• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Penelitian dan Pengembangan (R&D)

Penelitian dan pengembangan merupakan cara sistematis yang digunakan untuk membuat rancangan, mengembangkan program pembelajaran dan produk yang dapat memenuhi kriteria internal. Penelitian dan pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan mengembangkan produk, dimana produk tersebut telah disajikan oleh peneliti kemudian menguji validitas media pembelajaran tersebut. Mengembangkan produk berarti memperbarui produk yang telah ada sehingga menjadi lebih praktis, efektif, dan efisien.15

15 Himang, Mulawarman, and Ilyas, “Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman Siswa Kelas XI SMK. Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 2(2), 93-102.”

Kegiatan pengembangan produk melibatkan multidisiplin dalam hal desain, proses, product quality assuranc serta inovasi tekonologi. Dalam menciptakan produk baru maupun menyempurnakan produk yang sudah ada, penelitian dan pengembangan memanfaatkan perkembangan teknologi, pengelolahan dan bahan baku yang mutakhir sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan aman digunakan secara umum. Penelitian dan pengembangan memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan produk dan pengawasan kualitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan para pengguna sesuai dengan kemampuan produksi dan menjamin kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan serta membantu dan menjamin keberlangsungan semua sistem mutu yang dijalankan serta memantau keselarasan proses.16

Dalam penelitian dan pengembangan terdapat berbagai model yang dapat digunakan, salah satunya yakni model ADDIE (analysis, design, development, implementation, dan aveluation) yang dikembangkan oleh Robert Maribe Branch.17 Model ADDIE merupakan salah satu model pengembangan yang dapat digunakan dengan berbagai macam bentuk pengembangan seperti pengembangan model, strategi, media, dan bahan ajar. Sehingga secara instruksional model ADDIE merupakan sebuah tahapan yang dipergunakan untuk mengembangkan produk pendidikan.18

16 Shofiyani and Rahmawati, “Pengembangan Media Blended Learning Berbasis Edmodo Terhadap Hasil Belajar Membaca Teks Arab.”

17 Sugiyono, "Metode Penelitian Dan Pengembangan Research and Devlopment.”

18 Rohaeni, “Pengembangan Sistem Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Menggunakan Model Addie Pada Anak Usia Dini.”

Dengan menggunakan model ADDIE ini peneliti dapat melakukan penelitiannya dan mengembangkan penelitian sesuai dengan kebutuhan yang ingin diperoleh serta sesuai analisis yang telah dikerjakan.

Metode penelitian dan pengembangan model ADDIE memiliki lima tahapan, diantaranya:

a. Analyze (analisis)

Pada tahap analyze melakukan analisis kebutuhan belajar melalui analisis karakteristik materi dan karakteristik peserta didik sebagai langkah identifikasi permasalahan. Selain itu analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar juga dilakukan untuk menyusun materi yang akan dimuat di dalam produk yang akan dikembangkan berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2017 sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.

b. Design (perancangan)

Pada tahap design dilakukan dengan penyusunan materi pembelajaran, menentukan media yang akan dikembangkan serta membuat rancangan awal yang terdiri dari storyboard dan penyusunan instrumen.

c. Development (pengembangan)

Pada tahap development merealisasikan produk sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan, penyiapan serta pembuatan media media dengan menyususn materi di dalamnya. Dan dilanjutkan dengan uji validasi oleh para ahli.

d. Implementation (implementasi atau penerapan)

Pada tahap implementasi produk yang telah dikembangkan akan disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk mengetahui respons peserta didik terhadap produk yang telah dikembangkan.19

2. Media Pembelajaran Interaktif

Media pembelajaran interaktif merupakan salah satu teknologi informasi yang dapat meningkatkan potensi dalam kualitas pembelajaran, dengan demikian kualitas serta kebutuhan pembelajaran peserta didik dapat direalisasikan dengan baik.

