• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Penalaran Matematika Siswa

Dalam dokumen Download (1MB) - etheses UIN Mataram (Halaman 65-77)

BAB III PEMBAHASAN

A. Kemampuan Penalaran Matematika Siswa

Kemampuan penalaran merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap siswa dalam proses pembelajaran karena kemampuan penalaran merupakan kemampuan yang membuat siswa lebih berfikir logis terhadap mata pelajaran terkhusus matematika sehingga proses belajar mengajar didalam kelas pun akan lebih variatif dan siswa dituntut aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar sehingga prestasi belajar siswa diharapkan dapat meningkat.

Penelitian pada aspek kemampuan penalaran siswa dilakukan di MTs Maraqitta‟limat Tembeng Putik kelas VII A dan B dengan subyek penelitian berjumlah 48 siswa dimana pada penelitian ini ditemukan bahwa adanya masalah pada kemampuan penalaran matematika siswa yang belum optimal.

Kurangnya kemampuan penalaran matematika ini, teramati pada saat siswa mengerjakan lima soal uraian tentang sistem persamaan linier satu variabel yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan penalaran yang dimiliki oleh siswa MTs Tembeng putik dimana sebagian besar siswa ketika diberikan soal yang menuntut untuk berpikir ekstra dalam hal ini soal cerita, siswa cenderung menjawab dengan jawaban yang beraneka ragam dan jawabannya tersebut tidak terstruktur atau tidak sesuai dengan enam indikator dalam menjawab soal untuk mengukur kemampuan penalaran, keenam indikator itu antara lain:

1. Mengajukan dugaan

2. Melakukan manipulasi matematika

3. Menyusun bukti, memberi alasan terhadap kebenaran solusi 4. Menarik kesimpulan dari suatu pernyataan

5. Memeriksa kesahihan suatu argumen

6. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Keenam indikator tersebut di atas yang belum tercapai dalam mengukur kemampuan siswa yang berkaitan dengan aspek penalaran ini menandakan kurangnya peran guru dalam proses belajar mengajar yang disebabkan oleh minimnya pengetahuan guru tentang aspek penalaran sehingga siswapun sedikit sulit dalam menyelesaikan soal yang diberikan peneliti. Hal ini diperkuat dengan kondisi ketika guru menjelaskan suatu pokok bahasan yaitu Sistem Persamaan Linier Satu Variabel, sering muncul pertanyaan pada benak siswa misalkan, ketika guru menuliskan persamaan umum Sistem Persamaan Linier, siswa bertanya pada guru, “kenapa ditulis dalam bentuk seperti itu, apakah ini sebuah kesepakatan?” Mendengar pertanyaan tersebut gurupun hanya menjawab bahwa bentuk umum sistem persamaan linier dari dulu sudah seperti itu, padahal seharusnya guru harus menjelaskan secara rasional kepada siswa kenapa tiba-tiba seperti itu walaupun pertanyaan tersebut sangat mendasar.

Pertanyaan siswa dan jawaban guru tersebut di atas membuat peneliti menyadari bahwa ini adalah suatu masalah yang cukup besar yang harus diselesaikan dalam aspek kemampuan penalaran. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengukur tingkat kemampuan penalaran yang dimiliki oleh siswa menggunakan soal dalam bentuk tes uraian dengan banyak soal sebanyak lima dan berbentuk soal cerita, soal ini dipilih karena siswa dituntut untuk berpikir logis dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Tes dilakukan pada hari kamis, 07 Januari 2016. Tes berlangsung selama 60 menit, mulai pukul 09.00 – 10.00.

Hasil tes menunjukkan bahwa banyaknya siswa yang tidak mengerti ketika diberikan soal dalam bentuk soal cerita dan tidak memahami arah soal yang akan dijawab. Setelah peneliti memeriksa jawaban dari masing-masing siswa banyak jawaban ditemukan tidak sesuai dengan yang tidak diharapkan.

