B. Penyajian Data Dan Analisis
1. Internalisasi nilai tawasuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember Tahun Ajaran 2021/2022
karena itu pihak sekolah harus mencari celah agar dapat menanamkan nilai-nilai moderasi beragama kepada peserta didik agar mereka tidak memiliki sikap ataupun bertuturkata yang ekstrem atau radikal. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara bersama Diana Retno Wulandari, selaku Waka Kurikulum, beliau mengatakan bahwa:
“disekolah ini kan belum ada kurikulum khusus moderasi beragama mas, jadi pihak sekolah mencari celah bagaimana anak-anak bisa memahami nilai moderasi beragama dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kami hanya mengikuti program sosialisasi tentang moderasi beragama yang diberikan pemerintah. Jadi penanaman nilai-nilai moderasi yang dilakukan oleh guru kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran agama. dan guru BK, baik itu dikelas ataupun di ruang BK sendiri.”79
Hal tersebut juga disampaikan oleh Iin Nur Hasanah, beliau mengatakan bahwa:
“Karena moderasi beragama ini tidak ada program khusus mas, sedangkan pemerintah mengharuskan kami untuk mengajarkan kepada anak-anak, maka biasanya nilai-nilai itu kami isi pada saat pelajaran agama dan pembelajaran kitab pada saat bulan romadhon.
Selain itu saya juga sering mengikuti sosialisasi moderasi beragama yang di programkan oleh pemerintah dan biasanya saya ikutkan materi ini di mata pelajaran PAI. Kami menanamkan nilai tersebut agar siswa kita tidak bersikap radikal dalam bersikap dan berbicara.”80
Hal senada juga disampaikan oleh Ach Dhobiet Arief R, beliau mengatakan bahwa:
“nilai moderasi beragama ini kami tanamkan melalui kegiatan keagamaan mas, karena memang tidak ada kurikulum khusus dari pemerintah. moderasi beragama ini ditanamkan kepada siswa karena ada beberapa dari mereka masih memikili sikap yang radikal, dan itu tentunya harus dicegah agar tidak mencemari temannya yang lain. contohnya mngklaim kebenaran tunggal,
79 Diana Retno Wulandari, diwawancarai oleh penulis, Jember, 16 April 2022.
80 Iin Nur Hasanah, diwawancarai oleh penulis, Jember, 09 April 2022.
merasa benar dengan dirinya sendiri, menjustice temannya kafir, dan menganggap bahwa orang muslim boleh bermazhab lebih dari satu atau orang muslim hanya boleh bermazhab satu saja. Nah dari situ mas, kita harus mengantisipasi agar pemikiran mereka tidak seperti itu. Dan agar siswa memiliki pengetahuan Islam yang baik dan benar”
Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa proses internalisasi nilai moderasi beragama dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember dilaksanakan dengan tahapan transformasi nilai melalui kegiatan pembelajaran PAI dan pembelajaran kitab pada saat bulan ramadhan. Hal tersebut dilaksanakan karena beberapa siswa masih berperilaku radikal yang diataranya adalah mengenai pemahaman mereka terhadap Islam yang dipengaruhi oleh faktor turunan atau lingkungan mereka berasal. Contohnya seperti mengklaim salah tentang pemahaman dan ajaran agama yang dibawa oleh teman-temannya, merasa benar dengan pemahamannya sendiri, menjustice kafir terhadap temannya yang tidak sepaham, dan menganggap bahwa seorang muslim hanya boleh menggunakan 1 madzhab, selain itu ada yang menganggap bahwa seorang muslim boleh menggunakan mazhab lebih dari satu sesuai dengan yang diinginkan atau diniatkan oleh masing-masing orang.
Hal tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena dapat merambat kepada siswa yang lain dan dapat merusak ilmu agama yang telah dibangun dengan baik oleh lembaga. Oleh karena itu, penanaman nilai moderasi beragama perlu dilaksanakan agar siswa diberi pemahaman
mengenai Islam dan bagaimana tindakan seorang muslim yang baik dan benar.
