• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pembelajaran Aktif dalam Pendidikan Religiositas Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Penerapan Pembelajaran Aktif dalam Pendidikan Religiositas Siswa"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

(ACTIVE LEARNING) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN RELIGIOSITAS SISWA KELAS X DI SMA KATOLIK SANTO PAULUS JEMBER

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam

Program Studi Pendidikan Agama Islam

IAIN JEMBER

Oleh:

MUHAMMAD MUSLIMIN NIM: 084 131 363

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

SEPTEMBER 2017

(2)

MOTTO

ِ س ِ ب

ِ مِ

ِ للا

ِ رلا ِ

ِ مِ ن ِ ح

ِ رلا ِ

ِ حِ ي

ِ مِ

َ ايَ اَ

يَ ه

َ نلاا

َ سا

ََ اَ ن

َ خا

َ لَ قَ ن

َ مَ َ ك

َ مَ ن

َ كَ ََ ذ رَ وَ اَ ن

َ وَى َ ث

َ جَ ع

َ لَ ن

َ مَ َ ك

َ شَ ع

َ وَ ب

َ وَا

َ قَ بَ

َ لََ ل ئا

َ تَ ع

َ راَ ف

َ وا

َ اَ ن

َ كَ ر ََ ا

َ مَ ك

َ مَ

َ عَ ن

َ د

َ للا

ََ اَ ت

َ قَ ك

َ مََ ا

َ للا َ نَ

ََ عَ ل

َ يَ مَ

َ خَ ب

َ يَ ر

Artinya: wahai manusia ! sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah maha Mengetahui, Maha Teliti. (QS. Al-Hujurat:13)*

َ لَ ك

َ مَ

َ دَ يَ ن

َ مَ َ ك

َ وَ ل

َ يَ ن ََ د

Artinya : untukmu agamamu dan untukku agamaku ( Q.S. Al-Kafirun : 6)

* Ahmad Hatta, Ar-Rahman Tafsir Quran Perkata ( Jakarta: Maghfirah Pustaka,2016), 515

Ibid, 603

(3)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada : Ibunda dan ayahanda tercinta

Saudara-saudaraku tercinta

Abah dan ibu nyai ponpes Ibnu Sina Adik-adikku tersayang

Bupati Banyuwangi, bapak Abdullah Azwar Anas Dinas Pendidikan Banyuwangi

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, karena ridho- Nya penluis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiusitas Siswa Kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan lancar. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Kekasih yang selalu dirindui umatnya, habibana Muhammad SAW, yang selalu mencintai dan mendoakan umatnya.

Kesuksesan penulisan ini diperoleh karena dukungan banyak pihak.

Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM. Selaku Rektor IAIN Jember.

2. Dr. H. Abdullah, S. Ag., M.H.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember.

3. Dr. Mundir, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Jember.

4. Drs. H. Mursalim, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Jember, sekaligus dosen pengajar.

5. As’ari, M.Pd.I, dosen pembimbing skripsi.

6. A. Denny Cahyo S., S.S., M.S.c, Kepala SMA Katolik Santo Paulus Jember yang telah mengizinkan pelaksanaan penelitian ini.

(6)

7. Hendrikus Paya Hayon, Guru Pendidikan Religiusitas yang telah membantu dalam penelitian ini.

8. Siswa kelas X di SMA Katolik Santo Paulus, yang telah membantu memberikan data.

Akhirnya semoga Allah memberikan kebaikan atas segala amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis, amin ya mujibas sailin.

Jember, 11 Agustus 2017 Penulis

MUHAMMAD MUSLIMIN 084 131 363

(7)
(8)
(9)

Muhammad Muslimin. 2017. Implementasi Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas Siswa Kelas X Di SMA Katolik Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata kunci: implementasi, pembelajaran aktif, pendidikan religiositas

Latar belakang masalah ini didasari pada suatu kenyataan yaitu dimana pendidikan di Indonesia yang kualitas pembelajarannya masih rendah. Kondisi ini disebabkan karena pendidikan di Indonesia masih diwarnai oleh pendekatan yang menitikberatkan pada model pendidikan konvensional, sehingga kurang merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Pada perkembangannya sudah banyak sekolah yang menerapkan model pembelajaran aktif. Salah satunya adalah SMA Katolik Santo Paulus Jember yang mana dalam pendidikan agama diganti menjadi pendidikan religiusitas, karena di sekolah tersebut siswanya terdiri dari berbagai agama.

Fokus penelitian ini adalah bagaimana perencanaan, pelaksanaaan, dan evaluasi model pembelajaran aktif ( active learning ) pada mata pelajaran pendidikan religiusitas siswa kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember tahun pelajaran 2016/2017?

Adapun penelitian ini bertujuan untuk : mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi model pembelajaran aktif (active learning) pada mata pelajaran pendidikan religiusitas siswa kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember tahun pelajaran 2016/2017.

Pendekatan Penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif deskriptif, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis dengan mengambil latar SMA Katolik Santo Paulus Jember. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) perencanaan model pembelajaran aktif ( active learning ) pada mata pelajaran pendidikan religiusitas siswa kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember terdiri dari merumuskan tujuan, merencanakan materi pokok, merencanakan bahan dan alat/sumber belajar, merencanakan strategi dan metode pembelajaran. 2) pelaksanaan model pembelajaran aktif ( active learning ) pada mata pelajaran pendidikan religiusitas siswa kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember terdiri dari memulai pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, penggunaan alat/media, strategi dan metode, mengakhiri kegiatan pembelajaran. 3) evaluasi model pembelajaran aktif ( active learning ) pada mata pelajaran pendidikan religiusitas siswa kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember terdiri dari 2 jenis evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto ... iv

Persembahan ... v

Abstrak ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Penelitian Terdahulu ... 12

B. Kajian Teori ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36

B. Lokasi Penelitian ... 37

C. Subyek Penelitian ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Analisis Data ... 44

F. Keabsahan Data ... 47

G. Langkah-langkah Penelitian ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ... 51

A. Gambaran Obyek Penelitian... 51

(11)

B. Penyajian Data dan Analisis ... 63

C. Pembahasan Temuan ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan... 92

B. Saran ... 93

Daftar Pustaka ... 95 Lampiran-Lampiran

(12)

Daftar Tabel

No Tabel Keterangan

1 persamaan dan perbedaan

2. Data siswa kelas X per 9 agustus 2016

3 Data siswa kelas XI per 9 agustus 2016

4 Data siswa kelas XII per 9 agustus 2016

5 Data siswa kelas X Per 2 Mei 2017

6 Data siswa kelas XI per 2 mei 2017

7 Data siswa kelas XII per 2 mei 2017

8 Data guru SMA KSPJ

9 Data daftar karyawan SMA KSPJ

10 Data sarana dan prasarana

(13)

BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dan sangat strategis dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Berdasarkan pada UU RI. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:1

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab”.