Sebagian besar siswa langsung menjawab tanpa melalui prosedur matematika yang benar dan ada yang menjawab dengan prosedur matematika tetapi jawabannya salah. Hal ini menandakan, siswa belum mampu memahami maksud dari pertanyaan-pertanyaan dan belum menguasai pokok bahasan sistem persamaan linier itu sendiri.

Kategori kemampuan penalaran Siswa berdasarkan hasil jawaban dibedakan dalam lima tingkatan diantaranya:

1. 0 ≤ skor ≤ 39,99 kategori kemampuan penalaran sangat kurang 2. 40 ≤ skor ≤ 54,99 kategori kemampuan penalaran kurang

3. 55 ≤ skor ≤ 64,99 kategori kemampuan penalaran cukup

4. 65 ≤ skor ≤ 79,99 kategori kemampuan penalaran baik 5. 80 ≤ skor ≤ 100 kategori kemampuan penalaran sangat baik B. Kemampuan koneksi Matematika Siswa

Kemampuan koneksi merupakan kemampuan mengaitkan antar topik matematika, matematika dengan disiplin ilmu lain dan matematika dengan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki kemampuan koneksi siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar mengajar disekolah karena kemampuan koneksi menuntut siswa untuk menguasai mata pelajaran matematika dan ilmu lain diluar matematika sehingga siswa akan mampu aktif dalam proses belajar.

Penelitian pada aspek koneksi matematika dilakukan di MTs.

Marraqitta‟limat Tembeng Putik. Dari hasil penelitian didapatkan adanya masalah pada kemampuan koneksi matematika siswa kelas VII A dan B yang masih rendah. Kurangnya kemampuan koneksi matematika siswa teramati pada saat siswa mengerjakan lima soal yang berbentuk uraian terkait pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Satu Variabel yang digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat kemampuan koneksi yang dimiliki oleh siswa.

Data yang dijadikan subyek adalah siswa MTs.Maraqitta‟limat Tembeng Putik kelas VII A dan B sebanyak 48 siswa. Data hasil penelitian ini yang akan dibahas adalah kemampuan koneksi matematis yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal materi sistem persamaan linier satu variabel dimana didapatkan tiga tingkatan kemampuan koneksi matematika siswa

didasarkan pada analisis jawaban masing-masing siswa. Tiga tingkatan tersebut diantaranya :

1. Tingkat kemampuan atas diberi kode KAL dan KAP dimana KAL adalah kode untuk laki-laki dengan kategori tingkat kemampuan atas sebaliknya KAP adalah kode untuk perempuan dengan kategori tingkat kemampuan atas.

2. Tingkat kemampuan tengah diberi kode KTL dan KTP yang dimana KTL adalah kode untuk laki-laki dengan kategori tingkat kemampuan tengah sedangkan untuk kode KTP adalah kode untuk perempuan dengan kategori tingkat kemampuan tengah.

3. Tingkat kemampuan bawah diberi kode KBL dan KBP dimana KBL adalah kode untuk laki-laki dengan kategori tingkat kemampuan bawah sedangkan untuk kode KBP adalah kode untuk perempuan dengan kategori tingkat kemampuan bawah.

Siswa yang berada pada kode KAL dalam menyelesaikan masalah pada setiap butir soal, pada awalnya siswa dengan kode KAL dapat memahami masalah. Akan tetapi pada butir soal nomor 2 dan butir soal nomor 3 siswa dengan kode KAL mengalami kesulitan koneksi matematis.

Adapun kesulitan koneksi yang dialami oleh siswa dengan kode KAL pada butr soal nomor 2 adalah kesulitan koneksi antarkonsep. Siswa dengan kode KAL tidak dapat mengkoneksikan konsep panjang Jembatan Shimotsui Straight dan panjang Jembatan Akashi Kaikyo dengan benar tetapi setelah siswa dengan kode KAL membuktikasn hasil yang diperolehnya ternyata

salah. Dengan menggunakan representasinya siswa dengan kode KAL mencari panjang jembatan shimotsui straight dengan cara p = 111 x panjang jembatan akashi kaikyo. Sedangkan pada butir soal nomor 3, siswa dengan kode KAL mengalami kesulitan koneksi antarkonsep yaitu bilangan pertama,bilangan kedua,bilangan ketiga. Dalam menyelesaikan masalah, siswa dengan kode KAL langsung mencari tiga bilangan bulat genap berurutan tanpa dimodelkan ke persamaan matematika terlebih dahulu.

