• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA KONSEP DAN DEFINIS OPERASIONAL

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kecelakaan lalu lintas di Inodesia jumlahnya semakin banyak terjadi di semua daerah. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi merugikan korban dan keluarga korban. Kerugian yang dirasakan dari segi kesehatan adalah cedera baik itu cedera kepala, cedera thorax, cedera abdomen dan cedera ekstremitas.

Karena cedera ekstremitas menjadi kasus kedua terbanyak setelah cedera kepala. Dan yang menjadi fokus peneliti yaitu fraktur ekstremitas.

Maka dari itu peniliti ingin penghubungkan variabel independen dan variabel dependen.

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 3.1 Kerangka Konsep B. Definis Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini perlu dijelaskan untuk menghindarkan perbedaan persepsi dalam menginterpretasikan masing-

Kecelakaan Lalu Lintas

Fraktur Ekstremitas Atas

Fraktur Ekstremitas Bawah

33 masing penelitian. Adapun definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kecelakaan Lalu lintas

Kecelakaan Lalu Lintas pada penelitian ini adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia. 1

Cara Ukur : Melalui Data sekunder Alat Ukur : Rekam Medik

Hasil Ukur :

 Ya : Apabila pada rekam medik dinyatakan kasus kecelakaan

 Tidak : Apabila dalam rekam medik tidak dinyatakan sebagai kasus kecelakaan

Skala Ukur : Skala Kategori 2. Fraktur Ekstremitas Atas

Fraktur ekstremitas atas adalah hilangnya kontuinita stulang, yang bersifat total maupun parsial.5

Cara Ukur : Melalui Data sekunder Alat Ukur : Rekam Medik

Hasil Ukur :

34

 Ya : Jika kasus fraktur apabila dikarenakan kecelakaan.

 Tidak : Jika kasus fraktur tidak dinyatakan karena kecelakaan.

Skala Ukur : Skala Kategori 3. Fraktur Ekstremitas Bawah

Fraktur ekstremitas bawah adalah hilangnya kontuinitas tulang, yang bersifat total maupun parsial.5

Cara Ukur : Melalui Data sekunder Alat Ukur : Rekam Medik

Hasil Ukur :

 Ya : Jika kasus fraktur apabila dikarenakan kecelakaan.

 Tidak : Jika kasus fraktur tidak dinyatakan karena kecelakaan.

Skala Ukur : Skala Kategori C. Hipotesis

1. H0

Tidak ada hubungan kejadian kecelakaan lalu lintas dengan terjadinya fraktur ekstremitas pada Rumah Sakit Awal Bros dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari- Desember 2015.

35 2. Ha

Ada hubungan kejadian kecelakaan lalu lintas dengan terjadinya fraktur ekstremitas pada Rumah Sakit Awal Bros Makassar periode dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari-Desember 2015.Januari-Desember 2015.

36 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan pada masalah penelitian dan tujuan yang ingin dicapai, maka jenis penelitian yang ingin digunakan pada penelitian ini adalah observasional retrospektif deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu kejadian pada waktu yang bersamaan (sekali waktu).

Sehingga variabel independen dan variabel dependen diteliti secara bersamaan. Variabel independen pada penelitian ini adalah kejadian kecelakaan lalu lintas dan variabel dependen dari penelitian ini terjadimya fraktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kejadian kecelakaan lalu lintas bermotor dengan kejadian fraktur ekstremitas pada Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2015.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2016 – Januari 2017. Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

37 Populasi pada penelitian ini mencakup populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target yaitu kasus kecelakaan fraktur ekstremitas yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas di seluruh Rumah Sakit di Makassar periode Januari-Desember 2015. Populasi terjangkau yaitu kasus fraktur ekstremitas yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas di Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari-Desember 2015

2. Sampel

a. Kriteria Inklusi

(1) Semua kasus kecelakaan lalu lintas yang ada di Rumah Sakit Awal Bros Makassar dam RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2015.

(2) Semua kasus fraktur ekstremitas atas yang disebabkan kecelakaan lalu lintas yang ada di Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2015.

