DAFTAR LAMPIRAN
E. Kerangka Pemikiran
13
sebelumnya. Secara luas buku ini memberikan pengetahuan dan gambaran umum mengenai latar belakang kondisi pertanian di Jawa. Hal ini diperlukan untuk memahami perkembangan pertanian di Indonesia dan keadaan petani Jawa sejak awal abad ke-19 sampai dengan pertengahan masa Orde Baru.
Berbeda dengan pustaka-pustaka tersebut di atas, skripsi ini difokuskan pada hubungan fungsional antara kebijakan pemerintah dalam pengembangan pertanian di Indonesia dan perkembangan Kredit Usaha Tani sebagai program penyediaan kredit kepada petani yang berlangsung selama periode 1985 hingga 1999. Melalui eksplanasi mendetail berkaitan dengan perkembangan kebijakan Program Kredit Usaha Tani dalam penyediaan pinjaman bagi petani dan keterkaitannya dengan tingkat kesejahteraan petani diharapkan mampu memberikan gambaran komprehensif tentang kebijakan Program Kredit Usaha Tani di Indonesia.
14
pelaksana penyalur kredit untuk keperluan petani dalam intensifikasi pertanian, guna membiayai usaha taninya dalam rangka meningkatkan produksi-produksi padi, palawija, dan holtikultura.23 Dalam hal ini, Program Kredit Usaha Tani diberikan kepada petani yang tergabung dalam kelompok tani. Dalam konteks itu, untuk memperoleh kredit melalui Program Kredit Usaha Tani, petani yang tergabung dalam kelompok tani harus menempuh beberapa prosedur, mulai dari penyusunan Rencana Definitif Kelompok Tani (RDK), Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK) hingga memperoleh kredit untuk intensifikasi pertanian.
Program Kredit Usaha Tani merupakan bagian dari penyedian kredit intensifikasi pertanian bagi masyarakat desa, khususnya petani. Program itu berjalan secara otonom melalui Surat Menko Ekuin No. S-01/M.Ekuin1985.
Berdasarkan surat itu, Program Kredit Usaha Tani resmi dilaksanakan pada musim tanam tanggal 01 April 1985 yang bergerak di sektor perkreditan intensifikasi pertanian untuk pengembangan produksi padi, palawija, dan holtikultura.
Pada sisi lain, pandangan klasik selalu menyebutkan kekurangan modal sebagai salah satu penyebab usaha tidak berkembang. Pendapat itu, juga disampaikan oleh Huub Poot yang menyebutkan bahwa kekurangan modal diidentifikasikan sebagai salah satu faktor utama penyebab kurang berkembangnya usaha,24 khususnya petani untuk melakukan intensifikasi pertanian. Lebih lanjut disebutkan bahwa, salah satu masalah kelemahan usaha petani terletak pada bidang permodalan. Dalam hal itu, usaha petani tidak berkembang karena tidak mendapatkan modal. Dalam keadaan itu, menyebabkan produktivitasnya rendah sehingga tingkat investasi juga rendah yang berujung
23Petunjuk bersama Dirjen Bina Koperasi, Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah, dan Sekretaris Pengendalian Bimas Departemen Pertanian No. 06/SKB/XII/1988 dan 103/SKB/SEK/SPB/XII/1988, tentang Petunjuk Teknis Penyaluran KUT untuk intensifikasi padi, palawija, dan holtikultura. Sebagaimana yang ditetapkan setiap tahun dalam SK Mentan selaku Ketua Pengendali Bimas.
24B. N. Marbun, Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil, (Jakarta:
Saptodadi, 1993), hlm. 17.
15
pada rendahnya produksi di sektor pertanian. Tindak lanjutnya, solusi untuk mengatasi itu dengan memberi kebijakan layanan keuangan berupa kredit bersubsidi untuk intensifikasi pertanian.
Hubungan fungsional25 dalam Program Kredit Usaha Tani merupakan hubungan fungsi yang saling melengkapi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, apabila salah satu fungsi tidak dapat berjalan, maka fungsi yang lain juga tidak akan berjalan dengan semestinya. Oleh karena itu, hubungan pemerintah dengan petani dalam Program Kredit Usaha Tani dapat dilakukan melalui peranan pihak perbankan, lembaga keuangan bukan bank, serta petugas-petugas yang terkait. Peranan tersebut adalah menyalurkan dana kredit dan menyosialisasikan kebijakan pemerintah kepada petani.
Dalam konteks pemerintahan, kebijakan (policy) terkait dengan kebijaksanaan (wisdom). Hal itu disebabkan, kebijaksanaan merupakan pengejawantahan aturan yang sudah ditetapkan sesuai situasi dan kondisi setempat oleh pejabat yang berwenang. Oleh karena alasan itu, kebijakan publik merupakan semacam jawaban terhadap suatu masalah karena akan menjadi upaya memecahkan, mengurangi, dan mencegah suatu keburukan serta menjadi penganjur, inovasi, dan membuat kebijakan dengan cara terbaik dan tindakan terarah.26 Dalam penelitian skripsi ini, membahas mengenai kebijakan pemerintah bersama dengan Bank Indonesia sebagai regulator Program Kredit Usaha Tani, dalam memberikan kebijakan-kebijakan untuk kemudahan masyarakat desa, khususnya petani dalam penyedian kredit intensifikasi pertanian.
Bank Indonesia merupakan lembaga perbankan independen dengan tujuan menjaga kestabilan moneter27 dan memiliki dasar hukum, artinya Bank Indonesia
25Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek (Cetakan Ketiga), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2017), hlm. 236.
