BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
B. Penyajian Data dan Analisis
Setelah melalui proses pengumpulan dilapangan yaitu SMA Katolik Santo Paulus Jember, menurut peneliti sudah mewakili dari tujuan yang diinginkan serta dapat menjawab dari beberapa fokus masalah yang menjadi kajian penelitian.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik wawancara, observasi, dan dokumenter. Berdasarkan ketiga teknik tersebut, diperoleh data tentang implementasi model pembelajaran aktif (active learning) pada mata pelajaran pendidikan religiositas siswa kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017, dengan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Perencanaan Model Pembelajaran Aktif ( Active Learning ) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas Siswa Kelas X di SMAK Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.
Perencanaan merupakan suatu proses yang dilakukan dalam mempersiapkan kegiatan secara sistematis dan jelas yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan hasil wawancara, observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, bahwa di SMA Katolik Santo Paulus Jember telah melaksanakan model pembelajaran aktif. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan kepala sekolah SMA Katolik Santo Paulus, Romo Antonius Denny Chayo:6
“mengenai kemajuan pendidikan yang saya lakukan selama menjabat sebagai kepala sekolah diantaranya guru-guru ketika mengajar pelajaran sudah mulai menggunakan model terbaru, yaitu menggunakan actif learning, hal ini kami lakukan supaya peserta didik tidak bosan dan malas dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Adapun untuk mengetahui lebih lanjut bisa ditanyakan ke guru yang bersangkutan”.
Pernyataan tersebut juga di iyakan oleh guru pengampu mata pelajaran pendidikan religiusitas, yaitu bapak hendrikus:7
“memang benar, kami semua guru disini dalam mengajar telah menggunakan model terbaru yaitu active learning, mereka sangat senang sekali dengan metode terbaru itu.”
Sehubungan dengan hal ini, dalam implementasi model pembelajaran aktif (active learning) pada mata pelajaran pendidikan religiositas siswa kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember kegiatan perencanaan dilakukan dengan; a)
6 A.Denny Cahyo,Wawancara, Jember,31 Mei 2017
7 Hendrikus, Wawancara, Jember 04 April 2017
menentukan tujuan khusus, b) merencanakan materi pembelajaran, c) merencanakan alat/media pembelajaran, d) merencanakan metode pembelajaran
a. Menentukan Tujuan Pembelajaran Aktif
Dalam merancang pembelajaran tugas pertama guru adalah merumuskan tujuan pembelajaran khusus beserta materi pelajarannya.
Tujuan pembelajaran merupakan komponen yang harus dirumuskan oleh seorang pendidik ketika akan melakukan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang akan menjadi dasar dalam pembelajaran. Adapun tujuan perencanaan pembelajaran pendidikan religiositas di SMA Katolik Santo Paulus Jember ini berdasarkan dari pengembangan Kompetensi Dasar dan indikator yang tertera di RPP.
Sebagaimana yang didapatkan dari hasil wawancara dengan bapak Hendrikus sebagai berikut:8
“Tujuan dalam sebuah proses pembelajaran adalah arah yang harus dicapai. Agar suatu perencanaan pembelajaran dapat disusun dan ditentukan dengan baik, maka suatu tujuan itu harus dirumuskan dalam bentuk sasaran yang jelas dan terukur.
Dengan adanya sasaran yang jelas, maka ada target yang harus dicapai. Target itulah yang selanjutnya menjadi fokus dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. Mengajar bukanlah sekadar menyampaikan materi, akan tetapi membentuk manusia secara utuh. Pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi hasil beelajar dan sisi proses belajar. Melalui perencanaan itulah kedua sisi pembelajaran dapat dilakukan secara seimbang. Rumusan tujuan pembelajaran itu harus mencakup 3 aspek penting yang diistilahkan oleh Bloom, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik”.
8 Hendrikus, Wawancara, Jember 05 Mei 2017
Melalui rumusan tujuan, seorang guru bisa memproyeksikan apa yang harus dicapai oleh siswa setelah berakhir suatu proses pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajarn tugas seorang guru adalah menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi indikator hasil belajar siswa.
b. Merencanakan Materi Pokok Pembelajaran Aktif
Materi pokok adalah pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari siswa sebagai pencapaian kompetensi dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang telah disusun berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Hendrikus mengenai materi pokok sebagai berikut:9
“sebenarnya standar materi pokok itu sudah ditetapkan secara nasional, tapikan disini kita memakai mata pelajaran pendidikan religiositas, jadi kita dalam menentukan materi melihat acuan dari buku pedoman pendidikan agama katolik, itu hanya urutan-urutan babnya saja. Setelah itu untuk materi- materinya saya cari sumber lain. Tapi untuk pembahasan materi yang berkaitan dengan siswa katolik kami tetap menggunakan acuan buku pendidikan agama katolik. Kalau yang agama lain kami mencari dari berbagai sumber yang relevan.”
