• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

F. Metode Penelitian

19

meningkatkan pengembangan intensifikasi pertanian melalui penerapan teknologi usaha-usaha tani yang moderen.

20

diketahui. Sumber primer tersebut berupa Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/13/UKK Tahun 1985 tentang perubahan Program Bimas menjadi Program Kredit Usaha Tani. Dalam SE itu, berisi keterangan Surat Menko Ekuin No.S.01/M.Ekuin/1985 yang memperkuat surat edaran ini. Selain itu, menjelaskan pula mengenai ketentuan-ketentuan umum, syarat-syarat pemberian Kredit Usaha Tani, serta bank pelaksana yang ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk melakukan kegiatan penyaluran kredit Program KUT. Pada sisi lainnya SE itu menjelaskan pula mengenai maksud dan tujuan Program Kredit Usaha Tani untuk intensifikasi pertanian dengan pengembangan pada produksi-produksi tanaman padi. Dalam SE itu usaha intensifikasi pertanian diperluas pembiayaannya untuk palawija, dan holtikultura setelah program Bimas dihentikan pada tahun 1985.

Sumber primer kedua adalah Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia (SK Dir BI) dalam bentuk softcopy atau PDF. SK itu, memberikan keterangan- keterangan mengenai kebijakan perkreditan di Indonesia. Jenis sumber pertama dapat ditemukan pada SK Dir BI No. 22/81//KEP/DIR tanggal 29 Januari 1990 tentang sistem perkreditan. Dalam SK itu berisi keterangan pengembangan intensifikasi pertanian dan pengembangan koperasi melalui Program Kredit Usaha Tani. Selain itu, di dalamnya berisi keterangan mengenai pihak perbankan memberikan bantuan permodalan kepada petani melalui Koperasi Unit Desa (KUD) atau lembaga keuangan bukan bank untuk membiayai kebutuhan modal kerja petani dalam intensifikasi pertanian dengan bunga rendah. Jenis sumber kedua berupa SK Dir Bank Indonesia No.31/24.A/KEP/DIR tanggal 7 Mei 1998 tentang Kredit Usaha Tani. SK ini menjelaskan pola-pola penyaluran Program Kredit Usaha Tani di antaranya adalah executing dan channeling. Pola-pola penyaluran tersebut diberlakukan untuk mengatasi tunggakan-tunggakan Program Kredit Usaha Tani pada periode 1991-1995.

Sumber primer berikutnya adalah seri Laporan Tahunan Bank Indonesia.

Laporan itu diterbitkan selama periode 1986 hingga 2000. Sumber tersebut penting bagi penulisan skripsi ini, karena di dalamnya berisi keterangan mengenai kebijakan Bank Indonesia tentang masalah moneter di Indonesia, termasuk kredit.

Pada sumber itu, terdapat data statistik di dalamnya, termasuk pula keterangan

21

Program Kredit Usaha Tani, dan beberapa kebijakan atau kredit yang dilakukan pemerintah. Dari laporan tersebut dapat diketahui setiap tahunnya terdapat peningkatan atau penurunan kredit. Laporan tahunan tersebut penting bagi skripsi ini karena dari laporan tersebut terdapat analisis perkembangan dan pembahasan jumlah penyaluran dana kredit Program Kredit Usaha Tani. Selain itu, adanya prosentase kredit yang disalurkan oleh Bank Indonesia berdasarkan golongannya dapat diketahui dari Laporan Tahunan Bank Indonesia.

Sumber primer selanjutnya diperoleh dari Perpustakaan Nasional berupa dokumen resmi pemerintah yang bersifat umum. Sumber seperti itu ada pada petunjuk bersama Dirjen Bina Koperasi, Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah, dan Sekretaris Pengendalian Bimas Departemen Pertanian No.

06/SKB/XII/1988 dan 103/SKB/SEK/SPB/XII/1988. Petunjuk kerjasama tersebut memberikan keterangan mengenai petunjuk-petunjuk untuk mengatasi masalah pada kredit Bimas, serta upaya pemerintah untuk meningkatkan intensifikasi produktivitas tanaman pangan melalui sistem intensifikasi pertanian Supra Insus.

Sumber resmi pemerintah berikutnya yang digunakan dalam skripsi ini adalah UU No. 25 Tahun 1995 Tentang Perkoperasian dalam Program Kredit Usaha Tani. Undang-Undang ini berisi mengenai penunjukan Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai lembaga keuangan bukan bank untuk penyaluran dana Program Kredit Usaha Tani kepada petani dalam rangka mengembangkan intensifikasi pertanian.

