• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Menulis

Dalam dokumen tesis - Universitas Bosowa (Halaman 32-40)

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

4. Kemampuan Menulis

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 2008: 22). Jadi, menulis adalah aktivitas mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan dalam bahasa tulis dengan menggunakan lambang-lambang.

Sedangkan menurut Dalman (2015: 3) menulis adalah suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dalam hal ini, menulis memiliki tujuan untuk memberitahu, meyakinkan atau menghibur.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan menuangkan ide atau gagasan dan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang dimaksudkan untuk dibaca dan memiliki berbagai fungsi. Oleh karena itu keterampilan menulis sangat penting bagi peserta didik.

b. Tujuan Menulis

Maksud atau tujuan penulis (the writer’s intention) adalah responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca.

Berdasarkan batasan ini, Tarigan (2008: 24) mengemukakan bahwa menulis memiliki empat tujuan yaitu : (1) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajarkan disebut wacana informatif, (2) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif, (3) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer, dan (4) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif.

Sementara itu, Dalman (2015: 13) menyatakan bahwa ada enam tujuan menulis yaitu (1) penugasan, (2) estetis, (3) penerangan, (4) pernyataan diri, (5) kreatif, (6) konsumtif. Menulis untuk tujuan penugasan pada umumnya sering digunakan oleh para pelajar dalam menulis sebuah karangan dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah lembaga, bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan ataupun karangan bebas. Menulis dengan menggunakan tujuan estetis pada umumnya digunakan oleh para sastrawan untuk menciptakan sebuah keindahan dalam sebuah puisi, cerpen maupun novel.

Menulis dengan tujuan penerangan biasanya digunakan oleh seseorang jika ingin memberikan informasi kepada pembaca dalam sebuah surat kabar maupun majalah berupa permasalahan politik, ekonomi, pendidikan, agama, sosial, maupun budaya. Menulis dengan tujuan pernyataan diri biasa digunakan ketika seseorang membuat surat perjanjian. Tujuan kreatif digunakan untuk proses imajinasi terutama dalam menulis karya sastra, baik itu berbentuk puisi maupun

prosa. Menulis dengan tujuan konsumtif ada kalanya sebuah tulisan diselesaikan untuk dijual dan dikonsumsi oleh para pembaca. Dalam hal ini, penulis lebih mementingkan kepuasan pada diri pembaca. Penulis lebih berorientasi pada bisnis (Dalman, 2015: 13-14).

Berdasarkan beberapa pendapat sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah sebagai sarana untuk mengajar atau memberitahukan sesuatu hal ke khalayak dan dapat meyakinkan pembaca atau mendesak pembaca untuk melakukan sesuatu hal yang dituliskan oleh penulis. Tulisan ini juga bisa bertujuan untuk menghibur pembaca, dan umumnya tulisan merupakan sarana untuk mengekspresikan perasaan dan emosi penulis. Selain itu, menulis juga dapat dijadikan sebagai lahan bisnis untuk mendapatkan uang. Maka tidak heran jika banyak orang yang termotivasi untuk menulis. Sebelum membuat suatu tulisan, hendaknya harus terlebih dahulu memikirkan apa yang akan ditulis dan diberikan kepada pembaca agar pembaca merasa lebih tertarik dan terhibur dengan tulisan yang dihasilkan.

c. Manfaat Menulis

Pada prinsipnya manfaat utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena dapat memudahkan para pelajar berpikir. Menulis dapat menolong manusia berpikir secara kritis, serta dapat memudahkan kita dalam merasakan dan menikmati hubungan-hubungan mendalam, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman (Tarigan, 2008: 22).

Sehubungan dengan hal tersebut, manfaat menulis adalah dapat membantu penulis dalam mengembangkan berbagai gagasan dan potensi dirinya serta dapat meninjau dan menilai gagasannya sendiri secara objektif, sehingga terbiasa berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur, serta penggunaan kegiatan menulis secara bijaksana dan dapat memperbaiki kualitas kehidupan.

Sukirno (2010: 5-6) menjelaskan bahwa menulis itu bermanfaat bagi kehidupan manusia. Antara lain meningkatkan keterampilan mengungkapkan sesuatu dengan bahasa yang tepat, meningkatkan kebiasaan pemakaian diksi atau pilihan kata yang tepat, meningkatkan ketajaman keruntutan berpikir, menghidupkan imajinasi atau citraan yang tepat. Menulis bermanfaat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan tertulis sehingga diketahui oleh orang lain, dapat bekerja sama dalam segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan yang berkualitas, dapat mengenal adat dan tata krama dalam bermasyarakat.