Media pembelajaran interaktif yakni bahan ajar yang memanfaatkan bantuan software atau perangkat lunak pendukung untuk membuat sebuah animasi menarik seperti pengelolaan teks, warna, dan gambar, serta berbagai navigasi yang mudah diolah sendiri sesuai kreatifitas.20 Media pembelajaran interaktif dapat menjadi bahan ajar yang menarik dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Penggunaan tombol navigasi harus disusun dengan sederhana, jelas, dan menarik, sehingga memudahkan peserta didik dalam memahami materi dan penggunaan media pembelajaran interaktif.

3. Articulate Storyline 3

Articulate Storyline 3 merupakan salah satu perangkat lunak yang digunakan dalam mempresentasikan aplikasi dengan tujuan tertentu. Media

19 Kurnia et al., “Model ADDIE Untuk Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kemampuan Pemecahan Masalah Berbantuan 3D.”

20 Sattriawan, Sutiarso, and Rosidin, “Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Terintegrasi Soft Skills Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah.”

pembelajaran Articulate Storyline 3 ini sebagai alternatif media yang digunakan karena dari berbagai jenis program authoring tools, Articulate Storyline 3 merupakan software mix programming tools yang dapat membantu para penggunanya memulai dari tingkat pemula hingga expert.

Program Articulate Storyline 3 memiliki kelebihan yaitu smart brainware yang sederhana dengan prosedur tutorial interaktif melalui template yang dipublish secara offline maupun online, sehingga dapat memudahkan user memformatkannya dalam bentuk web personal, CD, word processing, dan Learning Management System (LMS).21

Articulate Storyline di buat oleh Global Incorporation pada tahun 2012, software pertama yang disajikan yakni articulate storyline 1 sampai pada tahun 2014 software articulate storyline melakukan pembaruan versi terbaru yakni articulate storyline 2, hingga tahun 2017 software ini melakukan pembaruan versi yakni articulate storyline 3 yang digunakan hingga saat ini dengan beberapa sajian navigasi serta tampilan hasil akhir berbeda dengan versi sebelumnya.22

Selain itu media Articulate Storyline 3 ini berbasis multimedia yaitu perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar, grafik, sound, animasi, video, interaksi, dan lain-lain yang telah dikemas menjadi file digital sehingga dapat digunakan sebagai sarana penyampaian

21 Husna et al., “Development of Interactive Learning Media Based on Articulate Storyline 3 on Newton ’ s Law Material with a Contextual Approach at the Junior High School Level.”

22 Amiroh, Mahir Membuat Media Interaktif Articulate Storyline.

pesan pada publik.23 Tampilan software articulate storyline 3 sebagai berikut:

Gambar 2.1 Tampilan Software Articulate Storyline 3 Sumber: Articulate Storyline 3

4. Ekosistem

1) Pengertian Ekosistem

Ekosistem merupakan tingkat organisasi yang memiliki tingkatan lebih tinggi dari komunitas, atau kesatuan dari komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar hubungan. Dalam ekosistem tidak hanya mencakup serangkaian spesies tumbuhan dan hewan, melainkan segala macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam sistem tersebut serta energi yang dijadikan sebagai sumber.

Materi dan energi berasal dari lingkungan abiotik yang akan mengalami siklus sehingga kembali ke lingkungan abiotik. Dalam hal

23 Octavia, Surjanti, and Suratman, “Pengembangan Media M-Learning Berbasis Aplikasi Articulate Storyline Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Atas.”

tersebut komunitas yang terjadi dilingkungan abiotik merupakan suatu sistem yang disebut ekosistem. Sehingga konsep dari ekosistem menyangkut semua hubungan dalam suatu komunitas dan lingkungan abiotiknya. Di dalam ekosistem setiap spesies mempunyai suatu niche (relung) ekologi yang khas. Setiap spesies mempunyai tempat dengan faktor-faktor lingkungan atau habitat yang berbeda-beda.