Selain itu,internalisasi nilai tawassuth untuk mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember dilakukan dengan memberi pemahaman mengenai nilai moral, nilai aswaja, dan memberi pemahaman mengenai perbedaan pandangan yang ada dalam Islam. Karena dengan cara-cara tersebut kita sebagai guru dapat mencegah siswa untuk bersikap radikal, yaitu dengan mengenalkan siswa mengenai Islam yang sesungguhnya.
Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara bersama Ahmad Dobith Arief R selaku guru Bimbingan Konseling di SMA Nurul Islam Jember yang mengatakan bahwa:
Internalisasi nilai tawassuth disini itu lebih menekankan kepada nilai moral dan nilai aswaja, karena disini juga merupakan central aswaja dan kyai pesantren disini kita bekerja sama dengan guru PAI dan guru kitab. Selain itu kita disini juga memberi pandangan-pandangan tentang Islam yang sesungguhnya itu seperti apa, dan mengaca kepada Islam Radikal yang ada diluar pesantren. Jadi kita lebih menekankan pada nilai moral dan aswaja. Karena untuk mencegah tindakan radikalisme itu sendiri juga harus diperkenalkan bahwa islam sesungguhnya itu seperti apa kepada peserta didik, karena biar tidak ada kesalahan dalam pemahaman siswa terhadap Islam.
Nilai tawasuth di SMA Nurul Islam Jember dilaksanakan oleh guru ataupun siswa dengan mengikuti tata tertib yang berlaku. Adapun cara menginternalisasi nilai tawasuth melalui kegiatan berikut ini:
a. Pembelajaran kitab Sulam Taufiq
Kegiatan pembelajaran kitab sulam taufiq di SMA Nurul Islam Jember dilaksanakan pada jam 08.00-09.00 WIB. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari selama bulan ramadhan secara serentak di masjid pesantren. Dalam kegiatan ini dilakukan tahap transformasi nilai yang mana memberikan pemahaman kepada para siswa mengenai beberapa pandangan yang ada di dalam Islam, penguatan aqidah dan lain-lain sehingga siswa dapat melaksanakan syariat-syariat yang seharusnya dijalankan oleh seorang muslim. Selain itu, kegiatan ini juga dilaksanakan dengan tahap transaksi nilai, artinya informasi yang telah diberikan oleh pendidik harus ada timbal balik antara guru dengan siswa. Hal tersebut harus dilakukan guna melihat proses penanaman nilai tawassuth telah dilakukan dan dipahami dengan baik oleh siswa. Jadi bukan hanya guru saja yang menanamkan dan memberi contoh nilai, tetapi siswa juga harus memahami informasi yang telah diberikan oleh gurunya. Tahapan terakhir yang dilakukan adalah tahap transinternalisasi. Pada tahap ini bukan hanya komunikasi antar guru dan siswa, namun siswa dapat mempraktekkan nilai tawassuth sesuai dengan apa yang di contohkan oleh guru.
Hal ini sesuai dengan pernyataan hasil wawancara bersama Diana retno Wulandari selaku Waka kurikulum, beliau mengatakan bahwa:
Salah satu internalisasi nilai moderasi kepada siswa dilakukan melalui pembelajaran kitab sulam taufiq mas, Siswa-siswi SMA Nurul Islam Jember diwajibkan mengikuti program kegiatan pembelajaran kitab tersebut, yang mana kegiatan ini dilaksanakan setiap hari selama bulan ramadhan pada jam 08.00-09.00 di masjid. Dalam pembelajaran kitab sulam taufiq ini menanamkan nilai tentang pandangan beberapa mazhab, penguatan aqidah dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan agar siswa memahami syariat-syariat yang ada dalam Islam mas, juga agar tidak ada yang bersikap radikal dalam kehidupan mereka sehari-hari.81
Hal diatas juga sesuai dengan hasil wawancara bersama Iin Nur Hasanah selaku guru PAI, beliau mengatakan bahwa:
Disini selama bulan ramadhan, ada kegiatan pembelajaran kitab sulam taufiq. Kegiatan ini dilaksanakan di masjid, yang ngajar adalah kyai atau pengasuh pesantren disini. Seluruh siswa harus mengikuti kegiatan ini dengan disiplin karena dalam pembelajaran kitab sulam taufiq ini banyak sekali nilai-nilai moderasi beragama, terutama nilai-nilai tawassuth.82
Dari pendapat Waka Kurikulum dan guru PAI yang disampaikan diatas mengenai penanaman nilai tawassuth dalam mencegah tindakan Radikal dilakukan pada saat pembelajaran kitab berlangsung. Seluruh siswa wajib mengikuti kegiatan tersebut karena banyak sekali nilai-nilai moderasi beragama yang diajarkan termasuk nilai tawassuth. Siswa diberi pemahaman mengenai perbedaan pandangan yang ada dalam Islam agar mereka juga paham akan syariat-syariat Islam yang harus dilakukan oleh setiap muslim.