Materi pembelajaran atau pokok-pokok materi pembelajaran itu perlu dirinci kemudian diurutkan. Satu hal penting yang harus diperhatikan dalam merinci materi pembelajaran adalah menentukan jenis materi pembelajaran.
Materi pokok disusun untuk pencapaian tujuan, oleh karena itu, materi pokok itu harus dipilih sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dicapai.
9 Hendrikus, Wawancara, Jember, 05 Mei 2017
c. Merencanakan Alat/Media Pembelajaran Aktif
Perencanaan media atau alat pembelajaran adalah yang penting dalam proses pembelajaran, karena dengan merencanakan alat atau media yang akan digunakan, nantinya akan memudahkan seorang pendidik dalam proses pembelajaran. Jadi alat atau media itu harus disediakan sebelum kegiatan pembelajaran itu dilakukan. Dengan adanya perencaan ini akan memudahkan guru dan siswa dalam belajar dan juga tidak akan merepotkan guru pada saat proses pembelajaran itu berlangsung. Brdasarkan pemaparan dari bapak Hendrikus sebagai berikut:10
“ kalau bertanya mengenai alat atau media di dalam kelas sudah disediakan oleh sekolah, seperti papan tulis, LCD proyektor, alat tulis lainnya yang mendukung kegiatan pembelajaran. Jadi kami tidak membebani siswa untuk membawa alat dari rumah masing-masing. Adapun mengenai materi atau bahan ajar kita menyediakan fotocopyan seminggu sebelum kegiatan pembelajaran. Namun kadang ada saja kelas yang membandel, tidak memfotocopy file yang telah saya beri seminggu sebelumnya. Hal ini yang kadang membuat saya jengkel dan marah kepada mereka. Kan pembelajaran gak bisa efektif kalau hanya mengandalkan tampilan powerpoint dilayar. Karena dipowerpoint itu kan hanya rangkumannnya saja, sedangkan kalo yang difile fotocopyan itu lengkap semua.”
Penulis melihat langsung ke dalam kelas, adapun perlengkapan yang digunakan dalam pembelajarn memang ada papan tulis, LCD proyektor dan alat tulis lainnya yang mendukung kegiatan pembelajaran. Hal ini yang dapat melancarkan kegiatan pembelajaran berjalan lancar. Menurut pengamatan yang penulis lakukan memang betul sebelum pembelajaran dilakukan, seminggu sebelumnya guru memberikan file untuk dicopy sesuai dengan banyaknya siswa dikelas, ketika penulis melakukan penelitian disana, siswa di
10 Hendrikus, Wawancara, Jember, 05 Mei 2017
dalam kelas tidak ada satupun yang mempunyai file fotocopyan tersebut, sehingga proses pembelajaran kurang maksimal.11
d. Merencanakan Strategi Dan Metode Pembelajaran Aktif
Strategi dan metode pembelajaran merupakan suatu proses yang berkaitan dengan penyampaian materi dalam upaya mencapai kompetensi yang diinginkan. Untuk mengajarkan kompetensi yang berjenis kognitif, afektif dan psikomotorik pastinya akan membutuhkan strategi dan metode yang berbeda, demikian pula jika mengajarkan materi yang berasal dari jenis yang berbeda pasti akan memerlukan strategi dan metode yang berbeda pula sesuai dengan materi pelajaran yang akan dipelajari. Sebagaimana menurut bapak hendrikus sebagai berikut:12
“kalau kami dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran itu melihat dulu isi materinya, ya kalo tidak melihat materinya terlebih dahulu ya ngawur nanti kegiatan pembelajarannya otomatis amburadul. Kan dalam pembelajaran aktif itu banyak sekali to macamnya, bisa misalkan pakai metode diskusi, mencari informasi, tanya jawab, berpasangan dan lain sebagainya. Tapi metode yang sering saya pakai itu diskusi, mencari informasi, tanya jawab itu saja.