Tujuan pendidikan di sekolah harus mampu mendukung kompetensi tamatan yang berkualitas yang mana hal ini berguna untuk mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan kebutuhan daerah. Sementara itu, kondisi pendidikan di Indonesia masih diwarnai oleh pendekatan yang lebih menitikberatkan pada model pendidikan yang konvensional, sehingga hal ini kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.

Salah satu permasalahan serius yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran, termasuk didalamnya pembelajaran pendidikan agama. Proses pembelajaran pendidikan agama yang terjadi kerap kali baru bersifat seadanya, rutinitas, formalitas, kering, dan kurang makna.2

Selama lebih dari 2400 tahun yang lalu, konfusius menyatakan : yang saya dengar saya lupa, yang saya lihat saya ingat, yang saya kerjakan saya fahami. Ketiga

1 Sekretariat Negara RI, Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam ( Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2001), 190

(14)

pernyataan tersebut berbicara tentang perlunya belajar aktif. Silbermen telah memodifikasi kata-kata bijak dari konusius itu menjadi : apa yang saya dengar saya lupa; yang saya dengar dan lihat saya sedikit ingat; yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami; yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.3

Pendidikan agama yang diterapkan di sekolah sering kali terkesan kurang menarik bahkan membosankan. Guru agama seringkali hanya menjelaskan secara teoritis tanpa memperaktikkan dan melibatkan peserta didik. Metode pengajaran juga kurang menarik perhatian peserta didik. Yang terjadi di kelas, guru biasanya memulai pelajaran dengan cerita atau bahkan menerangkan materi dengan berceramah.

Banyak pembelajaran di sekolah disampaikan hanya dengan metode ceramah, maka hal ini akan sangat sulit untuk dipahami oleh peserta didik, sehingga akan menimbulkan kejenuhan dan peserta didik cenderung bersifat pasif. Oleh sebab itu, seiring dengan perkembangan kurikulum saat ini, proses pembelajaran tidak cukup hanya dengan menyampaikan informasi, akan tetapi diharuskan mampu mendorong peserta didik untuk melakukan suatu proses melalui berbagai aktivitas yang dapat mendukung terhadap pencapaian kompetensi. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama adalah dengan memperbaiki kualitas pembelajaran.

Suasana belajar yang efektif tentunya akan mengurangi tingkat kejenuhan sesorang terhadap teori-teori lama yang ada dalam dunia pendidikan. Selanjutnya kejenuhan peserta didik terhadap suatu metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil yang diharapkan sebelumnya. Oleh karena itu, para ahli pendidikan sekarang telah berusaha menciptakan berbagai model dan strategi pembelajaran baru

3 Mel Silbermen, Active Learning;101 Cara Belajar Siswa Aktif ( Bandung:Nusamedia,2009),23

(15)

yang diharapkan bisa meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang baru itu adalah pembelajaran aktif (active learning).

Model pembelajaran aktif (active learning) ini sudah diterapkan di SMAK Santo Paulus Jember. Guru agama tidak hanya mengandalkan metode ceramah saja dalam menyampaikan materi dan dalam proses belajar mengajar peserta didik harus berperan aktif dan mendominasi pembelajaran, sehingga dengan demikian pembelajaran yang berlangsung tidaklah monoton dan sehingga terkesan menyenangkan.

Agama merupakan bagian yang penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang senantiasa fundamental bagi pembentukan karakter bangsa, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara yang beragama. Sesungguhnya perbedaan agama itu sama sekali bukan sebagai halangan untuk melakukan kerjasma, bahkan dalam al- Quran menggunakan kata lita’aarafuu supaya saling mengenal. Hal tersebut menunjukan cara Allah membimbing hambanya melalui firman-Nya yang selanjutnya disampaikan oleh sang rasul kepada umatnya untuk bersikap toleran, saling menghormati, menghargai walaupun terjadi beda keyakinan. Hal ini termaktub dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13, sebagai berikut:4

َ ايَ اَ

يَ ه

َ نلاا

َ سا

ََ اَ ن

َ خا

َ لَ قَ ن

َ مَ َ ك

َ مَ ن

َ كَ ََ ذ رَ وَ اَ ن

َ وَى َ ث

َ جَ ع

َ لَ ن

َ مَ َ ك

َ شَ ع

َ وَ ب

َ وَا

َ قَ بَ

َ لََ ل ئا

َ تَ ع

َ راَ ف

َ وا

َ اَ ن

َ كَ ر ََ ا

َ مَ ك

َ مَ

َ عَ ن

َ د

َ للا

ََ اَ ت

َ قَ ك

َ مََ ا

َ للا َ نَ

ََ عَ ل

َ يَ مَ

َ خَ ب

َ يَ ر

Artinya: wahai manusia ! sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kami jadikan kamu berbangsa- bangsa, dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah maha Mengetahui, Maha Teliti. (QS. Al-Hujurat:13)

4 Ahmad Hatta, Ar-Rahmah Tafsir Quran Perkata ( Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2016), 515

(16)

Ayat Al-Quran diatas menjelaskan keragaman itu merupakan sarana untuk kemajuan peradaban. Dengan adanya banyak perbedaan, baik dari segi suku, budaya, ras, golongan dan agama, diharapkan manusia itu dapat memelihara kerukunan diantara sesama dan saling menerima satu sama lain. Karena dari ayat tersebut yang membedakan kualitas manusia dihadapan Allah adalah kadar keimanan dan ketaqwaannya seberapa besar. Dengan demikian kita tak perlu mengklaim bahwa diri kita yang lebih baik dibandingkan dengan orang lain. Pendidikan religiositas merupakan salah satu bentuk sarana dimana kita diajarkan untuk saling menghormati antar pemeluk agama, karena dimasyarakat kita yang multikultural dan prular. Peran pendidikan disini sangat penting bagi pertumbuhan pola pikir seorang anak dan perkembangan sikap.

