• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka, banyak faktor yang menyebabkan lamanya rawat inap pada pasien DBD tetapi peneliti membatasi penelitian ini hanya pada pemeriksaan jumlah trombosit, leukosit dan hematokrit. Jumlah trombosit dan kadar hematokrit sering digunakan sebagai indikator berat atau tidaknya penyakit tersebut. Oleh karena itu, pemeriksaan darah merupakan hal yang mutlak dilakukan. Biasanya pada pemantauan penyakit, penurunan jumlah trombosit yang terlalu rendah ataupun peningatan kadar hematokrit yang terlalu tinggi sering ditakutkan akan terjadinya syok dan dapat terjadi leukopeni atau leukositosis. 4

Keterangan :

= Variabel independen

= Variabel dependen Pemeriksaan Lab darah rutin

Trombosit Leukosit Hematokrit

Lama Rawat Inap pasien

DBD

59

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Skala

Ukur Hasil Ukur

Lama rawat inap

pasien DBD

Rentang waktu sejak pasien masuk rumah sakit untuk di opname sampai keluar atas izin dokter sebagaimana tercantum dalam rekam medik

Mengg unakan checkli

st

Ordinal 1.≤ 6 hari 2.> 6 hari

Trombosit

Salah satu komponen darah yang berperan dalam sistem pembekuan darah diukur dalam mikroliter yang diperiksa pertama kali saat masuk rumah sakit

Mengg unakan checkli

st

Ordinal

1. <100.000/µl :Trombositopenia 2. 100.000-

350.000/µl:Trombos it normal

Leukosit

Jumlah sel darah putih yang berfungsi untuk pertahanan tubuh melawan infeksi yang diperiksa pertama kali saat masuk rumah sakit

Mengg unakan checkli

st

Ordinal

1. <4.000/mm3 : Leukopenia 2. 4.000 -

10.000/mm3:Leukos it normal

Hematokri t

Nilai yang menggambarkan proporsi volume sampel darah dengan sel darah merah diukur dalam persen yang

Mengg unakan checkli

st

Ordinal 35%-45% : Hct normal <35%: Hct rendah

60

diperiksa pertama kali saat masuk rumah sakit.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dapat ditegakkan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Hipotesis Nol : Tidak terdapat hubungan antara jumlah trombosit, leukosit dan hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh Kolaka.

Hipotesis Alternatif : Terdapat hubungan antara jumlah trombosit, leukosit dan hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh Kolaka.

61

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yang akan menganalisis hasil pemeriksaan hematologis laboratorium pada pasien demam berdarah dengue (DBD). Desain penelitian yang akan digunakan adalah studi cross sectional, dimana pengukuran terhadap jumlah trombosit, leukosit dan hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD tahun 2015.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Benyamin Guluh Kolaka bulan November 2016 - Januari 2017.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

a. Populasi target : pasien demam berdarah dengue di RSUD Benyamin Guluh Kolaka.

b. Populasi terjangkau : Pasien demam berdarah dengue di RSUD Benyamin Guluh Kolaka yang dirawat inap tahun 2015.

2. Sampel

Sampel yang digunakan yaitu pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh Kolaka tahun 2013-2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Subjek

62

yang diteliti yaitu pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh Kolaka tahun 2015 yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi yang benar ikut serta dan diteliti.

D. Kriteria Inklusi dan eksklusi

Kriteria seleksi terdiri dari kriteri inklusi dan kriteria eksklusi yang masing- masing memiliki persyaratan.

1. Kriteria inklusi :

a. Dikatakan menderita demam berdarah dengue oleh dokter di rumah sakit sesuai dengan kriteria diagnosis DBD.

b. Mendapat pelayanan rawat inap.

c. Terdapat hasil pemeriksaan laboratorium khususnya trombosit, leukosit dan hematokrit.

2. Kriteria eksklusi :

a. Pasien yang menderita penyakit penyerta lainnya (penyakit penyulit, komplikasi, congenital, dsb)

b. Pasien rawat inap pulang atau permintaan sendiri (PAPS).

E. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus cross-sectional : ( √ √

)

2

Keterangan

n : besarnya sampel minimal

Zα : Deviat baku alfa pada derajat kepercayaan 95% yaitu sebesar 1,960.

63

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% hipotesis dua arah.

