BAB V HASIL PENELITIAN
5.9 Crosstabulasi
5.9.1 Karakteristik Orang Tua dengan Status Gizi
Tabel 5.17. Crosstabulasi Pendidikan Ayah dengan Status Gizi
Pendidikan Ayah
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
SD 2 10,5 4 21,1 13 68,4 0 0,0
SMP 2 7,7 8 30,8 15 57,7 1 3,8
SMA 4 8,9 9 20,0 32 71,1 0 0,0
PT 2 2,6 9 11,5 58 74,4 9 11,5
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
Dari tabel 5.17 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang tingkat pendidikan ayahnya adalah SMA yaitu sebanyak 4 siswa (8,9%), status gizi kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang tingkat pendidikan ayahnya adalah Perguruan Tinggi dan SMA yaitu sebanyak 9 siswa, status gizi normal lebih banyak ditemukan pada siswa yang tingkat pendidikan ayahnya adalah Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 58 siswa (74,4%), dan status gizi gemuk lebih banyak ditemukan pada siswa yang tingkat
54
pendidikan ayahnya adalah Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 9 siswa (11,5%).
2. Pendidikan Ibu dengan Status Gizi
Tabel 5.18. Crosstabulasi Pendidikan Ibu dengan Status Gizi
Pendidikan Ibu
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
SD 4 13,3 3 10,0 23 76,7 0 0,0
SMP 0 0,0 7 33,3 13 61,9 1 4,8
SMA 4 6,3 13 20,6 42 66,7 4 6,3
PT 2 3,7 7 13,0 40 74,1 5 9,3
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
Dari tabel 5.18 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang tingkat pendidikan ibunya adalah SD dan SMA yaitu masing-masing sebanyak 4 siswa, status gizi kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang tingkat pendidikan ibunya adalah SMA yaitu sebanyak 13 siswa (20,6%), status gizi normal juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang tingkat pendidikan ibunya adalah SMA yaitu sebanyak 42 siswa (66,7%), dan status gizi gemuk lebih banyak ditemukan pada siswa yang tingkat pendidikan ibunya adalah Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 5 siswa (9,3%).
55 3. Pekerjaan Ayah dengan Status Gizi
Tabel 5.19. Crosstabulasi Pekerjaan Ayah dengan Status Gizi
Pekerjaan Ayah
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Buruh Harian 4 7,0 15 26,3 37 64,9 1 1,8
PNS 2 4,3 6 12,8 34 72,3 5 10,6
Wiraswasta 4 6,2 9 14,1 47 73,4 4 6,2
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
Dari tabel 5.19 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang pekerjaan ayahnya adalah buruh harian dan wiraswasta yaitu masing-masing sebanyak 4 siswa, status gizi kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang pekerjaan ayahnya adalah buruh harian yaitu sebanyak 15 siswa (26,3%), status gizi normal lebih banyak ditemukan pada siswa yang pekerjaan ayahnya adalah wiraswasta yaitu sebanyak 47 siswa (73,4%), dan status gizi gemuk lebih banyak ditemukan pada siswa yang pekerjaan ayahnya adalah PNS yaitu sebanyak 5 siswa (10,6%).
56 4. Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi
Tabel 5.20. Crosstabulasi Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi
Pekerjaan Ibu
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Ibu Rumah Tangga 9 7,3 25 20,2 83 66,9 7 5,6
PNS 1 4,2 3 12,5 18 75,0 2 8,3
Wiraswasta 0 0,0 2 10,0 17 85,0 1 5,0
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
Dari tabel 5.20 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang pekerjaan ibunya adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 9 siswa (7,3%), status gizi kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang pekerjaan ibunya adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 25 siswa (20,2%), status gizi normal lebih banyak ditemukan pada siswa yang pekerjaan ibunya adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 83 siswa (66,9%), dan status gizi gemuk lebih banyak ditemukan pada siswa yang pekerjaan ibuhnya adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 7 siswa (5,6%).