(3) Semua kasus fraktur ekstremitas bawah yang disebabkan kecelakaan lalu lintas yang ada di Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2015

b. Kriteria Eksklusi

(1) Pasien fraktur ekstremitas atas atau bawah yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas namun DOA (Death On Arrival)

38 pada Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan RSUP Wahidin Sudirohusodo periode Januari-Desember 2015

(2) Pasien fraktur ekstremitas atas atau bawah yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas pada Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan RSUP Wahidin Sudirohusodo periode Januari- Desember 2015 namun negleted

D. Besar Sampel dan Rumus Besar sampel

Pada penelitian ini akan dicari prevalensi dari variabel independen. Rumus mencari besar sampel dalam penelitian ini adalah:

Diketahui:

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan Zα = Derivat baku alfa (α = 5%)

P = Proporsi kategorik variable yang diteliti Q = 1 – P

d = Presisi Catatan :

Zα = 1,960 P = 0,04

Q = 1 – 0,04 = 0,96 d = 0,1

39

Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 orang.

Untuk mencari hubungan dari dua proporsi yang tidak berpasangan dapat digunakan rumus sebagai berikut.

|( √ √ )

|

Diketahui :

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan.

= Deviat baku alfa pada derajat kepercayaan 95% yaitu sebesar 1,960.

= Deviat baku beta pada derajat kepercayaan 90% yaitu sebesar 1,282.

P = Proporsi rata-rata = = 0,3 P1 = P2 + 0,2 = 0,5+ 0,2 = 0,7

P2 = 0,5

P1 – P2 =Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna yaitu sebesar 0,2

Q = 1 – P = 1 – 0,3= 0,7 Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,7= 0,3 Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,5 = 0,5

40 Jadi,

|( √ √ )

|

|( √ √ )

|

|

|

|

|

| |

| |

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan.

= Deviat baku alfa pada derajat kepercayaan 95% yaitu sebesar 1,960.

= Deviat baku beta pada derajat kepercayaan 90% yaitu sebesar 1,282.

P = Proporsi rata-rata ((P1+P2)/2).

P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgemen peneliti.

P2 = Proporsi jumlah kejadian fraktur ekstremitas (dari kepustakaan)

41 P1 – P2 =Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna yaitu sebesar 0,2

Jadi, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 114 orang.

E. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling. Kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan fraktur ekstremitas pada Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2015, dengan target sampel 114.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan rekam medik kasus farktur ekstremitas yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Pembuatan proposal penelitian oleh penulis dan disetujui oleh dosen pembimbing.

2. Setelah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing, penulis mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada bagian Kepala Tata Usaha.

3. Setelah mendapatkan surat permohonan izin penelitian dari Kepala Tata Usaha, penulis mengajukan surat permohonan izin penelitian ke

42 kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Unit Pelaksana Teknis-Pelayanan Perizinan Terpadu.

4. Setelah mendapatkan surat permohonan penelitian dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Unit Pelaksana Teknis- Pelayanan Perizinan Terpadu. Penulis mengajukan surat itu ke Direktur Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan Direktur RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.

5. Setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar. Penulis mencari rekam medik dengan kasus fraktur ekstremitas dikarenakan kecelakaan lalu lintas.

G. Pengolahan dan Penjajian Data 1. Pengolahan data

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitan ini akan diolah dengan menggunakan aplikasi computer SPPSS (Statistical Product and Service Solutions) melalui prosedur seperti berikut :

a. Editing

Editing bertujuan untuk meneliti kembali. Editing ini dilakukan dilapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau kesenjangan saat mengidentifikasi rekam medik. Editing dilakukan dengan memeriksa kembali rekam medik, memperjelas serta melakukan pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.

43 b. Coding

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang dianalisis.

c. Entery (Pengumpulan Data)

Pada tahap ini dilakukan pemasukan data-data yang sudah dikumpulkan ke dalam program computer untuk di proses analisis.

d. Cleaning ( Pembersihan Data)

Pada tahap ini dilakukan proses pembersihan data untuk mengidentifikasi dan menghindari kesalahan sebelum data analisa. Proses cleaning diawalai dengan mengidentifikasi data yang tidak lengkap.

2. Penyajian Data

Hasil pengolahan data tersebut dijadikan dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi disertai interpretasi.

