BAB IV METODE PENELITIAN
G. Pengolahan Data
2. Penyajian Data
Hasil pengolahan data tersebut dijadikan dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi disertai interpretasi.
H. Rencana Analisa Data
Analisis data menggunakan perangkat lunak dengan analisa yang digunakan adalah:
a. Analisis Univariat
44 Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel penelitian. Hasil dari masing-masing variabel kemudian dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen dalam bentuk tabulasi silang dengan menggunakan komputerisasi program SPSS.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square yaitu dengan tingkat kepercayaan 95% dengan melihat besarnya p-value. Apabila p-value kurang dari 0,05 berarti hubungan tersebut bermakna secara statistik serta menggunakan uji alternative lain yaitu Fisher‟s Exact dan Kolmogorov-Smirnov test.
Anlisis bivariat dilakukan dengan uji chi-square untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variable bebas dan terikat. Di mana rumus chi-square. Yaitu :
Exposure
Outcome
Total
D+ D-
E+ A b a+b
E- C d C+d
Total a+c b+d n
45 ∑
Tabel 2x2 uji Chi-Square Dimana :
O = Frekuensi nilai yang diamati (Observed Value) E = Frekuensi nilai yang diharapkan (Expected value)
Uji chi-square merupakan uji non parametris yang paling banyak digunakan. Namun perlu diketahui syarat- syarat uji ini adalah. Frekuensi responden atau sampel yang digunakan besar, sebab ada beberapa syarat di mana chis- square dapat digunakan yaitu :
(1) Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual Count (FO) sebesar 0 (Nol).
(2) Apabila bentuk table kontingensi 2 x 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“FH”) kurang dari 5.
(3) Apabila bentuk table lebih dari 2 x 2, missal 2 x 3, maka jumlah cell dengan frekuensi harapan yag kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.
Apabila table kontingensi 2 x 2 seperti di atas, tetapi tidak memenuhi syarat seperti di atas, yaitu ada cell dengan
46 frekuensi harapan kurang dari 5, maka rumus harus diganti dengan “Fisher‟s Exact Test” .
Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai p), yaitu :
(1) Jika nilai P < 0,05 maka H0 ditoak (2) Jika nilai P > 0,05 maka H0 gagal ditolak I. Etika Penelitian
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah stempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Setiap informasi yang peneliti dapatkan bersifat pribadi akan dirahasiakan, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.
47 BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Rumah Sakit Awal Bros Makassar adalah satu dari sekian RS milik perusahaan Kota Makassar yang berbentuk RSU, dinaungi oleh Persero Terbatas (PT) dan termasuk kedalam RS tipe B. RS ini telah terdaftar sejak 18 September 2012 dengan Nomor Surat Izin 01151/Yankes-2/II/2012 dan tanggal surat izin 22 Juli 2013 dari Kepala DInas Kesehatan Provinsi SULSEL dengan sifat tetap. Sesudah menjalani proses akreditasi Rumah Sakit selururh Indonesia dengan proses akhirnya ditetapkan status Tingkat Paripurna Akreditasi Rumah Sakit. RSU ini beralamat di Jl.Urip Sumohardjo No.43, Kota Makassar, Indonesia, Kode pos 920232, Nomor Tlp 0411-454567, Email [email protected].20
Sebelum terbentukanya RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo ini, tepatnya pada tahun 1947 didirikan rumah sakit dengan meminjam dua bangsal rumah sakit jiwa yang telah berdiri sejak 1942 sebagai bangsal bedah dan penyakit dalamm yang merupakan cikal bakal berdidirnya Rumah Sakit Dadi. Hingga pada tahun 1992 rumah sakit dadi menjadi rumah sakit klasifikasi B. pengembangan rumah sakit inipun dipundahkan
48 ke Jl.Perintis Kemerdekaan Km. 11 Makassar, berdekatan dengan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Pada tahun 1994 RSU Dadi berubah menjadi Rumah Sakit Vertikal milik Departemen Kesehatan dengan nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.Wahidin Sudirohusodo berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 540/SK/VI/1994 sebagai rumah sakit kelas A dan sebagai rumah sakit pendidikan serta rumah sakit rujukan tertinggi di kawasan timur Indonesia.
