BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN
B. Kelalaian Orang Tua dalam Pelaksanaan Hadhanah Pasca Bercerai54
Kaur Pelayanan TUKIYAT Kaur Kesra
ANAS WIDIANTORO Kepala Desa
MUJIONO
Sekreatris Desa
KUSMIYATI BPK
SUPARDI
Kaur Umum
Kepala Dusun 1 EDI SUSWANTO
TUMIRAN
Kaur Keuangan YOGA TUKIYAT
UMIRAN Kepala Dusun 2
GHOLIB.S
Kaur Pemerintahan HARIYANTO Kepala Dusun 3
SUGIYANTO
Pernikahan adalah sebagai satu cara untuk mengembangkan keturunan, juga melaksanakan salah satu sunnah dalam agama Islam. Namun dalam kenyataannya tidak jarang dalam sebuan pernikahan yang sudah berlangsung, kedua pasangan suami dan istri dalam perjalanan rumah tangganya putus yang diakibatkan oleh perceraian.
Hadhanah (mengasuh anak) adalah kewajiban orang tua yang berkaitan dengan memelihara, merawat, dan mendidik anak-anak dari lahir sampai anak itu sanggup berdiri sendiri mengurus dirinya. Belum mampu menghindarkan dirinya dari sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri, oleh karena itu orang tua berkewajiban mengasuh, mewawat dan mendidik anak-anaknya.
Permasalahan hadhanah khususnya pasca perceraian suami istri merupakan masalah yang mendapat perhatian khusus dalam ajaran Islam.
Dikarenakan anak pada permulaan hidupnya sampai umur baliqh memerlukan orang lain dalam kehidupannya, baik dalam pengaturan fisiknya, maupun dalam pembentukan akhlaknya. Maka dari itu dapat diketahui faktor kelalaian orang tua dalam pelaksanaan hadhanah pasca bercerai yaitu:
1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebabnya kelalaian orang tua dalam pelaksanaan hadhanah pasca bercerai, mayoritas responden bekerja sebagai petani, pengasilan yang diperoleh hanya cukup untuk makan setiap harinya. Pemenuhan hak anak adalah kegiatan untuk menjamin kebutuhan, melindungi dan memberikan apa yang seharusnya anak dapatkan yakni hak untuk hidup, tumbuh berkembang, dan diasuh
dan dipelihara oleh orang tuanya sendiri. Ada beberapa faktor yang melatar belakangi tidak terpenuhinya hak anak dalam hadhânah pasca perceraian yang berujung pada penelantaran anak salah satunya adalah himpitan ekonomi. Menurut penjelasan dari Ibu Sumiyah (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Permasalahan biaya nafkah anak setelah orang tua bercerai adalah hal yang sangat penting untuk menjamin kehidupan sehari-hari anaktersebut. Sebab setelah terjadinya perceraian anak selalu menjadi korban, sedangkan anak tidak bersalah atas perceraian kedua orang tuanya tanggung jawab tentang biaya nafkah anak setelah terjadinya perceraian pada prinsipnya dibebankan kepada orang tua laki-laki.79
Dalam kenyatannya melaksanakan kewajibannya sebagai ayah pasca perceraian ada kendala dalam pelaksanaannya, Kendala yang sering dijumpai paraayah adalah karena keterbatasan ekonomi. dimana ayah kebanyakan berpenghasilan kecil dan ada juga ayah yang tidak mempunyai pekerjaan tetap.