Zβ : Deviat baku beta pada derajat kepercayaan 95% yaitu sebesar 1,645.

Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 5% hipotesis dua arah.

P2 : proporsi kategori variabel yang diteliti ( Angka insiden DBD per 100.000 penduduk di Indonesia tahun 2015 (Sulawesi tenggara) = 64,7 = 65%)8 P : Proporsi rata-rata ((P1 + P2)/2)

P1 – P2 : Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna yaitu 0,2 Dengan demikian,

P1 – P2 = 0,2 P2 = 0,65

Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,65 = 0,35 P1 = 0,2 + P2 = 0,2 + 0,65 = 0,85 Q1 = 1 – P1 =1 – 0,85 = 0,15

P = (P1 + P2)/2 = (0,85 + 0,65)/ 2 = 0,75 Q = 1 – P = 1 – 0,75 = 0,25

Sehingga,

n = (

𝑍𝛼√2𝑃𝑄 : 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1:𝑃2𝑄2

𝑃1;𝑃2

)

n = (

1.960√2𝑋0.75𝑋0.25 : 1.645 √0,85𝑋0.15:0.65𝑋0.35

0.85;0.65

)

2

n = (

1.960√0.375 : 1.645 √0.355

0.20

)

2

64

n = (

1.960 𝑋 0.612:1.645𝑋 0.595

0.2

)

2

n = (

1.199:0.978

0.2

)

2

n =

( 0.88)2 = 118.37 = 119 Sampel minimal Besar sampel minimal adalah 119 orang

F. Analisis data

Data yang diperoleh melalui penelitian ini akan diolah menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 21,0 For Windows dan dianalisis dengan menggunakan:

1. Analisis Univariat dengan menghitung besarnya frekuensi dari setiap variabel, menghitung nilai rerata.

2. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Square dengan ketentuan bila p < 0,05 berarti H0 ditolak dan Ha diterima sedangkan jika nilai p ≥ 0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpul data dan instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu tabel-tabel tertentu untuk merekam atau mencatat data yang dibutuhkan dari rekam medik.

H. Penyajian Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing

65

Editing bertujuan untuk meneliti kembali hasil checklist menjadi lengkap.

Editing dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data, memperjelas serta melakukan pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.

2. Coding

Coding yaitu memberikan kode angka pada atribut variabel agar lebih mudah dalam analisa data. Coding dilakukan dengan cara menyederhanakan data yang terkumpul dengan cara member kode atau simbol tertentu.

3. Tabulating

Pada tahapan ini data dihitung, melakukan tabulasi untuk masing-masing variabel. Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan suatu proses pengorganisasian data sedemikian rupa agar dapat dengan mudah dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

4. Transfering

Transfering data yaitu memindahkan data dari media kepada master tabel.

5. Cleaning

Cleaning yaitu pembersihan data yang telah terkumpul di cek terlebih dahulu agar tidak terdapat data yang tidak perlu.

6. Entry

Entry yaitu pemasukan data dalam program computer untuk proses analisis data.

I. Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait etika penelitian dalam penelitian ini adalah:

66

1. Menyertakan surat pengantar yang dirujukan kepada pihak pemerintah setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Anonimus. Subjek akan diperlakukan secara anonimus.

3. Confidentiality. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat pada rekam medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.

4. Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.

67

J. Prosedur/Alur Penelitian

Gambar 4.1. Alur penelitian

Simple random sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi

iiinInstalasi rekam medis

Populasi terjangkau pasien DBD yang menjalani rawat inap di RSUD Benyamin Guluh Kolaka

Rekam medis pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh

Kolaka

Data jumlah trombosit, leukosit, hematokrit

Analisis data

Instalasi rekam medis

59

BAB V

HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum RSUD Benyamin Guluh Kolaka

Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka terletak di Kel.

Lamokato, Kec.Kolaka, Kab.Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di jalan Dr.Sutomo No.1. Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka di bangun pada tahun 1979 di atas tanah seluas 1 Ha dengan luas bangunan 2.737 m2. RSBG Kab. Lokasi ini sangat strategis karena terletak di pusat kota Kolaka sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Rumah Sakit ini adalah Rumah Sakit Tipe C yang merupakan pusat rujukan pasien yang berasal dari unit-unit pelayanan kesehatan dari seluruh kecamatan di Kabupaten Kolaka dan sekitarnya. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokeran dengan 24 dokter. Rumah sakit ini tersedia tempat tidur di semua kelas kamar, dari kelas I sampai kelas VVIP terdiri dari 121 tempat tidur inap di rumah sakit ini.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan data pasien rawat inap demam berdarah dengue di RSUD Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Penelitian ini berlangsung mulai bulan November 2016 hingga bulan Januari 2017.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan jumlah trombosit, leukosit dan hematokrit dengan lama rawat inap pasien Demam Berdarah Dengue di RSUD Benyamin Guluh Kolaka Tahun 2015. Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 119 orang.