H. Rencana Analisa Data

Analisis data menggunakan perangkat lunak dengan analisa yang digunakan adalah:

a. Analisis Univariat

44 Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel penelitian. Hasil dari masing-masing variabel kemudian dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen dalam bentuk tabulasi silang dengan menggunakan komputerisasi program SPSS.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square yaitu dengan tingkat kepercayaan 95% dengan melihat besarnya p-value. Apabila p-value kurang dari 0,05 berarti hubungan tersebut bermakna secara statistik serta menggunakan uji alternative lain yaitu Fisher‟s Exact dan Kolmogorov-Smirnov test.

Anlisis bivariat dilakukan dengan uji chi-square untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variable bebas dan terikat. Di mana rumus chi-square. Yaitu :

Exposure

Outcome

Total

D+ D-

E+ A b a+b

E- C d C+d

Total a+c b+d n

45

Tabel 2x2 uji Chi-Square Dimana :

O = Frekuensi nilai yang diamati (Observed Value) E = Frekuensi nilai yang diharapkan (Expected value)

Uji chi-square merupakan uji non parametris yang paling banyak digunakan. Namun perlu diketahui syarat- syarat uji ini adalah. Frekuensi responden atau sampel yang digunakan besar, sebab ada beberapa syarat di mana chis- square dapat digunakan yaitu :

(1) Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual Count (FO) sebesar 0 (Nol).

(2) Apabila bentuk table kontingensi 2 x 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“FH”) kurang dari 5.

(3) Apabila bentuk table lebih dari 2 x 2, missal 2 x 3, maka jumlah cell dengan frekuensi harapan yag kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.

Apabila table kontingensi 2 x 2 seperti di atas, tetapi tidak memenuhi syarat seperti di atas, yaitu ada cell dengan

46 frekuensi harapan kurang dari 5, maka rumus harus diganti dengan “Fisher‟s Exact Test” .

Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai p), yaitu :

(1) Jika nilai P < 0,05 maka H0 ditoak (2) Jika nilai P > 0,05 maka H0 gagal ditolak I. Etika Penelitian

1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah stempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Setiap informasi yang peneliti dapatkan bersifat pribadi akan dirahasiakan, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.

47 BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Rumah Sakit Awal Bros Makassar adalah satu dari sekian RS milik perusahaan Kota Makassar yang berbentuk RSU, dinaungi oleh Persero Terbatas (PT) dan termasuk kedalam RS tipe B. RS ini telah terdaftar sejak 18 September 2012 dengan Nomor Surat Izin 01151/Yankes-2/II/2012 dan tanggal surat izin 22 Juli 2013 dari Kepala DInas Kesehatan Provinsi SULSEL dengan sifat tetap. Sesudah menjalani proses akreditasi Rumah Sakit selururh Indonesia dengan proses akhirnya ditetapkan status Tingkat Paripurna Akreditasi Rumah Sakit. RSU ini beralamat di Jl.Urip Sumohardjo No.43, Kota Makassar, Indonesia, Kode pos 920232, Nomor Tlp 0411-454567, Email [email protected].20

Sebelum terbentukanya RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo ini, tepatnya pada tahun 1947 didirikan rumah sakit dengan meminjam dua bangsal rumah sakit jiwa yang telah berdiri sejak 1942 sebagai bangsal bedah dan penyakit dalamm yang merupakan cikal bakal berdidirnya Rumah Sakit Dadi. Hingga pada tahun 1992 rumah sakit dadi menjadi rumah sakit klasifikasi B. pengembangan rumah sakit inipun dipundahkan

48 ke Jl.Perintis Kemerdekaan Km. 11 Makassar, berdekatan dengan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Pada tahun 1994 RSU Dadi berubah menjadi Rumah Sakit Vertikal milik Departemen Kesehatan dengan nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.Wahidin Sudirohusodo berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 540/SK/VI/1994 sebagai rumah sakit kelas A dan sebagai rumah sakit pendidikan serta rumah sakit rujukan tertinggi di kawasan timur Indonesia.

