• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Berfikir

A. Penelitian Terdahulu Yang Relavan Dan Hipotesisi Penelitian

2. Kerangka Berfikir

terikatnya dan metode yang digunakan serta jenis penelitiannya yaitu, penelitian tindakan kelas waktu dan tempat serta bidang kajiannya.

Yaitu di SDN Tebanggele.

Penelitin yang dilakukan peneliti di MAPK Syaikh Zainuddin NW Anjani Lombok Timur dengan judul kajian pengaruh pembelajaran Kolaborasi orang tua dan guru pada masa pandemi Covid-19terhadap hasil belajar dan motivasi siswa kelas X Keagamaan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MAPK Syaikh Zainuddin NW Anjani Lombok Timur.

bersama. Pembelajaran kolaborasi ialah suatu pendekatan untuk mengatur para peserta didik, guru, orang tua, secara intraksioanal untuk mencapai tujuan bersama.20

Kolaborasi adalah pembelajaran atau kerjasama yang dilakukan dua orang atau lebih yang dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, ide, pengalaman, kemampuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama.21

Dari definisi diatas peneliti mengambil pemahaman, bahwa Pembelajara kolaboratif ialah pembelajaran bukan hanya sebatas guru dengan para siswa, akan tetapi berkolaborasi bekerja sama antara guru orang tua dan siswa dalam meneyelesekan atau mencari jawaban dalam suatu masalah, untuk mencapai tujuan yang sama. Serta siswa mampu mengaktualisasikan pemikiranya antara satu dengan yang lain. bukan dengan cara mandiri atau individual untuk mnyelesekan bagian-bagian yang terpisah dari masalah tersebut.

Pembelajaran kolaboratif adalah sebagai suatu proses untuk membangun dan mempertahankan konsepsi yang sama terhadap satu masalah. Dari sudut pandang ini, maka belajar

20 Purwati Sisca Diana dan dkk, “Implementasi Pembelajaran Kolaboratif Pada Mata Kuliyah Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi.” Juranal Bahasa Vol. 1 No 1 Desember, 2019:

60-70, di akses 20 Desember 2020.

21 Helda Putri dan Juniman Silalahi, “ Pengaruh Model Pembelajaran Collaborative,” 3.

kolaboratif akan menjadi efisien dan efektif karena semua guru, orang tua dan siswa dituntut untuk berfikir secara interaktif. Dalam proses pembelajaran yang menerapkan pembelajaran kolaboraif, guru dan orang tua membagi otoritas bersama siswa dengan berbagai cara guru dan orang tua memotivasi dan mendorongsiswa untuk mengunakan pengetahuan mereka, memfocuskan pada pemahaman tingkat tinggi.22

2) Tujuan Kolaborasi Orang Tua Dan Guru.

a) Saling mengisi dan membantu

Guru selalu memberikan informasi kepada orang tua siswa mengenai segi-segi positif dan negative anak mereka.

Informasi tersebut bisa disampaikan secara tertulis ataupun lisan melaui kunjungan guru ke rumah orang tua siswa. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurang anak maka guru dan orang tua bisa memberikan bimbingan sebagaimana mestinya.

(1). Bantuan barang dan keuangan

Orang tua peserta didik yang mengetahui kekurang sarana-perasarana sekolah bisa memberikan bantuan, baik secra peribadi atau melalui organisasai BP3 ( badan pembantu penyelenggara pendidikan ).

(2). Untuk berupaya mengurangi dan mencegah perbuatan- perbuatan yang kurang baik.

22 Dede Salim Nahdi, “Implementasi Pembelajran Collaborative Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Representase Matematika Siswa Kelas Dasar,” Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 3 No. 1 Januari, 2017: 23, Diakses 12 Januari 2021.

Segala kekurangan dan kelemahan, kemungkinan anak bisa melakukan sesuatu yang mengganggu setabilitas lingkungan namun, orang tua dan guru bisa berkolaborasi dan bekerjasama untuk mencengah dengan memberikan petunjuk dan bimbingan kepada anak.

(3). Secara bersama-sama membuaat perencaan yang baik demi sang anak.

Dengan mengetahui kelebihan dan bakat, minat yang dimiliki oleh anak, guru dan orang tua membuat rencana lebih lanjut, misalnya mngembangkan bakat olahraga, seni tari, seni music dan seni lukis.23

3) Bentuk Kolaborasi Orang Tua Dan Guru

Melalui kolaborasi yang dilakukan guru dan orang tua siswa saling membantu, pengertian orang tua dan guru demi kesuksesan dan keberhasilan pesertak didik, yang dimana masing- masing membawa pengaruh yang seperti inilah maka akan terwujud rasa saling mengerti dan bantu-membantu anatara keduanya untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa.