Perencanaan pemilihan strategi dan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu sangat penting sekali guna untuk memudahkan dalam proses pembelajaran. Dengan diadakannya perencanaan ini, otomatis guru akan mudah dalam mengajar, sehingga tidak perlu berfikir panjang untuk bingung memikirkan memakai metode apa.
11 Observasi, 05 Mei 2017
12 Hendrikus, Wawancara, Jember, 05 Mei 2017
2. Pelaksanaan Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas Siswa Kelas X di SMAK Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.
Keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran pendidikan religiositas itu terletak pada bagaimana cara penyampaian dan penentuan langkah-langkah dalam proses kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran yang akan dilakukan itu bisa menyenangkan dan tidak membosankan, dengan demikian kelas menjadi aktif. Adapun langkah-langkah pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran aktif pendidikan religiositas di SMA Katolik Santo Paulus Jember adalah sebagai berikut:
a. Memulai Proses Pembelajaran Aktif
Ketika seorang guru memulai suatu kegiatan pembelajaran seharusnya didahului dengan pemanasan terlebih dahulu, sehingga bisa memunculkan rasa semangat dalam mengikuti pelajaran. Adapun langkah awal dalam memulai pelajaran, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran pendidikan religiositas adalah:
1) Apersepsi
Menurut bapak hendrikus apersepsi dilaksanakan dengan yang pertama mengecek kehadiran siswa, menanyakan kegiatan ibadah masing- masing siswa, mereview materi pembelajaran yang telah diberikan,
selanjutnya memberi pertanyaan sebagai pemanasan. Sebagaimana hasil temuan dan wawancara dengan bapak hendrikus:13
“ sebelum memulai pelajaran mereka memberi salam dan hormat, selanjutnya ada salah satu perwakilan siswa maju ke depan kelas untuk mengomando berdoa. Setelah itu saya akan mengecek daftar hadir siswa, setiap seminggu sekali saya kadang-kadang juga mengecek kegiatan ibadah mereka. Disini kan muridnya campur mas, ada yang beragama katolik, islam, kristen, budha, hindu dan kong huchu. Jadi saya tanyakan itu kepada masing masing siswa kegiatan ibadah yang dilakukannya, ini saya jadikan sebagai penilaian psikomotorik, jika ada ibadahnya yang bolong maka saya kurangi poin nilainya 5 poin. Kepada siswa yang muslim saya tanyakan; sholat lima waktunya bagaimana, ada yang bolong apa tidak, dan tiap jumat melakukan jumatan apa tidak bagi yang laki-laki. Sedangkan bagi yang beragama katolik dan kristen saya tanyakan; hari minggu pergi ke gereja atau tidak, begitupun dengan siswa yang beragama selain itu mas. Setelah itu saya juga mengulang materi yang lalu, karena banyak sekali siswa ketika ditanya mereka lupa dan tidak bisa menjawab.”
Pembelajaran pendidikan religiositas ini dimulai dengan siswa memberi hormat dan salam kepada sang guru. Setelah berdoa menurut keyakinannya masing-masing, maka guru melalukan apersepsi. Adapun apersepsi yang dilakukan oleh pak Hendrikus adalah mengecek daftar hadir siswa, mengecek kegiatan ibadah masing-masing siswa berdasarkan agama yang dianutnya. Selanjutnya sang guru mengulang materi pembelajaran yang telah dilalukan pada minggu yang lalu. Dari hasil penelitian awal, banyak siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh beliau.14
13 Hendrikus, Wawancara, Jember, 16 Mei 2017
14 Observasi, 16 Mei 2017
2) Motivasi
Sebelum menuju ke materi yang baru, sang guru biasanya memberikan motivasi, pemberian motivasi ini sangat penting bagi siswa, karena dengan adanya motivasi maka siswa akan tumbuh rasa semangat dalam mengikuti suatu pelajaran. Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Hendrikus sebagai berikut:15
“Motivasi itu sangat penting mas dalam menggugah semangat belajar siswa. Kan banyak to kita temui di sekolah-sekolah seorang guru itu langsung memberi materi atau tugas dadakan kepada siswanya, hal itu justru memunculkan kejenuhan dalam mengikuti suatu pelajaran.
Nah, pada saat pembelajaran saya selalu menyelipkan sebuah motivasi kepada mereka. Mereka sangat antusias sekali mendengar motivasi yang saya berikan.
