B. Kajian Teori
1. Internalisasi Nilai-nilai
a. Pengertian Internalisasi Nilai-nilai
Internalisasi adalah penghayatan suatu ajaran, ajaran atau nilai sehingga menjadi keyakinan dan kesadaran akan kebenaran ajaran atau nilai yang terkandung dalam perilaku. Menurut Saifullah Internalisasi adalah penghayatan, pendalaman, penguasaan secara
mendalam melalui binaan, bimbingan dan sebagainya. Dengan demikian internalisasi merupakan suatu proses penanaman sikap ke dalam diri pribadi seseorang agar ego menguasai secara mendalam suatu nilai serta menghayati sehingga dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai dengan standar yang dihJadi Internalisasi merupakan proses mendalam untuk menghayati nilai-nilai agama yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak peserta didik.22
Nilai adalah gagasan seseorang atau kelompok tentang sesuatu yang dipandangya baik, benar, indah, bijaksana sehingga gagasan itu berharga dan berkualitas untuk dijadikan pegangan atau pedoman dalam bersikap dan bertindak.23 Nilai merupakan sesuatu yang penting dan berguna bagi manusia. Nilai digunakan sebagai rujukan atau keyakinan dalam memilih sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan suatu hal penting yang harus ada dalam diri manusia, karena keberadaanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan yang dihadapinya.
Jurnal penelitian tentang pendidikan Islam mengatakan bahwa proses penanaman nilai terjadi ketika orang menerima pengaruh ini dan bersedia mengikuti aturan yang ada. Proses internalisasi juga
22Saifullah, Internalisasi Nilai dalam Pendidikan: Konsep dan Kerangka Pembelajaran dalam Pendidikan Islam (Yogyakarta: Darussalam Publishing, 2017),35.
23 Kama Abdul Hakam dan Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-nilai Untuk Memodifikasi Perilaku Berkarakter (Bandung: Maulana Media Grafika, 2016),1.
harus berlangsung secara terus menerus yaitu pengenalan nilai secara terus menerus dan terus menerus, karena internalisasi nilai secara terus menerus membekali siswa dengan pengalaman spiritual sedemikian rupa sehingga terbentuk kebiasaan yang utuh, permanen dan konsisten.24
Internalisasi nilai adalah pengakuan akan adanya nilai-nilai eksternal yang dianggap dimiliki oleh seseorang. Pentingnya internalisasi nilai bersumber dari keyakinan bahwa nilai-nilai lahiriah itu mulia, dan penting untuk menjadi nilai seseorang atau lembaga.
Nilai intrinsik dapat berupa nilai yang sama sekali baru atau nilai yang merupakan nilai sebenarnya dari setiap individu tetapi telah menjadi nilai kelompok yang harus dihayati kembali oleh anggota kelompok.25 b. Tahapan Internalisasi Nilai-nilai
Muhaimin mengatakan bahwa ada tiga tahapan dalam proses pembinaan batin santri, yaitu sebagai berikut:
1) Tahap transformasi nilai
Pada tahap ini guru memberikan pengetahuan yang baik dan buruk yang semata-mata merupakan komunikasi verbal, seperti intoleran merupakan tindakan yang tidak baik dan harus dihindari.
24 Rini Setianingsih, Kebijakan Internalisasi Nilai-nilai Islam dalam pembentukan kultur Religius Mahasiswa (Vol.12, No.1, Februari 2017), 70.
25 Kama Abdul Hakam dan Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-nilai, 6
2) Tahap transaksi nilai
Pada tahap ini terjadi komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik yang didalamnya terdapat hubungan timbal balik antara keduanya. Namun komunikasi yang terjadi dalam tahap ini hanya terbatas pada komunikasi secara fisik saja, belum terjalin komunikasi batin antara guru dengan peserta didik.
3) Tahap trans-internalisasi
Pada tahap ini terjadi komunikasi verbal mental dan kepribadian karena dalam tahap ini guru dan peserta didik memiliki peran aktif dalam pross penanamanya. Dalam artian tahap ini jauh daripada sekedar transaksi melainkan kepada sikap mentalnya atau kepribadianya.
Adapun tahap-tahap internalisasi nilai menurut David R Krathwohl yang dikutip oleh Ssoeditarjo dalam bukunya, menjelaskan tahap internalisasi nilai sebagai berikut:26
1) Menyimak (Receiving)
Pada tahap menyimak, peserta didik mulai terbuka menerima rangsangan, berupa penyandaran, keinginan menerima pengaruh dan selesktif terhadap pengaruh tersebut. Dalam tahap menyimak nilai belum terbentuk melainkan masih dalam proses penerimaan dan pencarian nilai.
