• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Karakteristik Orang Tua

Dalam dokumen Skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 99-104)

BAB VI PEMBAHASAN

6.7 Hubungan Antara Karakteristik Orang Tua

Dari tabel 5.33 dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai P = 0,03 (P<0,05) dan POR = 2,28 dengan Convidence Interval antara 1,07 sampai dengan 4,85 yang berarti siswa dengan pendidikan ayah SD dan SMP mempunyai kemungkinan 2,28 kali untuk mengalami status gizi kurus. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah dengan status gizi anak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Marbun (2002) yang menemukan adanya hubungan yang bermakna dengan tingkat pendidikan ayah dengan status gizi lebih. Namun, hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Mulyani (2004) yang tidak menemukan adanya hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan status gizi anak.

Dari tabel 5.17 juga dapat dilihat bahwa status gizi gemuk lebih banyak ditemukan pada siswa dengan ayah yang tingkat

82

pendidikannya perguruan tinggi dan status gizi kurus lebih banyak ditemukan pada siswa dengan ayah yang tingkat pendidikannya adalah SD. Hal ini menunjukkan adanya penguruh tingkat pendidikan dengan status gizi sebagaimana yang ditemukan oleh Hidayat (1980) dalam Mardatillah (2008) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pola konsumsi makanan dalam hal kualitas maupun kuantitas sehingga dapat mempengaruhi keadaan status gizi.

6.7.2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi

Tabel 5.34 menunjukkan bahwa hasil uji chi-square diperoleh nilai P>0,05 (0,14) yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status gizi anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2004) yang tidak menemukan hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status gizi anak. Namun hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Yulianto (2001) yang menemukan adanya hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan status gizi anak.

Status gizi kurang juga ditemukan lebih banyak pada siswa yang tingkat pendidikan ibunya bukan perguruan tinggi dan status gizi normal juga ditemukan lebih banyak pada siswa dengan ibu yang tingkat pendidikannya bukan perguruan tinggi. Kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh ibu dengan tingkat pendidikan bukan perguruan tinggi. Tingkat pengetahuan yang rendah tentang gizi

83

dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari pola konsumsi makanan sehingga anak bisa menjadi kurus.

6.7.3. Hubungan Pekerjaan Ayah dengan Status Gizi

Tabel 5.35 menunjukkan bahwa hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P= 0,04 (P < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ayah dengan status gizi siswa sedangkan nilai POR = 2,14 dengan Convidence Interval antara 1,04 sampai dengan 4,43 yang berarti siswa dengan pekerjaan ayah sebagai buruh harian mempunyai kemungkinan 2,28 kali untuk mengalami status gizi kurus. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ikhsanuddin (2006) yang menemukan adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan ayah dengan status gizi. Namun, berbeda dengan hasil penelitian Mulyani (2004) yang tidak menemukan adanya hubungan bermakna antara pekerjaan ayah dengan status gizi.

Pekerjaan ayah dapat digunakan untuk mengukur tingkat sosial ekonomi keluarga. Pekerjaan yang memiliki penghasilan yang tinggi tentunya akan meningkatkan sosial ekonomi keluarga sehingga dengan penghasilan tersebut kebutuhan terhadap makanan yang bergizi dan sehat dapat terpenui.

84

6.7.4. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi

Latar belakang pendidikan dan pekerjaan orang tua khususnya ibu merupakan salah satu unsur penting yang mempengaruhi status gizi anak.

Ibu mempunyai peran dalam pemilihan pangan dan bahan pangan yang akan dikonsumsi oleh keluarga.

Dalam penelitian ini sebagian besar ibu siswa adalah ibu rumah tangga (73,8%). Pada tabel 5.36, berdasarkan hasil uji chi-square, diperoleh nilai P = 0,07 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan status gizi siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh oleh Daryono (2003) yang tidak menemukan adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh sedikitnya variasi pekerjaan dari data yang diperoleh sehingga kebanyakan yang mendominasi pekerjaan ibu siswa adalah ibu rumah tangga.

6.7.5. Hubungan Penghasilan Ayah dengan Status Gizi

Keadaan sosial ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor menentukan jumlah makanan yang tersedia dalam keluarga sehingga turut menentukan status gizi keluarga tersebut. Yang termasuk dalam faktor social adalah ( Supariasa, 2002 ) :

1. Keadaan penduduk suatu masyarakat 2. Keadaan keluarga

3. Tingkat pendidikan orang tua

85 4. Keadaan rumah

Sedangkan data ekonomi dari faktor social ekonomi meliputi : 1. Pekerjaan orang tua

2. Pendapatan keluarga

3. Pengeluaran keluarga harga makanan yang tergantung pada pasar dan varian musim

Banyak faktor social ekonomi yang sukar dihitung secara kuantitatif khususnya pendapatan dan kepemilikan barang karena masyarakat enggan membicarakannya kepada orang yang tidak dikenal termasuk ketakutan akan pajak dan perampokan.

Dari hasil penelitian tabel 5.37, didapatkan bahwa status gizi normal dan gemuk lebih banyak ditemukan pada siswa yang ayahnya berpenghasilan lebih dari Rp 1.200.000 sedangkan status gizi sangat kurus ditemukan lebih banyak pada siswa yang ayahnya berpenghasilan < Rp 1.200.000. Berdasarkan hasil uji Chi-Square, tabel 5.34, diperoleh nilai P=0,01 (P < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara penghasilan ayah dengan status gizi siswa sedangkan nilai POR = 2,69 dengan Convidence Interval antara 1,30 sampai dengan 5,56 yang berarti siswa dengan penghasilan ayah kurang dari Rp 1.200.000 mempunyai kemungkinan 2,28 kali untuk mengalami status gizi kurus.

86

6.7.6. Hubungan Penghasilan Ibu dengan Status Gizi

Pendapatan keluarga mempengaruhi ketahanan pangan keluarga.

Ketahanan pangan yang tidak memadai pada keluarga dapat mengakibatkan gizi kurang. Oleh karena itu, setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya.

Dari tabel 5.38 diketahui bahwa status gizi sangat kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang penghasilan ibunya < Rp 1.200.000 yaitu sebanyak 9 siswa (6,9%), status gizi kurus lebih banyak ditemukan pada siswa yang penghasilan ibunya < Rp 1.200.000 sebanyak 25 siswa (19,1%), status gizi normal juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang penghasilan ibunya < Rp 1.200.000 yaitu sebanyak 89 siswa (67,9%), dan status gizi gemuk juga lebih banyak ditemukan pada siswa yang yang penghasilan ibunya > Rp 1.200.000 yaitu sebanyak 8 siswa (6,1%).

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square, tabel 5.35, diperoleh nilai nilai P = 0,30 (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penghasilan ibu dengan status gizi siswa.

6.8. Hubungan Konsumsi Zat Gizi Jajanan dengan Status Gizi

Dalam dokumen Skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 99-104)

Dokumen terkait