2) Komponen atau Faktor Ekosistem

Komponen-komponen ekosistem dapat dibagi berdasarkan : Dari segi makanan, memiliki dua komponen yang terpisah dalam waktu dan ruang yaitu :

a) Komponen autotrof (membuat makannya sendiri), dalam hal ini terjadi pengikatan energi sinar matahari.

b) Komponen heterotrof (tidak bisa membuat makanannya sediri), dalam hal ini terjadi pemakaian, pengaturan kembali dan perombakan bahan-bahan yang komplek.

Pada dasarnya manusia merupakan kelompok individu yang termasuk kedalam populasi dari satu spesies (jenis) hewan. Seperti gambar dibawah, dimana manusia berada dalam jaringan kehidupan (the web of life) sebagaimana kelompok jenis makhluk hidup lainnya.

Gambar 2. 2 Jaring-jaring Makanan Sumber: Freepik.com

Dalam gambar tersebut terlihat secara ringkas bagaimana seluruh jaring-jaring kehidupan berlangsung melalui daur materi dan transformasi energi. Energi matahari hanya dapat disintesis dalam bentuk kehidupan oleh tumbuhan berdaun hijau (produsen primer atau autotrof). Sedangkan makhluk hidup lainya (heterotrof) berperan sebagai produsen sekunder (herbivora), tersier (carnivora), dan omnivora.

Dari segi fungsional ekosistem dapat dianalisis menurut segi : a) Lingkaran mineral

b) Rantai makanan

c) Pola keragamandalam waktu dan ruang d) Perkembangan dan evaluasi

e) Pengendalian (cybernetiks)

Faktor ekosistem merupakan komponen habitat yaitu : a) Faktor abiotik terdiri dari :

1) Tanah ; sifat fisik tanah seperti tekstur, kematangan, porositas, dan kapasitas menahan air. Sedangkan sifat kimia tanah seperti pH, kandungan dan jenis unsur hara (materi).

2) Faktor iklim ; rezim energi, suhu, kelembapan, angin, kandungan gas atau partikel.

3) Faktor air ; kecerahan, pH, kandungan unsur.

b) Faktor biotik

1) Produsen ; tumbuhan hijau dan bakteri 2) Konsumen ; herbivora, carnivora 3) Dekomposer

c) Faktor manusia 1) Ideologi 2) Politik 3) Ekonomi 4) Sosial 5) Budaya

6) Hankam (nasional dan pribadi) Tanah sebagai ekosistem :

a) Komponen abiotik ; fraksi mineral, kandungan bahan organik, air tanah, atmosfer tanah

b) Komponen biotik

1) Mikrobiota seperti algae, protozoa, fungi, dan bakteri 2) Mesobiota seperti nematoda dan artipro

3) Makrobiota seperti cacing, moluska, dan artropoda 3) Batas dan ukuran ekosistem

Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, dikarenakan ekosistem meliputi makhluk hidup dengan lingkungan organisme (komunitas biotik) dan lingkungan abiotik, masing-masing mempengaruhi sifat-sifat lainnyadan keduanya perlu memelihara kehidupan sehingga terjadi keseimbangan, keselarasan, dan keserasian alam.

Sifat universal setiap ekosistem dibedakan menjadi dua yaitu ekosistem buatan manusia dan ekosistem alami yang meliputi ekosistem daratan, ekosistem air tawar atau laut, dan ekosistem pertanian merupakan bagian dari interaksi dari komponen autrotropik dan heterotropik. Selama komponen pokok tersedia dan berinteraksi membentuk suatu kemantapan fungsional, walaupun dalam waktu singkat, hal tersebut dapat dianggap suatu ekosistem.

4) Sistem produksi, konsumsi, dan dekomposisi

Sistem produksi dalam ekosistem erat hubunganya dengan daur materi dan aliran energi. Produksi merupakan proses masuk dan penyimpanan energi dalam ekosistem. Produksi primer dalam ekosistem

berasal dari proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan berdaun hijau dengan pengikat energi yang berasal dari sinar matahari.