Menurut penjelasan dari Baoak Sodiqin (Nama Samaran) Tokoh Agama Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Apabila ada kendala dalam melaksanakan kewajibanya dalam hal pemberian hak nafkah anak karena keterbatasan ekonomi, tidak ada alasan yang menjadikan kewajiban ayah gugur. Akan tetapi kewajibanya tetap melekat dan harus memberikan segalanya untuk anak demi kelangsungan hidup. jika ayah dalam keadaan fakir, tetapi mampu bekerja dan memang benar-benar telah bekerja, tetapi penghasilannya tidak mencukupi, kewajiban nafkah kepada anak itu tetap tidak menjadi gugur.80
79 Wawancara dengan Ibu Sumiyah (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah pada tanggal 12 Desember 2019
80 Wawancara dengan bapak Sodiqin Tokoh agama di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 12 Desember 2019
Menurut penjelasan ibu Tari (Nama Samaran) memberikan penjelasan sebagai berikut:
Bahkan ada orang tua pasca perceraian yang hanya bekerja srabutan dan penghasilannya tidak menentu, namun kebalikannya ketika ekonomi tergolong rendah, dengan kebutuhan keluarga tidak tercukupi untuk memenuhi kebutuhan hadhanah khususnya pasca perceraian.81
Sedangkan menurut pendapat Ibu Sinta (Nama Samaran) menjelaskan bahwa:
Faktor ekonomi adalah dilihat dari segi kemampuan biaya nafkah anak setelah terjadinya perceraian yang merupakan masalah penting untuk menjamin sebab anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan tersebut tidak tahu menahu dan tidak bersalah atas perceraian orang tuanya.82
Berbeda menurut pendapat Ibu Ana (Nama Samaran) menjelaskan bahwa:
Yang kami pahami hak asuh anak setelah bercerai biasanya bagi anak yang belum mumayyiz itu hak asuhnya ada pada Ibunya, tetapi secara materi atau biaya hidupnya ada dari Ayahnya. Apabila Ayah tidak bertanggungjawab dan tidak mampu dari segi materi maka pemeliharaan anak itu akan berada di pihak Ibunya.83
Hak asuh anak itu bukan hanya dilihat untuk kepentingan baik Ayah maupun Ibunya, tetapi juga dilihat untuk kepentingan anak itu sendiri dari mulai biaya makan sandang dan pendidikan yang sedang dan akan ditempuhnya semua membutuhkan nafkah dhahir. Salah satu yang melatar belakangi terjadinya pengabaian terhadap nafkah anak pasca
81 Wawancara dengan Ibu Tari (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 12 Desember 2019
82 Wawancara dengan Ibu Sinta (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 12 Desember 2019
83 Wawancara dengan Ibu Ana (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 12 Desember 2019
perceraian adalah perekonomian pihak pemberi nafkah yang sedang dalam keadaaan tidak mampu dari segi perekonomiannya.
Menurut penjelasan dari Ibu Sumiyah (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Kalau bapaknya mau membantu buat biaya anak-anaknya ya syukur Alhamdulillah mbak, kalau gak ya enggak apa-apa aku gak mau ikut ngungkit-ngungkit, kalau mau ngungkit ya ibuknya yang berhak mengungkit, kalau aku Cuma neneknya ya gak ada hak mbak, kalau aku lagi ada uang ya aku ngasih buat sangu cucu-cucu ku kalau gak ada ya gak maksain buat ngasih, tapi kalau ada ya pasti ngasih, ya namanya nenek kalau sama cucunya ya pasti pengen ngasih, tapi ngasih kalau ada aja”.84
Uraian di atas dijelaskan bahwa demi kepentingan dan kebutuhan anak setelah terjadinya perceraian, secara umum anak berhak mendapatkan : a. Kasih sayang meskipun orang tuanya sudah bercerai. b. Pendidikan. c.
Perhatian kesehatan. d. Tempat tinggal yang layak. Upaya dilakukan untuk memenuhi hak-hak yang seharusnya anak dapatkan agar seorang anak dapat melakukan kewajibannya untuk pemenuhan anak adalah jika semua kebutuhan anak terpenuhi, seperti sandang, pangan dan biaya pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas yang paling dasar harus dipenuhi oleh orang tua terhadap anak, jika mereka bercerai. Tetapi tidak bisa dipungkiri pula bahwa ada orang tua yang bercerai namun salah satu pihak tidak memenuhi hak-hak anak sehingga hak-hak anak tersebut terabaikan. Biaya mengasuh anak dibebankan kepada Ayah anak. Segala sesuatu yang diperlukan anak diwajibkan kepada ayah untuk mencukupkannya.
84 Wawancara dengan Ibu Sumiyah (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah pada tanggal 13 Desember 2019
Menurut penjelasan dari Ibu Sumiyah (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Seharusnya yang terfikirkan dari orng tua yang bercerai mempunyai prinsip dasar yang menjadi pijakan dalam pemeliharaan hak asuk anak ini adalah kemaslatan dan kemanfaatan bagi anak tanpa memperhatikan hak ibu atau ayahnya.