Kegiatan tersebut dilakukan selama bulan ramadhan setiap hari pada jam 08.00-09.00 di masjid pesantren.
81 Diana Retno Wulandari, diwawancarai oleh penulis, Jember, 09 April 2022.
82 Iin Nur Hasanah, diwawancarai oleh penulis, Jember, 04 April 2022.
Hal senada juga disampaikan oleh M Alfi Bahrurrozikin, selaku siswa SMA Nurul Islam Jember yang mengatakan bahwa:
Sejak saya mengikuti pembelajaran kitab sulam taufiq, kyai menjelaskan pandangan-pandangan dalam Islam, saya jadi tahu tentang berbagai pandangan mazhab mas. Jadi tidak mudah menyalahkan pandangan orang lain yang diyakini oleh mereka masing-masing. Yang ngajar kitab ini adalah kyai (pengasuh) pada jam 08.00-09.00 di masjid secara secara serentak.83
Hal tersebut juga dikatakan oleh Moch. Nafis Hikam selaku siswa SMA Nurul Islam Jember bahwa:
Setelah saya mengikuti kajian kitab tersebut sikap saya menjadi lebih baik mas, dari yang biasanya kalau bercanda secara berlebihan, tapi sekarang tidak lagi. Sikap kyai ketika mengajar juga tidak membedakan santri, semua dipandang sama, tidak cenderung kepada salah satu santri saja.84
Hal tersebut juga dikatakan oleh Fany Nurmala Sari selaku siswi SMA Nurul Islam Jember, yang mengatakan bahwa:
Ketika saya mengikuti kegiatan kajian taufiq, sikap saya tidak terlalu berlebihan akan suatu hal, tidak terlalu condong terhadap sesuatu. Karena itu juga dijelaskan oleh kyai ketika mengajar kitab sulam taufiq.85
Berdasarkan pendapat dari beberapa siswa diatas dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam jember melalui kegiatan kajian kitab sulam taufiq. Kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai yang diharapkan karena beberapa santri diatas setelah mengikuti kegiatan sulam taufiq, perilaku-perilaku yang awalnya tidak baik menjadi baik,
83 M Alfi Bahrurrozikin, diwawancarai oleh penulis, Jember, 16 April 2022.
84 Moch. Hafiz Hikam, diwawancarai oleh penulis, Jember, 16 April 2022.
85 Fany Nurmala Sari, diwawancarai oleh penulis, Jember, 16 April 2022.
paham mengenai pandangan-pandangan yang ada dalam Islam, serta tidak semerta-merta menyalahkan pendapat orang lain.
Data diatas diperkuat berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pada tanggal 09 April 2022 di SMA Nurul Islam Jember terkait pembelajaran kitab sulam taufiq. Diperoleh data bahwasanya pada saat proses pembelajaran kitab, kyai menjelaskan kepada siswa mengenai beberapa pandangan yang ada dalam Islam. Selain itu kyai juga memberi pemahaman kepada santrinya agar tidak bertindak radikal. Hal itu juga dibuktikan dengan perilaku siswa di SMA Nurul Islam Jember.86
Berikut adalah gambar dokumentasi terkait kegiatan pembelajaran kitab sulam taufiq untuk internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember.