Selanjutnya, Suparno dan Yunus (2009: 14) mengungkapkan manfaat menulis sebagai berikut.

1) Peningkatan kecerdasan

2) Pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas 3) Penumbuhan keberanian; dan

4) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Tercapainya tujuan belajar menulis sangat bermanfaat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara tertulis sehingga diketahui orang lain, dapat bekerja sama dalam segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan yang berkualitas, dapat belajar mengenal adat istiadat, dan tata krama masyarakat.

Keberhasilan itu juga berimplikasi terhadap keterampilan berbahasa secara umum

seperti membaca, menyimak, dan berbicara karena sesuai dengan konsep belajar terkini, proses belajar menulis dilakukan secara terpadu. Membiasakan diri untuk menulis secara tidak langsung melatih otak kita untuk berpikir dan inovatif. Selain itu, kita juga dapat menghasilkan suatu karya baru yaitu berupa tulisan.

d. Tahapan Menulis

Donald Murray telah menulis sebuah deskripsi tentang proses menulis yang deskripsinya membangkitkan semangat menulis siswa di sekolah. Menulis diberikan sebagai proses berpikir yang terus menerus, proses eksperimentasi, dan proses review. Aktivitas menulis karya tulis berkembang dalam tiga tahap:

perencanaan (rehearsing), penyusunan konsep (drafting), dan perbaikan (revising).

Tahap perencanaan (rehearsing), adalah tahap penulis berusaha menemukan apa yang akan mereka tulis. Guru dapat mendorong penemuan topik ini dengan cara ramu pendapat (brainstorming) yang memungkinkan anak berpikir dan menulis berbagai rincian tentang orang, tempat, atau peristiwa yang bermakna bagi mereka. Kadang-kadang guru memperkenalkan menulis bebas selama tahapan ini.

Tahap selanjutnya, yaitu penyusunan konsep (drafting). Istilah draf dipilih karena aktivitas menulis dalam tahap ini bersifat sementara. Ketika kita menyebut draf pertama, kedua, maka secara tidak langsung potongan kerja tersebut akan berubah, draf lain akan menyusul. Penulis perlu menuangkan pikiran-pikirannya dan mempertimbangkannya untuk disampaikan kepada orang lain. Penulis perlu berdialog dengan dirinya selama proses penyusunan konsep.

Tahap ketiga (revising) yaitu tahap perbaikan merupakan tahap akhir.

Sekalipun demikian perlu diingat bahwa perbaikan dapat berlajut pada perencanaan dan penyusunan konsep lebih lanjut. Berikut ini tahap-tahap menulis yang dirangkum dari Tompkins (1994). Tompkins menguraikan proses menulis menjadi lima tahap yang diidentifikasi melalui serangkaian penelitian tentang proses menulis. Lima tahap proses menulis yang teridentifikasi melalui penelitian yang dimaksud meliputi: pramenulis, penyusunan konsep, perbaikan, penyutingan, dan penerbitan.

1) Tahap 1: Pramenulis (prewriting)

Pada tahap pramenulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. Dalam hal ini guru bisa menggunakan berbagai srategi pramenulis yang diimplementasikan di kelas untuk membantu siswa memilih tema dan menentukan lancarnya proses menulis. Pada tahap ini siswa mengumpulkan gagasan dan informasi serta mencoba membuat kerangka atau garis besar yang akan ditulis. Di sini guru dapat melakukan kolaborasi melalui ramu pendapat (brainstorming), membuat klaster (clustering), atau menyusun daftar ide (listing) sehingga melahirkan tema dan topik tulisan yang sesuai dengan minat dan keinginan mereka.

2) Tahap 2: Penyusunan Draf Tulisan (Drafting)

Tahap kedua dalam proses menulis adalah menulis draf. Dalam proses menulis, siswa menulis dan menyaring tulisan mereka melalui sejumlah konsep.

Selama tahap penyusunan konsep, siswa terfokus dalam pengumpulan gagasan.