Adapun fakta yang terjadi dilapangan seperti di SMA Katolik Santo Paulus Jember yang tidak memberikan pelajaran pendidikan agama, walaupun yang tertera dikurikulum adalah pelajaran pendidikan agama, tapi materi yang diajarkan berupa pendidikan religiositas secara umum yang dapat mencakup semua siswa yang ada di kelas tersebut.5 Pendidikan religiositas merupakan suatu mata pelajaran yang menggantikan pendidikan agama yang bersifat plural. Pendidikan religiositas tidak mengajarkan pendidikan agama pada satu agama saja, akan tetapi mengajarkan seluruh ajaran agama yang diakui di Indonesia ini secara umum saja dan tidak begitu mendetail. Berdasarkan pernyataan bapak sekolah Romo Denny, bahwasanya dulu ada beberapa orang tua peserta didik yang komplain dan mengusulkan untuk mendatangkan guru agama, namun bapak kepala sekolah tersebut menolak usulan tersebut. Beliau juga sempat menyinggung lembaga sekolah milik pemerintah yang

5 Observasi, SMA Katolik Santo Paulus Jember, 21 April 2017

(17)

seharusnya memberikan pendidikan religiositas, nyatanya malah memberikan pendidikan agama saja.6

Pembelajaran aktif yang diterapkan di SMA Katolik Santo Paulus ini, kadang guru agama/religiositas mengajarkan dengan dengan metode diskusi, menayangkan video, search information dan demonstrasi, serta menggunakan media power point.

Dalam kelas peserta didiknya heterogen, terdiri dari berbagai agama. Jadi ketika diskusi, guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Yang mana setiap kelompok itu ada perwakilan pemeluk agama selain katolik. Sehingga, peserta didik mengetahui seluk beluk agama temannya.7 Disamping itu peserta didik juga diajarkan untuk saling menghormati, saling menghargai satu sama lain. Sehingga jika ada peserta didik yang ketahuan mengolok agama lain maka akan diberlakukan sanksi yang tegas, bahkan bisa bisa dikeluarkan dari sekolah. Dalam hal evaluasi kegiatan pembelajaran, guru agama dalam penilaian ranah psikomotorik peserta didik, menyuruh membuat laporan kegiatan keagamaan masing-masing. Jika peserta didik tidak melakukan ibadah sesuai yang diyakini, maka poin nilainya akan dikurangi.

Laporan ini dibuat mingguan. Ketika akhir pembelajaran guru agama mengecek daftar kehadiran kegiatan ibadah masing-masing siswa menurut keyakinan yang dianutnya.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti hal ini dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas Siswa Kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017”. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini bisa untuk mengetahui implementasi model pembelajaran aktif (active learning) ini.

6 Romo Denny Cahyo, Wawancara, Jember 26 Mei 2017

7 Hendrikus, Wawancara, Jember, 04 April 2017

(18)

B. FOKUS PENELITIAN

Bagian ini mencantumkan semua pokok masalah yang dicari jawabannya melalui penelitian. Fokus masalah ini harus disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.

Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Perencanaan Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas Siswa Kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017?

2. Bagaimana Pelaksanaan Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas Siswa Kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017?

3. Bagaimana Evaluasi Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas Siswa Kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian adalah salah satu faktor penting dalam suatu penelitian, sebab tujuan ini akan memberikan gambaran tentang arah penelitian yang dilakukan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mendeskripsikan Perencanaan Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas Siswa Kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.

2. Untuk Mendeskripsikan Pelaksanaan Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas Siswa Kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.

(19)

3. Untuk Mendeskripsikan Evaluasi Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas Siswa Kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

1.1. hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang signifikan bagi semua pihak, khususnya bagi pihak-pihak yang berkompeten dengan permasalahan yang diangkat, serta dapat memperkaya khazanah dan wawasan keilmuan mengenai implementasi model pembelajaran aktif (active learning) juga dapat dijadikan rujukan dalam penelitian selanjutnya.

1.2. Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan serta pengalaman.

2. Manfaat Praktis 2.1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan kompetensi peneliti dan menambah wawasan pengetahuan terkait implementasi model pembelajaran aktif (active learning) serta bagi peneliti selanjutnya.

2.2. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi atau pemahaman pada siswa dalam kegiatan pembelajaran di SMA Katolik Santo Paulus Jember, khususnya terhadap kegiatan mata pelajaran pendidikan Religiusitas.

2.3. Bagi Lemabaga Kampus

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan literatur dan referensi bagi kampus IAIN Jember dan tentunya bagi mahasiswa yang akan

(20)

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai implementasi model pembelajaran aktif ini.

2.4. Bagi Pembaca

Khususnya bagi pendidik dan calon pendidik, penelitian ini dapat menjadikan masukan pemikiran dan pengembangan dunia pendidikan pada umumnya tentang implementasi model pembelajaran aktif (active learning).

E. DEFINISI ISTILAH

Definisi istilah berisi istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti didalam judul penelitian. Adapun tujuan dari definisi istilah ini adalah agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna dari istilah sebagaimana yang dimaksud oleh peneliti.

Agar pembehasan lebih jelas dan rinci serta untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran yang menyebabkan pengkaburan makna, maka perlu dicantumkan penjelasan istilah dari skripsi yang berjudul “ Implementasi Model Pembelajaran Aktif ( Active Learning ) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas Siswa Kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember Tahun pelajaran 2016/2017”.

a. Model Pembelajaran Aktif ( Active Learning )

Model pembelajaran aktif ( active learning ) merupakan suatu strategi pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari kedalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

Adapun menurut peneliti, maksud dari model pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu gaya pembelajaran yang diterapkan oleh guru, yang dalam

(21)

pembelajaran tersebut yang aktif adalah siswa bukan guru, guru disini hanya sebagai fasilitator saja.

Mengenai macam-macam metode pembelajaran aktif yang digunakan didalam kegiatan pembelajaran pada sub bagian pembahasan temuan dibatasi beberapa saja, yakni metode diskusi, search information, index card match, question students have, tanya jawab, dan resume kelompok.

b. Pendidikan Religiusitas

Pendidikan Religiusitas merupakan usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa baik yang seagama maupun yang berbeda agama dan kepercayaan agar membantu peserta didik menjadi manusia yang religius, bermoral, terbuka dan mampu menjadi pelaku perubahan sosial demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera lahir dan batin, berdasarkan pada nilai-nilai universal, misalnya kasih, kedamaian, keadilan, kejujuran, pengorbanan, kepedulian dan persaudaraan.

Jadi, di SMA Katolik Santo Paulus ini dalam pembelajaran agama, tidak mengkhususkan pada agama katolik saja. Dan pembelajaran katolisitas itu sendiri dilakukan diluar jam efektif sekolah. Pendidikan katolisitas dilakukan dihari jumat, sedangkan yang beragama lain langsung pulang.

c. SMA Katolik Santo Paulus Jember

SMA Katolik Santo Paulus Jember adalah suatu lembaga pendidikan berada disalah satu pusat bisnis kota jember yang terletak di jalan Trunojoyo 22 C

(22)

kotak pos 172 Jember yang dikelola oleh Yayasan Sancta Maria Malang, yang dimiliki oleh serikat para Imam dan Biarawan Karemelit.