Pada tanggal 10 Desember 1995 RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo ditetapkan menjadi rumah sakit unit swadana dan pada tahun 1998 dikeluarkan Undang-undang No.30 Tahun 1997 berubah menjadi unit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Dengan terbitnya peraturan pemerintah R.I No. 125 tahun 2000, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo beralih satus kelembagaan menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN).21
B. Gambaran Umum Populasi/Sampel
Telah dilakukan penelitian tentang hubungan kejadian kecelakaan lalu lintas dengan terjadinya fraktur ekstremitas di RS Awal Bros Makassar dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2015. Sampel yang diambil dari data rekam medik yang mengalami trauma ekstremitas di RS Awal Bros Makassar dan RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar secara simple random sampling dan
49 telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun jumlah sampel yang diperoleh adalah 114 rekam medik.
Data dikumpulkan melalui isian lembar rekam medik secara simple random sampling. Setelah data terkumpul, selanjutnya data tersebut disusun dalam tabel induk (master tabel) dengan menggunakan program komputerisasi yaitu Microsoft Excel. Dari tabel induk tersebutlah, kemudian data dipindahkan dan diolah menggunakan program SPSS 21..0 for windows dan kemudian disajikan dalam bentuk cross tabs (Fisher‟s Exact Test) dan bentuk Frekuensi.
C. Analisis Univariat
1. Distribusi Cedera Ekstremitas
Tabel 5.1 D
i s t r i
busi Kejadian Cedera Ekstremitas
Kasus Frekuensi Presentase (100%)
Kecelekaan Lalu lintas 85 74.6%
Tidak Kecelakaan Lalu Lintas
29 25.4 %
Total 114 100 %
50 Sumber data : Sekunder
Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa kasus kecelakaan lalu lintas lebih banyak menyebabkan cedera ekstremitas dibandingkan bukan disebabkan kecelakaan lalu lintas.
2. Distribusi Kejadian Fraktur Ekstremitas Tabel 5.2
NO Variabel Univariat
Fraktur Ekstremitas trauma
kecelakaan lalu lintas
Fraktur
Ekstremitas trauma non kecelakaan lalu lintas
N % N %
1
Usia
0 - 5 tahun
5 - 11 tahun
12-25 tahun
26-45 tahun
46-65 tahun
>65 tahun
1 6 27 24 15 4
1.3%
7.8%
35.1%
31.2%
19.5%
5.7%
3 0 4 5 6 3
14.3%
0%
23.8%
23.8%
28.6%
14.3%
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
59 18
76.6%
23.4%
16 5
76.2%
23.8%
3
Jenis Fraktur Ekstremitas
Klavikula
Humerus
Radius
Ulna
Carpal
Pelvis
Femur
Patella
Tibia
Fibula
Tarsal
16 7 11 3 1 2 20 2 26 11 4
15.5%
6.8%
10.7%
2.9%
1.0%
1.9%
19.4%
1.9%
25.2%
10.7%
3.9%
0 4 3 2 0 0 9 0 4 2 0
0%
16.7%
12.5%
8.3%
0%
0%
37.5%
0%
16.7%
8.3%
0%
51 D
i s t r i b
usi Fraktur Ekstremitas Sumber Data : Sekunder
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa usia terbanyak penderita fraktur ekstremitas akibat kecelakaan lalu lintas adalah usia 12- 25 tahun sedangkan usia terbanyak yang menderita fraktur ekstremitas yang bukan disebabkan kecelakaan lalu lintas adalah 46-65 tahun. Jenis kelamin terbanyak yang menderita fraktur ekstremitas baik itu disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas maupun yang bukan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas adalah laki-laki.