26 Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 145-146.
2) Menanggapi (Responding)
Pada tahap menanggapi, peserta didik mulai memberikan tanggapan terhadap rangsangan afektif yang meliputi:
Complaince (pemenuhan), secara aktif memberikan perhatian dan satisfiction in respons (puas dalam menanggapi). Pada tahap menanggapi peserta didik sudah mulai aktif dalam menanggapi nilai-nilai yang berkembang di luar dan meresponnya.
3) Memberi Nilai (Valuing)
Dalam tahap memberi nilai, peserta didik memberikan penilaian atas dasar nilai-nilai yang termuat dalam dirinya sendiri seperti; tingkatan kepercayaan terhadap nilai yang diterima, merasa terikat dengan nilai-nilai yang diyakini dan memiliki keterkaitan batin (comitment) untuk mempertahankan nilai-nilai yang diterima dan diyakininya.
4) Mengorganisasikan Nilai (Organization)
Dalam tahap ini, peserta didik mengorganisasikan berbagi nilai yang telah diterima, meliputi: menetapkan kedudukan atau hubungan suatu nilai dengan nilai lainnya.
5) Penyaturagaan nilai-nilai
Tahap penyaturagaan nilai-nilai dalam suatu sistem nilai yang konsisten meliputi: generalisasi nilai sebagai landasan acuan dalam melihat dan memandang masalah-masalah yang dihadapi,
serta tahap karakterisasi yaitu mengkarakterkan nilai tersebut dalam diri sendiri.
Menurut Kelman sebagaimana dikutip oleh Azwar, internalisasi merupakan satu dari tiga proses sosial yang berperan dalam proses perubahan sikap seseorang. Kelmen mengemukakan bahwa ada tiga proses sosial yang berpengaruh dalam perubahan sikap seseorang.
Pertama, kesediaan (comlaince) yaitu ketika seseorang bersedia menerima pengaruh dari luar dirinya dikarenakan dia berharap untuk memperoleh respons atau tanggapan positif dari pihak lain. kedua, indentifikasi (identification) adalah ketika seseorang meniru perilaku atau sikap orang lain dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan yang menyenangkan antara dirinya dan pihak yang di maksud. Ketiga, internalisasi (internalization) yakni ketika seseorang menerima pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh tersebut dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang diyakini dan dianutnya.27
Tabel 2.2
Perbandingan Konsep Tahap-tahap Internalisasi Nilai No. Nama
Pakar
Tahap-tahap Internalisasi Nilai 1. Hakam dan
Nurdin
Transformasi Nilai
Transaksi Nilai
Transinternalisasi Nilai
2. David R Krathwohl
Receiving, Responding, Valuing
Organization Penyaturagaan nilai-nilai 3. Kelman kesediaan
(comlaince)
indentifikasi (identification)
internalisasi (internalization)
27 Azwar, Membangun Kecerdasan Moral, (Jakarta: Gramedia, 2008), 55-57.
c. Pendekatan Internalisasi Nilai
Pendekatan Internalisasai Nilai ditinjau dari pendekatan penanaman nilai-nilai, menurut Aris Shoimin ada beberapa pendekatan penanaman nilai yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, pendekatan tersebut di antaranya:28
1) Pendekatan pengalaman: Pendekatan ini merupakan sebuah proses penanaman nilai-nilai yang diberikan kepada peserta didik melalui pembelajaran pengalaman langsung. Pendekatan ini memberikan kesempatan langsung kepada peserta didik agar mengalami pengalaman spiritual baik secara individu ataupun kelompok.
2) Pendekatan pembiasaan: Pendekatan ini adalah suatu tingkah laku tertentu yang bersifat otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Dengan pembiasaan pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan konsep ajaran nilai-nilai yang universal, baik secara individu ataupun kelompok dalam kehidupan.
3) Pendekatan emosional: Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosional siswa dalam menyikapi konsep ajaran nilai-nilai yang universal serta dapat merasakan mana yang benar atau tidak.
28 Aris Shoimin, Guru Berkarakter untuk Implementasi Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Gava Media, 2014), 69.
4) Pendekatan rasional: Pendekatan rasional adalah pendekatan yang menggunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran nilai-nilai universal yang ditanamkan.
5) Pendekatan fungsional: Pengertian fungsional adalah usaha menanamkan nilai-nilai yang menekankan pada sisi kemanfaatan nilai bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya.
6) Pendekatan keteladanan: Pendekatan keteladanan yakni memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang harmonis antar warga sekolah yang mencerminkan sikap dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai universal, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.