Dimana dalam kenyataannya sekarang ini anak yang dititipkan kepada nenek dan kakek.85
Menurut penjelasan Ibu Marni di Desa Srisawahan yaitu bebagai berikut:
Ya kalau bapaknya sadar pasti gak akan melalaikan kewajiban buat anaknya karena ada anak yang harus ditanggung, kalau gak Menuhin kewajibannya ya enggak apa-apa, pihak keluarga sini udah kecewa sama bapak Bambang jadi pihak sini juga udah terus terang aja kalau yang udah terjadi ya udah gak usah diungkit lagi, inget anak ku dulu gimana waktu ikut sama mantan suaminya gak diterima baik sama keluarganya.86
Menurut penjelasan Bapak Bambang di Desa Srisawahan yaitu bebagai berikut:
Yang sudah-sudah jika udah pisahan antara suami istri orang tuanya sita ya udah pisah gak ada hubungan apa-apa lagi dan tidak pernah menjengauk apalagi memberikan nafkah buat biaya hidup dan lain-lain, jadi bude sama bapaknya Sita yang ngurus dan biayain anak Sita, udah tak terima semua mungkin ini emang udah jalannya begini.87
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa ekonomi menjadi salah satu penyebabnya kelalaian orang tua dalam pelaksanaan hadhanah pasca bercerai karena orang tuan harus mempunyai kemampuan
85 Wawancara dengan Ibu Sumiyah (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 13 Desember 2019
86 Wawancara dengan Ibu Marni di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah pada tanggal 13 Desember 2019
87 Wawancara dengan Bapak Bambang di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah pada tanggal 13 Desember 2019
dari segi finansial untuk membiayai kebutuhan anak tersebut dan pertimbangan dalam pemeliharaan hak asuh anak ini lebih kemaslatan dan bermanfaat tinggal di rumah kediaman bersama. Maka dalam hal nafkah tetap menjadi kewajiban seorang ayah walaupun sudah terjadi perceraian.
2. Faktor Kurang Fahamnya Agama
Di sini dapat dipahami bahwa ayah yang seharusnya dapat memenuhi kebutuhan naknya pada kehidupan yang lebih baik. Tidak berjalannya fungsi dan peran agama memberikan pengaruh terhadap proses pemenuhan hadhanah pasca perceraian. Padahal seorang ayah wajib memberikan nafkah kepada anaknya. Jika ayah tidak memberi nafkah kepada anak secara otomatis tidak tidak memberi nafkah pasca perceraian dan melalaikan kewajibannya.
Menurut pendapat dari Ibu Sinta (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Nafkah merupakan biaya hidup yang menjadi hak anak baik dalam orang tuanya bersama maupun setelah terjadinya perceraian. Seorang ayah wajib memberi nafkah kepada anaknya sebelum dewasa.88
Tidak bertanggung jawabnya ayah terhadap anaknya sebagai dampak dari kekosongan nilai-nilai agama yang ada pada dirinya. Di sinilah pentingnya fungsi dan peran agama untuk mengubah prilaku kehidupan yang mengamalkan ajaran agama atau berprilaku islami ditengah-tengah kehidupan keluarga dan masyarakat. Tidak berjalannya
88 Wawancara dengan Ibu Sinta (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 12 Desember 2019
fungsi dan peran agama ini dengan baik akan mempengaruhi pola perilaku seseorang dalam pemenuhan hadhanah pasca perceraian.
Hal tersebut menjadi pemicu perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus terjadi di dalam rumah tangga yang mengakibatkan perceraian dan lalai dalam memberi nafkah pasca perceraian diantarannya faktor kurannya paham dengan agama. Menurut penjelasan dari Ibu Tari (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Secara tidak langsung tingkat keimanan seseorang sebagai tolak ukur dalam bagaimana memberikan pengasuhan terhadap anak.
Tidak bisa dipungkiri ketika keimanan seseorang pada tingkat rendah dapat sangat mudah untuk menggoyahkan hati dan dapat menjadikan kelalaian orang tua dalam pelaksanaan hadhanah pasca perceraian.89
Demikian sebaliknya ketika tingkat keimanan seseorang pada tingkat tinggi maka problematika serumit apapun akan dapat terselesaikan dengan baik, ketika keimanan seseorang pada tingkat rendah dapat sangat mudah untuk menggoyahkan hati dan dapat lalai dalam pelaksanaan hadhanah pasca perceraian.