Jenis fraktur ekstremitas yang terbanyak terjadi yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas adalah fraktur os tibia sedangakan yang terbanyak jenis fraktur ekstremitas yang bukan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas adalah os femur. Sedangakan fraktur kecelakaan lalu lintas maupun bukan disebabkan kecelakaan lalu lintas fraktur pada satu tulang lebih banyak dibandingkan fraktur lebih dari satu tulang, begitupun pada fraktur ekstremitas bawah lebih banyak daripada fraktur ekstremitas
4
Jenis fraktur berdasarkan banyaknya bagian yang fraktur
Satu tulang
Lebih dari satu tulang
61 16
79.2%
20.8%
18 3
85.7%
14.3%
5
Jenis Fraktur Berdasarkan Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
34 48
41.5%
58.5%
6 15
28.6%
71.4%
52 atas baik itu disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas maupun bukan disebabkan kecelakaan lalu lintas.
D. Analisis Bivariat
Tabel 5.3
Hubungan Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Kejadian Fraktur Ekstremitas pada RS Awal Bros Makassar dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Periode Januari-Desembar 2015 Kecelakaan
Lalu Lintas
Diagnosis Penyakit Total P OR CI
95%
Fraktur Ekstremitas
Tidak Fraktur Ekstremitas
F % F % F %
Kecelakaan Lalu Lintas
77 90.6% 8 9.4% 85 100%
0.021 3.667 1.230- 10.931 Bukan
Kecelakaan Lalu Lintas
21 72.4% 8 27.6% 29 100%
Sumber data : Sekunder
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa uji Fisher‟s Exact Tes, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,021 (p< 0,05) maka hipotesis
53 nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti ada hubungan kejadian kecelakaan lalu lintas dengan terjadinya fraktur ekstremitas di RS Awal Bros Makassar dan RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo periode Januari-Desember 2015.
Untuk mengetahui besar resiko kecelakaan lalu lintas terhadap terjadinya fraktur ekstremitas maka diketahui OR (95% CI)= 3.667 (1.230- 10.931). Hal ini berarti orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas mempunyai resiko 3 kali untuk terjadinya fraktur ekstremitas.
BAB VI PEMBAHASAN
A. Univariat 1. Usia
Pada penilitian ini didapatkan bahwa usia yang paling banyak menderita fraktur yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yaitu usia 15-25 tahun, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Flamarion Dos Santos Batitsta dkk yang dilakukan pada Hospital Universitario Evangelico de Curitiba (HUEC) Brazil pada Januari 2007 sampai Desember 2013 menuliskan bahwa usia korban sebagian besar pada kecelakaaan lalu lintas motor antara 18 dan 28 tahun dan jumlah terbesar dari korban yang menderita patah tulang ekstremitas berusia 20 tahun.23 Usia pada penderita fraktur bukan kecelakaan lalu lintas paling
54 banyak pada usia 46-65 tahun adalah usia lanjut yang banyak menderita osteoporosis sebagaimana yang dituliskan dalam penelitin yang dilakukan oleh Yulianingsih dkk bahwa dengan meningkatnya usia maka akan meningkatnya penyakit osteoporosis ini disebabkan karena usia setelah 35 tahun kepadatan tulang akan berkurang secara alami.24 Seseorang yang menderita osteoporosis yang jatuh merupakan penyebab utama terjadinya fraktur.25
2. Jenis Kelamin
Korban kecelakaan lalu lintas yang menderita fraktur paling banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Flamarion Dos Santos Batitsta dkk yang dilakukan pada Hospital Universitario Evangelico de Curitiba (HUEC) Brazil pada Januari 2007 sampai Desember 2013 menuliskan bahwa korban kecelakaan lalu lintas yang menderita fraktur ekstremitas laki-laki 3114 (88.29%) dan perempuan 414 (11.71%)23, ini disebabkan karena laki-laki mayoritas lebih banyak beraktivitas di luar rumah untuk bekerja sehingga mempunyai risiko lebih tinggi mengalami kecelakaan lalu lintas.22