26Edy Sutrisno, Mengenal Perencanaan, Implementsi & Evaluasi Kebijakan/Program, (Surabaya: Untag Press, 2009), hlm. 15-16.
27Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Pasal 7 Tentang Bank Indonesia. Dalam pelaksanaannya Bank Indonesia memiliki kewenangan melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti
16
mempunyai kebijakan moneter menciptakan uang dan kemudian mengedarkannya. Melaui alasan itu, Bank Indonesia dapat menyediakan dana KLBI, serta memberikannya untuk kegiatan intensifikasi pertanian kepada masyarakat desa, khususnya petani. Dalam hal lain, sejak dikeluarkan paket kebijakan ekonomi yang dikenal Paket Januari 1990, sejumlah kredit murah untuk ekonomi lemah yang didananya berasal dari KLBI dicabut salah satunya Program Kredit Investasi Kecil/ Kredit Modal Kerja Permanen (KIK/KMKP) yang kemudian berubah menjadi Kredit Usaha Kecil KUK. Akan tetapi, beberapa kredit untuk ekonomi lemah masih tetap didanai oleh KLBI. Hal itu, menjadi bagian dari kebijakan moneter Bank Indonesia untuk membiayai kredit-kredit program pemerintah yang disalurkan untuk proyek-proyek yang menyentuh langsung kepada masyarakat berpenghasilan rendah atau golongan ekonomi lemah, di antaranya Program Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Kepemilikan Rumah Sederhana/ Sangat Sederhana (KPR/SS), Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KPA), dan Kredit Kepada KUD (KKUD).
Dalam konteks istilah, kredit berasal dari bahasa Romawi yaitu credere yang artinya percaya.28 Apabila dihubungkan dengan bank, maka terkandung pengertian bahwa bank selaku kreditur percaya meminjamkan uang kepada nasabah, karena dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang ditentukan. Dalam hal ini, kredit bukan istilah asing dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, sebab sering dijumpai sejumlah anggota masyarakat yang jual beli barang dengan kreditan. Jual beli tersebut tidak dilakukan secara tunai (kontan), tetapi dengan cara mengangsur.
Selain itu, banyak anggota masyarakat yang menerima kredit dari koperasi maupun bank untuk kebutuhannya. Oleh karena itu, masyarakat pada umumnya mengartikan kredit sama dengan utang, karena setelah jangka waktu tertentu
uang beredar dan suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah.
28Meriam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, (Bandung: Alumni, 1978), hlm. 19.
17
mereka harus membayar lunas.29Akan tetapi dalam Program Kredit Usaha Tani, kredit itu merupakan bantuan pemerintah untuk intensifikasi pertanian sehingga masyarakat enggan mengembalikannya. Oleh karena itu, terjadi banyaknya tunggakan-tunggakan pada Program Kredit Usaha Tani.
Pada dasarnya, pemberian kredit bertujuan memperoleh keuntungan dalam bentuk bunga yang berasal dari pinjaman nasabah bank, seandainya nasabah (petani) yang diberikan kredit benar-benar mampu membayar kredit yang telah diterima. Bagi petani sebagai pelaku kegiatan intensifikasi pertanian, Program Kredit Usaha Tani diberikan untuk mendukung pengembangan intensfikasi pertanian. Hal itu dapat diartikan bahwa pelaku intensifikasi pertanian pada umumnya masih lemah modal. Melalui alasan itu, pelaku intensifikasi pertanian perlu dibantu melalui penyediaan kredit mudah dan bunga murah untuk menumbuhkan dan meningkatkan usahanya dan peranannya di dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam hal ini, mengingat pentingnya kredit terhadap pembangunan nasional maka kredit mempunyai fungsi dan tujuan30 dalam kehidupan ekonomi dan perdagangan antara lain:
1. Meningkatkan daya guna uang,
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, tetapi jika uang hanya disimpan saja tidak menghasilkan sesuatu yang berguna.
Dengan diberikannya kredit tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa di sektor pertanian oleh penerima kredit, khususnya petani.
2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang,
Uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya. Oleh karena itu, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit. Daerah itu, akan memperoleh tambahan uang
29Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1996), hlm. 44.
30Muhammad Djumahana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 365.
18
dari daerah lainnya. Dalam hal ini, petani yang lemah modal dapat mendapatkan kredit untuk kegiatan intensifikasi pertanian.
3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang,
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur (petani), khususnya petani untuk mengolah barang yang tidak memiliki nilai guna menjadi memiliki nilai guna. Dalam hal itu, petani mengolah bibit yang dirawat melalui penerapan usaha-usaha tani. Melalui cara itu, dapat tercipta tanaman pangan yang mempunyai nilai guna.
4. Salah satu alat stabilitas ekonomi,
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi.
Dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat, khususnya petani dalam intensifikasi pertanian untuk menambah jumlah produksi pertaniannya.
5. Meningkatkan gairah usaha,
Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha.
Dalam hal ini, petani dapat melakukan intensifikasi pertanian melalui penyedian Program Kredit Usaha Tani. Melalui hal itu, petani dapat meningkatkan hasil-hasil produksi padi, palawija, dan holtikultura.
6. Meningkatkan pemerataan pendapatan,
Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Dalam hal ini, masyarakat desa, khususnya petani dapat melakukan intensifikasi pertanian melalui Program Kredit Usaha Tani. Pada akhirnya, dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional.
7. Meningkatkan hubungan internasional.
Dalam hal ini pinjaman internasional akan saling membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.31 Dalam hal itu, dapat
31M. Tohar, Permodalan dan Perkreditan Koperasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 90-91.
19
meningkatkan pengembangan intensifikasi pertanian melalui penerapan teknologi usaha-usaha tani yang moderen.