• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kajian Teori

1. Pengertian Penerapan

Secara etimologi pengertian penerapan berasal dari kata dasar

“terap” yang diberi imbuhan awalan “pe” dan “an” yang berarti proses, cara, perbuatan menerapkan, pemasangan, pemanfaatan, prilaku memperaktikkan. Penerapan berasal dari kata terap. 8Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan

yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

Penerapan adalah perbuatan menerapkan. Pengertian penerapan menurut J.S Badudu dan sutan mohammad Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil. Adapun menurut lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun unsur-unsur penerapan, yaitu :

a. Adanya program yang dilaksanakan

b. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

c. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses penerapan tersebut.16

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan adalah proses, cara atau perbuatan sebagai kemampuan meningkatkan bahan-bahan yang dipelajari dengan rencana yang telah disusun secara sistematis, seperti metode, konsep dan teori.

16 Eka Putri, Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smpn 05 Bengkulu Selatanjulia (Skripsi, IAIN Bengkulu, 2019), 10

2. Model Pembelajaran Cooperative Sript

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap- tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.17

a. Model Pembelajaran Cooperative

Pembelajaran Cooperative dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Belajar Cooperative adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga pembelajar bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain.18

Pembelajaran Cooperative adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang Cooperative, siswa belajar kerja sama dengan anggota lainnya.19

17 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem., 41-42

18 Sri Hayati, Belajar dan Pembelajaran berbasis Cooperative Learning (Magelang: Graha Cendekia, 2017) 14

19 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), 175

Menurut Miguel & Kagan dalam buku Cooperative Learning Structures for Teambuilding, Cooperative learning is an approach to organizing classroom activities into academic and social learning experiences. Students must work in groups to complete the two sets of tasks collectively. Everyone succeeds when the group succeeds.

Cooperative learning atau pembelajaran Cooperative merupakan suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kegiatan kelas ke dalam pengalaman belajar akademik dan sosial. Peserta didik harus bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas secara kolektif.

Di sini tiap orang dikatakan berhasil jika kelompok berhasil.20

Metode pembelajaran Cooperative learning dilaksanakan dengan kerja bersama antar individu dalam kelompok. Cooperative learning dapat meningkatkan motivasi belajar tiap individu dalam kelompok untuk melaksanakan tugas yang mereka harus kerjakan.

Didalam kelompok bisa juga berbagi tugas mencari bahan belajar dari berbagai media yang kemudian di sharingkan dalam kelompok.

Pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative learning peserta didik mendapat pengetahuan yang sama karena dikerjakan, dipikirkan diputuskan bersama.21

Pembelajaran Cooperative adalah suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan

20 Widarto, Model Pembelajaran Cooperative Learning on Project Work (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), 81

21 Dameria Sinaga, Pembelajaran Strategy Cooperative Learning (Jakarta: UKI Press, 2019), 9

kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.22

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada model pembelajaran Cooperative siswa diberikan kesempatan belajar kelompok dengan jumlah siswa yang sedikit dan tentu saja dikondisikan dengan keadaan kelas untuk bekerja sama melaksanakan pembelajaran.

dalam pembelajaran Cooperative, siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu belajar untuk dirinya sendiri, dan membantu sesama anggota untuk belajar.

b. Pengertian Cooperative Script

Cooperative Script atau Skrip Cooperative adalah metode belajar dimana siswa bekerja ber pasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian bagian dari materi yang dipelajari.