3. Jenis Fraktur Ekstremitas Berdasarkan Tulang yang Terkena
Pada jenis fraktur ekstermitas paling sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas yaitu fraktur os tibia, sejalan dengan penelitian yang dialkukan oleh J.Cowie menuliskan bahwa 30.9% fraktur tibia disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,26 hal ini juga sejalan pada penelitian yang telah
55 dilakukan oleh Otte, D dan Haasper, C yang menuliskan bahwa fraktur pada pejalan kaki yang mengalami kecelakaan lalu lintas paling banyak pada tibia, dan pada pengguna sepeda fraktur yang paling sering terjadi adalah tibia dan fibula.27 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Flamarion Dos Santos Batitsta dkk yang dilakukan pada Hospital Universitario Evangelico de Curitiba (HUEC) Brazil pada Januari 2007 sampai Desember 2013 menuliskan bahwa fraktur terbanyak akibat kecelakaan lalu lintas adalah bagian betis (leg) yaitu 792 (18.14%) dari 4365 fraktur terjadi.23
Sedangakan jenis fraktur ekstremitas yang bukan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas paling sering adalah fraktur femur, dimana etiologi fraktur femur dapat disebabkan trauma berat bagi usia muda sedangkan pada usia tua biasanya karena trauma yang ringan karena disebabkan oleh osteoporosis.27
4. Jenis Fraktur Berdasarkan Ekstremitas yang Terkena
Fraktur ekstremitas atas dan ekstremitas bawah yang paling sering terjadi fraktur yaitu fraktur ekstremitas bawah, hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Flamarion Dos Santos Batitsta dkk yang dilakukan pada Hospital Universitario Evangelico de Curitiba (HUEC) Brazil pada Januari 2007 sampai Desember 2013 menuliskan bahwa fraktur ekstremitas bawah sebanyak 2604 dan fraktur ekstremitas atas 1761 kasus pada kecelakaan lalu lintas motor.23 Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Simone P dkk, yang dilakukan Florence menyatakan
56 bahwa pengguna mobil yang mengalami cedera ekstremitas akibat kecelakaan lalu lintas pada ekstremitas bawah 9% sedangkan pada ekstremitas atas 9%, pejalan kaki cedera ekstremitas bawah 13% dan cedera ekstremitas atas 2%, dan pengguna motor cedera ekstremitas bawah 4% dan cedera ekstremitas atas 10%.7
Sedangkan pada fraktur yang bukan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas paling banyak disebabkan fraktur ekstremitas bawah, hal ini tergantung pada mekanisme cedera seseorang tapi pada fraktur yang disebabkan osteoporosis paling banyak fraktur pada tulang vertebra dan tulang ekstremitas atas.24
B. Bivariat
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar tentang hubungan kejadian kecelakaan lalu lintas dengan kejadian fraktur ekstremitas, dapat diketahui bahwa proporsi kejadian kecelakaan lalu lintas 85 (74.6%) dan yang mengalami fraktur ekstremitas akibat kecelakaan lalu lintas sebesar 77 (67.5%).
Hasil uji statistik Fishe‟sr Exact Test, diperoleh nilai p 0,021 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara kejadian kecelakaan lalu lintas dengan terjadinya fraktur ekstremitas dan diperoleh OR (95% CI)= 3.667 (1.230-
57 10.931) yang berarti orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas mempunyai resiko 3 kali untuk terjadinya fraktur ekstremitas.