Siswa yang berada pada kode KAP, dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan soal yang berhubungan dengan soal cerita pada setiap butir soal, siswa dengan kode KAP tidak dapat memahami masalah yang terdapat dalam permasalahan. Dari semua permasalahan, siswa dengan kode KAP mengalami kesulitan di setiap butir soalnya. Pada soal nomor 1, siswa dengan kode KAP tidak dapat mengkoneksikan antarkonsep dan tidak dapat mengkoneksikan antara simbol dengan simbol. Pada soal nomor 2, siswa dengan kode KAP juga tidak dapat mengkoneksikan antarkonsep dan tidak dapat mengkoneksikan antara simbol dengan simbol.

Soal nomor 3, siswa dengan kode KAP tidak dapat mengkoneksikan antarkonsep yaitu bilangan bulat pertama, kedua dan ketiga. Siswa dengan kode KAP juga kesulitan mengkoneksikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan simbol di mana ia menyebutkan jarak pertama sebagai kecepatan yang sebenarnya merupakan jarak pertama dan siswa dengan kode KAP juga belum memahami bentuk soal. Sedangkan untuk soal nomor 1, yaitu soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari - hari, Siswa

dengan kode KAP mengalami kesulitan koneksi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Siswa dengan kode KAP tidak dapat menentukan rumus dan mencari model matematika apa yang di gunakan dan Penjelasan siswa dengan kode KAP pada soal nomor 4, siswa dengan kode KAP mengalami kesulitan koneksi antara cerita kontekstual dengan simbol dan kesulitan koneksi antara jarak dengan kecepatan.

Siswa pada tingkat kemampuan tengah diberi kode KTL dan KTP.

Untuk siswa dengan kode KTL, siswa mengalami kesulitan koneksi disetiap butir soalnya. Adapun kesulitan yang dialami siswa dengan kode KTL pada soal nomor 1 adalah kesulitan koneksi antarkonsep dan kesulitan koneksi antara simbol dengan simbol. siswa dengan kode KTL tidak dapat mengkoneksikan unsur-unsur yang ada pada permasalahan, ia juga salah dalam memasukkan model matematikanya. Untuk soal nomor 2, siswa dengan kode KTL kesulitan dalam mengkoneksikan antarkonsep dan kesulitan mengkoneksikan antara simbol dengan simbol. Siswa dengan kode KTL tidak mengetahui konsep-konsep yang akan digunakan. Siswa dengan kode KTL juga tidak dapat memberi simbol untuk panjang Jembatan Shimotsui Straight dan panjang Jembatan Akashi Kaikyo.

Siswa yang berada pada kode KTL untuk soal nomor 3 mengalami kesulitan dalam mengkoneksikan antarkonsep yaitu bilangan bulat pertama,kedua dan ketiga. Siswa dengan kode KTL juga kesulitan mengkoneksikan jarak dengan kecepatan, yaitu ia tidak dapat menentukan panjang lintasan yang ditempuh dan unsur-unsur yang terdapat pada soal.

Pada soal nomor 4, siswa dengan kode KTL tidak dapat mengkoneksikan antara cerita kontekstual, gambar dan simbol. Ia juga tidak dapat menuliskannya dalam bentuk simbol-simbol.

