskan untuk di gunakan di kehidupan sehari-hari. Berikut ini penjabaran secara detail mengenai internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal yang ada di SMA Nurul Islam Jember:

a. Pembelajaran kitab sulam taufiq

Berdasarkan temuan penelitian, bahwa di SMA Nurul Islam Jember pembelajaran kitab sulam taufiq merupakan kegiatan yang dilaksanakan selama bulam ramadhan. Kegiatan ini dilaksanakan pada jam 08.00 sampai jam 09.00 yang dilaksanakan secara bersama-sama di masjid pesantren. Kegiatan ini dilaksanakan oleh para siswa dan yang mengajar adalah pengasuh pondok pesantren. Semua siswa wajib mengikuti kegiatan tersebut, karena dalam kegiatan ini kyai juga menjelaskan mengenai sikap tawassuth yang harus dimiliki oleh siswa agar tidak berperilaku radikal disekolah.

Dalam kegiatan tersebut, kyai menginternalisasikan tahap transformasi nilai berupa pemahaman tentang nilai tawasuth sehingga para siswa tidak berperilaku radikal kepada sesama teman dan lingkungan, siswa tidak boleh saling mengkafirkan antar sesama teman. Dengan adanya kegiatan ini, para siswa memahami bahwa pengetahuan yang diberikan oleh pengasuh sangat berpengaruh pada tindakan mereka. Untuk tahap transaksi nilai dapat dilihat dengan adanya hubungan timbal balik antara kyai dengan para siswa yakni dengan komunikasi dua arah atau dialog antara kyai dan siswa, hal ini dapat menimbulkan pemahaman lebih kepada siswa akan pentingnya menerapkan nilai tawasuth dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian untuk tahap trans-internalisasi nilai yaitu adanya pembiasaan dalam berperilaku tawasuth, jadi bukan hanya kyai yang memberikan teladan kepada siswa tetapi siswa juga ikut mengimplementasikan apa yang diajarkan oleh kyai. Hal tersebut dibuktikan dengan sikap siswa yang tidak saling mengkafirkan pemahaman antara satu dengan yang lain, sehingga mereka tidak berperilaku radikal di sekolah, pesantren maupun di masyarakat.

Temuan tersebut dianalogkan dengan teori yang di jelaskan oleh Nur Hasan, bahwa derajat kemoderatan atau ekstremitas tindakan, sikap, pemahaman dan pandangan seseorang atau kelompok terhadap suatu persoalan tertentu dikatakan telah menjadi kesadaran individu

dan sosial, namun bagi NU kesadaran tersebut harus diwujudkan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan.109

Selain itu temuan tersebut juga dianalogkan dengan penelitian terdahulu bahwa madrasah mengenalkan nilai-nilai moderasi beragama melalui beberapa kegiatan seperti pondok pesantren pada saat bulan ramadhan.110

Berdasarkan temuan data yang dianalogkan dengan teori-teori tersebut dapat diketahui bahwa internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember dapat menunjukkan adanya perubahan sikap peserta didik daripada yang sebelumnya. Siswa yang awalnya memiliki sikap radikal dapat dirubah dengan adanya kegiatan pembelajaran kitab ini.

b. Pembelajaran kitab bidayatul Hidayah

Pembelajaran kitab bidayatul hidayah ini merupakan kegiatan yang memang ada dalam jadwal pelajaran siswa. Kegiatan ini dilaksanakan setiap 1 kali dalam seminggu. Kegiatan ini dilaksanakan di setiap kelas, bergantung pada jadwal masing-masing kelas.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk membentuk sikap yang baik dalam diri siswa, selain itu guru yang mengajar memberi pemahaman kepada siswa mengenai sikap tawassuth.

109 Nur Cholid, Pendidikan ke NU an Konsepsi Ahlussunnah Wal Jamaah Annahdiyah (Semarang:

CV Presisi Cipta Media, 2017), 75.

110 Lailatul Choirun Umma, Penanaman Nilai-nilai Moderasi Beragama Pada Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Pasuruan (Skripsi: UIN Malang, 2022), 94.

Dengan adanya kegiatan pembelajaran kitab bidayatul hidayah ini memberi pemahaman kepada siswa untuk tidak bersikap condong sebelah, berat sebelah kepada teman atau guru mereka, karena guru tersebut juga mengajarkan dan memberi contoh kepada siswa untuk tidak bersikap cenderung kepada salah satu siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan sikap siswa pada saat di sekolah. Dengan mengikuti kegiatan pembelajaran kitab ini siswa menjadi tidak bersikap cenderung kepada salah satu teman atau guru mereka.

Berdasarkan temuan data diatas dianalogkan dengan teori yang dijelaskan dalam buku Internalisasi Nilai-nilai oleh Kama dan Encep111 bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam internalisasi transformasi nilai dapat melalui beberapa tahapan yakni tahap trnasformasi nilai, tahap transaskis nilai, dan tahap trans-internalisasi nilai. tawassuth adalah pertama, tidak bersikap ekstrem dalam memperluas ajaran agama. kedua, tidak mudah mengkafirkan sesama muslim karena perbedaan pemahaman agama. ketiga, memposisikan diri dalam kehidupan bermasyarakat.112 Selain itu temuan data tersebut juga dapat dianalogkan dengan teori penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa penerapan nilai tawassuth dapat dilakukan melalui kegiatan kajian kitab ta’limul muta’alim dan bidayatul hidayah.113

Berdasarkan temuan data yang dianalogkan dengan teori-teori tersebut dapat diketahui bahwa internalisasi nilai tawassuth dalam

111 Kama Abdul Hakam dan Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-nilai, 14.

112 Kementerian Agama Ri, Implementasi Moderasi Beragama.., 11.

113 Holisatul Maufiyah, Penerapan Nilai-nilai Religius Berbasis Moderasi Beragama.., viii.

mencegah tindakan radikal melalui kegiatan pembelajaran kitab bidayatul hidayah dapat mencegah tindakan radikal siswa, karena dengan adanya kegiatan tersebut sikap siswa dapat berubah menjadi lebih baik dan tidak menunjukkan sikap radikal lagi.

2. Internalisasi Nilai Tasamuh dalam Mencegah Tindakan Radikal di