Jadi, implementasi model pembelajaran aktif (active learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiositas siswa kelas X di SMA Katolik Santo Paulus Jember Tahun Pelajaran 2016/2017 adalah suatu pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dikemas dengan kebijakan-kebijakan yang mana dalam pembelajaran tersebut peserta didik yang aktif, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan pengarah, dalam mata pelajaran yang mengajarkan pada keberagaman tanpa adanya fanatisme didalamnya di kelas X SMA Katolik Santo Paulus Jember.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam skripsi ini, sistematika pembahasan merupakan gambaran singkat dan urutan antar bab dari skripsi, yang dirumuskan secara berurutan dari bab per bab, dengan tujuan agar pembaca dapat mudah dan cepat memahami skripsi.

Dalam pedoman penulisan karya ilmiah, skripsi ini terdiri dari lima bab, yang diawali dengan halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman persembahan, motto, kata pengantar, abstraks, daftar isi, yang dilanjutkan dengan bab I sampai bab V.

Ada pun secara garis besar, sistematika pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut yaitu:

Bab I, berisi tentang pendahuluan. Pada bab ini merupakan dasar dalam penelitian yang menguraikan tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.

(23)

Bab II, berisi tentang kajian kepustakaan. Pada bab ini menguraikan tentang ringkasan kajian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan serta kajian teori sebagai pendukung karya ilmiah ini.

Bab III, berisi tentang metode penelitian. Pada bab ini menguraikan tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, tehnik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data dan tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan.

Bab IV, berisi tentang penyajian data dan analisis. Pada bab ini menguraikan tentang gambaran objek penelitian, penyajian data dan analisis, dan pembahasan temuan.

Bab V, berisi tentang penutup. Pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.

Bab ini merupaka akhir dari penulisan karya ilmiah dan merupakan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Sebagai akhir dari penelitian ini ditutup dengan saran-saran, baik saran yang ditujukan kepada sekolah, guru, maupun pihak yang terkait, serta dilampirkan beberapa data pendukung untuk memperkuat hasil otentik penelitian.

(24)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. KAJIAN TERDAHULU

Salah satu fase yang penting untuk dikerjakan oleh si peneliti adalah penelusuran pustaka. Dalam penelitian ini, tampilan kajian terdahulu bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sesbelumnya. Dengan demikian, sehingga ditemukan mengenai posisi peneliti yang akan dilakukan, selain itu juga bertujuan untuk menghindari terjadinya duplikasi yang tidak diinginkan serta tudingan plagiat meskipun hal itu bisa saja terjadi secara kebetulan.

Adapun kajian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ellys Wahyu Ningsih. 2016. Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Madrasah Aliyah Negeri Srono Banyuwangi Tahun Pelajaran 2016/2017. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan hasilnya bahwa: a) implementasi strategi pembelajaran aktife melalui metode diskusi pada mata pelajaran fiqih, awal pelajaran guru memberikan informasi tentang maslah tugas dalam diskusi, allu mempersiapkan sarana dan prasarana untuk melakukan diskusi, tempat, peserta, waktu pelaksanaan. b) implementasi strategi pembelajaran aktife melalui metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih, awal pembelajaran guru menyiapkan segala peralatan yang akan digunakan, lalu mencontohkan dahulu materi apa yang akan disajikan kepada peserta didik

(25)

sehingga peserta didik benar-benar dapat mengamati dan memahami apa yang disampaikan guru tersebut.1

2. Imas Amalia Nuriswati, 2016. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif ( Active Learning) Di Madrasah Diniyah Al-Junaidi Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2016/2017. Dari hasil penelitiannya kesimpulannya adalah: a) penerapan strategi pembelajaran aktif di madrasah diniyah al-Junaidi desa Nogosari kecamatan rambipuji kabupaten jember, guru menggunakan strategi pembelajaran aktif yang terdiri dari tanya jawab, diskusi, jigsaw, problem solving, resitasi, drill, dan demonstrasi. Penerapan metode tersebut menyesuaikan dengan jenis dan sifat , bahan dan materi, b) faktor pendukung dan penghambat penerapan strategi pembelajaran aktif di madrasah diniyah al-Junaydi desa nogosari kecamatan rambipuji kabupaten jember, faktor pendukung adal;ah sarana dan prasarana sumber belajar yang memadai, minat belajar siswa yang tinggi, dan semangat serta guru yang profesional. Faktor penghambatnya adalah ada sevbagian siswa yang enggan untuk mengemukakan pendapatnya serta latar belakang siswa yang berbeda-beda.2

Lebih jelasnya mengenai persamaan dan perbedaan, tabel dibawah ini Tabel. 1 persamaan dan perbedaan

Nama Tahun Judul Persamaan Perbedaan

Ellys Wahyu Ningsih

2016 Implementasi Strategi Pembelajaran

Sama-sama meneliti tentang pembelajaran

Terletak pada penggunaan strategi dan

1 Ellys Wahyu Ningsih, Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif Pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah

Aliyah Negeri Srono Banyuwangi Tahun Pelajaran 2016/2017.( Jember:IAIN Jember,2016).

2 Imas Amalia Nuriswati, Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif ( Active Learning) Di Madrasah Diniyah Al-

Junaidi Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2016/2017. (Jember:IAIN Jember,2016).

(26)

Aktif Pada Mata Pelajaran

Fiqih Di

Madrasah Aliyah Negeri Srono

Banyuwangi Tahun Pelajaran 2016/2017.

aktif ( active learning) dan menggunakan metode penelitian kualitatif

subjek, fokus penelitian, sedangkan peneliti fokus penelitiannya membahas mengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Imas Amalia

Nuriswati

2016 Penerapan

Strategi Pembelajaran Aktif ( Active Learning) Di Madrasah Diniyah Al- Junaidi Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2016/2017

Sama-sama meneliti tentang pembelajaran aktif ( active learning)

Terletak pada fokus

penelitian, peneliti dahulu membahas tentang

penerapan dan faktor

pendukung serta

penghambat, peneliti sekarang membahas mengenai perencanaaan, pelaksanaan dan evaluasi.

(27)

B. KAJIAN TEORI

1. Konsep Dasar Model Pembelajaran Aktif ( Active Learning ) a. Pengertian Pembelajaran Aktif ( Active Learning )

Di bawah ini dijelaskan pengertian pembelajaran aktif (active learning) menurut pendapat beberapa ahli:3

1) Silberman, M

Silberman menggambarkan saat belajar aktif, pesesrta didik melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan terlibat secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik.

2) Glasgow

Bahwa siswa aktif adalah siswa yang bekerja keras untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dalam proses belajarnya sendiri.

Mereka mengambil suatu peran yang lebih dinamis dalam mengetahui, memutuskan, dan melakukan sesuatu.

3) UC Davis TAC Handbook

Pembelajaran aktif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menjadi guru bagi mereka sendiri. Pembelajaran aktif adalah suatu pendekatan bukan metode.