5. Penghasilan Ayah dengan Status Gizi
Tabel 5.21. Crosstabulasi Penghasilan Ayah dengan Status Gizi
Penghasilan Ayah
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
< Rp 1.200.000 7 11,3 15 24,2 39 62,9 1 1,6
> Rp 1.200.000 3 2,8 15 14,2 79 74,5 9 8,5
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
57
Dari tabel 5.21 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang penghasilan ayahnya < Rp 1.200.000 yaitu sebanyak 7 siswa (11,3%), status gizi kurus pada siswa yang penghasilan ayahnya < Rp 1.200.000 sebanyak 15 siswa (24,2%) dan pada siswa yang penghasilan ayahnya > Rp 1.200.000 juga sebanyak 15 siswa (14,2%), status gizi normal lebih banyak ditemukan pada siswa yang penghasilan ayahnya > Rp 1.200.000 yaitu sebanyak 79 siswa (74,5%), dan status gizi gemuk juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang yang penghasilan ayahnya > Rp 1.200.000 yaitu sebanyak 9 siswa (8,5%).
6. Penghasilan Ibu dengan Status Gizi
Tabel 5.22. Crosstabulasi Penghasilan Ibu dengan Status Gizi
Penghasilan Ibu
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
< Rp 1.200.000 9 6,9 25 19,1 89 67,9 8 6,1
> Rp 1.200.000 1 2,7 5 13,5 29 78,4 2 5,4
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
Dari tabel 5.22 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang penghasilan ibunya < Rp 1.200.000 yaitu sebanyak 9 siswa (6,9%), status gizi kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang penghasilan ibunya < Rp 1.200.000 sebanyak 25 siswa (19,1%), status gizi normal juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang penghasilan ibunya < Rp
58
1.200.000 yaitu sebanyak 89 siswa (67,9%), dan status gizi gemuk juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang yang penghasilan ibunya > Rp 1.200.000 yaitu sebanyak 8 siswa (6,1%).
5.9.2. Pola Konsumsi Makan Jajanan dengan Status Gizi 1. Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi
Tabel 5.23. Crosstabulasi Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi
Kebiasaan Jajan
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Ya 8 6,8 22 18,8 81 69,2 6 5,1
Kadang-kadang 2 4,3 8 17,4 32 69,6 4 8,7
Tidak 0 0,0 0 0,0 5 100,0 0 0,0
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
Dari tabel 5.23 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa jajan yaitu sebanyak 8 siswa (6,8%), status gizi kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa juga jajan yaitu sebanyak 22 siswa (18,8%), status gizi normal juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa jajan yaitu sebanyak 81 siswa (69,2%), dan status gizi gemuk juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa jajan yaitu sebanyak 6 siswa (5,1%).
59 2. Frekuensi Jajan dengan Status Gizi
Tabel 5.24. Crosstabulasi Frekuensi Jajan dengan Status Gizi
Frekuensi Jajan
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
1-2 kali sehari 7 6,9 16 15,8 74 73,3 4 4,0 2-3 kali sehari 2 4,3 10 21,3 31 66,0 4 8,5
>3 kali sehari 1 5,0 4 20,0 13 65,0 2 10,0
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
Dari tabel 5.24 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang jajan 1-2 kali sehari yaitu sebanyak 7 siswa (6,9%), status gizi kurus juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang jajan 1-2 kali sehari yaitu sebanyak 16 siswa (15,8%), status gizi normal juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang jajan 1-2 kali sehari yaitu sebanyak 74 siswa (73,3%), dan status gizi gemuk lebih sedikit ditemukan pada siswa yang jajan >3 kali sehari yaitu sebanyak 2 siswa (10,0%).