Produktivitas ekosistem berasal dari kecepatan cahaya matahari yang diikat oleh vegetasi menjadi produktivitas kotor (gross), sesuai dengan kecepatan fotosintesis. Sedangkan proses dekomposisi menghasilkan materi atau mineral di permukaan hutan pada habitat tersendiri. Proses tersebut dimulai apabila terdapat tumbuhan atau hewan yang mati akan diuraikan menjadi partikel-partikel kecil oleh jamur, rayap, seranggam dan lain-lain. Partikel partikel tersebut akan diuraikan kembali menjadi unsur yang lebih sederhana oleh mikro yang disebut bakteri pengurai.

Gambar 2. 3 Tumbuhan Hijau Sebagai Produsen24

Tumbuhan berdaun hijau berperan sebagai produsen primer.

Dalam proses daur materi dan energi seterusnya, produsen primer merupakan makanan konsumen primer atau produsen yang disebut herbivora seperti burung, kelelawar, kupu-kupu, lebah, sapi dan lain- lain. Selanjutnya konsumen primer akan menjadi mangsa dari

24 Irwan, Prinsip-Prinsip Ekologi, Ekosistem, Dan Pelestariannya.

konsumen sekunder (produsen tersier, predator atau carnivora). Apabila produsen primer, sekunder dan predator mati akan mengalami pembusukan, penguraian, atau dekomposisi menjadi bentuk bahan organik yang lebih sederhana dan diuraikan oleh bakteri.

Dalam suatu komunitas terdapat seekor hewan pemangsa yang disebut predator yang berperan sebagai pemelihara keseimbangan dengan populasi binatang yang dimangsa. Contoh keseimbangan, misalnya terdapat populasi kijang yang lamban sehingga dengan mudah akan dijadikan mangsa oleh harimau, dengan demikian kijang yang tersisa yaitu kijang yang dapat belari gesit. Apabila dalam populasi hanya tersisa kijang berlari gesit maka semakin lambat laun harimau akan kehabisan mangsa dan harimau tersebut akan mati kelaparan.

Sehingga yang terdapat dalam komunitas tersebut adalah komponen bagian dari keseimbangan alam.25

Gambar 2. 4 Hubungan Antara Produsen, Konsumen, dan Perombak26

25 Irwan.

26 Irwan.

5) Rantai makanan, tingkatan trofik dan piramida ekologi

Konsep rantai makanan, tingkatan trofik dan piramida ekologi merupakan konsep untuk memperjelas bahwa energi tersebut mengalir menurut hukum termodinamika dan untuk membuktikan bahwa dalam ekosistem terdapat suatu “interrelatedness” dan interaksi antar organisme.

Energi yang tersalurkan pada tanaman tersalurkan dalam ekosistem melalui suatu rantai makanan dan dimakan (being aeten).

Bentuk rantai ditentukan oleh arah anak panah yang menunjukkan komponen dan mangsa (gambar 2. 5). Seperti contoh padi dimakan oleh tikus dan tikus dimakan burung elang, arah panah ke kanan yang berarti tikus merupakan mangsa burung elang dan padi dimangsa oleh tikus sebagai hama padi, demikian seterusnya.

Gambar 2. 5 Rantai Makanan Sumber: Freepik.com

Namun, bentuk hubungan tersebut tidak selalu linier sebab tumbuhan tidak hanya dimakan belalang, demikian juga belalang tidak hanya dimangsa oleh katak. Tumbuhan mungkin dimangsa tikus dan kemudian tikus menjadi santapan hewan lain pemakan daging (karnivora), sehingga akan terbentuk banyak kemungkinan rantai makanan yang dalam kenyataannya pada ekosistem sangat kompleks.

Bentuk terakhir ini yang akan menjadi jaring-jaring kehidupan atau

“web of life”.