60

Subjek penelitian ini diambil dari Simple random sampling yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Data dari pasien demam berdarah dengue diperoleh dari pengisisan daftar checklist yang secara langsung diperoleh melalui data rekam medik pasien.

Data yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang sesuai dengan tujuan penelitian.

a. Analisis Univariat

1. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Demografi Tabel 5.2 Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Demografi

No Variabel Subgroup N

Jumlah persentase (%)

1 Umur

Balita (≤ 5 tahun) 25 21

Anak-anak (6-18 tahun)

89 74,8

Dewasa (>18 tahun) 5 4,2 2

Jenis Kelamin

Laki-laki 68 57,1

Perempuan 51 42,9

3 Asal Daerah

Dalam kota 73 61,3

Luar kota 46 38,7

Sumber : Unit rekam Medik RSUD Benyamin Guluh Kab.Kolaka

Dari tabel 5.2 diatas, didapatkan hasil pada umur penderita DBD sangat bervariasi. Usia termuda pada penderita DBD adalah ≤ 5 tahun dan yang tertua > 18 tahun usia terbanyak pada usia 6-18 tahun yaitu 89 orang

61

dengan persentase sebesar 74,8%. Menurut Jenis kelamin penderita laki- laki lebih banyak yaitu 68 orang dengan jumlah persentase 57,1% dan pada perempuan yaitu 51 orang dengan persentase sebesar 42,9%.

Selain itu, subjek pada penelitian ini mayoritas berasal dari dalam kota Kolaka, tetapi ada beberapa yang berasal dari luar kota Kolaka.Dengan persentase pasien dari dalam kota sebanyak 73 orang dengan persentase 61,3% dan pasien dari luar kota sebanyak 46 orang dengan persentase 38,7%.

2. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Klinik Tabel 5.2 Distribusi lama rawat inap pasien

No. Lama rawat inap Jumlah

1 3 hari 1 orang

2 4 hari 5 orang

3 5 hari 7 orang

4 6 hari 16 orang

5 7 hari 38 orang

6 8 hari 26 orang

7 9 hari 8 orang

8 10 hari 4 orang

9 11 hari 7 orang

10 12 hari 7 orang

Jumlah total 119 orang

Rata-rata lama rawat inap 7 hari

62

Tabel 5.3 Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Klinik

No Variabel Subgrup n

Jumlah persentase (%)

1

Lama rawat inap

≤ 6 hari (Memendek) 29 24,4

>6 hari (memanjang) 90 75,6

2 Suhu tubuh

Hipotermi <36,5 c 20 16,8

Normal 36,5-37,5 c 23 19,3

Demam/Hipertermi>37,5 c 76 63,9 Sumber : Unit rekam Medik RSUD Benyamin Guluh Kab.Kolaka

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi karakteristik klinik pasien dari tabel dapat dilihat, karakteristik pada lama rawat inap pasien DBD, penderita dengan rawat inap ≤ 6 hari sebanyak 29 orang dengan persentase sebesar 24,4% dan penderita DBD dengan lama rawat inap >6 hari sebanyak 90 orang dengan persentase 75,6%. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan pasien DBD dengan lama rawat inap >6 hari dengan persentase 75,6%.

Dari 119 penderita DBD didapatkan pasien yang mengalami DBD memiliki suhu tubuh dengan hipotermi sebanyak 20 orang dengan persentase 16,8%, Suhu tubuh normal sebanyak 23 dengan persentase 19,3% dan demam sebanyak 76 orang dengan persentase 63,9%.

63

Berdasarkan penelitian didapatkan lama rawat inap pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh didapatkan rata rata adalah 7 hari dan rentang waktu lama perawatan terpendek 3 hari dan perawatan terlama 12 hari.

3. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Laboratorium

Trombositopenia adalah penyebab terjadinya pendarahan. Tetapi pada pasien Demam Berdarah Dengue yang mengalami trombositopenia tidak selalu disertai dengan perdarahan. Apabila kadar trombosit seseorang kurang dari 100.000/µl maka dikatakan mengalami trombositopenia. Pada pasien Demam Berdarah Dengue dapat terjadi leukopenia yakni nilai leukosit kurang dari normal.

Tabel 5.4 Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Laboratorium

No Variabel Subgrup n

Jumlah persentase (%)

1 Trombosit

<100.000(Trombositopenia) 113 95

>100.000(Normal) 6 5

2 Leukosit

<4.000(Leukopenia)

41 34,5

>4.000(Normal) 78 65,5

3 Hematokrit

<35% (Ht rendah)

36 30,3%

>35% (Normal) 83 69,7

Sumber : Unit rekam Medik RSUD Benyamin Guluh Kab.Kolaka

64

Pada tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa subjek pada penelitian ini kebanyakan pada kadar trombosit yang nilainya berada pada <100.000 sebayak orang 113 dengan presentase sebesar 95%. Pada kadar leukosit nilainya > 4.000 sebanyak 78 orang dengan persentase 65,5%. Sedangkan kadar hematokrit dengan nilai terbanyak >35% sebanyak 83 orang dengan persentase 69,7%.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah trombosit, leukosit dan hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2015.

1. Hubungan Antara Kadar Trombosit, Leukosit dan Hematokrit Dengan Lama Rawat Inap Pasien DBD RSUD Benyamin Guluh.

Untuk melihat hubungan antara jumlah trombosit, leukosit dan hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Apabila kadar trombosit <100.000/µl disebut trombositopenia.

Dan leukopenia apabila kadar leukosit <4.000 adalah pertanda dalam 24 jam kemudian demam akan turun dan pasien akan masuk dalam masa kritis.

65

Tabel 5.5 Hubungan Antara Kadar Trombosit, Leukosit dan Hematokrit Dengan Lama Rawat Inap Pasien DBD

Variabel Nilai

Lama rawat inap

P value

OR CI%

≤ 6 hari (memendek)

> 6 hari (memanjan

g)

N % N %

Trombosit <100.000 24 21,2 89 78,8

0,003 0,054

0,006- 0,484

>100.000 5 83,3 1 16,7 Leukosit <4.000 5 12,2 36 87,8

0.025 0,313

0,109- 0,895

>4.000 24 30,8 54 69,2

Hematokrit

<35% 7 19,4 29 80,6

0,410 0.669

0,257- 1,745

>35% 22 26,5 61 73,5

Sumber : Unit rekam Medik RSUD Benyamin Guluh Kab.Kolaka Pada tabel 5.5 terlihat bahwa kadar trombosit pada kelompok lama rawat inap ≤6hari yang jumlah trombositnya <100.000/µl adalah sebanyak 24 pasien dengan persentase sebesar 21,2 %,sedangkan nilai trombosit normal sekitar 5 pasien dengan persentase 83,3 %. Dan pada kelompok dengan lama rawat inap > 6 hari Jumlah trombosit dalam

66

keadaan normal atau >100.000/µl adalah 1 pasien dengan persentase 16,7 % sedangkan nilai trombosit sebesar <100.000/µl sebanyak 89 pasien dengan persentase 78,8% dengan nilai P value kadar trombosit sebesar 0,003.

Kadar leukosit pada kelompok lama rawat inap ≤ 6hari kebanyakan kadar leukosit normal yakni sebanyak 24 pasien dengan persentase 30,8 %, sedangkan pasien yang mengalami leukopenia sebanyak 5 pasien dengan persentase 12.2 %. Hal ini sama dengan pasien pada kelompok lama rawat inap >6 hari yakni sebesar 54 orang dengan persentase 69,2%, sedangkan pasien yang mengalami leukopenia 36 pasien dengan persentase 87,8%. Dengan nilai P value pada kadar leukosit sebesar 0.025.

Sedangkan Kadar hematokrit pada kelompok lama rawat inap ≤ 6 hari kebanyakan kadar hematokritnya >35% yakni sebanyak 22 pasien dengan persentase 26,5%, sedangkan pasien yang mengalami hematokrit rendah sebanyak 7 pasien dengan persentase 19,4 %.