5.9.3. Pola Konsumsi Makanan di Rumah dengan Status Gizi 1. Kebiasaan Makan Pagi dengan Status Gizi
Tabel 5.25. Crosstabulasi Kebiasaan Makan Pagi dengan Status Gizi
Kebiasaan Makan Pagi
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Ya 5 4,0 23 18,5 87 70,2 9 7,3
Kadang-kadang 2 5,9 5 14,7 27 79,4 0 0,0
Tidak 3 30,0 2 20,0 4 40,0 1 10,0
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
60
Dari tabel 5.25 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa makan pagi yaitu sebanyak 5 siswa (4,0%), status gizi kurus juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa makan pagi yaitu sebanyak 23 siswa (18,5%), status gizi normal juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa makan pagi yaitu sebanyak 87 siswa (70,2%), dan status gizi gemuk juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa makan pagi yaitu sebanyak 9 siswa (7,3%).
2. Kebiasaan Makan Siang dengan Status Gizi
Tabel 5.26. Crosstabulasi Kebiasaan Makan Siang dengan Status Gizi
Kebiasaan Makan Siang
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Ya 4 3,3 21 17,5 89 74,2 6 5,0
Kadang-kadang 3 9,4 5 15,6 23 71,9 1 3,1
Tidak 3 18,8 4 25,0 6 37,5 3 18,8
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
Dari tabel 5.26 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa makan siang yaitu sebanyak 4 siswa (3,3%), status gizi kurus juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa makan siang yaitu sebanyak 21 siswa (17,5%), status gizi normal juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa makan siang yaitu sebanyak 89 siswa (74,2%), dan status gizi gemuk juga
61
lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa makan siang yaitu sebanyak 6 siswa (5,0%).
3. Kebiasaan Makan Malam dengan Status Gizi
Tabel 5.27. Crosstabulasi Kebiasaan Makan Malam dengan Status Gizi
Kebiasaan Makan Malam
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Ya 8 6,1 27 20,5 88 66,7 9 6,8
Kadang-kadang 2 6,5 2 6,5 26 83,9 1 3,2
Tidak 0 0,0 1 20,0 4 80,0 0 0,0
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0 Dari tabel 5.27 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa makan malam yaitu sebanyak 8 siswa (6,1%), status gizi kurus juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa makan malam yaitu sebanyak 27 siswa (20,5%), status gizi normal juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa makan siang yaitu sebanyak 88 siswa (66,7%), dan status gizi gemuk juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang biasa makan malam yaitu sebanyak 9 siswa (6,8%).
62
4. Frekuensi Makan di Rumah dengan Status Gizi
Tabel 5.28. Crosstabulasi Frekuensi Makan di Rumah dengan Status Gizi
Frekuensi Makan di Rumah
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
1 kali sehari 4 16,7 3 12,5 13 54,2 4 16,7
2 kali sehari 4 7,0 10 17,5 41 71,9 2 3,5
3 kali sehari 2 2,4 17 20,2 61 72,6 4 4,8
>3 kali sehari 0 0,0 0 0,0 3 100,0 0 0,0
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
Dari tabel 5.28 diketahui bahwa status gizi sangat kurus tidak ditemukan pada siswa yang makan di rumah >3 kali sehari, status gizi kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang makan di rumah 3 kali sehari yaitu sebanyak 17 siswa (20,2%), status gizi normal juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang makan di rumah 3 kali sehari yaitu sebanyak 61 siswa (72,6%), dan status gizi gemuk tidak ditemukan pada siswa yang makan di rumah >3 kali sehari.