Kolaborasi dan rasa tanggung jawab guru dan orang tua siswa sangat diperlukan karena sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut, guru-guru dan orang tua harus berupaya menempuh

23 Padmono Dewo, Pendidikan Anak Prasekolah, 126.

langkah-langkah apa yang mesti dilakuakan sehingga kolaborasi dapat terjalin dengan baik dan efektif. Baik itu orang tua dengan guru dan siswa dengan lingkungan masyarakat.

Maka dari itu bentuk kolaborasi orang tua dan guru menurut Sukiman dkk, meliputi yaitu:

a) Hadir dalam pertemuan dengan wali kelas pada hari pertama masuk sekolah

b) Mengikuti pertemuan dengan wali kelas, minimal dua kali dalam satu semester

c) Mengikuti kelas orang tua minimal dua kali dalam satu tahun d) Hadir sendiri pada setiap pembagian rafort

e) Hadir sebagai narasumber kelas inspirasi

f) Terlibat aktif dan hadir pada acara pentas kelas pada akhir tahun pelajaran

g) Terlibat aktif pada penguyuban orang tua di kelas anak.24

Cara membangun kolaborasi yang positif antara orang tua dan guru.

a) Membangun sikap saling percaya diantara orang tua dan guru b) Menyampaikan tujuan bersama tentang minat yang paling tepat

dan baik dari seorang anak

c) Menciptakan dan menyediakan sarana untuk melanjutkan komunikasi secara terbuka

24 Ariadi Nugraha, “Strategi Kolaborasi Orangtua Dan Konselor Dalam Mengembangkan Sukses Studi Siswa.” Jurnal Konseling Gusjigang, Vol. 3, No. 1 Januari-Juni, 2017: 134, Di Akses Tanggal 4 Maret 2021.

d) Menjelaskan sikap kerjasama dalam uapaya pemecahan masalah ketimbang saling menyalahkan.25

Menurut Epstein ada enam bentuk atau tipe kolaborasi dan kerjasama orang tua dengan guru yaitu: parenting, komunikasi, volunteer, keterlibatan orang tua pada pembelajaran dirumah, pengambilan keputusan, dan kolaborasi dengan kelompok masyarakat.26

Berikut ini akan diuraikan dari masing-masing enam bentuk kolaborasi dan kerjasama orang tua dan guru menurut Epstein diatas yaitu:Parenting education ( pendidikan orang tua )

(1). Parenting adalah keterlibatan keluaraga dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar anak dan keterampilan dalam mengasuh anak untuk dapat menciptakan lingkungan yang bisa mendukung perkembangan anak. Dalam kegiatan parenting, guru dapat menghadirkan seorang ahli atau profesional yang di anggap mampu menjelaskan pokok permasalahan, atau melakukan diskusi dalam rangka mendudkung pendidikan dan perkembangan anak.

Bentuk dari parenting adalah ikut berpartisipasi dalam lokakarya, yang memperkenalkan kebijakan sekolah, prosedur dan program yang akan membantu orang tua mengetahui apa

25 Roymond Judith, Hasarat Untuk Belajar, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004. Hal. 99.

26 Mgs. Nazarudin, “Pola Kerjasama Guru Dan Orang Tua Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MIN 2 Kota Palembang. Jurnal Intizar, Vol. 24, No. 2, Desember, 2018: 212, Di Akses Tanggal 4 Maret 2021

yang terjadi disekolah sehingga bisa mengambil posisi untuk untuk melakukan pengasuhan dan pendidikan bagi anak., adanya program pelatihan bagi orang tua untk menjadi pendamping anak, pendukung aktivitas belajar, perencana kurikulum, dan pembuat kebijakan sehingga mereka merasa diberdayakan, mendorong orang tua untuk ikut aktif dalam peruses belajar.

(2). Komunikasi

komunikasi merupakan salah satu bentuk yang efektif dari guru ke orang tua dan orang tua ke guru untuk bertukar informasi tentang program sekolah dan kemajuan perkembangan anak. Terdapat dua teknik komunikasi anatara orang tua dan guru yaitu tidak resmi/nonformal dan teknik resmi/formal

komunikasi nonformal adalah penyampean keterangan tentang bagaimna kedaan pada sat pembelajaran berlangsung dengan cara sederhana, bisa di laksanakan di awal dan akhir proses jam belajar teknikini bersifat umum, artinya tidak perlu dirahasiakan dan dapat didikusikan didepan pseserta didik.