Menurut penjelasan dari Ibu Sumiyah (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Yang saya tau bahwa aga adalah yang paling utama, adapun salah satu cara untuk mengokohkan keimanan yaitu meneladani beliau Rasulullah SAW, maka dalam memberikan kebutuhan anak pasca perceraian menjadi lebih baik. Fungsi orang tua sebagai tempat untuk menjaga dan tameng dari berbagai macam keburukan pada kondisi anak yang ditinggalkan cerai oleh orang tuanya.90
89 Wawancara dengan Ibu Tari (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 12 Desember 2019
90 Wawancara dengan Ibu Sumiyah (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 13 Desember 2019
Faktor agama itu adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai- nilai, moral, dan rasa memiliki. Dan juga suatu kesadaran yang menghubungkan langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang namakan sebagai sumber keberadaan manusia.
Menurut pendapat dari Ibu Sinta (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Secara tidak langsung agama memegang peran yang sangat besar, karena spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, bathin, mental dan moral. dapat dilihat faktor yang paling utama terhadap pemeliharaan anak yang belum mumayyiz kepada ayah sebagai akibat perceraian orang tuanya.91
Menurut pendapat dari Ibu Ana (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Dalam kehidupan rumah tangga agama memberikan pengaruh yang sangat besar untuk keharmonisan keluarga, dan memberikan tanggung jawab yang sesuai yang di ajarkan agma. Maka secara umum agama mempengaruhi sangat penting yang menjadikan untuk memenuhi kebutuhan hadhanah khususnya pasca perceraian daan anaknya masuk dan berada sesuai dengan akidah yang dibawa orng tuannya.92
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa orang tua yang kurang paham dengan agama maka tidak bertanggungjawab dan tidak melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Ibu untuk mengasuh, memelihara, merawat dan mendidik anak dengan baik yang seharusnya anak itu sekolah, ini tidak disekolahkan. Untuk kenyamanan anak, keselamatan, pendidikan, dari segi akidah anak yang harus dipertahankan.
91 Wawancara dengan Ibu Sinta (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 12 Desember 2019
92 Wawancara dengan Ibu Ana (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 13 Desember 2019
3. Faktor Komunikasi
Perceraian yang terjadi berawal atau disebabkan perselisihan bahkan karena terjadi kekerasan dalam rumah tangga sehingga menyebabkan pihak yang merasa disakiti enggan untuk berkomunikasi antara istri dengan pihak suaminya dan cenderung melakukan pembiaran pada suaminya yang tidak memberikan nafkah pada anak-anaknya setelah terjadi perceraian.93
Menurut pendapat dari Ibu Sinta (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Biasanya pihak suami pun tidak menghirauakan kewajibannya yaitu untuk memberiakan nafkah pada anak-anaknya baik membiayai kebutuhan sehari-hari seperti sandang, pangan dan juga pendidikan serta kasih sayang yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kemabangnya agar tumbuh mnjadi pribadi yang baik dan dapat berguna bagi lingkungannya kelak.94
Namun sangat disayangkan realita yang terjadi, banyak sekali seorang ayah yang lalai dengan tanggung jawabnya dalam hal pembiayaan kebutuhan sehari-hari seorang anak. Setelah terjadinya perceraian komunikasi terhadap anak-anaknya juga terputus. Sehingga kedekatan seorang ayah terhadap anak-anaknya sudah tidak erat lagi, seorang anak lebih cenderung dengan ibunya.
Setelah terjadinya perceraian sudah tidak ada komunikasi lagidengan mantan suami. Sedangkan mantan suami juga tidak pernah mengunjungi anak-anaknya lagi.