5.9.4. Konsumsi Zat Gizi Makanan Jajanan dengan Status Gizi 1. Konsumsi Energi Jajanan dengan Status Gizi.
Tabel 5.29. Crosstabulasi Konsumsi Energi Jajanan dengan Status Gizi
Konsumsi Energi Jajanan
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Baik ( > 300 kkal) 3 3,9 13 13,6 55 72,4 5 6,6 Kurang (<300 kkal) 7 7,6 17 18,5 63 68,5 5 5,5
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
63
Dari tabel 5.29 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi energi jajanan kurang yaitu sebanyak 7 siswa (7,6%), status gizi kurus juga lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi energi jajanan kurang yaitu sebanyak 17 siswa (18,5%), status gizi normal juga lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi energi jajanan kurang yaitu sebanyak 63 siswa (68,5%), dan status gizi gemuk pada siswa dengan konsumsi energi baik sebanyak 5 siswa (6,6%) dan pada siswa dengan konsumsi energi kurang juga sebanyak 5 siswa (5,4%).
2. Konsumsi Protein Jajanan dengan Status Gizi
Tabel 5.30. Crosstabulasi Konsumsi Protein Jajanan dengan Status Gizi
Konsumsi Protein Jajanan
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Baik (>5 gram) 3 3,1 19 19,6 68 70,1 7 7,2 Kurang (<5 gram) 7 9,9 11 15,5 50 70,4 3 4,2
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
Dari tabel 5.30 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi protein jajanan kurang yaitu sebanyak 7 siswa (9,9%), status gizi kurus lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi protein jajanan baik yaitu sebanyak 19 siswa (19,6%), status gizi normal juga lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi protein jajanan baik yaitu sebanyak 68 siswa (70,1%), dan status gizi gemuk lebih banyak
64
ditemukan pada siswa dengan konsumsi protein yang baik yaitu sebanyak 7 siswa (7,2%).
5.9.5. Konsumsi Zat Gizi Total Sehari dengan Status Gizi 1. Konsumsi Energi Total Sehari dengan Status Gizi
Tabel 5.31. Crosstabulasi Konsumsi Energi Total Sehari dengan Status Gizi
Konsumsi Energi
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Baik ( >80% AKG) 5 7,0 19 26,8 47 66,2 0 0,0 Kurang (70%-80% AKG) 2 12,5 5 31,2 9 56,2 0 0,0 Defisit (<70% AKG) 3 3,7 6 7,4 62 76,5 10 12,3
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
Dari tabel 5.31 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi energi baik yaitu sebanyak 5 siswa (7,0%), status gizi kurus juga lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi energi baik yaitu sebanyak 19 siswa (26,8%), status gizi normal lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi energi defisit yaitu sebanyak 62 siswa (76,5%), dan status gizi gemuk lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi energi defisit yaitu sebanyak 10 siswa (12,3%).
65
2. Konsumsi Protein Total Sehari dengan Status Gizi
Tabel 5.32. Crosstabulasi Konsumsi Protein Total Sehari dengan Status Gizi
Konsumsi Protein
Status Gizi (IMT/U)
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Baik ( >100% AKG) 9 8,5 25 23,6 70 66,0 2 1,9 Kurang (<100%AKG) 1 1,6 5 8,1 48 77,4 8 12,9
Total 10 6,0 30 17,9 118 70,2 10 6,0
Dari tabel 5.32 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi protein baik yaitu sebanyak 9 siswa (8,5%), status gizi kurus juga lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi protein baik yaitu sebanyak 25 siswa (23,6%), status gizi normal juga lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi protein baik yaitu sebanyak 70 siswa (66,0%), dan status gizi gemuk lebih banyak ditemukan pada siswa dengan konsumsi protein kurang yaitu sebanyak 8 siswa (12,9%).
5.10. Crosstabulasi Tabel 2x2
Untuk mengetahui hubungan antara variabel maka dilakukan crosstabulasi tabel 2x2 oleh karena crosstabulasi terdahulu tidak layak uji chi-square karena memiliki sel yang nilai expected-nya kurang dari lima.
Untuk variabel dependen (Status Gizi IMT/U) dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu Kurus (Sangat Kurus + Kurus) dan Normal (Normal +Gemuk).