Komunikasi resmi bersifat formal adalah apa yang di sampaikan telah direncanakan dan bersifat khusus. Konferensi dengan orang tua, pertemuan secara peribadi dengan orang tua,

kunjungan rumah, dari laporan berkala merupakan bentuk komunuikasi resmi dengan orang tua.

(3). Volunteer (sukrelawan)

Volunteering adalah merupakan kegiatan untuk merekrut dan mengorganisasikan orang tua dengan maksud membantu dan mendukung program sekolah tempat dimana anaknya belajar. Orang tua dapat membantu guru, kepala sekolah, dan anak ketika di luar aktivitas selain kelas atau sekolah terutama pada masa pandemi Covid-19 ini. Agar terjalin kolaborasi yang efektif, sangat diperlukan rencana yang matang, pelatihan, dan pengawasan orang tua untuk membantu memahami perogram yang akan dijalankan.

(4). Keterlibatan orang tua pada pembelajaran anak dirumah.

Dalam bentuk kolaborasi ini, sekolah diharapkan dapat memberikan informasi, ide-ide untuk orang tua tentang bagaimana membantu anak belajar dirumah tentunya sesuai dengan materi yang akan dipelajarai sehingga dengan begitu ada keberlanjutan belajar dari sekolah ke ruamh. Orang tua bisa mendampingi anaknya, membimbing, memantau anaknya yang hubungannya dengan tugas atau pelajaran yang diberikan.

Guru dapat menawarkan buku dan materi bagi orang tua untuk bisa dipergunakan membantu anak belajar dirumah, memberikan petunjuk bagaman cara mendampingi anak ketika

belajar di rumah, serta mengembangkan website yang berisi tentang aktivitas di sekolah di sertai saran bagaimana orang tua dapat menindak lanjuti dan mengembangkan kegiatan disekolah.

(5). Pengambilan keputusan

mengajak orang tua untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan, menjadi dewan penasehat sekolah, komite orang tua, dan ketua wali murid. Orang tua menjadi aktivis bebas untuk memantau sekolah dan ikut serta dalam meningkatkan kualitas sekoalah.

4) Peranan Dan Fungsi Orang Tua.

Orang tua ialah mereka yang akan bertanggung jawab kelak, terhadap kehidupan anak-anaknya, baik didunia maupun diakhirat. Jadi, orang tua yang di maksud adalah bapak atau ibu dari anak-anaknya, yang memilki tanggungan terhadap kehidupan anak-anaknya kelak. Tanggung jawab itu ialah sekurang-kurangnya ada dua hal.

Pertama karena kodratnya, maksudnya adalah karena memang orang tua sudah ditaqdirkan menjadi orang tua dari anak- anaknya. Kedua, karna orang tua itu sendiri, artinya orang mempunyai kepentingan terhadap pertumbuhan dan

penrkembangan anaknya, karena kesuksesan anak adalah cermin dari kesuksesan orang tua juga.27

Di era globalisasi saat ini, semua ranah kehidupan dihadapakan pada situasi banayaknya tantangan yang mesti dipenuhi, karena disamping banyaknya harapan dan peluang serta kesempatan yang diajanjikan. Dan bisa dipastikan tidak setiap orang bisa berjalan dan berhasil dengan baik dalam melewati tantangan dan ksesmpatan itu. Lebih-lebih dengan menyebarnya virus coviv-19 saat ini banyak diantara mereka yang mengalami kendala atau hambatan, kesulitan bahkan tidak berhasil sama sekali. Begitu juga yang terjadi di sekolah, siswa di hadapakan dengan berbagai hambatan dan kesulitan sperti yang saat ini yang sudah menduniya yaitu virus Covid-19 yang menjadi kendala dan kesulitan dalam meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa sesuai dengan apa yang diharapkan, baik oleh siswa sendiri, orang tua, dan guru atau pihak sekolah.

Untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa, peran orang tua dalam lingkungan keluarga sangat menentukan, menyaksikan dalam sehari-hari sebagain besar waktu anak adalah bersama orang tua atau kelauarga. Apalagi dengan kondisi duniya saat ini dengan adanya Covid-19 yang mengharuskan semua aktivias terbatas dan sekolah-sekolah ditutup untuk sementara

27 H. Mansur, Setrategi Belajar Mengajar, Cet. Ketiga : Jakarta : Dirjen Bimbingan Islam Depertemen Agama RI Dan Universitas Terbuka, 1994/1995. hal. 3

dengan alasan untuk mencegah penyebaran virus corona Covid-19 sehingga mengharuskan proses belajar mengajar dari rumah disebabkan harus menjaga jarak.

Menurut Winingsih, terdapat empat peran orang tua selama pembelajaran jarak jauh yaitu:

a. Orang tua memiliki peran sebagai guru di rumah, yang dimana orang tua dapat memberikan bimbingan kepada anaknya selama belajar jarak jauh di rumah.

b. Orang tua sebagai fasilitator, maksunya orang tua sebagai sarana dan pera-sarana bagi anaknya dalam melaksanakan pembelajran jarak jauh.

c. Orang tua sebagai motivator, maksudnya orang tua memberikan semangat serta dorongan kepada anaknya dalam melaksanakn pembelajaran, sehingga anak memiliki semangat untuk belajar, serta memperoleh prestasi yang baik.

d. Orang tua sebagai pengaruh atau direktur.28 5) Peran dan Fungsi Guru

Menurut Hadari Nawawi seorang guru bukanlah hanya sekedar datang lalu berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan mapel yang diampunya, akan tetapi guru ialah anggota masyarakat yang yang harus ikut aktif dan berjiwa besar serta kreatif dalam memberikan bimbingan dan

28 Nika Cahyati, “Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Pembelajaran Dirumah Saat Pandemic Covid-19. Jurnal Golden Age, Vol. 04. No. 1 Juni, 2020 : 152-159, Di Akses 20 Maret 2021.

mengarahkan peserta didik dalam perkembangnnya menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa, dalam hal ini terkesan adanya tugas dan tanggung jawab yang berat yang dipikul oleh seorang guru.29

Peran guru menurut Kompri dalam proses pembelajaran adalah meliputi guru sebagai pengelola pembelajaran, guru sebagai pembimbing, guru sebagai fasilitator, guru sebagai mediator, guru sebagai motivator, dan guru sebagai evaluator.

a) Guru sebagai pengelola pembelajaran

Dalam peran seorang guru sebagai pengelola pembelajaran, guru diharapkan mampu memimpin jalannya proses pembelajaran dan dapat menciptakan kondisi belajar yang optimal, mengingat belajar tidak bisa dilakukan seperti biasa dengan tatap muka

b) Guru sebagai pembimbing

Sebagai pembimbing, guru diharapakan mampu memberikan bimbingan kepada siswa untuk lebih mudah memahami dalam belajar terutama saat pembelajaran online.

c) Guru sebagai mediator

Sebagai mediator, guru diharapkan memiliki pengetahuan serta pemahaman tentang media pembelajaran, serta dapat memilih dan menggunakan media pembelajaran dengan tepat. Karena

29Heri Maria zulfiati, “Peran Dan Fungsi Guru Sekolah Dasar Dalam Memajukan Dunia Pendidikan.” Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, Vol. 1, No. 1 September, 2014: 2. Di Akses Tanggal 4 Maret 2021.

pembelajaran dilakukan secara online, maka dalam penggunaan media pembelajaran menjadi terbatas.

d) Guru sebagai fasilitator

Guru sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan fasilitasatau memberikan pelayanan sesuai yang dibutuhkan oleh siswa agar bisa memudahkan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Agar pembeljaran tetap berjalan pada masa pandemi covid-19, maka guru harus memberikan fasilitas untuk tetap belajar dari rumah dengan aman dan nyaman, serta tidak memberikan tugas yang memberatkan.

e) Guru sebagai motivator

Dalam peran guru sebagai motivator, guru diharapkan mampu mendorong agar tertarik dan semangat untuk tetap belajar.

Karena masa pandemi kondisi motivasi belajar siswa mengalami penurunann di sebabakan bosan dan capek dengan pembelajaran online.

f) Guru sebagai evaluator

Guru sebgai evaluator, yaitu guru diharapkan dapat mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa. Kegitan evaluasi silakukan untuk mengetahui apakah tujuan dari pembelajaran sudah sampai target atau belum.30

30 Nafisah Nor Saumi, “Peran Guru Dalam Memberikan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Pada Masa Pandemic Covid-19.” Jurnal Education, Vol. 7, No 1 Maret, 2021:

149-155, Di Akses 21 Maret 2021.