Model ini diperkenalkan muxoleh Densereau.23

Metode Cooperative Script ini adalah metode sederhana yang dapat dipakai untuk mempraktekkan suatu keterampilan atau produser dengan teman belajar.24 Belajar dengan praktek berpasangan yaitu strategi dimana siswa dikelompokkan dalam pasangan-pasangan (berpasangan) dengan temannya sendiri yang satu mengamati dan yang satunya lagi mempraktekkan.25

22 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM., 47

23 Zainal Aqib, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif) (Bandung:

YRAMA WIDYA, 2013), 19

24 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM., 126

25 Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), 81

Metode Cooperative Script juga mengandung pengertian sebagai tutor sebaya dimana proses pembelajaran yang berbasis active learning. Beberapa ahli percaya bahwa satu pelajaran benar- benar dikuasai hanya apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainnya. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan dan mendorong pada peserta didik mempelajari sesuatu dengan baik, dan pada waktu yang sama ia menjadi narasumber bagi yang lain.26

Jadi model pembelajaran Cooperative Script adalah model belajar yang menitikberatkan pada proses pemahaman materi dengan mengandalkan kerja kelompok atau berpasangan untuk saling melengkapi satu sama yang lain. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa.

c. Langkah-langkah penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script Langkah-langkah dalam menerapkan metode Cooperative Script pada proses pembelajaran adalah:

1) Guru membagi siswa untuk berpasangan

26 Mel Silberman, 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning), terj. Sarjuli dan Azfat Ammar, (Jakarta: Yakpendis, 2001), 157

2) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan

3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama dan berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar 4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,

dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasanya

5) Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide- ide pokok yang kurang lengkap

6) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya 7) Bertukar peran, semula sebagai pembicara di tukar menjadi

pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.

8) Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru 9) Penutup.27

d. Kelebihan dan kekurangan Cooperative Script

Setiap metode pasti ada kelebihan dan kekurangannya, demikian pula pada metode Cooperative Script terdapat pula kelebihan dan kekurangannya yakni:

1) Kelebihan

a) Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.

b) Setiap siswa mendapat peran

c) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

27 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM., 126-127

2) Kekurangan

a) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.

b) Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut.28 3. Meningkatkan Hasil Belajar

a. Pengertian Peningkatan

Peningkatan berasal dari kata tingkat, yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas.

Peningkatan juga dapat berarti penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.

Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau sifat yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil dari sebuah peningkatan dapat berupa kuantitas dan kualitas.

Kuantitas adalah jumlahhasil dari sebuah proses atau dengan tujuan peningkatan. Sedangkan kualitas menggambarkan nilai dari suatu objek karena terjadinya proses yang memiliki tujuan berupa peningkatan. Hasil dari suatu peningkatan juga ditandai dengan

28 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM., 126-127

tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana saat suatu usaha atau proses telah sampai pada titik tersebut maka akan timbul perasaan puas dan bangga atas pencapaian yang telah diharapkan. 29 b. Pengertian hasil belajar

Menurut Suprijono, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.30

Hasil Belajar adalah bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.31

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Benyamin S. Bloom (dalam Arifin, zorz) menyatakan bahwa hasil belajar dibagi ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektifl dan psikomotor. Pada tiap domain ini terdapat beberapa jenjang

29 Adi, S. (2003). Pengertian Peningkatan Menurut Ahli.

https://www.duniapelajar.com/2014/08/08/pengertian-peningkatan-menurut-para-ahli/ diakses pada tanggal 18 Desember 2022

30 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM., 5

31 Sulastri, Imran, dan Arif Firmansyah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDN 2 Limbo Makmur Kecamatan Bumi Raya (Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1) 91

kemampuan, dari yang paling mudah sampai pada yang paling sulit dan kompleks.32

1) Kognitif (Cognitive)

Dalam segi kognitif ini terdapat enam jenjang kemampuan, yaitu: Pengetahuan (knowledge), Pemahaman (comprehension), Penerapan (application), Analisis (Analysis), Sintesis (synthesis), dan Evaluasi (evaluation).

2) Afektif (Affective)

Segi afektif adalah suatu internalisasi sikap yang mengacu pada pertumbuhan batin, dan kemudian peserta didik menyadari tentang nilai tersebut dan berusaha untuk mengambil sikap.

Setelah mengambil sikap maka nilai tersebut akan membentuk suatu tingkah laku dalam kesehariannya. Segi afektif terdiri dari berbagai jenjang yaitu: Kemauan menerima (receiving), Kemauan menanggapi (responding), Menilai (valuing), dan Organisasi (organization).