66
5.10.1 Karakteristik Orang Tua dengan Status Gizi Siswa 1. Pendidikan Ayah dengan Status Gizi Siswa
Tabel 5.33. Hubungan Pendidikan Ayah dengan Status Gizi
Pendidikan Ayah
Status Gizi (IMT/U)
POR
(95% CI) Nilai P
Kurus Normal
n % n %
SD + SMP 16 35,6 29 64,4 2,28
(1,07-4,85) 0,03
SMA + PT 24 19,5 99 80,5
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.33, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,03 (P < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah dengan status gizi siswa sedangkan nilai POR
= 2,28 dengan Convidence Interval antara 1,07 sampai dengan 4,85 yang berarti siswa dengan pendidikan ayah SD dan SMP mempunyai kemungkinan 2,28 kali untuk mengalami status gizi kurus.
2. Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Siswa
Tabel 5.34. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi
Pendidikan Ibu
Status Gizi (IMT/U)
Nilai P
Kurus Normal
n % n %
SD + SMP 14 27,5 37 72,5
0,46
SMA + PT 26 22,2 91 77,8
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.34, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,46 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status gizi siswa.
67
3. Pekerjaan Ayah dengan Status Gizi Siswa
Tabel 5.35. Hubungan Pekerjaan Ayah dengan Status Gizi
Pekerjaan Ayah
Status Gizi (IMT/U)
POR
(95% CI) Nilai P
Kurus Normal
n % n %
Buruh Harian 19 33,3 38 66,7 2,14
(1,04-4,43) 0,04
PNS + Wiraswasta 21 18,9 90 81,1
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.35, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,04 (P < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ayah dengan status gizi siswa sedangkan nilai POR = 2,14 dengan Convidence Interval antara 1,04 sampai dengan 4,43 yang berarti siswa dengan pekerjaan ayah sebagai buruh harian mempunyai kemungkinan 2,28 kali untuk mengalami status gizi kurus.
4. Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Siswa
Tabel 5.36. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi
Pekerjaan Ibu
Status Gizi (IMT/U)
Nilai P
Kurus Normal
n % n %
Ibu Rumah Tangga 34 27,4 90 72,6
0,07
PNS+Wiraswasta 6 13,6 38 86,4
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.36, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,07 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan status gizi siswa.
68
5. Penghasilan Ayah dengan Status Gizi Siswa
Tabel 5.37. Hubungan Penghasilan Ayah dengan Status Gizi
Penghasilan Ayah
Status Gizi (IMT/U)
POR
(95% CI) Nilai P
Kurus Normal
n % n %
< Rp 1.200.000 22 35,5 40 64,5 2,69
(1,30-5,56) 0,01
> Rp 1.200.000 18 17,0 88 83,0
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.37, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,01 (P < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara penghasilan ayah dengan status gizi siswa sedangkan nilai POR
= 2,69 dengan Convidence Interval antara 1,30 sampai dengan 5,56 yang berarti siswa dengan penghasilan ayah kurang dari Rp 1.200.000 mempunyai kemungkinan 2,28 kali untuk mengalami status gizi kurus.
6. Penghasilan Ibu dengan Status Gizi Siswa
Tabel 5.38. Hubungan Penghasilan Ibu dengan Status Gizi
Penghasilan Ibu
Status Gizi (IMT/U)
Nilai P
Kurus Normal
n % n %
< Rp 1.200.000 34 25,6 99 74,4
0,30
> Rp 1.200.000 6 17,1 29 82,9
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.38 diatas, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,30 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat
69
hubungan yang bermakna antara penghasilan ibu dengan status gizi siswa.
5.10.2. Pola Konsumsi Makanan Jajan dengan Status Gizi 1. Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi
Tabel 5.39. Hubungan Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi
Kebiasaan Jajan
Status Gizi (IMT/U)
Nilai P
Kurus Normal
n % n %
Kadang + Tidak 10 12,1 41 38,9
0,40
Ya 30 25,6 87 74,4
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.39, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,40 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan jajan dengan status gizi siswa.