3 Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) ( Jogjakarta : Diva Press, 2014), 65-72

(28)

4) Joel Wein

Pembelajaran aktif adalah nama suatu pendekatan untuk mendidik para peserta didik agar berperan lebih aktif didalam proses pembelajaran.

Unsur umum didalam pendekatan ini adalah mengganti peran guru yang semula selalu di depan kelas dan mempresentasikan materi pelajaran, menjadi peserta didiklah yang berada pada posisi pengajaran diri mereka sendiri.

Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti merekalah yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melakukan aktivitas yang membangun kerja kelompok, dan dalam waktu yang sangat singkat.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif ( active learning ) adalah suatu model pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif. Siswa diajak menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang mereka miliki dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari.

b. Prinsip pembelajaran Aktif ( Active Learning )

Proses belajar mengajar yang dapat memungkinkan cara belajar siswa menjadi aktif harus direncanakan dan dilaksannakan secara sistematis. Dalam pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar

(29)

sehingga pada waktu proses belajara-mengajar, siswa dapat melakukan kegiatan belajar seoptimal mungkin.4

Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar aktif, yakni stimulus belajar, perhatian dan motivasi, respon yang dipelajari, penguatan dan umpan balik, serta pemakaian dan pemindahan.

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing prinsip tersebut :5 1) Stimulus Belajar

Stimulus merupakan suatu bentuk penyampaian informasi yang diterima siswa oleh guru. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain sebagainya. Stimulus hendaknya benar-benar mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak disampaikan oleh guru kepada siswa. Ada dua cara yang mungkin membantu para peserta didik agar pesan tersebut mudah diterima. Cara pertama, perlu adanya pengulangan sehingga membantu peserta didik dalam memperkuat pemahamannya. Cara kedua, siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan oleh guru kepadanya.

2) Perhatian dan Motivasi

Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi, hasil belajar yang dicapai peserta didik tidak maksimal. Stimulus belajar yang diberikan oleh guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan motivasi dari peserta

4 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar,( Bandung: Sinar Baru Algensindo,1996),27

5 Ibid, 27-29

(30)

didik. Perhatian dan motivasi belajar peserta didik tidak akan lama bertahan selama proses belajar mengajar berlangsung.

3) Respon yang dipelajari

Keterlibatan siswa atau respon siswa terhadap stimulus yang meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partsipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberkan guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan.

4) Penguatan

Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar sepserti nilai, pengakuan prestasi pesrta didik, Persetujuan pendapat siswa, hadiah merupakan faktor penguatan dari luar. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respon yang dilakukan siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai kebutuhan.

5) Pemakaian dan Pemindahan

Belajar engan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan pesrta didik untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi yang lain yang serpa pada masa mendatang. Peserta didik dihadapkan pada situasi baru yang menuntut pemecahan melalui informasi yang dimilikinya.

(31)

c. Fungsi Pembelajaran Aktif ( Active Learning ) Adapun fungsi pembelajaran aktif antara lain:6

1) Membekali peserta didik dengan kecakapan (life Skill / life Competency) yang sesuai dengan lingkungan hidup dan kebutuhan peserta didik.

2) Membantu proses belajar peserta didik dan merangsang, serta mendorong peserta didik mandiri aktif melakukan sesuatu.

3) Mempersiapkan peserta didik untuk belajar bertanggung jawab, tolong menolong, dan pandangan sosial masa depan.

4) Mengembangkan wawasan berfikir secara terbuka dan obyektif, menumbuhkan suasana demokratis dan menyembangkan sikap tenggang rasa terhadap berbagai perbedaan pandangan

d. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Aktif ( Active Learning )

Active learning sebagai model dalam sebuah kegiatan pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut: 7

1) Peserta didik lebih termotivasi 2) Lingkungan belajar yang aman

3) Patisipasi oleh seluruh kelompok belajar

4) Setiap peserta didik bertanggung jawab dalam kegiatan belajarnya sendiri 5) Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya

6) Reseptif meningkat

6 Zaini, Hisyam , dkk. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: CTSD, 2002), 96.

7 Sofan Amri, Implementasi Pembelajaran Aktif Dalam Kurikulum 2013, (Jakarta : Prestasi Pustaka Raya, 2015),2

(32)

7) Pendapat induktif distimulasi

8) Partisipan mengungkapkan proses berfikir peserta didik 9) Memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan

Adapun kelemahan dari model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

1) Keterbatasan waktu 2) Ukuran kelas yang besar

3) Keterbatasan materi, peralatan, dan sumber daya

e. Macam-Macam Metode Pembelajaran Aktif ( Active Learning

Adapun beberapa metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran antara lain:

1) Question student have

Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang keinginan dan harapan siswa sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Metode ini menggunakan sebuah teknik untuk mendapatkan partisipasi siswa melalui tulisan.

Adapun langkah-langkah dari metode pembelajaran ini adalah sebagai berikut :8

1. Bagikan potongan kertas kepada siswa

2. Minta setiap siswa untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang berkaitan dengan materi pelajaran

3. Setelah semua selesai membuat pertanyaan, masing-masing siswa diminta untuk memberikan kertas yang berisi pertanyaan kepada teman disamping kirinya.

8 Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif ( Edisi Revisi ), (Yogyakarta: Nuansa Aksara Grafika, 2004), 17-19

(33)

4. Pada saat menerima kertas dari teman disampingnya, siswa diminta untuk membaca pertanyaan yang ada.

2) Metode diskusi

Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan.9 Dalam diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu dipecahkan.

Agar proses pembelajaran dengan metode diskusi berjalan lancar, dan menghasilkan tujuan belajar secara efektif, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut ini:10

a. Rumuskanlah tujuan dan masalah yang akan dijadikan topik diskusi.

b. Siapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk diskusi.

c. Susunlah peranan-peranan peserta didik dalam diskusi.

d. Beri pengarahan kepada peserta didik secukupnya.

e. Ciptakan suasana yang kondusif.

f. Beri kesempatan kepada peserta didik secara merata agar diskusi tidak dikuasai/didominasi oleh beberapa orang saja.

g. Sesuaikan penyelenggaraan diskusi dengan waktu yang tersedia.

h. Sadarlah akan peranan guru dalam diskusi, baik sebagai fasilitator, pengawas, pembimbing, maupun sebagai evaluator dalam diskusi.

i. Akhiri diskusi dengan mengambil kesimpulan dari yang sudah dibahas.

3) Metode tanya jawab

Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic karena pada

9Abdul Majid, Strategi Pembelajaran( Bandung:PT. Remaja Rosdakrya.2013), 200

10 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2016), 116-117

(34)

saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai suatu tujuan.

Pertanyaan-pertanyaan itu bisa muncul dari guru maupun dari peserta didik itu sendiri. Dalam mencari dan menemukan jawaban atas psertanyaan itu, peserta didik berusaha menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pertanyaan yang akan dijawabnya.