Pada tanggal 10 Desember 1995 RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo ditetapkan menjadi rumah sakit unit swadana dan pada tahun 1998 dikeluarkan Undang-undang No.30 Tahun 1997 berubah menjadi unit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Dengan terbitnya peraturan pemerintah R.I No. 125 tahun 2000, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo beralih satus kelembagaan menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN).21

B. Gambaran Umum Populasi/Sampel

Telah dilakukan penelitian tentang hubungan kejadian kecelakaan lalu lintas dengan terjadinya fraktur ekstremitas di RS Awal Bros Makassar dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2015. Sampel yang diambil dari data rekam medik yang mengalami trauma ekstremitas di RS Awal Bros Makassar dan RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar secara simple random sampling dan

49 telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun jumlah sampel yang diperoleh adalah 114 rekam medik.

Data dikumpulkan melalui isian lembar rekam medik secara simple random sampling. Setelah data terkumpul, selanjutnya data tersebut disusun dalam tabel induk (master tabel) dengan menggunakan program komputerisasi yaitu Microsoft Excel. Dari tabel induk tersebutlah, kemudian data dipindahkan dan diolah menggunakan program SPSS 21..0 for windows dan kemudian disajikan dalam bentuk cross tabs (Fisher‟s Exact Test) dan bentuk Frekuensi.

C. Analisis Univariat

1. Distribusi Cedera Ekstremitas

Tabel 5.1 D

i s t r i

busi Kejadian Cedera Ekstremitas

Kasus Frekuensi Presentase (100%)

Kecelekaan Lalu lintas 85 74.6%

Tidak Kecelakaan Lalu Lintas

29 25.4 %

Total 114 100 %

50 Sumber data : Sekunder

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa kasus kecelakaan lalu lintas lebih banyak menyebabkan cedera ekstremitas dibandingkan bukan disebabkan kecelakaan lalu lintas.

2. Distribusi Kejadian Fraktur Ekstremitas Tabel 5.2

NO Variabel Univariat

Fraktur Ekstremitas trauma

kecelakaan lalu lintas

Fraktur

Ekstremitas trauma non kecelakaan lalu lintas

N % N %

1

Usia

0 - 5 tahun

5 - 11 tahun

12-25 tahun

26-45 tahun

46-65 tahun

>65 tahun

1 6 27 24 15 4

1.3%

7.8%

35.1%

31.2%

19.5%

5.7%

3 0 4 5 6 3

14.3%

0%

23.8%

23.8%

28.6%

14.3%

2

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

59 18

76.6%

23.4%

16 5

76.2%

23.8%

3

Jenis Fraktur Ekstremitas

Klavikula

Humerus

Radius

Ulna

Carpal

Pelvis

Femur

Patella

Tibia

Fibula

Tarsal

16 7 11 3 1 2 20 2 26 11 4

15.5%

6.8%

10.7%

2.9%

1.0%

1.9%

19.4%

1.9%

25.2%

10.7%

3.9%

0 4 3 2 0 0 9 0 4 2 0

0%

16.7%

12.5%

8.3%

0%

0%

37.5%

0%

16.7%

8.3%

0%

51 D

i s t r i b

usi Fraktur Ekstremitas Sumber Data : Sekunder

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa usia terbanyak penderita fraktur ekstremitas akibat kecelakaan lalu lintas adalah usia 12- 25 tahun sedangkan usia terbanyak yang menderita fraktur ekstremitas yang bukan disebabkan kecelakaan lalu lintas adalah 46-65 tahun. Jenis kelamin terbanyak yang menderita fraktur ekstremitas baik itu disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas maupun yang bukan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas adalah laki-laki.

Jenis fraktur ekstremitas yang terbanyak terjadi yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas adalah fraktur os tibia sedangakan yang terbanyak jenis fraktur ekstremitas yang bukan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas adalah os femur. Sedangakan fraktur kecelakaan lalu lintas maupun bukan disebabkan kecelakaan lalu lintas fraktur pada satu tulang lebih banyak dibandingkan fraktur lebih dari satu tulang, begitupun pada fraktur ekstremitas bawah lebih banyak daripada fraktur ekstremitas

4

Jenis fraktur berdasarkan banyaknya bagian yang fraktur

Satu tulang

Lebih dari satu tulang

61 16

79.2%

20.8%

18 3

85.7%

14.3%

5

Jenis Fraktur Berdasarkan Ekstremitas

Ekstremitas Atas

Ekstremitas Bawah

34 48

41.5%

58.5%

6 15

28.6%

71.4%

52 atas baik itu disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas maupun bukan disebabkan kecelakaan lalu lintas.