3) Psikomotorik (Psychomotor)

Segi psikomotor adalah kemampuan peserta didik dalam hal gerakan tubuh dan juga bagian-bagiannya. Gerakan tersebut di mulai dari gerakan sederhana hingga gerakan yang paling

32 Rina Febriana, Evaluasi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2019), 25

sulit. Perubahan pola gerakan dapat menghabiskan waktu setidaknya 30 menit.33

c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut dapat saja menjadi penghambat ataupun pendukung belajar siswa sehingga sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh dari belajar tersebut.

Menurut Slameto (dalam Mirdanda) menyatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua yakni faktor internal (jasmaniah, psikologis, dan kelelahan) dan eksternal (keluarga, sekolah, masyarakat).

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan meliputi:

1) Faktor Internal (terdapat dalam diri individu)

a) Fisiologis, meliputi keadaan kesehatan dan keadaan tubuh (Keadaan kesehatan berarti tubuh yang aktif dan bebas dari penyakit, Keadaan tubuh berarti cacat tubuh pada panca indra yang bersifat bawaan atau kecelakaan).

b) Psikologis, meliputi perhatian, minat, bakat, kesiapan (Perhatian berarti timbulnya perhatian terhadap bahan ajar dari guru sehingga tidak mengalami kebosanan dalam belajar, Minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan mengingat pelajaran, Bakat adalah kemampuan

33 Rina Febriana, Evaluasi Pembelajaran., 25-28

psikologis dalam belajar agar terealisasi menjadi hasil yang nyata sesudah belajar, Kesiapan adalah pengetahuan awal yang dimiliki oleh peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang berupa memberi respon).

2) Faktor Eksternal (terdapat dari luar individu)

a) Sekolah, meliputi kurikulum, metode mengajar guru, relasi warga sekolah, peraturan sekolah, alat pelajaran, keadaan gedung, perpustakaan.

- Kurikulum adalah kegiatan peserta didik agar menerima, menguasai dan mengembangkan bahan ajar menjadi suatu yang dapat di pahami

- Metode mengajar guru yaitu suatu cara yang dilakukan dalam proses belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik

- Relasi berarti hubungan, warga sekolah yang dimaksud adalah guru dan peserta didik. Hubungan guru dan peserta didik yang baik agar peserta didik berusaha untuk belajar dengan sebaik-baiknya

- Peraturan sekolah yang dimaksud adalah peserta didik disiplin dalam mengikuti pembelajaran tematik

- Alat pelajaran berkaitan dengan cara belajar peserta didik. Alat yang digunakan guru dalam belajar akan

dipakai oleh peserta didik untuk menerima bahan pembelajaran

- Gedung yang memiliki keadaan yang baik akan memberikan kenyamanan pada peserta didik dalam menerima pembelajaran

- Perpusakaan adalah pusat informasi. Bahan bacaan dan buku dari berbagai sumber dapat dimanfaatkan untuk menambah ilmu pengetahuan.

b) Keluarga, meliputi didikan orang tua dan tempat tinggal.

- Didikan Orang tua berarti memperhatikan anak (peserta didik) selama belajar di rumah, dan memberikan arahan jika melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.

- Kondisi tempat tinggal berarti lingkungan yang nyaman untuk melakukan kegiatan pembelajaran di rumah.34 4. Pendidikan Agama Islan

a. Pengertian pendidikan Agama Islam

Menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila

34 Miftahul Jannah, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Tematik Peserta Didik Kelas V di SDN Karang Tengah 10 (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020), 9-11

disingkat, pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap seseorang agar menjadi muslim semaksimal mungkin.35

Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai pendidikan tentang nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam. Pendidikan menurut Marimba yang dikutip oleh Tafsir adalah “Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. Sedangkan agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad untuk diajarkan kepada umatnya yang berisi tentang aturan kehidupan manusia baik dalam hubungannya dengan Allah SWT.maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya.36

Dapat disimpulkan berdasarkan pandangan yang telah diuraikan diatas bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami, serta mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yag telah ditetapkan serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak.