Siswi yang berada pada kode KTP, dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berapa mililiter larutan garam dengan konsentrasi 20%

dan 10 ml larutan garam, mengalami kesulitan koneksi untuk setiap butir soal. Pada soal nomor 1 dan soal nomor 2, Siswi dengan kode KTP mengalami kesulitan koneksi antarkonsep dan kesulitan koneksi antara simbol dengan simbol. Siswi dengan kode KTP tidak dapat mengkoneksikan antara panjang cabang gua yang dituruni penjelajah pertama dengan panjang cabang gua yang dituruni penjelajah kedua dan Siswi dengan kode KTP juga tidak dapat mengkoneksikan panjang Jembatan Shimotshui Straight dengan panjang Akashi Kaikyo. Dalam menyelesaikan soal nomor 1, siswi dengan kode KTP menuliskan rumus untuk mencari panjang cabang gua yang telah dituruni penjelajah kedua adalah = p cabang gua yang dituruni penjelajah pertama + p pertama telah turun dari permukaan tanah.

Siswa dengan kode KTP untuk soal nomor 3 kesulitan dalam mengkoneksikan antarkonsep, menggunakan ide matematika untuk menggunakan ide matematika lain lebih jauh sehingga siswi dengan kode KTP tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan tiga bilangan bulat genap berurutan. Untuk soal nomor 4, siswi dengan kode KTP tidak dapat mengkoneksikan antara cerita kontekstual, model matematika dan simbol. Siswi dengan kode KTP tidak dapat menuliskan apa yang diketahui

dari permasalahan. Dalam membuat sketsa, ia hanya menggambar lingkaran.

Siswi dengan kode KTP tidak mengetahui bahwa 20 km/jam, merupakan kecepatan kedua. akibatnya ia tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan cerita kontekstual.

Siswa pada tingkat kemampuan bawah diberi kode KBL dan KBP.

Untuk siswa dengan kode KBL mengalami kesulitan koneksi disetiap butir soal. Pada soal nomor 1, siswa dengan kode KBL tidak dapat mengkoneksikan antara panjang cabang gua untuk penjelajah pertama dan panjang cabang gua untuk penjelajah pertama dari permukaan tanah. Siswa dengan kode KBL juga tidak dapat memberi simbol untuk setiap unsur-unsur yang diketahui. Dari penjelasan siswa dengan kode KBL, dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kode KBL mengalami kesulitan antarkonsep dan kesulitan antara simbol dengan simbol.

Siswa dengan kode KBL untuk soal nomor 2, juga tidak dapat mengkoneksikan antarkonsep yaitu panjang Jembatan Shimotshui Straight dengan panjang Jembatan Akashi Kaikyo dan siswa dengan kode KBL mengalami kesulitan dalam mengkoneksikan antara simbol dengan simbol di mana siswa dengan kode KBL tidak dapat menuliskan model matematika dan cara penyelesaiannya. Pada soal nomor 3, siswa dengan kode KBL mengalami kesulitan dalam mengkoneksikan antarkonsep dan tidak mampu berpikir apa maksud dari soal cerita. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, siswa dengan kode KBL mengalami kesulitan menngkoneksikan soal kedalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk soal nomor 4, siswa dengan kode

KBL mengalami kesulitan mengkoneksikan antara cerita kontekstual dan simbol. Siswa dengan kode KBL tidak bisa membedakan jarak dengan kecepatan. Karena siswa dengan kode KBL tidak dapat mengetahui apa yang diketahui dan tidak mengetahui rumus yang akan digunakan, akibatnya ia tidak dapat menyelesaikan masalah pada soal nomor 4.

Siswa dengan kode KBP, dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan memodelkan dalam bentuk persamaan matematika dan mengalami kesulitan koneksi matematis. Adapun kesulitan koneksi matematis yang dialami siswa dengan kode KBP pada soal nomor 1 adalah kesulitan koneksi antarkonsep. Siswa dengan kode KBP mengetahui simbol-simbol dari unsur yang diketahui, akan tetapi siswa dengan kode KBP tidak dapat mengkoneksikan konsep-konsep yang terdapat dari permasalahan. Untuk soal nomor 2, siswa dengan kode KBP juga mengalami kesulitan antarkonsep dan kesulitan antara simbol dengan simbol. Siswa dengan kode KBP tidak dapat merepresentasikan kedalam bentuk persamaan matematika.