Pada penelitian yang dilakukan oleh David C dkk, yang menghubungkan fraktur ekstremitas atas dengan luka yang disesuaikan untuk 336 pengguna motor dan pejalan kaki yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang dikonsultasikan pada departemen orthopedi, menuliskan bahwa fraktur femur, fraktur tibia dan fibula dan patah tulang belakang semuanya tidak berhubungan dengan fraktur ekstremitas atas, dengan fraktur tibia fibula (OR=
0.49, 95%CI=0.27-0.78), patah tulang femur (OR=0.30, 95%CI=0.80-0.11), dan patah tulang belakang (OR=0.42, 95%CI=0.19-0.90).28
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simone P dkk, yang dilakukan Florence menyatakan bahwa pengguna motor yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang menderita cedera ekstremitas yaitu sebanyak 67% dan pejalan kaki yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang menderita cedera ekstremitas yaitu sebanyak 33%. Pada penelitian ini juga dituliskan bahwa pengendaraa motor dan mobil serta penumpangnya yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan menderita cedera ekstremitas atas sebanyak 10% dan esktremitas bawah 12,7%. Sedangakan pada pengguna sepeda yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang menderita cedera ekstremitas yaitu sebanyak 9,2%.7
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Woro Riyadina dan Ita Puspitasari Subik pada Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati menyatakan bahwa daerah atau bagian tubuh yang dominan
58 mengalami cedera pada korban kecelakaan motor yang kedua yaitu bagian pergelangan kaki sekitar 12,3% dan bagian lutut dan pergelangan kaki yaitu sekitar 9,4%.6
Penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Isnu Lucky Riandini dkk, yang dilakukan di RSUP Dr.Djamil Padang menyatakan bahwa distribusi patah tulang pada korban meninggal kecelakaan lalu lintas pada 1 Juli 2010- 30 Juni 2011 didapatkan terbanyak pada tubuh korban yaitu fraktur ekstremitas bawah 21 buah (38,8%). Pada 1 Juli 2011 – 30 Juni 2012 didapatkan lokasi patah tulang terbanyak pada tubuh korban yaitu fraktur ekstremitas bawah 15 buah (34,2%). 22
Sedangkan pada korban hidup kecelakaan lalu lintas pada 1 Juli 2010 – 30 Juni 2011 terbanyak pada tubuh korban yaitu fraktur ekstremitas bawah 20 buah (60,6%). Pada 1 Juli 2011 – 30 Juni 2012 didapatkan lokasi patah tulang terbanyak pada tubuh korban yaitu patah tulang ekstremitas bawah 12 buah (44,4%).22
C. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu ada beberapa rekam medik yang tidak tertuliskan kecelakaan karena apa seperti berkendara motor, penumpang, atau pejalan kaki. Sehingga penulis tidak dapat mengklasifikasikan penyebab fraktur apa yang terbanyak akibat mobil, motor, pejalan kaki,pengguna sepeda, dan penumpang.
59 BAB VII
TINJAUAN KEISLAMAN
Perkara yang setiap manusia hampir pasti tidak mungkin menghindarinya dalam keseharian di antaranya adalah berkendara.Karena begitu butuhnya manusia terhadap berkendara, pemerintah telah memberikan sedemikian rupa regulasi agar ketertiban dan keselamatan pengguna jalan benar-benar bisa diwujudkan, seperti dituangkan dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2009.
Alhamdulillah, Islam sebagai jalan hidup (way of life) telah memberikan panduan bagaimana berkendara yang tidak sekedar baik, tertib, selamat, tetapi juga menjadi media mengingat Allah Ta‟ala, sehingga tidak saja mendorong kaum Muslimin terdepan dalam berkendara yang baik, tetapi juga menunjukkan ketaatan pada regulasi pemerintah sekaligus implementasi dari komitmen diri hidup secara baik, benar dan menginspirasi.