Perlu disampaikan kepada siswa bahwa pada tahap ini mereka tidak perlu merasa takut melakukan kesalahan. Kesempatan dalam menuangkan ide-ide dilakukan

dengan sedikit memperhatikan ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal yang lain. Aktivitas dalam tahap ini meliputi menulis draf kasar, menulis konsep utama, dan menekankan pada pengembangan isi. Penyusunan konsep merupakan tahap saat siswa mengorganisasikan dan mengembangkan ide yang telah dikumpulkannya lewat kegiatan brainstorming dalam bentuk draf kasar.

3) Tahap 3: Perbaikan (Revising)

Selama tahap perbaikan, penulis menyaring ide-ide dalam tulisan mereka.

Siswa biasanya mengakhiri proses menulis. Revisi bukan penyempurnaan tulisan, revisi adalah mempertemukan kebutuhan pembaca dengan menambah, mengganti, menghilangkan, dan menyusun kembali bahan tulisan. Pada tahap perbaikan ini siswa melihat kembali tulisannya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide dalam tulisannya. Misalnya, dalam menulis cerita yang berkaitan dengan penggarapan struktur cerita yang telah disusun. Siswa dapat mengubah watak pelaku yang semula jahat menjadi baik atau siswa dapat juga menyelipkan peristiwa lain dalam rangkaian cerita yang disusunnya.

4) Tahap 4: Penyutingan (Editing)

Penyutingan merupakan penyempunaan tulisan sanpai pada bentuk akhir.

Sampai tahap ini, fokus utama proses menulis adalah pada isi tulisan siswa dengan fokus berganti pada kesalahan mekanik. Siswa menyempurnakan tulisan mereka dengan mengoreksi ejaan dan kesalahan mekanikal yang lain. Tujuannya membuat tulisan menjadi “siap baca secara optimal” (optimally readable). Cara paling efektif untuk mengajarkan keterampilan mekanikal adalah pada saat penyuntingan. Ketika penyuntingan tulisan disempurnakan melalui kegiatan membaca, siswa lebih tertarik pada pemakaian keterampilan mekanikal secara

benar karena mereka dapat berkomunikasi secara efektif. Para peneliti menyarankan bahwa pendekatan fungsional dalam pengajaran mekanikal tulisan lebih efektif dari pada latihan praktis. Aktivitas dalam tahap ini meliputi mengambil jarak dari tulisan, mengoreksi awal dengan menandai kesalahan, dan mengoreksi kesalahan.

5) Tahap 5: Pemublikasian (publishing)

Pada tahap akhir proses penulisan, siswa mempublikasikan tulisan mereka dan menyempurnakannya dengan membaca pendapat dan komentar yang diberikan teman atau siswa lain, orang tua dan komunitas mereka sebagai penulis.

Pada tahap publikasi siswa mempublikasikan hasil penulisannya melalui kegiatan berbagi hasil tulisan (sharing). Kegiatan berbagi hasil ini dapat dilakukan diantaranya melalui kegiatan penugasan siswa untuk membacakan hasil karangan di depan kelas. Sebagai contoh dalam pembelajaran menulis cerita, kegiatan publikasi dapat dilakukan dengan menugaskan siswa membacakan hasil cerita yang telah ditulisnya, sementara siswa lain memberikan pendapat berkaitan dengan cerita tersebut. Kegiatan sharing lainnya dapat dilakukan dengan meminta orang tua siswa membaca dan memberi komentar terhadap cerita yang telah ditulis siswa. Dengan demikian, dalam kegiatan publikasi siswa mendapat beragam penguatan.

Mengajarkan keterampilan menulis di sekolah dasar bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk melatih siswa agar terampil dalam menulis membutuhkan strategi yang tepat dan membutuhkan kesabaran dalam membimbing siswa ketika proses menulis. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Pardo (2006) yang mengemukakan bahwa pengajaran menulis tidaklah mudah karena

membutuhkan proses dan waktu yang cukup. Dalam praktiknya, karena menulis bukanlah sesuatu yang sekali jadi, maka guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tahap pengecekan kembali dan mengeditnya jika terdapat kesalahan. Tahap tersebut penting dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yang dilakukan oleh penulis (Hartati & Cuhariah, 2015).

5. Hakikat Teks Eksplanasi

Dalam dokumen tesis - Universitas Bosowa (Halaman 32-40)

Dokumen terkait