Sebagaimana hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa motivasi itu sangat bermanfaat bagi para peserta didik. Dengan adanya motivasi tersebut peserta didik akan terpacu untuk giat belajar dan meraih prestasi serta mewujudkan cita-cita yang didambakannya. Dalam pembelajaran aktif (active learning) bentuk motivasi yang harus lebih dikembangkan itu motivasi instrinsik, supaya proses belajar yang ditekuni itu muncul berdasarkan minat dan inisiatifnya sendiri, bukan karena dorongan lingkungan atau orang lain. Motivasi belajar itu akan meningkat jika pendekatan belajar yang digunakan oleh seorang guru lebih dipusatkan kepada siswa, denagan kata lain siswa yang lebih aktif.
15 Hendrikus, Wawancara, Jember 16 Mei 2017
b. Menyampaikan Materi Pembelajaran Aktif
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam kajian teori, bahwa seorang guru itu harus faham betul mengenai materi yang akan disampaikan ketika kegiatan pembelajaran. Sebagai seorang pendidik yang profesional seyogyanya harus selalu meningkatkan pengetahuan dan ilmu yang dimiliki. Hal ini bisa dilalukan dengan, sebelum mengajar pendidik membaca dan mempelajari materi yang akan diajarkan ketika malam harinya sehingga keesokan harinya akan muidah dalam menyampaikan materi kepada peserta didiknya. Dalam menyampaikan materi harus menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh si peserta didik, menarik dan tentunya menyenangkan tidak membosankan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak Hendrikus:16
“saya dalam menyampaikan materi pelajaran tidak bertele- tele, enjoy saja, tidak mengekang mereka. Sebisa mungkin saya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi mereka. Dalam menyampaikan materi saya hanya menjelaskan seperlunya saja, selanjutnya mereka mendiskusikan dengan temannya, baru kalo ada yang belum faham mereka bertanya.
Hal ini dikuatkan dengan pendapat Fatimah Sandra Dewi siswa kelas X IPS 4:17
“ dalam menyampaikan materi beliau santai, nyaman dan mengayomi pokoknya. Beliau suka bercerita kisah-kisah disela-sela penyampaian materi, sehingga saya mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas lagi. Mudah kok kalo memahami, tinggal kitanya saja sih mudah menerima apa enggak.”
16 Hendrikus, Wawancara, Jember, 22 Mei 2017
17 Fatimah Sandra Dewi, Wawancara, Jember, 18 Oktober 2017
Materi yang disampaikan bapak Hendrikus sebagaimana temuan sebelumnya yaitu mengikuti pedoman dari buku pelajaran agama katolik, namun untuk isi materinya menyesuaikan dengan bab yang dibahas dan sesuai dengan agama masing-masing. Bapak Hendrikus dalam menyampaikan pelajaran aktif religiositas ini biasanya menggunakan tampilan powerpoint dan juga kadang menggunakan fotocopyan.18
c. Penggunaan Media Atau Alat Pembelajaran Aktif
Kegiatan pembelajaran pendidikan religiositas di SMA Katolik Santo Paulus Jember menggunakan media yang mendukung terhadap pembelajaran. Didalam kelas telah disediakan LCD Proyektor dan kelengkapannya, papan tulis, dan alat peraga lainnya. Sebagaimana hasil wawancara berikut ini:19
“Di sekolah kami tiap kelas sudah dilengkapi dengan LCD, jadi ketika mengajar kita enak tidak mengalami kerepotan.
Disamping mengandalkan LCD saya biasanya juga menggunakan fotocopyan. Hal ini untuk memudahkan siswa dalam menambah pengetahuan selain dari tampilan powerpoint. Kadang saya jengkel juga kepada kelas yang tidak mempunyai fotocopyan karena ketika ditanya menegnai materi yang baru saja dibahas mereka tidak tahu.”
Hal ini juga dikuatkan dengan pendapat dari Alexander Kevin Anggara selaku ketua kelas X IPS 4 mengatakan:20
“ dalam kegiatan pembelajaran guru biasanya menggunakan slide powerpoint dan juga kadang memberi tugas kepada saya untuk mengcopy file terus dibagi keteman-teman. Tapi
18 Obesrvasi, 16 Mei 2017
19 Hendrikus, Wawancara, 16 Mei 2017
20 Alexander Kevin Anggara, Wawancara, Jember, 18 Oktober 2017
ya begitu kadangsaya lupa mengcopy sehingga kena marah pak Hendrikus waktu itu.”