4) Information Search

Metode ini merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan dari metode PAIKEM, metode ini dibuat agar suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Adapun metode ini biasanya diterapkan pada materi-materi yang padat, monoton dan membosankan. Materi pembelajaran bisa diambil dari berbagai sumber seperti internet, buku bacaan, koran, majalah dan sebagainya.

Langkah-langkah dalam penerapan metode ini adalah sebagai berikut:11

a. Bagikan sumber daya yang akan digunakan sebagai materi pembelajaran ( bacaan, text book, handouts, dokumen dan lain- lain).

b. Susunlah sebuah pertanyaan yang jawabannya dapat dicari sumber daya yang ada.

c. Untuk menumbuhkan persaingan, bagilah siswa dalam kelompok kecil.

11 Sugeng Listyo Prabowo & Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran ( Pada Bidang Studi, Bidang

Studi Tematik, Muatan Lokal, Kecakapan Hidup, Bimbingan Dan Konseling ), (Malang : UIN-MALIKI PRESS, 2010),110

(35)

d. Presentasikan hasil diskusi e. Klarifikasi hasil belajar 5) Index Card Match

Model pembelajaran ini cukup menyenangkan karena materi yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah materi sebelumnya yang sudah dibahas/dipelajari. Adapun langka-langkahnya adalah sebagi berikut:12

1) Membuat potongan kertas sebanyak jumlah siswa dikelas 2) Membagi kertas menjadi dua bagian yang sama.

3) Sebagian kertas ditulis pertanyaan, sebagian yang lain ditulis jawaban, nanti siswa disuruh mencari.

4) mengocok kertas hingga tercampur antar soal dan jawaban

5) Membagi kertas kepada siswa, dan menjelaskan bahwa masing- masing kertas ada pasangannya.

6) Siswa mencari pasangannya. Setelah ketemu pasangan siswa membacakannya bersama.

Dari beberapa macam metode pembelajaran diatas adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode adalah:

12 Sofan Amri, Implementasi Pembelajaran Aktif, 43-44

(36)

a) Tahap Persiapan

Dalam tahap ini perlu mempersiapkan segala sesuatu yang yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan metode. Kemudian perlu menganalisis sifat materi yang sesuai dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai.

b) Tahap Pelaksanaan

Memeriksa segala persiapan yang berpengaruh dalam penggunaan metode. Kemudian memberikan pengarahan sebelum pengguaan metode dan langkah - langkah dalam penyajian materi.

c) Tahap penutup/evaluasi

Tahap ini adalah tahap akhir yang harus dilakukan dengan guru memberikan klarifikasi, kesimpulan dari materi yang telah disimapaikan maupun memberikan evaluasi.

2. Pendidikan Religiositas

a. Pengertian pendidikan religiositas

Pendidikan religiositas adalah salah satu bentuk komunikasi iman, baik antar peserta didik yang seagama maupun peserta didik yang berbeda agama dan kepercayaan agar membantu peserta didik menjadi manusia yang religius, bermoral, terbuka dan mampu menjadi pelaku perubahan sosial demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera lahir dan batin, berdasarkan nilai-nilai universal seperti kasih, kerukunan, kedamaian, kejujuran, pengorbanan, kepedulian dan persaudaraan.

(37)

b. Dimensi-dimensi dalam religiositas

Menurut Glock & Stark, ada lima macam dimensi keberagaman (religiositas), yaitu:13

1) Dimensi keyakinan yang berisi tentang pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pendangan teologis tertentu dan mengakui keberadaan doktrin tersebut.

2) Dimensi praktik agama yang mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen agama yang dianutnya.

3) Dimensi pengalaman. Dimensi isi berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu.

4) Dimensi pengetahuan agama yang mengacu kepada harapan bahwa orang- orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakina, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi.

5) Dimensi pengamalan atau konsekuensi. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakina keagamaan, praktik, pengalama, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.

c. Komponen-komponen religiositas

Koentjaraningrat mengenai dasar dasar agama sebagai produk rasa takut ini, digambarkan dalam empat komponen yang merupakan sistem dari tiap-tiap religiositas, yaitu:14

a. Emosi keagamaan yang dapat menyebabkan manusia menjadi religius.

13 Asmaun Sahlan, Religiusitas Perguruan Tinggi (Potret Pengembangan Tradisi Keagamaan di Perguruan

Tinggi Islam), (Malang : UIN-Maliki Press,2012),49-50

14 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentaliet Dan Pembangunan, ( Jakarta:PT.Gramedia,1974),138

(38)

b. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan manusia tentanhg sifat-sifat tuhan, serta tentang wujud dari alam ghaib.

c. Sistem upacara religius yang bertujuan mancari hubungan manusia denagn tuhan, dewa-dewa atau makhluk halus yang mendiami alam ghaib.

d. Kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan.

Berdasarkan asal-usul agama itu sendiri, Harun Nasution juga memaparkan tentang adanya empat unsur yang terdapat dalam komponen tersebut, diantaranya:15

a. Kekuatan ghaib, manusia merasa dirinya lemah dan berhajat kepada kekuatan ghaib sebagai tempat minta tolong.

b. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya diakhirat tergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan ghaib yang dimaksud.

c. Responden yang bersifat emosional dari manusia

d. Paham adanya yang kudus dan suci, dalam bentuk kekuatan ghaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.

Sedangkan Brown berpendapat bahwa ada lima variabel untuk menjelaskan tentang agama yang berkaitan dengan asal-usul agama itu sendiri, antara lain:16

a. Tingkah laku d. Keterikatan

b. Konsekuensi e. Renungan sucii dan iman c. Perasaan keagamaan dan iman

15 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,(Jakarta: Universitas Indonesia,1985),11

16 L.B. Brown(Ed), Psychology And Religion (London: penguin Book Inc,1973),62

(39)

3. Implementasi Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiusitas

a. Perencanaan Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiusitas

Perencanaan adalah pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan.17Dengan demikian, proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Mukniah perencanaan pembelajaran adalah proses kegiatan rasional dalam menetapkan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dikemudian hari dalam rangka mencapai tujuan secara efektif adan efisien.18 Dalam hal ini pelaksanaan pembelajaran akan berjalan efektif dan efisien jika perencanaan tersusun secara sistematis, dengan proses belajar mengajar yang lebih bermakna dan mengaktifkan siswa serta dirancang dalam suatu skenario yang jelas.19

Dari uraian diatas, maka setiap perencanaan minimal harus memiliki empat unsur sebagai berikut:20

1) Adanya tujuan yang harus dicapai 2) Adanya strategi untuk mencapai tujuan 3) Sumber daya yang dapat mendukung 4) Implementasi setiap keputusan

17 Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran,( Jakarta : Kencana Prenada Group, 2011), 23

18 Mukniah, Manajemen Pembelajaran Agama Islam, (Jember: STAIN Jember Press),29

19 Ibrahim & Syaodihnana, Perencanaan Pengajaran ( Jakarta: Rineka Cipta,2000),31

20 Sanjaya, Perencanaan, 24

(40)

Perencanaan model pembelajaran aktif adalah suatu proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu dimana hal tersebut menjadikan siswa aktif dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar.