Siswa dengan kode KBP untuk soal nomor 3, tidak dapat mengkoneksikan antarkonsep, yaitu bilangan bulat genap pertama, kedua dan ketiga. Siswa dengan kode KBP juga kesulitan mengkoneksikan antara simbol dengan simbol. Sedangkan untuk soal nomor 4, yaitu soal yang berkaitan dengan cerita kontekstual, siswa dengan kode KBP mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah pada butir soal nomor 4 ini. Adapun kesulitan yang dialami siswa dengan kode KBP adalah kesulitan koneksi antara cerita kontekstual, gambar dengan simbol. kemudian siswa dengan

kode KBP juga tidak dapat menyimbolkan unsur-unsur yang terdapat pada soal.

Faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan koneksi matematis dalam menyelesaikan masalah dari hasil tes yang telah dilakukan pada 48 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini, diperoleh 6 (enam) faktor penyebab kesulitan penalaran dan koneksi matematis siswa pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier diantaranya :

1. Rendahnya Kemampuan Representasi

Siswa yang diteliti adalah berjumlah 48 siswa dimana, pada butir soal 1, 2, 4 dan 5 terdapat 10 siswa yang mengalami kesulitan koneksi matematis yang disebabkan oleh faktor rendahnya kemampuan representasi sedangkan pada butir soal nomor 3, dari 48 siswa yang diteliti 15 siswa mengalami kesulitan koneksi matematis yang disebabkan oleh faktor rendahnya kemampuan representasi.

2. Rendahnya Kemampuan Penalaran

Butir soal 1, 2, 4 dan5 terdapat 25 siswa yang mengalami kesulitan koneksi matematis yang disebabkan oleh faktor rendahnya kemampuan penalaran diantaranya sedangkan pada butir soal nomor 3, dari 48 siswa yang diteliti seluruh siswa mengalami kesulitan koneksi matematis yang disebabkan oleh faktor rendahnya kemampuan penalaran.

3. Rendahnya Kemampuan Pemecahan Masalah

Jumlah siswa yang diteliti ada 48 siswa dimana, pada butir soal 1, 2, 3 dan 4 terdapat 17 siswa yang mengalami kesulitan koneksi matematis

yang disebabkan oleh faktor rendahnya kemampuan pemecahan masalah.

Sedangkan pada butir soal nomor 5, dari 48 siswa yang diteliti 30 siswa mengalami kesulitan koneksi matematis yang disebabkan oleh faktor rendahnya kemampuan pemecahan masalah.

4. Ketidaklancaran prosedur

48 siswa yang diteliti didapatkan bahwa, pada butir soal 1, 3, 4 dan 5 terdapat 5 siswa yang mengalami kesulitan koneksi matematis yang disebabkan oleh faktor rendahnya kemampuan representasi sedangkan pada butir soal nomor 2, dari 48 siswa yang diteliti 27 siswa mengalami kesulitan koneksi matematis yang disebabkan oleh faktor ketidaklancaran prosedur

5. Rendahnya Kemampuan Pemahaman Konseptual

Siswa yang diteliti berjumlah 48 dimana, pada butir soal 1, 2, 3 terdapat 5 siswa yang mengalami kesulitan koneksi matematis yang disebabkan oleh faktor rendahnya kemampuan pemahaman konseptual sedangkan pada butir soal nomor 4 dan 5, dari 48 siswa yang diteliti seluruh siswa mengalami kesulitan koneksi matematis yang disebabkan oleh faktor rendahnya pemahaman konseptual.

6. Daya Ingat Lemah

Siswa yang mengalami kesulitan koneksi matematis yang disebabkan oleh faktor daya ingat lemah pada butir soal 1, 2, 3, 4 dan 5 ada 5 siswa.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian ini, bahwa masih kurangnya kemampuan penalaran dan koneksi matematika khususnya pada pokok bahasan sistem persamaan linier satu variabel dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya:

1.Rendahnya Kemampuan Representasi 2.Rendahnya Kemampuan Penalaran

3.Rendahnya Kemampuan Pemecahan Masalah 4.Ketidaklancaran prosedur

5.Rendahnya Kemampuan Pemahaman Konseptual 6.Daya Ingat Lemah

C. Saran-Saran

1.Bagi guru matematika

Diharapkan agar mampu menggunakan proses belajar mengajar dengan memperhatikan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga pembelajaran akan lebih aktif dan tidak monoton dan seorang guru juga harus menguasai terlebih dahulu konsep materi yang akan diajarkan agar arah tujuan pembelajaran tercapai.