Bapak Hendrikus dalam menyampaikan pelajaran kebanyakan menggunakan media powerpoint, papan tulis, fotocopy, menayang video dalam setiap pertemuannya.21 Adapun penggunaan dari media maupun alat tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan materi yang dibahas pada pertemuan tersebut. Kadang bapak Hendrikus seminggu sebelum pembelajaran memberikan file kepada perwakilan kelas untuk digandakan dan dijadikan tambahan pengetahuan siswa.
d. Metode Pembelajaran Aktif
Metode pembelajaran merupakan cara guru mengajar/menyampaikan materi kepada peserta didiknya agar mudah dipahami dan tentunya tidak membosankan. Adapun metode yang dipakai dalam pembelajaran aktif di SMA Katolik Santo Paulus Jember adalah bermacam-macam, sebagaimana wawancara dengan bapak hendrikus:22
“di sekolah kami ini telah menggunakan model pembelajarn terbaru, yaitu active leraning, disamping menggunakan metode ceramah. Metode pembelajaran aktif yang kami pakai dalam pembelajaran pendidikan religiositas ini, misalnya metode diskusi, search information, tanya jawab, dan penugasan. Mereka sangat senang sekali ketika diadakan diskusi-diskusi. Mereka saling bertanya mengenai ajaran-ajaran agama yang dianut temannya, sehingga lahirlah sikap saling menghargai ketika berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran aktif, diantaranya yaitu diskusi kelompok, search information, tanya jawab dan penugasan.
21 Observasi,,
22 Hendrikus, Wawancara, Jember, 31 Mei 2017
e. Mengakhiri Kegiatan Pembelajaran Aktif
Dalam proses mengakhiri suatu kegiatan pembelajaran aktif religiositas ada tahapan yang dilakukan, mulai dari mengulang materi materi yang telah disampaikan, memberikan kesimpulan bersama siswa, melakukan reflesksi kegiatan pembelajaran, memberikan umpan balik, menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya, doa bersama.
Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Hendrikus sebagai berikut:23
“ intinya apa yang kami tetapkan pada pembelajaran aktif ini pada mapel pendidikan religiositas kami mengacu pada buku pedoman yang ada pada buku pendidikan katolik mengenai urutan-urutan pembahasannya. Dan sebelum pembelajaran diakhiri kami selalu mengulang kembali pelajaran yang telah disampaikan, hal ini tentu kami lakukan untuk mengasah kemampuan mereka dalam menyerap pelajaran yang kami berikan. Setelah itu kami bersama mereka menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dilakukan agar ada kesannya. Setelah itu kami juga merefleksikan isi materi yang ada, kami hubungkan dengan kehidupan siswa sehari-hari sehingga dalam diri mereka akan timbul rasa toleran, tenggang rasa, saling menghargai diantara perbedaan. Langkah selanjutnya yang kami lakukan yaitu memberi umpan balik kepada mereka, mungkin ada pertanyaan, maka mereka kami beri kesempatan dan waktu untuk bertanya, ketika ada yang bertanya pun kami beri point agar mereka semangat ketika belajar. Setelah itu kami menyampaikan materi pembelajaran dipertemuan berikutnya, hal ini kami lakukan agar mereka belajar dirumah dan ketika di sekolah mereka sudah faham isi materi yang akan dipelajari selanjutnya.
Setelah rangkain itu seslesai kami tutup dengan doa, perwakilan kelas maju untuk memimpin doa. Bagi yang muslim kami haruskan untuk membaca surat al-Fatihah dan doa kafaratul majlis.”
23 Hendrikus, wawancara, jember, 22 mei 2017
Menurut hasil temuan ketika melakukan pengamatan langsung di dalam kelas, memang betul apa yang dikatakan oleh bapak Hendrikus. Dalam rangkaian penutup ketika pembelajaran beliau bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, setelah itu merefleksikan hasil dari belajar tersebut berupa himbauan kepada siswa untuk seslalu menghargai orang lain yang tidak seiman dengan mereka, tidak boleh mengolok, dan harus saling mengasihi. Beliau juga memberi kesempatan kepada siswa yang belum faham materi pembelajaran untuk bertanya dan bagi yang bertanya dicatat didaftar hadir dan mendapatkan poin tambahan, setelah itu beliau juga menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya, agar siswa mempelajari materi selanjutnya, disitu pak Hendrikus memberikan file kepada perwakilan siswa untuk digandakan dan dibawa pada pembelajaran selanjutnya. Setelah itu ditutup dengan doa. Ada hal menarik yang membuat penulis kagum, karena bagi siswa yang muslim dianjurkan untuk berdoa sesuai dengan doa islam yaitu disuruh membaca surat al-Fatihah dan doa kafaratul majlis.24
3. Evaluasi Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas Siswa Kelas X Di SMAK Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.
Evaluasi model pembelajaran aktif pada pendidikan religiositas di SMA Katolik Santo Paulus Jember menggunakan dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Sebelum menginjak kemasalah jenis-jenis evaluasi yang digunakan maka perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai tahapan-tahapan dalam melakukan kegiatan evaluasi. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) menentukan tujuan evaluasi, 2) menentukan desain evaluasi,
24 Observasi, 16 Mei 2017
3) penyususnan instrumen evaluasi, 4) pengumpulan data, 5) analisis dan interpretasi, 6) tindak lanjut. Dalam penelitian ini dijelaskan masing-masing tahapan tersebut.
1) Menentukan Tujuan Evaluasi Pembelajaran Aktif
Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar itu penting sekali, sebab tanpa adanya tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar itu akan berjalan tanpa arah dan pada gilirannya tidak mempunyai arti dan fungsi yang jelas.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh bapak Hendrikus dalam wawancara sebagai berikut:25
“Ya benar, kami dalam melakukan evaluasi selalu menentukan tujuan dari kegiatan evaluasi tersebut. Dengan menentukan tujuan dari evaluasi ini tentunya kami akan mudah untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran yang telah kami lakukan. Apalagi ini mengenai religiositas yang begitu sangat penting”.
Dari pernyataan bapak Hendrikus tersebut dapat diketahui bahwa penentuan tujuan evaluasi ini bisa memudahkan untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pembelajaran yang dilaksanakan serta untuk mencari dan menemukan faktor penyebab keberhasilan maupun ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran religiositas ini.
2) Menentukan Desain Evaluasi Pembelajaran Aktif
Dalam Menentukan dan memilih desain evaluasi pembelajaran aktif ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik perlu dirumuskan jelas, desain evaluasi seperti apa yang akan digunakan/diterapkan. Dalam kegiatan pembelajaran aktif pendidikan religiositas teknik evaluasi yang dipakai
25 Hendrikus, Wawancara, Jember, 22 Mei 2017
adalah tes dan non tes.26 Sebagaimana pernyataan bapak Hendrikus dalam wawancara:27
“Mengenai teknik evaluasi yang kami pakai, disini kami menggunakan teknik tes dan non tes. Kalau tes itu berupa ulangan harian, Mid semester, Ujian Akhir Semester, tanya jawab disela-sela akhir pembahasan subbab, jika ada siswa yang bertanya atau menjawab pertanyaan yang kami berikan, kami akan memberi poin tambahan didaftar absen, bahwa siswa ini aktif di dalam kelas dan selalu menjawab pertanyaan serta bertanya. Kebanyakan tes yang kami pakai itu essay dan jawab singkat, kalau ujian akhir semester ada pilihan gandanya.
Adapun yang non tes biasanya kami melakukan pengamatan, pengamatan ini kami lakukan untuk melihat antusias peserta didik ketika kami sedang memberi pembelajaran kepada mereka.”
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa desain dan teknik evaluasi yang dipakai dalam kegiatan evaluasi pembelajaran aktif pendidikan religiositas berupa tes dan nontes. Tes disini dapat berbentuk essay, pilihan ganda, jawab singkat. Dan teknik non tes itu berupa pengamatan kegiatan peserta didik dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas.
3) Penyusunan Instrumen Evaluasi Pembelajaran Aktif
Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam kegiatan evaluasi pembelajaran aktif itu sangat penting. Adapun instrumen yang dipakai dalam kegiatan evaluasi pembelajaran di SMA Katolik Santo Paulus ini menggunakan teknik tes dan non tes.28 Sebagaimana wawancara dengan bapak Hendrikus:29
“Untuk penyusunan intrumen evaluasi ini, kami menggunakan alat pengukuran berupa tes dan non tes.
Seperti yang telah kami jelaskan tadi. Tes itu biasanya
26 Observasi, 16 Mei 2017
27 Handrikus, Wawancara, Jember, 16 Mei 2017
28 Observasi, 16 Mei 2017
29 Wawancara, 16 Mei 2017