93 Wawancara dengan Ibu Ana (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 13 Desember 2019
94 Wawancara dengan Ibu Sinta (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 12 Desember 2019
Menurut penjelasan dari Ibu Tari (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Dalam hal itu komunikasi seorang ayah dengan anaknya sangatlah penting. Apabila mantan istri tidak mau menjalin komunikasi lagi, solusi yang terbaik adalah tetap menjalin komunikasi dengan si anak. Agar anak tidak cenderung terhadap ibunya saja. Ketika komunikasi kedua orang tua masih terjalin dengan baik, kemungkinan anak masih mendapatkan perhatian dari orang tua laki-laki dalam hal nafkah.95
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa seorang ayah setelah terjadi perceraian sudah lepas komunikasi. Namun disayangkan dengan putusnya komunikasi maka terputus juga tali silahturrahimnya.
Seharusnya walaupun sudah terjadi percerain setidaknya ayah dan ibu harus tetap menjaga komunikasi untuk memenuhi kebutuhan anaknya.
4. Tanggung Jawab
Penyebab tidak adanya tanggung jawab dari kedua orangtua biasanya dalam memenuhi kebutuhan hadhanah tidak akan selalu berjalan mulus pasti terdapat masalah-masalah yang akan timbul, tinggal bagaimana antara kedua orangtua tersebut dalam memberikan nafkah.
Menurut pendapat dari Ibu Sinta (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Penyebab tidak terpenuhinya hak anak antara lain adalah tidak adanya tanggung jawab dari kedua orangtua, konflik keluarga dan kondisi fisik dari seorang anak. Semua anak mempunyai hak yang sama dalam hal pemenuhan hak-hak yang seharusnya anak terima, tanpa terkecuali meskipun anak memiliki keterbatasan fisik.96
95 Wawancara dengan Ibu Tari (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 12 Desember 2019
96 Wawancara dengan Ibu Sinta (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 12 Desember 2019
Tanggung jawab yang rendah pada pemegang tanggung jawab juga dapat merupakan faktor yang menjadi penyebab beberapa orang dalam melalaikan tanggung jawabnya. Karena saat seseorang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi ia melakukan tanggung jawabnya dengan baik. Tanpa harus diminta atau diingatkan tentang tanggung jawabnya.
Menurut pendapat dari Ibu Tari (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Faktor tidak ada tanggung jawab dari kedua orangtua ini sebagai akibat tidak adanya singkronisasi seimbang pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai kedua orangtua terhadap anaknya untuk memenuhi kebutuhan hadhanah.97
Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa beberapa contoh putusan yang ada bentuk tidak adanya tanggung jawab orang tua dalam pelaksanaan hadhanah pasca bercera. Selain itu suami juga tidak pernah memberikan nafkah wajib kepada anaknya walaupun orang tua dalam pelaksanaan hadhanah pasca bercerai.
Menurut pendapat dari Ibu Sinta (Nama Samaran) warga Desa Srisawahan menjelaskan bahwa:
Penyebab lain dalam kelalaian dalam pelaksanaan hadhanah terdapat kesenjangan harapan dengan kenyataan dalam mencukupi kebutuhan anak pasca hadhanah. Harapan tehadap kedua orang tua seringkali melebihi kemampuan untuk mewujudkannya. Dan harapan tersebut terkadang menafikan kenyataan bahwa setiap orang tua tidak mungkin sempurna namun setidaknya memberikan nafkah kepada anaknya.98
97 Wawancara dengan Ibu Tari di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 12 Desember 2019
98 Wawancara dengan Ibu Sinta (Nama Samaran) di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur Lampung Tengah tanggal 12 Desember 2019
Harapan yang berlebih ini dapat menimbulkan terjadinya penilaian yang dapat memicu kelalaian orang tua dalam pelaksanaan hadhanah pasca bercerai yang terjadi di Desa Srisawahan Kecamatan Punggur.
Penelantaran anak disini yaitu kelalaian tanggung jawab orang tua terhadap hak yang seharusnya didapatkan oleh anak dan kewajiban orang tua untuk memenuhinya. Dengan perginya orang tua seperti itu maka hak- hak anak yang seharusnya di penuhi menjadi terabaikan.