Hal ini tidak lepas dari ajaran Islam dan keteladanan yang dicontohkan oleh Nabi, dimana umat Islam mesti memperhatikan masalah ini sebagai bagian dari komitmen diri mengejawantahkan nilai-nilai ajaran Islam. Allah SWT berfirman :
60
“Dan Dialah Dzat yang telah menciptakan segala sesuatu bagi kalian saling berpasang-pasangan, dan menjadikan bagi kalian apa yang kalian kapal, binatang ternak dan tunggangan yang kalian kendarai. Agar kalian duduk diatas punggungnya kemudian kalian mengingat nikmat Rabb kalian apabila kalian telah brada diatasnya, dan kalian mengucapkan: Subhanallahi alladzii sakhkhara lanaa hadzaa wa maa kunnaa lahu muqribiin wa innaa ilaa Rabbinaa lamunqalibuun – Maha Suci Rabb kami yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak sanggup untuk menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami.” (QS. Az-Zukhruf : 12-13 )
Maka dari itu, Islam telah mengatur adab-adab berjalan dan berkendara agar senangtiasa kita dalam lindungan Allah SWT.
A. Adab-Adab Berjalan
1. Larangan Angkuh Ketika Berjalan
Angkuh ketika berjalan termasuk dari sifat-sifat tercela yang tumbuh dari kesombongan dan „ujub terhadap diri sendiri. Dan seorang yang beriman di antara sifat-sifatnya adalah tawadhu‟ (rendah diri) dan al- istikanah (tenang) tidak ada sifat al-kibr (sombong) dan al-ghathrasah (menonjolkan diri). Dan Abu Hurairah radhiallahu „anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Ketika seseorang berjalan dengan kain hullah yang mengagumkan dirinya rambutnya tersisir rapi terurai sampai pada telinganya. Apabila Allah membenamkannya maka dia akan berteriak
61 terus sampai hari kiamat”. [HR. Al-Bukhari (5789) Muslim (2088) Ahmad (7574) dan Ad-Darimi (437)].29
2. Cara Jalan yang Paling Baik dan Paling Sempurna
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata, “Apabila Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa sallam berjalan takaffa‟a takaffu‟an
a. condong ke depan [Muslim (2330)]. Beliau adalah manusia yang paling cepat jalannya, dan yang paling baik dan paling tenang.
Abu Hurairah radhiallahu „anhu berkata saya tidak pernah orang yang paling gagah dari Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, seakan-akan matahari berjalan di wajahnya, dan saya tidak pernah melihat seseorang yang paling cepat jalannya daripada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, seakan akan bumi terlipat untuknya, dan sesungguhnya kami mengusahakan diri-diri kami dan sesungguhnya beliau tidak terlihat memaksakannya. [At-Tirmidzi (3647)]
b. Dari Ali bin Abi Thalib berkata : Apabila Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa sallam berjalan beliau condong ke depan seakan-akan beliau turun dari shabab.” Dan di dalam riwayat Abu Daud (seakan akan beliau yahwi (jatuh) di dalam shabab) (4864)
c. Sekali waktu Ali bin Thalib pernah berkata: “Apabila beliau berjalan beliau taqla‟.“ (turun ke bawah) [At-Tirmidzi (3638)]
Saya katakan: Makna At-Taqallu‟ : ketinggian pada tanah secara keseluruhan, sebagaimana seseorang yang miring dari bagian
62 daerah yang curam/miring. Jalan seperti ini adalah jalannya para ulul azmi (orang-orang yang punya azam/tekad) dan mempunyai himmah (keinginan yang kuat) dan keberanian, dan jalan seperti ini adalah jalan yang paling sempurna dan lebih memberikan ketenangan pada anggota badan, dan yang lebih jauh dari jalan seorang yang marah, kehinaan dan lemas. [Zaad Al-Ma‟aad (1/167-177)]29
B. Adab-Adab Berkendara 1. Niat yang baik
seorang Muslim ketika naik kendaraan atau menggunakan alat transportasi harus meniatkan diri untuk mencapai tujuan yang benar.„‟Di antaranya untuk menyambung tali silaturahim, mencari nafkah, ziarah karena Allah. Selain itu, juga berniat akan berlaku baik terhadap kendaraan yang dinaiaki sesuai dengan syariat Allah SWT.29 2. Mengingatkan nikmat Allah SWT
Sebab, berkat kendaraan yang dianugerahkan Allah SWT itu, seseorang bisa menghemat waktu dan tenaga untuk sampai di tujuan.30 3. Memilih Kendaraan yang cocok untuk perjalanan
Ajaran Islam sangat memperhatikan keselamatan dan kenyamanan.