Pada konsep ekosistem telah disinggung mengenai autotrof dan heterotrof serta produser dan konsumer. Apabila terdapat komponen ekosistem yang makanannya bergantung pada jaringan tanaman, maka konsumen tersebut dinamakan herbivora. Herbivora ini mampu mengubah energi yang tersimpan pada tanaman menjadi jaringan hewan, sehingga perannya dalam komunitas sangat penting, sebab apabila kelompok ini tidak ada maka tingkatan trofik di atasnya seperti konsumen II atau III tidak akan ada.

Komponen lain adalah karnivora yaitu hewan yang memakan hewan lain dan energinya bersumber pada herbivora. Organisme yang langsung memangsa makanan dari herbivora disebut karnivora I atau karnivora II dan energinya karnivora I tersedia untuk karnivora II.

Sedangkan organisme yang mampu mengkonsumsi dengan baik tumbuhan maupun hewan, kelompok tersebut dinamakan omnivora. Hal tersebut dimungkinkan karena kebiasaan makan, perubahan musim,

siklus hidupnya, serta pertumbuhan organisme tertentu. Dengan adanya saling makan memakan dalam ekosistem tersebut akan menimbulkan tingkatan dalam bentuk struktur yang didasarkan pada sumber energi, hal ini kemudian disebut dengan trofik tunggal dan pada umumnya tersusun dalam bentuk piramida ekologi.

Gambar 2.6 Piramida Ekologi27

Bagian dasar dan piramida ekologi merupakan sumber energi yang paling primer dan dalam jumlah besar, serta bagian paling dasar dan bawah dari piramida tersebut dihuni oleh kelompok produser.

Produser mempunyai sumber energi besar, biomassa tinggi serta anggota spesiesnya beraneka, akan tetapi apabila produser bukan dari kelompok herbivora, akan terjadi kekurangan sumber energi bagi

27 Putrawan, Konsep-Konsep Dasar Ekologi Dalam Berbagai Aktivitas Lingkungan.

keperluan anggotanya, demikian pula kelompok karnivora. Hal tersebut akan mengakibatkan ekosistem tidak akan stabil .

Produsen sebagai dasar dan komponen vital dalam sebuah ekosistem yang digambarkan dengan piramida ekologi harus memiliki sumber energi yang lebih besar, biomassa tinggi, serta jumlah individu yang banyak. Demikian juga herbivora dengan karnivora, herbivora harus memiliki pesediaan energi dan biomassa yang lebih besar dibandingkan dengan karnivora untuk menjaga agar ekosistem stabil.28 6) Tipe-tipe ekosistem

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat dapat menimbulkan dampak negatif dari kemajuan tersebut. Banyak dampak yang telah di timbulkan terhadap komponen-komponen ekosistem. Dengan demikian pengelompkan ekosistem yang berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dapat dibedakan menjadi ekosistem alami dan ekosistem buatan.

Ekosistem alami adalah ekosistem yang belum pernah ada campur tangan manusia, seperti hutan belanatara di Sumatra, Kalimantan, Irian dan Sulawesi. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sudah banyak dipengaruhi manusia, seperti danau buatan, sawah, dan ekosistem pertanian. Perbedaan antara ekosistem alami dan ekosistem buatan :

28 Putrawan, "Konsep-Konsep Dasar Ekologi Dalam Berbagai Aktivitas Lingkungan".

a) Ekosistem buatan

Komponen-komponen nya kurang lengkap, memerlukan subsidi energi, memerlukan pemeliharaan atau perawatan, mudah terganggu, serta mudah tercemar. Ekosistem buatan akan lebih mudah rentan terhadap perubahan.

b) Ekosistem alami

Komponen-komponen nya lebih lengkap, tidak memerlukan pemeliharaan atau subsidi energi karena dapat memenuhi keseimbangannya. Ekosistem alami ini tidak alan mudah tercemat, terganggu kecuali terkena bencana alam. Seperti yang telah dikemukakan bahwa batas ekosistem dapat ditinjau dari kelengkapan komponen yang ada.29

29 Ibid, 65-67

37 BAB III

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Dalam dokumen pengembangan media pembelajaran interaktif (Halaman 34-51)

Dokumen terkait