Gambar 4.4
Proses pembelajaran kitab sulam taufiq untuk menanamkan nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal87
86 Observasi di SMA Nurul Islam Jember, 09 April 2022.
87 Di dokumentasikan di SMA Nurul Islam Jember, pada tanggal 16 April 2022.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi diatas dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember melalui pembelajaran kajian kitab sulam taufiq dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap transformasi nilai dimana guru hanya memberikan informasi ataupun pemahaman kepada siswa secara verbal tentang tindakan yang tidak moderat, tahap transaksi nilai dimana dalam proses pembelajaran ada hubungan timbal balik antara siswa dan guru. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari pada bulan ramadhan di masjid pesantren. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh semua siswa yang bertujuan untuk memberi pemahaman kepada santri mengenai syariat-syariat apa saja yang harus dipahami dalam islam agar tidak menimbulkan tindakan-tindakan radikal seperti mengklaim kebeneran tunggal dan mengkafirkan sesama teman.
Materi-materi yang diajarkan dalam pembelajaran kitab sulam taufiq salah satunya adalah pemahaman pandangan dan perbedaan mazhab yang ada dalam Islam. Selain itu, pembelajaran kitab sulam taufiq ini juga memberi pemahaman kepada peserta didik untuk tidak bersikap condong sebelah dalam menghadapi berbagai keadaan. dan tahap
transinternalisasi dimana siswa dapat mengaplikasikan nilai-nilai yang telah diberikan oleh guru untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pembelajaran Kitab Bidayatul Hidayah
Proses pembelajaran kitab bidayatul hidayah di SMA Nurul Islam Jember ini dilaksanakan dalam satu minggu satu kali di kelas masing-masing siswa. Kegiatan proses pembelajaran ini dilaksanakan secara bersama-sama dan langsung diajarkan oleh guru yang bertugas untuk mengajar kitab bidayatul hidayah. Kegiatan ini dilaksanakan untuk membentuk sikap tawassuth atau moderat kepada siswa agar tidak bersikap radikal pada saat di sekolah, pesantren ataupun di masyarakat.
Kegiatan proses pembelajaran kitab ini menjelaskan mengenai bagaimana tata cara atau adab-adab dalam melakukan segala sesuatu.
Hal tersebut termasuk tahap transformasi nilai karena guru memberikan informasi kepada siswa. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada siswa yang bersikap radikal. Dengan diadakannya pembelajaran kitab tersebut maka siswa mengetahui bagaimana seharusnya mereka bersikap dan bertuturkata baik yang mana tahap ini adalah transaksi nilai karena ada timbal balik antara siswa dan guru. sehingga mereka menerapkannya dalam lingkungan mereka sesuai dengan pembelajaran kitab yang mereka peroleh disekolah yang merupakan transinternalisasi nilai, yakni siswa dapat menerapkan nilai yang telah diajarkan secara sadar tanpa
paksaan.88 Hal senada juga disampaikan oleh Diana Retno selaku Waka Kurikulum, mengatakan bahwa:
Disini ada kegiatan pembelajaran kitab bidayatul hidayah mas, waktu pelaksanaan kegiatan ini di kelas masing-masing siswa.
Kegiatan ini dilakukan secara bergantian sesuati dengan jadwal dari masing-masing kelas. Kegiatan ini langsung diajarkan oleh guru yang bertugas. Jadi, kegiatan ini dilakukan agar siswa memahami bagaimana nilai moral yang harus ada dalam diri mereka sehingga mereka tidak bersikap radikal dimanapun mereka berada, terutama ketika disekolah mereka tidak bersikap radikal. Karena ketika ada siswa yang bersikap tidak sesuai dengan aturan yang ada, maka kita langsung menyikapinya dengan segera agar tidak menyebar kepada siswa yang lain.
Maka dari itu adanya pembelajaran kitab ini sangat penting untuk mereka karena apa yang mereka peroleh sangat berguna untuk masa depan mereka ketika mereka akan menghadapi hidup yang sesungguhnya, mereka harus memiliki pengetahuan adab yang baik, agar tidak bertidak radikal.