Dari berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran aktif (active learning) yaitu suatu kegiatan menyusun langkah- langkah yang akan dilaksanakan terkait kegiatan yang akan dilakukan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan yang dimaksud dalam hal ini yaitu mulai dari memeriksa ketersediaan alat, bahan, benda, kesiapan ruang yang memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan belajar, kesesuaian dengan pokok materi, indikator, dan kompetensi dasar yang harus dicapai, dan memperhitungkan waktu.

Ada empat alasan diperlukannya perencanaan dalam suatu kegiatan pembelajaran: 21pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan.

Sesederhana apapun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, semakin kompleks tujuan yang harus dicapai, maka semakin kompleks juga proses pembelajaran yang berarti akan semakin kompleks pula perencanaan yang harus disusun guru. Kedua, pembelajaran adalah proses kerja sama. Proses pembelajaran minimal akan melibatkan guru dan siswa. Guru tidak mungkin berjalan sendiri tanpa keterlibatan siswa. Dalam suatu pembelajaran guru tanpa adanya siswa tidak akan memiliki makna. Ketiga, proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran tidak hanya menyampaikan

21 Sanjaya, Perencanaan, 31-32

(41)

materi pelajaran, akan tetapi suatu proses pembentukan perilaku siswa.

Keempat, proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar. Salah satu kelemahan guru dewasa ini dalam pengelolaan pembelajaran adalah kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada.

Untuk itu perlu perencanaan yang matang bagaimana memanfaatkannya untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Langkah-langkah daripada perencanaan model pembelajaran aktif adalah sebagai berikut:22

1) Merumuskan tujuan khusus pembelajaran aktif

Dalam merancang pembelajaran, tugas pertama seorang guru adalah merumuskan tujuan pembelajaran khusus beserta materi pembelajarannya. Alasan seorang guru harus merancang tujuan khusus adalah karena tujuan yang bersifat umum telah dirumuskan oleh para pengembang kurikulum. Dengan demikian, maka pencapaian tujuan-tujuan khusus dalam proses pembelajaran merupakan indikator pencapaian tujuan umum.

Adapun rumusan tujuan pembelajaran itu harus mencakup tiga aspek penting yang diistilahkan oleh Bloom(1956) merupakan domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.23

22 Sanjaya, Perencanaan, 40-45

23 Ibid, 40

(42)

2) Merencanakan materi pokok pembelajaran aktif

Materi pokok disusun untuk pencapaian tujuan, oleh karenanya materi pokok dipilih sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dicapai.

Adapun pertimbangan yang harus diperhatikan dalam menentukan materi pokok adalah :24

a. Potensi peserta didik.

b. Relevan dengan karakteristik daerah.

c. Tingkat perkembangna fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual peserta didik.

d. Kebermanfaatan bagi peserta didik e. Struktur keilmuan

f. Aktualiatas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, g. Relevan dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan h. Sesuai denga alokasi waktu yang tersedia.

3) Merencanakan bahan dan alat/sumber belajar pembelajaran aktif

Penentuan bahan ajar dan sumber belajar sangat penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sumber belajar adalah bahan rujukan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber serta lingkungan fisik,alam, sosial dan budaya.

Sumber belajar ini ditentukan berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

24 Sanjaya, Perencanaan, 57

(43)

4) Merencanakan strategi dan metode pembelajaran aktif

Strategi merupakan rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi. Dengan demikian strategi dan metode itu tidak bisa dipisahkan. Strategi dan metode itu harus dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang berhubungan dengan bidang kognitif berbeda dengan strategi dan metodenya dengan tujuan dalam bidang afektif dan psikomotorik. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran adalah bahwa strategi dan metode itu harus dapat mendorong siswa untuk beraktivitas sesuai dengan gaya belajarnya.25

b. Pelaksanaan Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiusitas.

Menurut KBBI, pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan,keputusan,dan sebagainya). Pelaksanaan model pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang setelah adanya unsur perencanaan dalam kegiatan pembelajaran aktif. Adapun langkah-langkah pelaksanaan dari model pembelajaran aktif (active learning) ini adalah :

a) Memulai Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif merupakan interaksi antara pendidik, peserta didik dan materi pembelajaran pada suatu lingkungan belajar. Peran pendidik dalam memulai pembelajaran sangat menentukan keberhasilan

25 Sanjaya, Perencanaan, 61

(44)

belajar peserta didik. Oleh sebab itu pendidik dalam memulai pembelajaran buka serta merta menyampaikan materi pembelajaran saja, akan tetapi yang terpenting bagaimana materi pembelajaran itu bisa diterima, mudah difahami, oleh peserta didik dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Maka dari itu pendidik harus mampu memberikan apersepsi dan motivasi yang relevan dengan materi yang dibahas.26

b) Penyampaian Materi Pembelajaran Aktif

Seorang guru harus mampu menguasai materi pembelajaran dan senantiasa meningkatkan kemampuan sebagai bekal menjalankan tugas sehari-hari. Menurut Rooijakkers yang dikutip oleh Mukniah menyebutkan bahwa penyajian bahan pembelajaran tergantung pada persiapan yang dilakukan sebelumnya dan pengalaman pengajar selama menggajar itu sendiri. Penyajian bahan pembelajaran tergantung pada nada suara, cara yang digunakan oleh pengajar dalam menguasai media pembelajaran.27

Penjelasan seorang pendidik dalam penyampaian materi dapat menunjang dalam peningkatan pemahaman peserta didik apabila: a) penyampaian isi materi benar, b) menggunakan bahasa yang benar dan mudah difahami oleh peserta didik, c) penyampaiannya menekankan pada bagian-bagian penting , lancar dan sistematis.