Namun persentase tertinggi pada kelompok lama rawat inap >6 hari dengan kadar hematokritnya >35%sebanyak 61 pasien dengan persentase 73,5%, sedangkan pasien yang memiliki hematokrit <35%

yakni sebesar 29 orang dengan persentase 80,6%. Dengan nilai P value pada kadar hematokrit sebesar 0.410.

67

Tabel.5.6 Kekuatan Hubungan Asosiasi Antara Masing-Masing Variabel Uji Bivariat.

Hubungan Antara variable

P value

OR CI (%)

Kadar Trombosit dengan lama rawat inap

0,003 0,054 0,006-0,484

Kadar Leukosit dengan lama rawat inap

0.025 0,313 0,109-0,895

Kadar Hematokrit dengan lama rawat inap

0,410 0.669 0,257-1,745

Sumber : Unit rekam Medik RSUD Benyamin Guluh Kab.Kolaka Berdasarkan tabel 5.6 diatas, pada kolom hubungan antara kadar trombosit dengan lama rawat inap nilai P 0,003 yang berarti Ho ditolak atau ada hubungan yang bermakna antara jumlah trombosit dengan lama rawat inap pasien DBD karena didapatkan nilai P < 0,05. Pada kolom hubungan antara jumlah leukosit dengan lama rawat inap nilai p 0,025 yang berarti ada hubungan bermakna antara jumlah leukosit dengan lama rawat inap pasien DBD . Sedangkan pada kolom hubungan antara jumlah hematokrit dengan lama rawat inap nilai p 0,410 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah hemtokrit dengan lama rawat inap pasien DBD karena didapatkan nilai P > 0,05.

68

BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat

1. Distribusi subjek berdasarkan karakteristik demografi a.Umur

DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini lebih banyak pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecendrungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai morbilitas yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya infeksi virus dengue jenis baru yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang sebelumnya belum pernah ada pada suatu daerah.18,19

Berdasarkan hasil penelitian data diketahui bahwa kelompok umur dominan yang mengalami DBD adalah anak-anak (6-18 tahun) sebanyak 89 orang dengan persentase 74,8% kemudian balita (≤ 5 tahun) sebanyak 25 orang dengan persentase 21% dan usia dewasa 5 orang dengan persentase 4,2%. Di Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984. Kelompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penyakit DBD.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada anak yang lebih muda, endotel pembuluh darah kapiler lebih rentan terjadi pelepasan sitokin sehingga terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini dapat pula disebabkan pada pasien

69

dengan usia anak-anak dan remaja lebih sering melakukan aktifitas di luar rumah seperti berkumpul dengan teman-teman atau bermain di saat sore hari yang sesuai dengan waktu menghisap darah nyamuk Aedes aegypty.21

Sedangkan penelitian di Makassar tahun 2011 di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo memperlihatkan kelompok umur terbanyak pada usia 15 sampai 24 tahun (45,3%). Hasil penelitian Yenni Risniati, Lukman Hakim Taringan, Emiliana Tjitra di Depok, Jawa Barat tahun 2009 bahwa proporsi penderita terbanyak pada kelompok umur > 8 tahun.20

b. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini didapatkan jumlah penderita laki-laki lebih banyak 68 orang atau 57,1 % dibandingkan perempuan 51 orang atau 42,9%. Hasil yang sama diperoleh pada penelitian di Seluruh Indonesia pada tahun 2009 dimana pasien DBD berjenis kelamin laki-laki sebanyak 53,78%.9 Namun penelitian di Singapura tahun 2009 menunjukkan hal yang sebaliknya. Angka pasien perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu 2.094 pasien (50,4%).16 Prevalensi laki-laki yang lebih tinggi ini mungkin disebabkan oleh karena aktifitas laki-laki yang lebih sering dilakukan di luar rumah dibandingkan dengan perempuan yang lebih banyak memiliki aktifitas di dalam rumah. Hal ini juga dikaitkan dengan umur pasien terbanyak pada usia remaja yang lebih sering beraktifitas di luar.4

c. Asal Daerah

Berdasarkan distribusi tempat tinggal pasien DBD RSUD Benyamin Guluh Kolaka Tahun 2015, mayoritas pasien berdomisili di dalam kota Kolaka

70

yaitu 73 pasien (61,3%), yang tersebar di berbagai kelurahan seperti kelurahan laloeha, lamokato, watuliandu, Sabilambo, Lalombaa, Tahoa dan lain-lain. Hal ini mungkin disebabkan letak RSUD Benyamin Guluh Kolaka yang berada dalam wilayah Kolaka dan terletak di daerah pusat kota yang padat penduduk dan lingkungan yang memungkinkan nyamuk aedes aegypti dapat berkembang dengan baik . Hal ini juga didukung oleh fungsi RSUD Benyamin Guluh sebagai salah satu rumah sakit rujukan puskesmas di Kabupaten Kolaka.