Berdasarkan pernyataan dari waka kurikulum dan guru Bimbingan Konseling diatas dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember dilaksanakan dalam kelas masing-masing siswa sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dengan memberi pemahaman kepada siswa mengenai nilai moral dan adab-adab yang harus dimiliki oleh siswa.
Sehingga ketika siswa sudah memiliki adab dan moral yang baik, mereka tidak akan bertindak radikal karena mereka telah memahami apa yang telah dipelajari dalam pembelajaran kitab tersebut.
Hal tersebut senada dengan wawancara yang dilakukan peneliti kepada M Hafis selaku siswa SMA Nurul Islam Jember yang mengatakan bahwa:
88 Achmad Dobith, diwawancarai oleh penulis, Jember, 16 April 2022.
Pembelajaran kitab bidayatul hidayah ini kalau dikelas saya dilakukan pada pagi hari mas, selama saya mengikuti kegiatan ini saya mendapatkan banyak pembelajaran mengenai adab-adab yang harus dimiliki. Guru yang mengajar disini juga tidak hanya cenderung kepada salah satu siswa saja, baik dari suku Madura ataupun suku jawa, juga menanamkan nirai moral. Jadi kami mencontoh sikap guru tersebut dimapun kami berada.
Hal senada juga disampaikan oleh Fany Kumala Sari selaku siswa SMA Nurul Islam Jember yang mengatakan bahwa:
Selama saya mengikuti kegiatan pebelajaran kitab bidayatul hidayah sikap saya menjadi lebih baik dan tidak radikal, karena dalam pembelajaran kitab itu ada materi tentang adab-adab yang baik yang harus dimiliki oleh siswa atau santri. Jadi itu yang menjadi patokan kita semua dalam bersikap baik kepada guru ataupun teman-teman disini.89
Berdasarkan data dari beberapa siswa diatas dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember melalui kegiatan pembelajaran kitab bidayatul hidayah, setelah mengikuti pembelajaran tersebut sikap siswa menjadi lebih baik dan semua siswa dapat mengikuti pembelajaran tersebut dan langsung menerapkannya ke dalam lingkungan mereka. Dengan kata lain, mereka dapat mengaplikasikan secara langsung penanaman nilai moral dan adab-adab yang diberikan oleh gurunya langsung, baik dalam lingkungan sekolah, pesantren maupun dalam lingkungan masyarakat, sehingga mereka tidak berperilaku radikal.
Data diatas diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 09 April 2022 di SMA Nurul Islam Jember terkait proses pembelajaran kitab bidayatul hidayah guru mengajarkan kepada
89 Fany Kumala Sari, diwawancarai oleh penulis, Jember, 16 April 2022.
siswa untuk bersikap baik, bersikap sesuai dengan ajaran agama dan adab-adab yang telah di ajarkan sebelumnya. Guru juga tidak mengajarkan siswa untuk berperilaku radikal. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, terutama disekolah siswa tidak menunjukkan sikap radikal.90 Berikut adalah gambar dokumentasi terkait kegiatan pembelajaran kitab bidayatul hidayah untuk penanaman nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember.
Gambar 4.5
Proses pembelajaran kitab bidayatul hidayah untuk menanamkan nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikalisme91
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi diatas dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai tawassuth dalam mencegah tindakan radikal di SMA Nurul Islam Jember melalui pembelajaran kajian kitab bidayatul hidayah dilaksanakan setiap satu minggu satu kali.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di masing-masing kelas yang disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menanamkan sikap tawassuth atau moderat kepada
90 Observasi di SMA Nurul Islam Jember 09 April 2022.
91 Didokumentasikan di SMA Nurul Islam Jember, pada tanggal 16 April 2022.
siswa agar tidak berperilaku radikal dan mengkafirkan sesama teman yang tidak sepaham dengan dirinya dimanapun mereka berada. Dari penanaman nilai-nilai tersebut siswa menerapkan dengan baik saat disekolah, di pesantren ataupun di masyarakat.
2. Internalisasi nilai tasamuh dalam mencegah tindakan radikal di SMA