26 Mukniah, Manajemen, 54

27 Ibid, 57

(45)

c) Penggunaan Media atau Alat Pembelajaran Aktif

Peranan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran aktif harus mampu membimbing, mengembangkan kemampuan peserta didik dan menggunakan alat pembelajaran. Alat atau media pembelajaran adalah sarana pembelajaran yang fungsinya dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.28 Penentuan media dan sumber belajar harus sesuai dengan karakteristik peserta didik dan karakteristik daerah. Suatu media dan sumber belajar yang digunakan tidak mungkin cocok untuk semua siswa.29

Media yang harus digunakan sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan tidak menyulitkan dalam pembelajaran. Media pembelajaran nantinya akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, selain itu peserta didik juga akan lebih mudah menerima materi pelajaran dan peserta didik tidak akan mudah bosan untuk mengikuti pembelajaran aktif.

d) Metode pembelajaran aktif

Strategi merupakan rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi. Dengan demikian strategi dan metode itu tidak bisa dipisahkan. Strategi dan metode itu harus dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

28 Ibid, 57

29 Wira Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran,62

(46)

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan pelajaran kepada peserta didik.30 Peranan metode dalam pembelajaran sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam mnyampaikan pesan kepada siswanya.

e) Mengakhiri pembelajaran

Pada saat mengakhiri pembelajaran, kegiatan penting yang harus dilakukan guru adalah membuat rangkuman materi pembelajaran, memberikan evaluasi dalam pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan materi yang harus dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

c. Evaluasi Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Religiusitas

Evaluasi berasal dari kata evaluation. Kata tersebut diserap kedalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi”.

Evaluasi berarti suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.31 1. Tahapan Pelaksanaan Evaluasi

Adapun tahap-tahap pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran aktif adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan data, analisis dan interpretasi, dan tindak

30 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : CV.Pustaka Setia, 2011),80

31 Suharsimi Arikunto & Cepi Syafrudin, Evaluasi Program Pendidikan (Pedoman Teoritis Praktis bagi

Praktisi Pendidikan),(Jakarta : PT.Bumi Aksara,2004),1

(47)

lanjut.32 Sekalipun tidak selalu sama, namun pada umumnya para pakar dalam bidang evaluasi pembelajaran merinci kegiatan evaluasi hasil belajar ke dalam enam langkah pokok.

1) Menentukan Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi proses pembelajaran aktif dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar itu penting sekali, sebab tanpa adanya tujuan yang jelas maka evaluasi pembelajaran akan berjalan tanpa arah tujuan dan pada gilirannya dapat mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan fungsi.33

2) Menentukan Desain Evaluasi

Desain evaluasi proses pembelajaran aktif mencakup rencana evaluasi proses dan pelaksana evaluasi. Dalam rencana evaluasi hasil belajar pendidikan religiositas, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik perlu dirumuskan dengan jelas, desain atau model evaluasi mana yang akan diterapkan.34

3) Penyusunan Instrumen Evaluasi

Dalam perencanaan evaluasi hasil belajar perlu dikaji dan ditetapkan jenis-jenis instrumen manakah yang akan digunakan dengan mempertimbangkan segi validitas dan reabilitasnya.

4) Pengumpulan Data

Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan secara objektif dan terbuka agar diperoleh informasi yang dapat dipercaya dan bermanfaat

32 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon

Pendidik), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2014),18

33 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:rajagrafindo persada, 2008), 59

34 Mulyadi, Evaluasi Pendidikan ( Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama Di Sekolah),( Malang :

UIN-Maliki Press,2010),32

(48)

bagi peningkatan mutu pembelajaran aktif. Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir pelaksananaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan satu kompetensi dasar dengan maksud guru dan siswa memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran aktif yang telah dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu komponen dasar.

5) Analisis dan Interpretasi

Analisis dan interpretasi dilaksanakan segera setelah data atau informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evaluasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran aktif yang telah terlaksana, sedangkan interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis proses pembelajaran aktif. Analisis dan interpretasi dapat dilaksanakan bersama oleh guru dan siswa agar hasil evaluasi dapat segera diketahui dan dipahami oleh guru dan siswa sebagai bahan dan dasar memperbaiki pembelajaran aktif selanjutnya.

Analisis dan interpretasi ini perlu dipertimbangkan dan ditentukan secara pasti bagaimana data hasil evaluasi hasil belajar akan diolah dan dianalaisis sehingga dapat melahirkan kesimpulan yang teapat mengenai tingkah laku atau sikap keagamaan siswa.

6) Tindak Lanjut

Tindak lanjut merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan interpretasi. Dalam evaluasi proses pembelajaran aktif, tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan pembelajaran aktif yang akan dilakukan selanjutnya dan evaluasi pembelajarannya.

Pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya merupakan keputusan

(49)

tentang upaya perbaikan pembelajaran aktif yang akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran, sedangkan tindaklanjut evaluasi pembelajaran aktif berkenaan dengan pelaksanaan dan instrumen evaluasi yang telah dilaksanakan mengenai tujuan, proses, dan instrumen evaluasi proses pembelajaran aktif.35

Dalam hubungan ini harus senantiasa diingat bahwa setiap kegiatan evaluasi menghendaki adanya tindak lanjut. Tanpa adanya kegiatan tindak lanjut, maka data hasil dari evaluasi akan menjadi sia- sia, mubadzir dan tidak mempunyai makna. Disini perlu dirumuskan apa yang akan dilakukan terhadap murid yang mempunyai kecenderungan menyimpang, tindakan apa yang akan dilakukan oleh pendidik, lembaga pendidikan, orang tua.36

2. Jenis-jenis evaluasi

Adapun jenis evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran aktif ini adalah sebagai berikut: 37

1) Evaluasi Formatif

Adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap kali selesai mempelajari suatu unit pelajaran tertentu. Adapun hal-hal yang berhubungan dengan masalah evaluasi formatif adalah sebagai berikut:

a) Penilaian dilakukan diakhir setiap satuan pelajaran

b) Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan instruksional khusus pada tiap satuan pelajaran yang telah tercapai.

c) Penilaian ini dilakukan dengan mempergunakan tes hasil

Gambar

Gambar a. Triangulasi ” teknik” pengumpulan data  observasi
Gambar b. Triangulasi “ sumber” pengumpulan data

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui implementasi strategi pembelajaran aktif pada guru-guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri sekecamatan

skripsi yang berjudul Implementasi Metode Active Learning dalam Pendidikan Aqidah di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah implementasi active

Berdasarkan hasil penelitian bahwa penerapan pendekatan belajar aktif ( active learning strategy ) dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam di SDI Nurul

(Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Konsep Diri Siswa SMA Santo Bellarminus Bekasi Sebagai Pengguna Aktif Jejaring Sosial

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan karakter pebelajar kelas X B SMA Katolik Santo Andreas Palu melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Pemanfaatan Cerita Rakyat Sadan Dalam Pembelajaran Cerpen Pada Siswa Kelas XI SMA Katolik Santo Agustinus Raimanuk, dengan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran aktif (active learning) pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di MAN 1 Tapin, dan

Pembelajaran aktif (Active Learning) merupakan salah satu cara untuk mengaktifkan siswa dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas. Pembelajaran yang aktif