2. Frekuensi Jajan dengan Status Gizi
Tabel 5.40. Hubungan Frekuensi Jajan dengan Status Gizi
Frekuensi Jajan
Status Gizi (IMT/U)
Nilai P
Kurus Normal
n % n %
1-2 kali sehari 23 22,8 78 77,2
0,70 2-3 kali + >3 kali sehari 17 25,4 50 74,6
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.40, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,70 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi jajan dengan status gizi siswa.
70
5.10.3. Pola Konsumsi Makanan di Rumah dengan Status Gizi 1. Kebiasaan Makan Pagi dengan Status Gizi
Tabel 5.41. Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Status Gizi Kebiasaan Makan
Pagi
Status Gizi (IMT/U)
Nilai P
Kurus Normal
n % n %
Kadang + Tidak 12 27,3 32 72,7
0,53
Ya 28 22,6 96 77,4
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.41, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,53 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan pagi dengan status gizi siswa.
2. Kebiasaan Makan Siang dengan Status Gizi
Tabel 5.42. Hubungan Kebiasaan Makan Siang dengan Status Gizi Kebiasaan Makan
Siang
Status Gizi (IMT/U)
Nilai P
Kurus Normal
n % n %
Kadang + Tidak 15 31,2 33 68,8
0,15
Ya 25 20,8 95 79,2
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.42, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,15 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan siang dengan status gizi siswa.
71
3. Kebiasaan Makan Malam dengan Status Gizi
Tabel 5.43. Hubungan Kebiasaan Makan Malam dengan Status Gizi
Kebiasaan Makan Malam
Status Gizi (IMT/U)
Nilai P
Kurus Normal
n % n %
Kadang + Tidak 5 13,9 31 86,1
0,12
Ya 35 26,5 97 73,5
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.43, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,12 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan malam dengan status gizi siswa.
4. Frekuensi Makan di Rumah dengan Status Gizi
Tabel 5.44. Hubungan Frekuensi Makan di Rumah dengan Status Gizi
Frekuensi Makan di Rumah
Status Gizi (IMT/U)
Nilai P
Kurus Normal
n % n %
< 3 kali sehari 21 25,9 60 74,1
0,53
> 3 kali sehari 19 21,8 68 78,2
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.44, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,53 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi makan di rumah dengan status gizi siswa.
72
5.10.4. Pola Kebiasaan Makanan Jajanan dengan Tingkat Konsumsi Makanan di Rumah
1. Kebiasaan Jajan dengan Kebiasaan Makan Pagi
Tabel 5.45. Hubungan Kebiasaan Jajan dengan Kebiasaan Makan Pagi
Kebiasaan Jajan
Kebiasaan Makan Pagi
Nilai P
Kadang + Tidak Ya
n % n %
Kadang + Tidak 14 27,5 37 72,5
0,81
Ya 30 25,6 87 74,4
Total 44 26,2 124 73,8
Dari tabel 5.45, Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,81 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan jajan dengan kebiasaan makan pagi.
2. Kebiasaan Jajan dengan Kebiasaan Makan Siang
Tabel 5.46. Hubungan Kebiasaan Jajan dengan Kebiasaan Makan Siang
Kebiasaan Jajan
Kebiasaan Makan Siang
Nilai P Kadang + Tidak Ya
n % n %
Kadang + Tidak 18 35,3 33 64,7
0,20
Ya 30 25,6 87 74,4
Total 48 28,6 120 71,4
Dari tabel 5.46 berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,20 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan jajan dengan kebiasaan makan siang.
73
3. Kebiasaan Jajan dengan Kebiasaan Makan Malam
Tabel 5.47. Hubungan Kebiasaan Jajan dengan Kebiasaan Makan Malam
Kebiasaan Jajan
Kebiasaan Makan Malam
Nilai P
Kadang + Tidak Ya
n % n %
Kadang + Tidak 14 27,5 37 72,5
0,21
Ya 22 18,8 95 81,2
Total 36 21,4 132 78,6
Dari tabel 5.47, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,21 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan jajan dengan kebiasaan makan malam.