2.Bagi siswa - siswi

Siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar agar setiap materi yang dipelajari dapat dipahami dengan baik dan dapat diharapkan untuk meraih prestasi yang setinggi-tingginya karena dengan hanya belajar yang rajin dan sungguh – sungguh serta adanya motivasi dari diri sendiri akan mencapai tahap kesuksesan.

3.Peneliti Lain

Kepada peneliti selanjutnya, agar melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang menentukan prestasi siswa, karena dengan adanya penelitian ini dapat diketahui beberapa faktor kekurangan ataupun kelebihan yang dimiliki oleh peserta didik dan yang lainnya dapat menjadi perhatian semua pihak terutama untuk memperbaiki siswa yang selama ini masih memiliki kemampuan yang kurang baik dalam proses pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.

Depdiknas, Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23 dan 24 tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: Depdiknas

Hadi, Sdan FauzanA,Mengapa PMRI? Dalam Buletin PMRI.Pendidikan Matematika Realistik Indonesia.edisi I, Juni 2003.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.

Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.

M. Taufik, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi. Mataram: IAIN Mataram, 2011.

Nasoetion, Evaluasi Pembelajaran Matematika.Jakarta : CV Alfabeta, 2007.

Nazir, Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

NCTM,Principles and Standards for School Mathematics. Tersedia di www.nctm.org, 2000.

Rahayu, Minto, Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi .Jakarta: PT Grasindo, 2007.

Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika.Bandung: CV Wacana Prima, 2007.

Ruspiani, Kemampuan dalam Melakukan Koneksi Matematika. Bandung : PT Remaja Rosada Karya, 2000.

Shofiah,Meningkatkan kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif. Jakarta: PT Grafindo Persada, 2007

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Sumarmo, Pengembangan Berfikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU serta Mahasiswa Strata Satu (S1) melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Penelitian Lemlit UPI: Tidak Diterbitkan.

Susanti, E. Pemahaman konsep melalui koneksi matematika.

Bandung:CV.Alfabeta, 2012.

Poesporodjo dan Gilarso, Logika ilmu Menalar dan Koneksi.Bandung: Pustaka Grafindo,2011.

wahyudin, Proses Menghafal dan Berpikir logis.Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009.

Lampiran 1. Nama-nama Siswa Kelas VII A MTs Maraqitta‟limat Tembeng Putik Tahun Pelajaran 2015/2016

Nama siswa L/P

Nomor

1 Agus Kurniawan L

2 Atik Mustikawati P

3 Diah Rahmadini P

4 Faisal L

5 Habibah P

6 Haerul Amsoni L

7 Hairul Alfi Bastian L

8 Hamsan L

9 Hindra Jayadi L

10 Ida Rosiana P

11 Ihsan Asyari L

12 Ikram L

13 Irhamdi L

14 Julianti P

15 Khaerul Azmi L

16 Lina Dewi P

17 M. Anwar Dedi Efendi L

18 M. Zainul Arfi L

19 M.Hiqam Hakiki L

20 Nurhidayah P

21 Sinta Sari P

22 Siti Hasna Yuni P

23 Zahratul Aini P

24 Ziatul Istifa'iyah P

Lampiran 2. Nama-nama Siswa Kelas VII B MTs Maraqitta‟limat Tembeng Putik Tahun Pelajaran 2015/2016