Pasca terjadinya perceraian antara suami istri tanggung jawab pemeliharaan anak cenderung lebih di bebankan pada siapa anak itu turut setelah perceraian. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa sebagian besar bahkan seluruh tanggung jawab mulai dari biaya kehidupan sehari-hari seperti makanan, pakaian, dan biaya pendidikan ditanggung oleh rang tua yang anaknya ikut kepadanya yang dimana karena usia anak yang masih kecil sehingga ia pasti ikut bersama ibunya dan juga konflik yang menjadi sebab terjadinya perceraian menyebabkan pihak yang memelihara anak menaggung semua tanggung jawab atas pemberian terhadap nafkah anak pasca percerain
Banyak faktor yang mempengaruhi orang tua bukan hanya factor ekonomi, kurang paham agama. Demi masa depan anaknya orang tua rela melakukan apapun demi kebahagian anak di masa mendatang, meskipun sebuah pekerjaan yang tidak pernah dia inginkan, lagi-lagi demi anak orang tua rela melakukannya tidak pernah terbesit dalam pikirannya, namun keadaanlah yang memaksanya untuk melakukan.
Sedangkan jika alasannya komunikasi dan amarah, jelas orang tua dalam hal ini masih mementingkan diri sendiri karena mengorbankan anaknya dengan tidak memberikan nafkah kepada anaknya, dan jika memang ada keinginan untuk menafkahi anaknya sedangkan hubungannya kurang baik dia bisa meminta bantuan pada orang lain untuk menyerahkan nafkah untuk keperluan anak-naknya, dan jika alasan tidak memberikan nafkah kepada anaknya adalah karena dia memiliki tanggunggan yang lain dalam hal ini anak dan istri dari pernikahannya setelah bercerai dengan istri pertamanya maka, hal itu tidak dapat dibenarkan karena bagaimanapun anak-anak tidak seharusnya dibeda-bedakan dan menjadi korban dari perceraian yang terjadi antara orang tuanya.
Jika memamg pihak yang bertanggung jawab dalam kenyataanya memang tidak mampu dari segi ekonomi maka tidak dapat disalahkan jika hanya memberikan nafkah sesuai dengan kemampuannya asalkan tidak lepas tangan sama sekali atau bahkan sampai menjenguk atau menanyakan kabar anaknya saja tidak pernah. Dalam Islam juga dijelaskan bahwa nafkah yang dibebankan kepada pihak yang bertanggung jawab adalah sesuai kemampuannya, hal ini dijelaskan dalam ayat Al-Qur`An Surah Al- Baqarah ayat 233 yang berbunyi: Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya.
Terlepas dari empat faktor tersebut, menurut peneliti hal yang mendasari seseorang melakukan kewajibannya karena ia memiliki rasa kasih sayang dan tanggung jawab yang tinggi pada keluarganya, karena
jika alasan tidak memberikan nafkah kepada anaknya adalah ekonomi, sebagai orang yang bertanggung jawab dan memiliki rasa kasih sayang pada anaknya pasti akan melakukan apapun sebisanya untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya agar anak-anaknya dapat bertumbuh kembang seperti anak-anak lain yang masih memiliki orang tua lengkap, disamping itu agar ibunya bisa lebih fokus dalam mendidik anak-anaknya agar tidak terlalu sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya dan anak- anaknya sehingga kadang mengabaikan tumbuh kembang anaknya yang jika salah pergaulan anaknya dapat menjadi generasi yang keberadaannya tidak diinginkan masyarakat.
C. Analisis Kelalaian Orang Tua dalam Pelaksanaan Hadhanah Pasca Bercerai
Faktor kelalaian orang tua pasca perceraian adalah kegiatan untuk menjamin kebutuhan, melindungi dan memberikan apa yang seharusnya anak dapatkan yakni hak untuk hidup, tumbuh berkembang, dan diasuh dan dipelihara oleh orang tuanya sendiri. Ada faktor yang melatar belakangi tidak terpenuhinya hak anak dalam hadhânah pasca perceraian berujung penelantaran anak salah satunya adalah himpitan ekonomi, kurangnya paham terhadap agama, tidak ada tanggung jawab dari kedua orangtua. Maka seperti inilah hak anak yang seharusnya dipenuhi menjadi terlalaikan.
Beberapa upaya dilakukan untuk memenuhi hak-hak yang seharusnya anak dapatkan agar seorang anak dapat melakukan hak dan kewajibannya.
faktor kelalaian orang tua pasca perceraian adalah jika semua kebutuhan anak terpenuhi, seperti sandang, pangan dan biaya pendidikan. Faktor kelalaian