D. Analisis Bivariat

Tabel 5.3

Hubungan Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Kejadian Fraktur Ekstremitas pada RS Awal Bros Makassar dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Periode Januari-Desembar 2015 Kecelakaan

Lalu Lintas

Diagnosis Penyakit Total P OR CI

95%

Fraktur Ekstremitas

Tidak Fraktur Ekstremitas

F % F % F %

Kecelakaan Lalu Lintas

77 90.6% 8 9.4% 85 100%

0.021 3.667 1.230- 10.931 Bukan

Kecelakaan Lalu Lintas

21 72.4% 8 27.6% 29 100%

Sumber data : Sekunder

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa uji Fisher‟s Exact Tes, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,021 (p< 0,05) maka hipotesis

53 nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti ada hubungan kejadian kecelakaan lalu lintas dengan terjadinya fraktur ekstremitas di RS Awal Bros Makassar dan RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo periode Januari-Desember 2015.

Untuk mengetahui besar resiko kecelakaan lalu lintas terhadap terjadinya fraktur ekstremitas maka diketahui OR (95% CI)= 3.667 (1.230- 10.931). Hal ini berarti orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas mempunyai resiko 3 kali untuk terjadinya fraktur ekstremitas.

BAB VI PEMBAHASAN

A. Univariat 1. Usia

Pada penilitian ini didapatkan bahwa usia yang paling banyak menderita fraktur yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yaitu usia 15-25 tahun, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Flamarion Dos Santos Batitsta dkk yang dilakukan pada Hospital Universitario Evangelico de Curitiba (HUEC) Brazil pada Januari 2007 sampai Desember 2013 menuliskan bahwa usia korban sebagian besar pada kecelakaaan lalu lintas motor antara 18 dan 28 tahun dan jumlah terbesar dari korban yang menderita patah tulang ekstremitas berusia 20 tahun.23 Usia pada penderita fraktur bukan kecelakaan lalu lintas paling

54 banyak pada usia 46-65 tahun adalah usia lanjut yang banyak menderita osteoporosis sebagaimana yang dituliskan dalam penelitin yang dilakukan oleh Yulianingsih dkk bahwa dengan meningkatnya usia maka akan meningkatnya penyakit osteoporosis ini disebabkan karena usia setelah 35 tahun kepadatan tulang akan berkurang secara alami.24 Seseorang yang menderita osteoporosis yang jatuh merupakan penyebab utama terjadinya fraktur.25

2. Jenis Kelamin

Korban kecelakaan lalu lintas yang menderita fraktur paling banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Flamarion Dos Santos Batitsta dkk yang dilakukan pada Hospital Universitario Evangelico de Curitiba (HUEC) Brazil pada Januari 2007 sampai Desember 2013 menuliskan bahwa korban kecelakaan lalu lintas yang menderita fraktur ekstremitas laki-laki 3114 (88.29%) dan perempuan 414 (11.71%)23, ini disebabkan karena laki-laki mayoritas lebih banyak beraktivitas di luar rumah untuk bekerja sehingga mempunyai risiko lebih tinggi mengalami kecelakaan lalu lintas.22

3. Jenis Fraktur Ekstremitas Berdasarkan Tulang yang Terkena

Pada jenis fraktur ekstermitas paling sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas yaitu fraktur os tibia, sejalan dengan penelitian yang dialkukan oleh J.Cowie menuliskan bahwa 30.9% fraktur tibia disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,26 hal ini juga sejalan pada penelitian yang telah