Kelompok sumber primer berikutnya diperoleh dari Jogja Library Center dalam bentuk beberapa harian atau surat kabar lainnya yang penting bagi skripsi ini. Pertama, Berita Nasional yang mengungkapkan kemacetan Program Kredit Usaha Tani. Kedua, Pikiran Rakyat yang memberikan keterangan tentang permasalahan kemaceten (tunggakan) kredit Program KUT di Sukabumi, Jawa Barat. Selanjutnya adalah Harian Suara Merdeka yang memberikan informasi jumlah nominal kemacetan kredit Program KUT di kabupaten-kabupaten Provinsi Jawa Tengah.

Sumber penting berikutnya dalam skripsi ini menggunakan sumber lisan melalui wawancara untuk memperkuat sumber primer tertulis yang telah

22

diperoleh. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara langsung kepada beberapa staf dinas, dan staf lembaga keuangan bukan bank, serta petani yang terkait dengan kebijakan Program Kredit Usaha Tani. Hasil wawancara tersebut digunakan sebagai pelengkap dan sekaligus pembanding sumber tertulis.34 Dalam hal itu, semakin banyak informasi yang dapat dikumpulkan semakin baik pula proses penelitian dan penulisan sejarah.35 Hasil wawancara beberapa tokoh yang representatif kemudian diseleksi dan dibanding-bandingkan guna mendapatkan data yang obyektif. Wawancara dilakukan dengan para informan yang dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: orang-orang yang terlibat langsung dalam peristiwa; orang-orang yang menyaksikan peristiwa, tetapi tidak terlibat langsung di dalamnya; dan orang-orang yang tidak terlibat dalam peristiwa, tetapi mendapat keterangan dari orang yang terlibat dalam peristiwa.

Skripsi ini juga menggunakan sumber sekunder sebagai sumber pendukungnya, gunanya untuk memperkuat sumber primer tertulis dan lisan.

Sumber sekunder diperoleh dari hasil riset kepustakaan di Perpustakaan Nasional Jakarta, Perpustakaan Institut Pertanian Bogor, Perpustakaan Umum Daerah Jawa Tengah, Perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, Perpustakaan Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Universitas Diponegoro, Perpustakaan Khusus Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, Perpustakaan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Perpustakaan Departemen Sejarah Universitas Diponegoro untuk menemukan hasil-hasil penelitian yang terkait dengan Program Kredit Usaha Tani. Sumber sekunder lainnya adalah jurnal-jurnal online yang dipublikasikan oleh Lembaga Penelitian SMERU. Sumber-sumber itu juga berguna untuk melengkapi sumber-sumber primer dalam rangka memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai peristiwa yang diteliti.

34Hasil wawancara dapat dikategorikan sebagai sumber primer. Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, hlm. 35.

35Abdurrahman Suryomihardjo, Pemahaman Bangsa dan Masalah Historiografi, (Jakarta: Idayu, 1975), hlm. 139.

23

Setelah pengumpulan sumber dirasa cukup, tahap berikutnya adalah melakukan kritik terhadap sumber untuk memastikan informasi yang ada di dalam dokumen-dokumen dapat dipercaya. Penulis melakukan kritik terhadap sumber yang telah penulis dapat, karena sumber primer penulis kebanyakan dalam bentuk arsip yang telah didigitalisasi sehingga lebih diutamakan kritik terhadap isi sumber. Setelah dilakukan kritik akan diperoleh fakta berupa data-data mengenai kebijakan pemerintah dalam pengembangan pertanian dan perkembangan Program Kredit Usaha Tani untuk penyediaan kredit kepada petani.

Setelah melakukan heuristik dan kritik. Tahap selanjutnya adalah melakukan sintesis terhadap fakta-fakta yang telah diperoleh dari kritik sumber.

Fakta-fakta sejarah yang relevan dengan skripsi ini diinterpretasikan untuk mencari hubungan fakta yang satu dengan lainnya. Dengan demikian, perkembangan kebijakan Program Kredit Usaha Tani dapat dipahami dan dimengerti secara baik dan benar melalui imajinasi, interpretasi, dan teorisasi.

Dalam tahap ini penggunaan konsep ekonomi berguna untuk membantu menjelaskan hubungan antarfakta, yaitu hubungan fungsional kebijakan pemerintah dalam pengembangan pertanian di Indonesia dan perkembangan Program Kredit Usaha Tani dalam penyediaan dana kredit kepada petani.

Tahap terakhir dalam metode sejarah adalah historiografi atau penulisan sejarah. Fakta dan informasi yang telah diperoleh pada tahap ini digabungkan, kemudian dipaparkan dalam bentuk tulisan sejarah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, skripsi ini menggunakan deskriptif-analitis sesuai dengan metodologi penulisan sejarah agar supaya mudah dipahami.36

Dokumen terkait