5.10.5. Konsumsi Zat Gizi Jajanan dengan Status Gizi 1. Konsumsi Energi Jajanan dengan Status Gizi
Tabel 5.48. Hubungan Konsumsi Energi Jajanan dengan Status Gizi Konsumsi Energi
Jajanan
Status Gizi (IMT/U)
Nilai P
Kurus Normal
n % n %
Kurang (<300 kkal) 24 26,1 68 73,9
0,45 Baik (>300 kkal) 16 21,1 60 78,9
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.48, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P=0,45 (P>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi energi jajanan dengan status gizi siswa.
74
2. Konsumsi Protein Jajanan dengan Status Gizi
Tabel 5.49. Hubungan Konsumsi Protein Jajanan dengan Status Gizi Konsumsi Protein
Jajanan
Status Gizi (IMT/U)
Nilai P
Kurus Normal
n % n %
Kurang (<5 gram) 18 25,4 53 74,6
0,69 Baik (>5 gram) 22 22,7 75 77,3
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.49, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,69 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi protein jajanan dengan status gizi siswa.
5.10.6. Konsumsi Zat Gizi Total Sehari dengan Status Gizi 1. Konsumsi Energi Total Sehari dengan Status Gizi
Tabel 5.50. Hubungan Konsumsi Energi Total Sehari dengan Status Gizi
Konsumsi Energi Total Sehari
Status Gizi (IMT/U)
POR
(95% CI) Nilai P
Kurus Normal
n % n %
Defisit + Kurang 16 16,5 81 83,5 0,39
(0,19-0,80) 0,01
Baik 24 33,8 47 66,2
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.50, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,01 (P < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi energi total sehari dengan status gizi siswa sedangkan nilai POR = 0,39 dengan Convidence Interval antara 0,19 sampai dengan 0,80. Nilai POR ini tidak bermakna karena <1.
75
2. Konsumsi Protein Total Sehari dengan Status Gizi
Tabel 5.51. Hubungan Konsumsi Protein Total Sehari dengan Status Gizi
Konsumsi Protein
Status Gizi (IMT/U)
POR
(95% CI) Nilai P
Kurus Normal
n % n %
Kurang (<100%AKG) 6 9,7 56 90,3 0,23
(0,09-0,58) 0,001 Baik ( >100% AKG) 34 32,1 72 67,9
Total 40 23,8 128 76,2
Dari tabel 5.51, berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,001 (P < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi protein total sehari dengan status gizi siswa sedangkan nilai POR = 0,21 dengan Convidence Interval antara 0,07 sampai dengan 0,63. Nilai POR ini tidak bermakna karena <1.
76 BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Kterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan studi crossectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi makanan jajanan dengan status gizi anak sekolah dasar. Kelemahan dari desain penelitian ini adalah adanya kerancuan waktu antara hubungan sebab akibat mengingat variabel-variabel yang diperkirakan sebagai sebab dan sebagai akibat diteliti secara bersamaan sehingga sulit memastikan mana yang terjadi terlebih dahulu, desain ini paling lemah dibandingkan dengan desain kohort dan kasus kontrol.
Data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer langsung diperoleh dari hasil pengukuran status gizi dan hasil wawancara pada siswa dengan menggunakan kuisioner dan food recall 24 jam sedangkan data sekunder diperoleh dari data administrasi sekolah berupa daftar absen dan profil sekolah. Keterbatasan saat perolehan data adalah kurang koperatifnya siswa yang diwawancarai sehingga kemungkinan terjadinya bias saat pengumpulan data. Selain itu, data yang diperoleh dari sekolah seperti data orang tua siswa juga sedikit.