Nama siswa L/P

Nomor

1 Anom Mahesa L

2 Aulia Yulinda P

3 Faizah P

4 Fayzal Husen L

5 Feri Irawan L

6 Hamdani L

7 Hendra Saputra L

8 Indayani P

9 Jeni Kurniawan L

10 Kurniati Utami P

11 M. Ropiki L

12 M.Hasan Ihwan L

13 Ma'idatul Husna P

14 Mirnawati P

15 Muh. Nisa Majdi L

16 Muhammad Arsyadi L

17 Muhammad Hariadi L

18 Nila Rohmania P

19 Nur Afni Sulastri P

20 Nurul Aini P

21 Rahmawati P

22 Ratna Dewi P

23 Rio Adi Irawan L

24 Yuli Setiawati P

Lampiran 3. Nama-nama Siswa Kelas VII C MTs Maraqitta‟limat Tembeng Putik Tahun Pelajaran 2015/2016

Nama siswa L/P

Nomor

1 Abdul Muis L

2 Ahmadi L

3 Fendi Pratama L

4 Hudayani P

5 M. Arif Sufya L

6 M.Imtihan L

7 Mirnawati P

8 Muh. Fajar Wahyudi L

9 Nanang Jatis Ragandi L

10 Pitriani P

11 Putra Rajab L

12 Ramlia Astuti P

13 Ratna Ayu L

14 Ratnin Dewi P

15 Risqul Qodri L

16 Rizki Hilmawan L

17 Roi Aldi L

18 Ropi Hermawan L

19 Sahruh Fikri L

20 Siti Aisyah P

21 Sri Fujiani P

22 Sri Santiani P

23 Wahidatul Aini P

24 Yuli Astina P

25 Zaenul Hamidi L

Tabel 4. Nilai Hasil Belajar Untuk Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Siswa Kelas VIIA MTs.Maraqitta‟limat Tembeng Putik

Nama siswa L/P

Nomor Nilai

1 AGUS KURNIAWAN L 65

2 ATIK MUSTIKAWATI P 70

3 DIAH RAHMADINI P 75

4 FAISAL L 80

5 HABIBAH P 70

6 HAERUL AMSONI L 65

7 HAIRUL ALFI BASTIAN L 65

8 HAMSAN L 65

9 HINDRA JAYADI L 70

10 IDA ROSIANA P 60

11 IHSAN ASYARI L 75

12 IKRAM L 75

13 IRHAMDI L 70

14 JULIANTI P 70

15 KHAERUL AZMI L 70

16 LINA DEWI P 75

17 M. ANWAR DEDI EFENDI L 80

18 M. ZAINUL ARFI L 60

19 M.HIQAM HAKIKI L 65

20 NURHIDAYAH P 70

21 SINTA SARI P 65

22 SITI HASNA YUNI P 65

23 ZAHRATUL AINI P 70

24 ZIATUL ISTIFA'IYAH P 70

Tabel 5. Nilai Hasil Belajar Untuk Kemampuan Penalaran dan Koneksi Siswa Kelas VII B MTs. Maraqitta‟limat Tembeng Putik

Nama siswa L/P

Nomor Nilai

1 ANOM MAHESA L 50

2 AULIA YULINDA P 45

3 FAIZAH P 70

4 FAYZAL HUSEN L 60

5 FERI IRAWAN L 75

6 HAMDANI L 50

7 HENDRA SAPUTRA L 80

8 INDAYANI P 70

9 JENI KURNIAWAN L 70

10 KURNIATI UTAMI P 50

11 M. ROPIKI L 45

12 M.HASAN IHWAN L 40

13 MA'IDATUL HUSNA P 70

14 MIRNAWATI P 70

15 MUH. NISA MAJDI L 60

16 MUHAMMAD ARSYADI L 75

17 MUHAMMAD HARIADI L 70

18 NILA ROHMANIA P 75

19 NUR AFNI SULASTRI P 60

20 NURUL AINI P 80

21 RAHMAWATI P 50

22 RATNA DEWI P 60

23 RIO ADI IRAWAN L 75

24 YULI SETIAWATI P 65

Dalam dokumen Download (1MB) - etheses UIN Mataram (Halaman 65-77)

Dokumen terkait