Menurut Suparlan mengatakan bahwa peran dan fungsi guru sebagai berikut:

a) Guru sebagai educator memiliki fungsi: (a) mengembangkan keperibadian; (b) membimbing; (c) membina budi pekerti; (d) memberikan pengarahan.

b) Guru sebagai manajer memiliki fungsi mengawal pelaksanaa tugas dan fungsi berdasarkan ketentuan dan uandang-undang yang berlaku.

c) Guru sebagai administrator memiliki fungsi: (a) membuat daftar presensi; (b) membuat daftar penilaian; (c) melaksanakan administarasi teknis sekolah

d) Guru sebagai supervisor memiliki fungsi: (a) memantau;

(b) menilai; (c) memberikan bimbingan teknis.

e) Guru sebagai leader memiliki fungsi mengawal tugas pokok dan fungsi tanpa harus mengikuti secara kaku kettentuan dan perundang-undangan yang berlaku.

f) Guru sebagai inovator memilik fungsi: (a) melakukan kegitan kreatif; (b) menemukan Strategi, metode, cara-cara atau konsep-konsep yang baru dalam konsep pembelajaran.

g) Guru sebagai motivator memiliki fungsi: (a) memberikan dorongan kepada siswa untuk bisa belajar lebih giat; (b) memberikan tugas kepada siswa sesuai kemampuan dan perbedaan individual peserta didik.

h) Sebagai dinamisator memiliki fungsi memberikan dorongan dengan cara menciptakan lingkungan belajar yang kondungsif.

i) Guru sebagai evaluator memiliki fungsi: (a) menyusun instrumen penilaian; (b) melakukan penilaian dalam berbagai bentuk dan jenis penilaian; (c) menilai pekerjaan siswa

j) Guru sebagai fasilitator memiliki fungsi memberikan bantuan teknis, arahan, atau petunjuk kepada peserta didik.31

6) Hambatan–Hanbatan dalam kolaborasi

Kolaborasi atau kerjasama tidak selamanya mulus dan berjalan dengan lancar, ada beberapa hambatan yang akan muncul.

Yang diaman hambatan tersebut bisa datang dari guru maupun orang tua siswa.

Berikut hambatan yang bersal dari guru atau skolah, yaitu:

a) Sikap guru

Beberapa guru memiliki pandangan yang kurang tepat terhadap keluaraga yang berpenghasilan rendah kurang berminat pada pendidikan anaknya dibanding dengan yang berpenghasilan tinggi.

31 Maimun, Kiat Sukses Menjadi Guru Halal, IAIN Mataram: Lembaga Pengkajian-Publikasi Islam Dan Masyarakat, 2015. Hal. 11.

Fakta dilapangan tidak menunjukkan seperti itu, melainkkan ketidak pastian waktu yang mereka milki karena terhalang oleh waktu bekerja untuk menghadiri acara di sekolah dan membantu anak belajar dirumah.

b) Tidak banyak guru yang memiliki keyakinan dapat memberikan perubahan pada pemahaman orang tua.32

Pertama, orang tua tidak dilatih secara efektif dengan anak ketika tidak memhami bagaimana cara meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Kedua, mengundang orangtua kesekolah dirasa sulit oleh guru. Ketiga, orang tua anak tidak hadir kesekolah karena mreka benar-benar tidak mengerti mengapa mreka mesti terlibat. Keempat, orang tua sering dikatakan tidak dapat dipercaya ketika membuat rencana.

Kelima, orang tua yang sibuk dengan pekerjaan belum tentu bisa berpartisipasi menciptakan maslah khusus pada perencanaan program.

c) Pandangan orang tua

Pertama, waktu menjadi hal pertama yang menghambat keterlibatan orang tua untuk mendampingi anak belajar di rumah. Orang tua kesulitan mengatur waktu tepat agar bisa terlibat dan mengontrol anak belajar. Kedua, kurangnya pengetahuan. Hal utama adalah komunikasi orang

32 Patrikakou E.N, the power of parent insolvent, ideas and tools for studends sacces, 2008, di akses 2021 pada taggal 15 maret .

tua dan guru agar mengetahui perkembangan hasil belajar anak dari hari kehari. Ketiga, lingkungan madrasah. Siswa berasal dari keluarga yang berbeda, sehingga memiliki penglaman yang berbeda, seperti keluarga yang msiskin, dalam kseshariannya kurang berintraksi dengan keluaraga, skolah atau masyarakat.

7) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan kolaborasi orang tua dan guru.

Untuk dapat berkolaborasi dan membagun hubungan kerjasama antara keduanya, upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yaitu adalah:33

a) Memperbaiki cara pandang guru terhadap keluarga orang tua b) Memberikan pengetahuan dan keterampilan pada guru terkait

kerjasama dengan orang tua

c) Metode yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang tua Guru harus merubah sikap dan menghormati dan menyadari keuntungan menjalin kerjasama dan kolaborasi dengan orang tua. Mereka perlu memahami bahwa keberadaan orang tua bukan untuk menghakimi pengpelajaran, yang guru lakukan, tapi untuk menyediakan pendampingan atau mitra dalam mendidik anak. Agar mempertimbangkan faktor-faktor yang ada pada diri

33 Ibid, hal. 52

orang tua siswa, sperti budaya, ras, pendidikan dan bahkan sosial ekonomi mreka.

b. Hasil belajar

1) Pengertian hasil belajar

Nana sudjana mendifinisiskan hasil belajar adalah merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut dimyati mudjiono hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tidak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak berakhirnya proses belajar mengajar.

Menurut Muhibbin Syah hasil belajar adalah Nampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada individu siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan juga dapat kita artikan sebgai suatu peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya misalnya dari tidak tau menjadi tau, sikap tidak sopan menjadi sopan, dari akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik dan sebagainya.34

Hasil belajar adalah hasil yang diproleh seseorang setelah melakukan kegitan belajar. Hasil belajar juga merupakan hasil penilaian yang dicapai oleh seorang siswa untuk mengetahui sejauh

34 Ety Nur Inah, “Penerapan Collaborative Learning Melalui Permainan Mencari Gambar,” 23.

mana bahan pelajaran dan materi yag dipleajari dan diajarkan dapat difahami siswa. Hasil belajar juga dapat di artikan dengan segala sesuatu yang menggambarkan tingkat pencapaian belajar selama waktu tertentu.35

Hasil belajar juga bias digunakan Untuk melihat tercapai atau tidaknya suatu tujuan pembelajaran maka dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar. “penilaian ini bertujun untuk melihat peningkatan atau kemajuan kemajuan peserta didik dlam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan.36

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah meaksanakan dan mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar tersebut diperoleh dari test yang dibrikan guru setelah perose belajar dalam bentuk angka-angka.

2) Aspek hasil belajar.

Dalam sistem pendidikan nasional atau perumusan pendidikan mempunyai beberapa tujuan, baik berupa tujuan kurikulumnya maupun tujuan instruksional. Menurut Benyamin Bloom dalam Zaenal Arifin mengatakan bahwa penilaian hasil belajar secara garis besar dibagi 3 ranah yakni ranah kognitif, ranah afekti, dan ranah fisikomotorik.37

35 Ika Dewi Primadiati Dan Djukri,” Pengaruh Model Collaborative Learning,” 47-57.

36 Suharsismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Aneka Cipta, 2009. Hal. 24

37 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009. Hal. 21.

a) Ranah kognitif

Pada ranah ini memiliki beberpa tingkatan yaitu sebagai berikut: (1). Pengetahuan ( knowledge). (2).

Pemahaman (comprehension). (3). Penerapan ( application ).

(4). Penguaian ( analysis ). (5). Pemanduan ( synthesis ). (6).

Penilaian (evaluative )

Perubahan yang terjadi pada ranah kognitif ini tergantung pada tingkat kedalaman pemahaman belajar yang yang alami oleh siswa. Dengan pengertian bahwa perubahan yang terjadi dan dialami pada ranah kognitif diharapkan seorang siswa mampu melakukan pemecahan atau mencari setiap solusi dari masaah-masalah yang dihadapinya sesuai dengan bidang studi yang dihadapinya.

b) Ranah afektif.

Adapun yang merupakan jenis kategori dalam ranah ini adalah sebagai hasil dari belajar yang dimulai dari tingkat dasar sampai kompleks, yait:38 (1) Menerima rangsangan (receving)

(2) Merespon rangsangan ( responding ). (3) Menilai sesuatu (evoluing ). (4) Mengorganisasi nilai ( organization ).

(5) Menginternalisasikan ( mewujudkan )

Pada ranah afektif ini siswa diharapkan mampu lebih peka terhadap nilai dan etika yang berlaku, dalam bidang

38 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013 Hal. 23

Dokumen terkait