55 dilakukan oleh Otte, D dan Haasper, C yang menuliskan bahwa fraktur pada pejalan kaki yang mengalami kecelakaan lalu lintas paling banyak pada tibia, dan pada pengguna sepeda fraktur yang paling sering terjadi adalah tibia dan fibula.27 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Flamarion Dos Santos Batitsta dkk yang dilakukan pada Hospital Universitario Evangelico de Curitiba (HUEC) Brazil pada Januari 2007 sampai Desember 2013 menuliskan bahwa fraktur terbanyak akibat kecelakaan lalu lintas adalah bagian betis (leg) yaitu 792 (18.14%) dari 4365 fraktur terjadi.23

Sedangakan jenis fraktur ekstremitas yang bukan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas paling sering adalah fraktur femur, dimana etiologi fraktur femur dapat disebabkan trauma berat bagi usia muda sedangkan pada usia tua biasanya karena trauma yang ringan karena disebabkan oleh osteoporosis.27

4. Jenis Fraktur Berdasarkan Ekstremitas yang Terkena

Fraktur ekstremitas atas dan ekstremitas bawah yang paling sering terjadi fraktur yaitu fraktur ekstremitas bawah, hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Flamarion Dos Santos Batitsta dkk yang dilakukan pada Hospital Universitario Evangelico de Curitiba (HUEC) Brazil pada Januari 2007 sampai Desember 2013 menuliskan bahwa fraktur ekstremitas bawah sebanyak 2604 dan fraktur ekstremitas atas 1761 kasus pada kecelakaan lalu lintas motor.23 Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Simone P dkk, yang dilakukan Florence menyatakan

56 bahwa pengguna mobil yang mengalami cedera ekstremitas akibat kecelakaan lalu lintas pada ekstremitas bawah 9% sedangkan pada ekstremitas atas 9%, pejalan kaki cedera ekstremitas bawah 13% dan cedera ekstremitas atas 2%, dan pengguna motor cedera ekstremitas bawah 4% dan cedera ekstremitas atas 10%.7

Sedangkan pada fraktur yang bukan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas paling banyak disebabkan fraktur ekstremitas bawah, hal ini tergantung pada mekanisme cedera seseorang tapi pada fraktur yang disebabkan osteoporosis paling banyak fraktur pada tulang vertebra dan tulang ekstremitas atas.24

B. Bivariat

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar tentang hubungan kejadian kecelakaan lalu lintas dengan kejadian fraktur ekstremitas, dapat diketahui bahwa proporsi kejadian kecelakaan lalu lintas 85 (74.6%) dan yang mengalami fraktur ekstremitas akibat kecelakaan lalu lintas sebesar 77 (67.5%).

Hasil uji statistik Fishe‟sr Exact Test, diperoleh nilai p 0,021 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara kejadian kecelakaan lalu lintas dengan terjadinya fraktur ekstremitas dan diperoleh OR (95% CI)= 3.667 (1.230-

57 10.931) yang berarti orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas mempunyai resiko 3 kali untuk terjadinya fraktur ekstremitas.

Pada penelitian yang dilakukan oleh David C dkk, yang menghubungkan fraktur ekstremitas atas dengan luka yang disesuaikan untuk 336 pengguna motor dan pejalan kaki yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang dikonsultasikan pada departemen orthopedi, menuliskan bahwa fraktur femur, fraktur tibia dan fibula dan patah tulang belakang semuanya tidak berhubungan dengan fraktur ekstremitas atas, dengan fraktur tibia fibula (OR=

0.49, 95%CI=0.27-0.78), patah tulang femur (OR=0.30, 95%CI=0.80-0.11), dan patah tulang belakang (OR=0.42, 95%CI=0.19-0.90).28

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simone P dkk, yang dilakukan Florence menyatakan bahwa pengguna motor yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang menderita cedera ekstremitas yaitu sebanyak 67% dan pejalan kaki yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang menderita cedera ekstremitas yaitu sebanyak 33%. Pada penelitian ini juga dituliskan bahwa pengendaraa motor dan mobil serta penumpangnya yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan menderita cedera ekstremitas atas sebanyak 10% dan esktremitas bawah 12,7%. Sedangakan pada pengguna sepeda yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang menderita cedera ekstremitas yaitu sebanyak 9,2%.7

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Woro Riyadina dan Ita Puspitasari Subik pada Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati menyatakan bahwa daerah atau bagian tubuh yang dominan

Dokumen terkait