35 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 1

36 Abd. Muhith dan Munawir, Pengembangan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jember: Imtiyaz), 24

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara.

Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Ramayulis secara umum adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.37

c. Materi Pendidikan Agama Islam

Bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) terfokus pada aspek Keimanan, Al Qur‟an dan Hadist, Akhlak, Fiqh atau Ibadah, dan Tarikh.

1) Aqidah/Keimanan, menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma‟ul husna sesuai dengan kemampuan peserta didik.

2) Al-Qur‟an dan Hadist, menekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan menerjemahkan dengan baik dan benar.

37 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 22

3) Akhlak, menekankan pengalaman sikap terpuji dan menghindari akhlak tercela.

4) Fiqh/Ibadah, menekankan pada cara melakukan ibadah dan mu‟amalah yang baik dan benar.

5) Tarikh dan kebudayaan Islam, menekankan pada kemampuan mengambil pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa bersejarah (islam), meneladani tokoh-tokoh muslim yang berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena-fenomena social, untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam.

Berdasarkan paparan di atas dapat dilihat bebarapa bahan ajar pendidikan agama Islam yang diajarkan di Sekolah, baik di Madrasah maupun di Sekolah umum, jika di madrasah mata pelajaran tersebut menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, sedangkan di Sekolah umum semua menjadi satu kesatuan dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI).

42

penelitian dapat lebih terarah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Bisa diartikan bahwa metode penelitian itu merupakan suatu proses ilmiah yang digunakan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK), merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah di kelas. Oleh sebab itu sebelum melakukan penelitian tindakan kelas harus melakukan pra penelitian guna mengetahui masalah apa yang terjadi dalam kelas. Masalah-masalah di kelas yang sering terjadi yang berkaitan dengan pengelolahan kelas, proses belajar mengajar, penggunaan model pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini dilaksanakan dengan penerapan 2 siklus pembelajaran, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan/tindakan, tahap pengamatan/observasi dan tahap refleksi.

Definisi di atas diperkuat oleh Suyanto and Sukarnyana, yang menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui kegiatan kelas yang lebih efektif. Jadi penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh

guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.38

Penelitian tindakan kelas dilakukan bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas lebih berfokus pada kelas atau pada proses kegiatan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.39

B. Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Jelbuk Jember Jl. R.A.

Kartini No. 1 Jelbuk Jember. Peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut karena di sekolah SMP Negeri 1 Jelbuk Jember khususnya guru Pendidikan Agama Islam memiliki kesulitan dalam memaksimalkan hasil belajar siswa, sedangkan model pembelajaran yang diterapkan di sekolah tersebut merupakan model pembelajaran langsung dan belum menerapkan model pembelajaran Cooperative Script, sehingga peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajran Cooperative Script dengan harapan model tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pihak guru sangat mendukung untuk dilaksanakannya sebuah penelitian dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, dan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.

38 Rukhminingsih dkk, Metode Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Erhaka Utama, 2020), 142

39 Candra Wijaya dan Syahrum, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2013), 39

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 04 Agustus 2022 s/d 07 Oktober 2022, dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua) bulan, 1 bulan pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan berlangsung.

3. Subyek penelitian

Subjek penelitian dan informasi dalam penelitian ini adalah:

a. Muhammad Muksin, S.Pd, M.Pd. Selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Jelbuk Jember yang merupakan orang yang paling berpengaruh dalam perkembangan pendidikan Sekolah SMP Negeri 1 Jelbuk Jember.

b. Sulaiha, S.Pd selaku Guru kelas VIII C SMP Negeri 1 Jelbuk Jember merupakan orang yang tahu tentang sikap dan keseharian peserta didik di kelas VIII C SMP Negeri 1 Jelbuk Jember.

c. Peserta didik kelas VIII C SMP Negeri 1 Jelbuk Jember yang berjumlah 36 siswa.

Dokumen terkait