Sedangkan yang berada di luar kota Kolaka hanya 46 pasien (38,7%) yang berasal dari daerah Dawi-dawi, Latambaga, Baula, Pomalaa, Unamendaa, Toari dan lain-lain.

2. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Klinik a. Lama rawat inap

Lama rawat inap adalah istilah yang umum digunakan untuk mengukur durasi satu episode rawat inap. Lama rawat inap dinilai dengan mengekstraksi durasi tinggal di rumah sakit yang diukur dalam jam atau hari.19 Berdasarkan penelitian didapatkan lama rawat inap pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh didapatkan rata rata adalah 7 hari dan rentang waktu lama perawatan terpendek 3 hari dan perawatan terlama 12 hari.

Dari penelitian sebelumnya di RSUD Tarakan DKI Jakarta (th. 2004) didapatkan rata-rata lama rawat inap pasien DBD di rumah sakit adalah 4 hari, dari rentang waktu lama perawatan terpendek 2 hari dan perawatan terlama adalah 10 hari. Demam berdarah dengue termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2010 dan menempati peringkat kedua.6

71

a. Suhu tubuh

Penyakit demam berdarah biasanya didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus, berlangsung 2-7 hari. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa sebagian besar pasien mengalami demam >37,5 c sebanyak 76 pasien dengan persentase 63,9% .3 Demam terjadi karena Saat bakteri dan virus tersebut masuk kedalam tubuh, pirogen bekerja sebagai antigen, mempengaruhi sisitem imun. Sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan menghemat panas.

/dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh.

Selam periode ini, orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan, meskipun suhu tubuh meningkat. Fase menggigil berakhir ketika set point baru, suhu yang lebih tinggi, tercapai. Selama fase berikutnya,masa stabil, menggigil hilang dan pasien merasa hangat dan kering. Jika set pointbaru telah

“melampaui batas” atau pirogen telah dihilangkan (mis. Destruksi bakteri oleh antibiotik), terjadi fase ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun, .menimbulkan respon pengeluaran panas.3.23

3. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Laboratorium a. Jumlah Trombosit, Leukosit dan Hematokrit

Trombositopenia memiliki peran yang penting dalam pathogenesis infeksi dengue. Jumlah trombosit pada pasien infeksi dengue mengalami penurunan

72

pasda hari ke tiga sampai hari ke tujuh dan mencapai normal kembali pada hari kedelapan atau Sembilan.25

Jumlah trombosit yang paling banyak dialami dengan kadar <100.000/µl.

Hal ini disebabkan oleh sifat virus dengue yang menyebabkan supresi sumsum tulang , terjadi pemendekan masa hidup trombosit. Keadaan ini tentu sangat berbahaya mengingat rendahnya trombosit dapat menagkibatkan kemungkinan pendarahan semakin besar.

Pada infeksi dengan jumlah leukosit biasanya normal atau menurun dengan dominasi sel neutrofil. Terjadinya leucopenia pada infeksi dengue disebabkan karena adanya penekanan sumsum tulangakibat dari proses infeksi virus secara langsung ataupun karena mekanisme tidak langsung melalui proses sitokin-sitokin proinflamasi yang menekan sumsum tulang.

Peningkatan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator peka yang akan mencetus terjadinya perembesan plasma. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit 20% atau lebih mencerminkan peningkatan perembesan kapiler dan perembesan plasma.25

d. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara variabel laboratorium dengan lama rawat inap

Diagnosis penyakit DBD dan jumlah perjalanan penyakit karena harus dilakukan secara tepat dan akurat. Pada demam berdarah dengue (DBD), pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia dan hemokonsentrasi.

Jumlah trombosit dan kadar hematokrit sering digunakan sebagai indicator

Dokumen terkait