Karena itu, seorang Muslim hendaknya memilih kendaraan yang paling bermanfaat dan cocok untuk mencapai tujuan.29
4. Mempersiapkan Alat Transportasi
63 sebelum digunakan, kendaraan diperiksa mesinnya, bahan bakarnya, onderdil-onderdilnya. „‟Jika kendaraan itu berupa hewan tunggangan, hendaknya diperiksa kesehatan dan kekuatannya.‟‟29
5. Membaca Doa
Berdoa sebelum berkendara akan meminimalisir kelalaian diri dari mengingat Allah dan tentu saja mengundang ridha dan pertolongan- Nya, sehingga tentu saja, perasaan negatif dalam diri; sombong, tergesa-gesa; dan melanggar lalu-lintas, bisa dikendalikan. Pendek kata, berdoa akan membuat kita ingat bahwa bukan hanya kita yang punya kepentingan di jalan, sehingga muncul semangat untuk saling menghargai dengan sesama pengendara lain.30
64 6. Zikir safar
Saat berkendaraan hendaknya seorang Muslim tetap ingat kepada Allah dengan cara berzikir. Saat kendaraan melaju, seorang Muslim membacakan doa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW :29
„‟Ya Allah sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini. Kami memohon kepada-Mu perbuatan yang membuat-Mu ridha. Ya, Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini dan jadikanlah perjalan yang jauh ini seolah-olah dekat. Ya Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan dan yang menjaga keluargaku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perjalanan yang berat, pemandangan yang buruk, serta musibah yang menimpa harta dan keluarga.‟‟ (HR Muslim (1342) dari Ibnu Umar).
7. Memperhatikan Aturan Berkendara
Seseorang harus mentaati aturan sama saja dia melaggar hukum yang telah di buat untuk kebaikannya.
8. Berzikir ketika melewati jalan mendaki dan menurun
Diriwayatkan dari Jabir RA, ia berkata: „‟Apabila melewati jalan mendaki, kami bertakbir dan apabila melewati jalan menurun, kami bertasbih.‟‟ (HR Bukhari).
65 9. Lebih Berhak Pemilik Kendaraan Duduk di Depan
Ketika Rasulullah Shalallahu‟alaihiwasallam sedang berjalan, datanglah seseorang mengendarai keledai. Orang itu berkata, „Wahai Rasulullah, naiklah.‟ia pun mundur kebelakang. Rasulullah shalallahu‟alaihi wasallam bersabda: “Tidak, engkau lebih berhak berada di depan daripada aku, kecuali engkau mempersilahkan untukku.” Orang itu berkata,‟ Aku telah mempersilahkanmu. Maka beliaupun naik. (HR.Abu Dawud (2572), at-Tirmidzi (2773) dan menghasannkannya dari Buaraidah).30
Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan yang signifikan anatara kejadian kecelakaan lalu lintas dengan kejadian fraktur ekstremitas. Kita ketahui bersama bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang dapat terekena musibah kecelakaan lalu lintas yaitu dari faktor manusia, kendaraan yang tidak layak dipakai, kondisi jalan, dan cuaca. Kebanyakan dari faktor manusia yang menyebabkan kecelakaan yaitu tidak tertib lalu lintas, dan ugal-ugalan di jalan, ini murapaka hal yang bertentangan dalam Islam karena menyerupai sifat sombong. Dan barangsiapa menyombongkan diri dan takabur, maka dia telah menantang Allah dalam satu dari sifat-sifat-Nya. Oleh karena itu, dia berhak memperoleh adzab di akhirat dan bisa pula adzabnya disegerakan di dunia sebelum akhirat. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Qashas ayat 83 :
Yang artinya: